Anda di halaman 1dari 40

Diagnosa TB Dewasa

No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
SOP No. revisi :
Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian Adalah cara untuk menentukan diagnose Tuberculosis pada orang dewasa

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah diagnose Tuberculosis pada orang


dewasa
SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 052 Tahun 2016
3. Kebijakan Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi
Layanan Klinis Penilaiannya
Buku Pedoman Penanggulangan Tuberculosis Tahun 2008
4. Referensi Standart Puskesmas,Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Propinsi NTB 2014
ISOO9001,2008 klausul 7.5.1 tentang pengendalian produksi dan penyedia jasa
Alat :
1. Buku register pasien
5. Prosedur
2. Formulir pemeriksaan laboratorium
3. Alat tulis
6. Langkah – langkah 1. Petugas menyapa pasien dengan 5S(senyum,salam,sapa,sopan,dan santun)
2. Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
3. Apabila pada anamnesa pasien mengatakan sudah menderita batuk lebih dari
2 minggu, petugas menyarankan kepada pasien untuk melakukan
pemeriksaan dahak (tes BTA) ke laboratorium
4. Apabila hasil tes BTA menunjukkan hasil positif 1, positif 2 atau positif 3,
maka berikan pengobatan sesuai dengan katagori I
5. Apabila hasil tes BTA positif pada pasien kambuh, gagal atau putus berobat,
di obati katagori II
6. Apabila hasil tes BTA negative namun di curigai TB, beri antibiotic
spectrum luas. Bila ada perbaikan berarti bukan TB.
7. Apabila tidak membaik, sarankan pasien untuk foto thorax
8. Apabila hasil foto thorax positif, maka berikan pengobatan kategori 1

1/2
7. Bagan Alir Petugas menyapa dengan Petugas melakukan anamnesa
5S(Senyum,salam sapa,sopan dan dan pemeriksaan fisik
santun

Apabila pasien sudah menderita batuk lebih dari 2


minggu, menyarankan pasien untuk melakukan
pemeriksaan dahak (tes BTA) ke laboratorium

Apabila hasil tes BTA menunjukkan


Apabila hasil tes BTA negative namun di
hasil positif, positif 2 atau positif 3,
curigai TB, beri antibiotic spectrum luas.
maka berikan pengobatan sesuai
Bila ada perbaikan berarti bukan TB.
dengan katagori I

Apabila hasil tes BTA positif pada pasien Bila tidak membaik,
kambuh, gagal atau putus berobat, di obati
sarankan pasien untuk foto
katagori II
thorax

Apabila hasil foto thorax positif,


maka berikan pengobatan kategori 1

8. Hal yang perlu 1. Lamanya batuk yang di derita pasien


diperhatikan 2. Apakah pasien bisa mengeluarkan dahak atau tidak
1. Ruang periksa pasien
9. Unit terkait 2. Laboratorium
3. Ruang obat
1. Buku register pemeriksaan
2. Formulir rujukan internal laboratorium
10. Dokumen terkait 3. Formulir rujukan eksternal (RS, laboratorium luar puskesmas, TB 09)
4. Kertas resep
5. Buku register harian RPU

No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan


11. Rekaman historis
perubahan

2/2
Dianosa TB Anak
No. Dokumen :
Tanggal terbit :
SOP No. Revisi :
Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian Merupakan cara untuk menentukan diagnose Tuberculosis pada anak, dengan
menggunakan cek dahak (BTA) atau dengan matoux test (Tubercolin test)
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah diagnose TB Anak
SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 052 Tahun 2016
3. Kebijakan Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan
Klinis Penilaiannya
Buku Pedoman Penanggulangan Tuberculosis Tahun 2008
4. Referensi Standart Puskesmas, Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Propinsi NTB 2014
ISOO9001,2008 klausul 7.5.1 tentang pengendalian produksi dan penyedia jasa
Alat
1. Buku register pasien
5. Prosedur
2. Formulir pemeriksaan laboratorium
3. Alat tulis
6. Langkah-langkah 1. Petugas menyapa pasien dengan 5S(Senyum,Salam,Sapa,Sopan dan santun)
2. Petugas menganamnesa pasien dan melakukan pemeriksaan fisik
3. Apabila dari anamnesa dan pemeriksaan, orang tua atau keluarga mengatakan
bahwa pasien sudah menderita batuk lama, sarankan pasien untuk pemeriksaan
dahak apabila memungkinkan.
4. Apabila pasien tidak batuk atau tidak dapat mengeluakan dahak namun dari
pemeriksaan fisik pasien menunjukkan tanda dan gejala TB, maka petugas
melakukan mantoux test (Tubercolin test)
5. Apabila dari hasil pemeriksaan dahak atau mantoux tes menyatakan bahwa
pasien menderita TB, maka berikan pengobatan sesuai dengan TB Katagori
anak
6. Apabila dari hasil pemeriksaan dahak atau mantoux tes negative, berarti bukan
TB

3/2
7. Bagan Alir Menyapa pasien dengan 5S

menganamnesa pasien
dan melakukan
pemeriksaan fisik

Apabila dari anamnesa dan pemeriksaan, orang tua


atau keluarga mengatakan bahwa pasien sudah
menderita batuk lama, sarankan pasien untuk
pemeriksaan dahak

pasien tidak batuk atau tidak dapat mengeluakan


dahak namun dari pemeriksaan fisik pasien
menunjukkan tanda dan gejala TB, maka petugas
melakukan mantoux test (Tubercolin test)

Apabila dari hasil pemeriksaan dahak atau mantoux


Apabila dari hasil pemeriksaan dahak atau mantoux tes tes menyatakan bahwa pasien menderita TB, maka
negative, berarti bukan TB. Resepkan pasien obat sesuai berikan pengobatan sesuai dengan TB Katagori anak
keluhan

8. Hal yang perlu 1. Apakah pasien bisa mengeluarkan dahak atau tidak
diperhatikan 2. Jenis obat yang di berikan harus sesuai dengan katagori TB yang di derita
pasien
9. Unit terkait 1. Ruang pemeriksaan
2. Laboratorium
1. Buku register pemeriksaan
10. Dokumen terkait 2. Formulir pemeriksaan laboratorium
3. Kertas resep
4. Buku register harian

11. Rekaman historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan


perubahan

4/2
Pengantaran Slide TB ke PRM
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
SOP No. Revisi :
Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian Petugas mengantarkan slide TB ke PRM untuk di periksa

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pengantaran slide TB ke PRM


SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 052 Tahun 2016
3. Kebijakan Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan Klinis
Penilaiannya
4. Referensi
1. Register daftar tersangka penderita (suspek)
2. Slide TB
5. Prosedur
3. SPT (Surat Perintah Tugas)
4. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak (TB 05)
6. Langkah-langkah 1. Petugas membuat SPT untuk dibawa ke PRM tujuan
2. Petugas menulis/memasukkan identitas lengkap tersangka TB, tanggal
pengambilan dahak dan tanggal pengiriman dahak ke dalam register daftar
tersangka penderita
3. Petugas mengisi formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak
4. Petugas menyiapkan slide TB yg akan di periksa dan memasukkannya ke dalam
box slide
5. Petugas mengantarkan slide TB ke PRM tujuan
6. Setelah hasil pemeriksaan keluar, petugas mencatat kembali tanggal hasil
diperoleh ke dalam register daftar tersangka penderita

5/2
7. Bagan Alir
membuat SPT untuk dibawa ke
PRM tujuan

mengisi formulir permohonan menulis/memasukkan identitas lengkap tersangka TB,


laboratorium TB untuk tanggal pengambilan dahak dan tanggal pengiriman
pemeriksaan dahak
dahak ke dalam register daftar tersangka penderita

menyiapkan slide TB yg akan di


mengantarkan slide
periksa dan memasukkannya ke
TB ke PRM tujuan
dalam box slide

petugas mencatat kembali tanggal hasil diperoleh


ke dalam register daftar tersangka penderita

8. Hal yang perlu 1. Identitas pasien


diperhatikan 2. Nomor identitas sediaan dahak
3. Kelengkapan identitas pasien pada formulir pormohonan laboratorium TB
1. Laboratorium
9. Unit terkait
2. PRM tujuan
1. Register daftar tersangka penderita yang di periksa dahak
10. Dokumen terkait 2. SPT (Surat Perintah Tugas)
3. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksan dahak
No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan

11. Rekaman historis


perubahan

6/2
7/2
Kontak Serumah Penderita TB BTA Positif
No. Dokumen :
Tanggal terbit :
SOP No. Revisi :
Halaman : 1/ 2

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian Petugas melakukan kontak serumah dan kontak lingkungan dengan pasien penderita
TB BTA positife
2. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah kontah serumah dan kontak lingkungan

3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 052 Tahun 2016
Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan
Klinis Penilaiannya
4. Referensi Buku Pedoman Penanggulangan Tuberculosis Tahun 2008
Standart Puskesmas, Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Propinsi NTB 2014
ISOO9001,2008 klausul 7.5.1 tentang pengendalian produksi dan penyedia jasa
5. Prosedur Alat
1. Buku
2. Alat tulis
3. Pot dahak
6. Langkah-langkah 1. Petugas menyapa dengan 5S
2. Petugas menjelaskan kepada penderita atau masyarakat setempat tujuan
melakukan kontak serumah dan kontak lingkungan karena ada pasien TB BTA
Positif
3. Petugas melakukan wawancara dengan penderita dan keluarga yang serumah
dengan penderita, dan menjelaskan kepada anggota keluarga tentang penyakit
dan cara mengurangi kemungkinan penularan penyakit yang di derita oleh
penderita
4. Apabila dari hasil wawancara/anamnesa ada anggota keluarga yang menderita
batuk lama seperti yang di derita penderita, sarankan untuk melakukan
pemeriksaan dahak SPS
5. Petugas memberikan pot dahak kepada tersangka penderita dan menjelaskan cara
pengambilan dahak kepada tersangka penderita, dan meminta pasien untuk
mengantar dahak yang sudah di ambil ke puskesmas
6. Petugas mencatat hasil kontak serumah ke dalam form hasil pelaksanaan tugas

8/2
7. Bagan Alir Menyapa dengan 5S menjelaskan kepada
penderita tujuan melakukan
kontak serumah

melakukan wawancara dengan penderita


Apabila dari hasil wawancara/anamnesa ada
dan keluarga yang serumah dengan
anggota keluarga yang menderita batuk lama
penderita, dan menjelaskan kepada
seperti yang di derita penderita, sarankan
anggota keluarga tentang penyakit dan
untuk melakukan pemeriksaan dahak SPS
cara mengurangi resiko penularan
penyakit yang di derita oleh penderita
Ya Tidak

berikan pot dahak kepada tersangka penderita dan catat hasil kontak serumah ke dalam
menjelaskan cara pengambilan dahak kepada form hasil pelaksanaan tugas
tersangka penderita, dan meminta pasien untuk
mengantar dahak yang sudah di ambil ke
puskesmas

8. Hal yang perlu 1. Jika ada anggota keluarga yang batuk lama, sudah berapa lama menderita batuk
diperhatikan 2. Lingkungan tempat tinggal penderita
9. Unit terkait Rumah tempat tinggal penderita
10. Dokumen terkait 1. SPT (Surat Perintah Tugas)
2. Form laporan hasil pelaksanan tugas
11. Rekaman historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

9/2
Kontak Lingkungan Penderita TB BTA
Positif
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
SOP No. Revisi :
Halaman :½

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian Petugas melakukan kunjungan/kontak lingkungan dengan warga yang bertempat


tinggal berdekatan dengan penderita TB BTA Positif
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah Kontak lingkungan
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 052 Tahun 2016
Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan
Klinis Penilaiannya
Buku Pedoman Penanggulangan Tuberculosis Tahun 2008
4. Referensi Standart Puskesmas, Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Propinsi NTB 2014
ISOO9001,2008 klausul 7.5.1 tentang pengendalian produksi dan penyedia jasa
Alat
5. Prosedur 1. Buku
2. Alat tulis
3. Pot dahak
1. Petugas menyapa dengan 5S
2. Petugas menjelaskan kepada warga/keluarga yang menjadi sasaran kontak
lingkungan tentang tujuan melakukan kontak lingkungan ditempat tersebut
3. Petugas melakukan wawancara/menganamnesa warga/keluarga yang menjadi
sasaran kontak lingkungan
6. Langkah-langkah 4. Apabila saat wawancara/anamnesa ada warga yang menderita batuk lama lbih
dari 2 minggu, sarankan untuk pemeriksaan dahak
5. Petugas memberikan pot dahak kepada warga yang menderita batuk lama
untuk di ambil dahaknya dan diperiksa ke laboratorium
6. Petugas menjelaskan kepada warga, alasan kenapa dahakya di ambil dan di
periksa
7. Petugas mencatat hasil kunjungan kontak lingkungan penderita TB BTA Positif

10/2
menjelaskan kepada
warga/keluarga yang Menyapa
menjadi sasaran kontak dengan5S 5S
lingkungan tentang tujuan
melakukan kontak Ya
Melakukan
wawancara/menganamnesa
warga/keluarga yang menjadi Tidak
sasaran kontak lingkungan

memberikan pot dahak kepada Apabila saat wawancara/anamnesa


7. Bagan Alir warga yang menderita batuk lama ada warga yang menderita batuk
untuk di ambil dahaknya dan lama lbih dari 2 minggu, sarankan
diperiksa ke laboratorium untuk pemeriksaan dahak

mencatat hasil kunjungan kontak


menjelaskan kepada warga,
lingkungan penderita TB BTA Positif
alasan kenapa dahakya di
ambil dan di periksa

8. Hal yang perlu 1. Jika ada anggota keluarga yang batuk lama, sudah berapa lama menderita batuk
diperhatikan 2. Lingkungan tempat tinggal
9. Unit terkait Lingkungan tempat tinggal penderita
1. SPT (Surat Perintah Tugas)
10. Dokumen terkait
2. Form laporan hasil pelaksanan tugas
11. Rekaman historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

11/2
Pengobatan TB Paru
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
SOP No. Revisi :
Halaman : 1/ 2

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian Memberikan pengobatan kepada pasien yang positif menderita TB Paru


2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pengobatan TB Paru
SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 025 Tahun 2017
3. Kebijakan Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan
Klinis Penilaiannya
Buku Pedoman Penanggulangan Tuberculosis Tahun 2008
Referensi Standart Puskesmas, Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Propinsi NTB 2014
ISOO9001,2008 klausul 7.5.1 tentang pengendalian produksi dan penyedia jasa
4. Prosedur 1. OAT
2. Alat tulis
1. Petugas memberikan obat TB dengan dosis sesuai dengan katagori
pengobatannya
2. Apabila hasil tes BTA positif, berikan pasien pengobatan OAT katagori 1
3. Apabila hasil tes BTA negative namun hasil foto thorax menunjukkan bahwa
bahwa pasien menderita TB Paru, berikan pengobatan OAT katagori 3 sesuai
dengan berat badan pasien
6. Langkah-langkah
4. Apabila pasien merupakan anak-anak dan hasil mantoux test ataupun foto
thorax menunjukkan bahwa pasien menderita TB Paru, berikan pengobatan
OAT Katagori anak
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu :
1. Tahap awal (Intensif)
2. Tahap Lanjutan

12/2
Apabila hasil tes BTA positif,
berikan pasien pengobatan
Apabila hasil tes BTA negative namun
berikan obat TB dengan dosis sesuai OAT katagori 1
hasil foto thorax menunjukkan bahwa
berdasarkan katagori pengobatannya bahwa pasien menderita TB Paru,
berikan pengobatan OAT katagori 3
sesuai dengan berat badan pasien

Apabila pasien merupakan anak-anak dan hasil


mantoux test ataupun foto thorax
menunjukkan bahwa pasien menderita TB
Paru, berikan pengobatan OAT Katagori anak

7. Bagan Alir
Tahap awal (Intensif)
Pengobatan TB diberikan
dalam 2 tahap, yaitu

Tahap Lanjutan

8. Hal yang perlu 1. TB yang diderita pasien


diperhatikan 2. Kepatuhan pasien dalam meelan obat
9. Unit terkait 1. Ruang pemeriksaan
1. Register pasien TB
10. Dokumen terkait 2. Form TB 01
3. Form TB 02
11. Rekaman historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

13/2
Pengambilan Dahak Suspek TB
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

UPTD Fatimah, Amd.Kep


PUSKESMAS NIP. 19660412 198603 2
POTO TANO 022

1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur
6. Langkah-langkah
7. Bagan Alir

8. Hal yang perlu


diperhatikan
9. Unit terkait
10. Dokumen terkait
11. Rekaman historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

14/2
Pengumpulan dahak
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
SOP No. Revisi :
Halaman :½

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian Menumpulkan specimen dahak dari terduga TB untuk diperiksa

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pengumpulan dahak


SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 052 Tahun 2016
3. Kebijakan Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan
Klinis Penilaiannya
Kemenkes RI. Direktoral Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
4. Referensi
Lingkungan. Jakarta Revisi 2015
5. Prosedur Pot dahak
6. Langkah-langkah 1. Dahak dikumpulkan dalam pot dahak yang transparan, bermulut lebar,
berpenampang 5-6 cm, tutup berulir, tidak mudah pecah dan bocor
2. Pot dahak ini harus tersedia di fasilitas kesehatan
3. Specimen dahak ini idealnya dikumpulkan dalam 2 hari kunjungan yang
berurutan, dengan pemeriksaan 3 spesimen dahak Pagi Sewaktu Pagi (SPS)
1. S (Sewaktu) : dikumpulkan pada saat terduga TB datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, terduga diberikan pot dahak untuk
mengumpulkan dahak hari kedua
2. P (Pagi) : dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, setelah bangun tidur
dan gosok gigi, pot kemudian dibawa dan diserahkan sendiri ke petugas di
fasilitas kesehatan
3. S (Sewaktu) : dikumpulkan di fasilitas kesehatan pada hari kedua, saat
terduga menyerahkan dahak pagi
4. Pengambilan dahak dilakukan ditempat terbuka, terkena sinar matahari
langsung dan jauh dari orang lain
5. Gunakanlah ruang terpisah yang mempunyai ventilasi yang baik dan sinar
matahari langsung
6. Setelah pengambilan dahak, petugas dan terduga segera mencuci tangan

15/2
7. Bagan Alir Pot dahak ini harus Dahak dikumpulkan dalam pot dahak
tersedia di fasilitas yang transparan, bermulut lebar,
kesehatan berpenampang 5-6 cm, tutup berulir,
tidak mudah pecah dan bocor

S (Sewaktu) : dikumpulkan pada saat terduga


TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat
pulang, terduga diberikan pot dahak untuk
mengumpulkan dahak hari kedua

Specimen dahak ini idealnya P (Pagi) : dikumpulkan dirumah pada pagi


dikumpulkan dalam 2 hari kunjungan hari kedua, setelah bangun tidur dan gosok
yang berurutan, dengan pemeriksaan
gigi, pot kemudian dibawa dan diserahkan
3 spesimen dahak Pagi Sewaktu Pagi
(SPS) sendiri ke petugas di fasilitas kesehatan

S (Sewaktu) : dikumpulkan di fasilitas


kesehatan pada hari kedua, saat terduga
menyerahkan dahak pagi

Pengambilan dahak dilakukan Gunakanlah ruang terpisah


ditempat terbuka, terkena yang mempunyai ventilasi
sinar matahari langsung dan yang baik dan sinar matahari
jauh dari orang lain langsung

Setelah pengambilan dahak,


petugas dan terduga segera
mencuci tangan

8. Hal yang perlu 1. Jenis pot dahak yang digunakan


diperhatikan 2. Waktu pengambilan dahak
3. Warna dahak yang diambil
4. Ruangan tempat pengambilan dahak
1. Ruang tempat pengambilan dahak
9. Unit terkait 2. Unit pelayanan kesehatan
3. Laboratorium
10. Dokumen terkait 1. TB 06
2. Register pasien
No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
11. Riwayat historis
perubahan

16/2
Penemuan suspek TB
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
SOP No. Revisi :
Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian Menemukan orang yang sakit memiliki tanda dan gejala TB Paru

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penemuan suspek TB Paru


SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 052 Tahun 2016
3. Kebijakan Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan
Klinis Penilaiannya
Buku Pedoman Penanggulangan Tuberculosis Tahun 2008
4. Referensi Standart Puskesmas, Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Propinsi NTB 2014
ISOO9001,2008 klausul 7.5.1 tentang pengendalian produksi dan penyedia jasa
Alat dan bahan
5. Prosedur 1. Pot dahak
2. Alat tulis
6. Langkah-langkah

1. Petugas melakukan penjaringan disetiap desa


2. Apabila saat melakukan penjaringan petugas menemukan pasien yang memiliki
tanda dan gejala TB Paru, maka petugas menyarankan tersangka TB untuk
memeriksakan dahak
3. Apabila pasien tidak batuk tapi diduga menderita TB, sarankan pasien untuk foto
thorax
4. Apabila tersangka merupakan anak-anak dan tidak bisa mengeluarkan dahak,
maka lakukan mantoux test
5. Petugas mencatat identitas tersangka TB ke dalam register daftar tersangka TB,
untuk mendapatkan nomor identitas sediaan pemeriksaan dahak
6. Apabila dari hasil pemeriksaan pasien positif menderita TB, berikan pengobatan
sesuai kategori TB yang diderita
7. Petugas memasukkan identitas pasien ke dalam TB 01 untuk menentukan jadwal
minum obat pasien dan jadwal pasien kembali mengambil obat
8. Petugas memberikan pasien form TB 02, sebagai panduan pasien kapan obatnya
habis dan kapan harus kembali mengambil obat

17/2
7. Bagan Alir Apabila saat melakukan penjaringan
Petugas melakukan petugas menemukan pasien yang
penjaringan disetiap desa memiliki tanda dan gejala TB Paru,
maka petugas menyarankan tersangka
TB untuk memeriksakan dahak

Apabila tersangka merupakan Apabila pasien tidak batuk tapi


anak-anak dan tidak bisa diduga menderita TB, sarankan
mengeluarkan dahak, maka pasien untuk foto thorax
lakukan mantoux test

Petugas mencatat identitas Apabila dari hasil


tersangka TB ke dalam register pemeriksaan pasien positif
daftar tersangka TB, untuk menderita TB, berikan
mendapatkan nomor identitas pengobatan sesuai kategori
sediaan pemeriksaan dahak TB yang diderita

Petugas memberikan pasien form TB 02,


sebagai panduan pasien kapan obatnya habis Petugas memasukkan identitas pasien ke
dan kapan harus kembali mengambil obat dalam TB 01 untuk menentukan jadwal
minum obat pasien dan jadwal pasien
kembali mengambil obat

8. Hal yang perlu 1. Adakah tanda dan gejala TB pada pasien


diperhatikan 2. Sudah berapa lama pasien batuk
3. Kondisi fisik pasien yang diduga TB
1. Desa tempat melakukan penjaringan
9. Unit terkait 2. Tempat pelayanan kesehatan
3. Laboratorium
1. Register tersangka TB
2. Form permohonan pemeriksaan laboratorium
10. Dokumen terkait
3. Form TB 01
4. Form TB 02

11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan

perubahan

18/2
Penatalaksanaan efek samping OAT pada
penderita TB
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
SOP No. Revisi :
Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian Merupakan cara menangani efek samping dari OAT yang dikonsumsi oleh penderita
TB
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penatalaksanaan efek samping OAT
2. Tujuan
pada penderita TB
SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 052 Tahun 2016
3. Kebijakan Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan
Klinis Penilaiannya
Buku Pedoman Penanggulangan Tuberculosis Tahun 2008
4. Referensi Standart Puskesmas, Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Propinsi NTB 2014
ISOO9001,2008 klausul 7.5.1 tentang pengendalian produksi dan penyedia jasa
5. Prosedur OAT
6. Langkah-langkah 1. Perhatikan jenis efek samping yang ditimbulkan oleh OAT, apakah termasuk
efek samping ringan OAT atau efek samping berat OAT
2. Apabila pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-gatal singkirkan
dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan anti-histamin, sambil meneruskan
OAT dengan pengawasan ketat
3. Apabila gatal-gatal tidak hilang dan menjadi kemerahan pada kulit, hentikan
semua OAT sampai semua kemerahan itu hilang
4. Apabila gejala efek samping ini bertambah berat, maka pasien perlu dirujuk
Pada UPK Rujukan penanganan kasus-kasus efek samping OAT dapat
dilakukan dengan cara :
1. Apabila jenis obat penyebab efek samping belum diketahui, maka pemberian
OAT dilakukan dengan cara drug challenging dengan menggunakan obat lepas
untuk menentukan obat mana yang menjadi penyebab efek samping tersebut
2. Efek samping hepatotoksisitas bisa terjadi karena reaksi hipersesitivitas atau
kelebihan dosis
3. Untuk membedakannya semua OAT dihentikan dulu kemudian diberikan lagi
sesuai dengan prinsip dechallenge-rechallenge
4. Bila dalam proses rechallenge yang dimulai dengan dosis rendah sudah timbul
reaksi, berarti reaksi hepatotoksisitas karena reaksi hipersensitivitas
5. Bila penyebab dari reaksi efek samping itu sudah diketahui, maka pengobatan
TB dapat diberikan lagi tanpa obat tersebut
6. Bila mungkin, ganti obat penyebab reaksi efek smping tersebut dengan obat lain
7. Lamanya pengobatan mungkin perlu ditambah, tapi hal ini akan menurunkan
terjadinya resiko kambuh
8. Bila pasien dengan reaksi hipersensitivitas terhadap Isoniasid atau Rifampisin
tersebut HIV negative, mungkin dapat dilakukan desensitisasi
9. Jangan lakukan desensitisasi pada pasien TB dengan HIV positif, karena
memiliki resiko terjadinya keracuan berat

19/2
7. Bagan Alir Perhatikan jenis efek samping yang ditimbulkan oleh Apabila pasien dalam pengobatan OAT
OAT, apakah termasuk efek samping ringan OAT mulai mengeluh gatal-gatal singkirkan dulu
atau efek samping berat OAT kemungkinan penyebab lain. Berikan anti-
histamin, sambil meneruskan OAT dengan
pengawasan ketat

Apabila gejala efek samping ini


bertambah berat, maka pasien perlu Apabila gatal-gatal tidak hilang dan menjadi
dirujuk kemerahan pada kulit, hentikan semua OAT
sampai semua kemerahan itu hilang

Apabila jenis obat penyebab efek samping Pada UPK Rujukan penanganan
belum diketahui, maka pemberian OAT kasus-kasus efek samping OAT dapat
dilakukan dengan cara drug challenging dilakukan dengan cara :
dengan menggunakan obat lepas untuk
menentukan obat mana yang menjadi
penyebab efek samping tersebut

Efek samping Untuk membedakannya semua


hepatotoksisitas bisa terjadi OAT dihentikan dulu kemudian
karena reaksi hipersesitivitas diberikan lagi sesuai dengan
atau kelebihan dosis prinsip dechallenge-rechallenge

Bila penyebab dari reaksi efek Bila dalam proses rechallenge


samping itu sudah diketahui, maka yang dimulai dengan dosis
pengobatan TB dapat diberikan lagi rendah sudah timbul reaksi,
tanpa obat tersebut berarti reaksi hepatotoksisitas
karena reaksi hipersensitivitas

Jangan lakukan desensitisasi pada pasien TB


dengan HIV positif, karena memiliki resiko
terjadinya keracuan berat
Bila mungkin, ganti obat
penyebab reaksi efek
smping tersebut dengan
obat lain

Bila pasien dengan reaksi


Lamanya pengobatan
hipersensitivitas terhadap
mungkin perlu ditambah, tapi
Isoniasid atau Rifampisin
hal ini akan menurunkan
tersebut HIV negative, mungkin
terjadinya resiko kambuh
dapat dilakukan desensitisasi

8. Hal yang perlu 1. Jenis obat yang menyebabkan yang menyebabkan reaksi efek samping
diperhatikan 2. Apa gejala yang ditimbulkan oleh reaksi efek samping obat tersebut
9. Unit terkait Ruang pemeriksan

1. Buku register
10. Dokumen terkait 2. Form TB 01
3. Form TB 02

20/2
11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

Pengawasan menelan obat (PMO)


No. Dokumen :
SOP Tanggal Terbit :
Tanggal Terbit :

21/2
Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian Mengontrol dan mengawasi apakah pasien meminum obat teratur atau tidak

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pengawasan menelan obat


SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 052 Tahun 2016
3. Kebijakan Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan
Klinis Penilaiannya
Buku Pedoman Penanggulangan Tuberculosis Tahun 2008
4. Referensi Standart Puskesmas, Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Propinsi NTB 2014
ISOO9001,2008 klausul 7.5.1 tentang pengendalian produksi dan penyedia jasa
1. Alat tulis
5. Prosedur 2. Form TB 01
3. Form TB 02
6. Langkah-langkah
1. Petugas TB memilih siapa yang akan menjadi PMO
2. Petugas yang menjadi PMO adalah yang dipercaya dan disetujui oleh petugas
kesehatan maupun pasien
3. PMO harus yang bertempat tinggal dekat dengan tempat tiggal pasien
4. Bersedia membantu pasien dengan sukarela, bersedia dilatih dan mendapat
penyululuhan bersama dengan pasien
5. PMO dipilih dari petugas kesehatan, bidan desa, perawat pustu
Petugas menjelaskan kepada PMO tentang apa tugasnya sebagai PMO
1. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
2. Member dorongan kepada pasien agar mau berobat secara teratur
3. Mengingatkan pasien untuk periksa dahak ulang pada waktu yang telah
ditentukan
4. Memberikan penyuluhan kepada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai
gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke unit
pelayanan kesehatan

22/2
7. Bagan Alir Petugas yang menjadi PMO adalah
yang dipercaya dan disetujui oleh
petugas kesehatan maupun pasien

Bersedia membantu pasien dengan


sukarela, bersedia dilatih dan
mendapat penyululuhan bersama
PMO harus yang bertempat dengan pasien
tinggal dekat dengan tempat
tiggal pasien

Memberikan penyuluhan kepada anggota keluarga pasien


TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk
Mengawasi pasien TB agar segera memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan
menelan obat secara teratur
sampai selesai pengobatan

Member dorongan Mengingatkan pasien untuk


kepada pasien agar mau periksa dahak ulang pada
berobat secara teratur waktu yang telah ditentukan

8. Hal yang perlu 1. Wilayah tempat tinggal PMO


diperhatikan 2. Siapa yang bisa menjadi PMO
1. Rumah tempat tinggal pasien
9. Unit terkait
2. Unit pelayanan kesehatan
1. Form TB 01
10. Dokumen terkait
2. Form TB 02

11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan


perubahan

23/2
Jejaring Internal P2TB
No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
SOP No. Revisi :
Halaman : 1/3

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian Jejaring kerja antar semua unit yang terkait dalam menangani pasien TB didalam
faskes baik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FTKP)
Sebagai acuan untuk menentukan jejaring kerja di fasilitas kesehatan, agar setiap
2. Tujuan pasien TB mendapatkan kemudahan akses pelayanan dengan strategi DOTS yang
berkualitas
SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 052 Tahun 2016
3. Kebijakan Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan
Klinis Penilaiannya
4. Referensi Kemenkes RI. Direktoral Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta Revisi 2015
1. Tim DOTS
5. Prosedur
2. Tersangka pasien TB
6. Langkah-langkah 1. Melakukan pertemuan dengan pihak manajemen dan tim DOTS dalam
mempersiapkan jejaring internal, materi yang dibahas meliputi :
1. Kesiapan masing-masing unit terkait dalam menerapkan strategi DOTS
2. Alur koordinasi dan komunikasi antar unit pelayanan langsung terkait
meliputi unit laboratorium, pencatatan pelaporan, logistic, farmasi dll.
3. Penunjukkan penanggung jawab jejaring kerja dari masing-masing unit
2. Penerapannya disesuaikan dengan situasi, kondisi dan keperluan dari masing-
masing rumah sakit
3. Penjelasan alur penatalaksanaan pasien tuberculosis di rumah sakit
1. Tersangka TB atau pasien TBdari poli maupun rawat inap dikirim untuk
dilakukan pemeriksaan penunjang PK, PA dan radiologi
2. Hasil pemeriksaan penunjang dikirim ke dokter yang bersangkutan.
Diagnosis dan klasifikasi dilakukan oleh dokter poliklinik/rawat inap atau
unit DOTS pengirim
 Untuk pasien rawat jalan, setelah diagnosis TB ditegakkan, pasien
dikirim ke unit DOTS untuk diregistrasi (bila pasien meneruskan
pengobatan di RS tersebut)
 Untuk pasien rawat inap, petugas rawat inap menghubungi unit
DOTS untuk registrasi pasien
3. Bagi pasien TB pasca rawat inap yang memutuskan untuk melanjutkan
pengobatan TB di faskes lain, diberikan surat rujukan pindah pengobatan

24/2
mmelalui unit DOTS
7. Bagan Alir
Kesiapan masing-masing unit
terkait dalam menerapkan
strategi DOTS

Melakukan pertemuan dengan Alur koordinasi dan komunikasi


antar unit pelayanan langsung
ihak manajemen dan tim DOTS terkait meliputi unit laboratorium,
dalam mempersiapkan jejaring pencatatan pelaporan, logistic,
internal, materi yang dibahas farmasi dll

meliputi :

Penunjukkan
penanggung jawab
Penerapannya disesuaikan jejaring kerja dari
dengan situasi, kondisi dan masing-masing unit
keperluan dari masing-masing
rumah sakit

Penjelasan alur penatalaksanaan


pasien tuberculosis di rumah sakit

Tersangka TB atau pasien TBdari Bagi pasien TB pasca rawat inap


poli maupun rawat inap dikirim yang memutuskan untuk melanjutkan
pengobatan TB di faskes lain,
untuk dilakukan pemeriksaan
diberikan surat rujukan pindah
penunjang PK, PA dan radiologi pengobatan mmelalui unit DOTS

Hasil pemeriksaan penunjang dikirim Untuk pasien rawat jalan, setelah diagnosis TB

ke dokter yang bersangkutan. ditegakkan, pasien dikirim ke unit DOTS untuk

Diagnosis dan klasifikasi dilakukan diregistrasi (bila pasien meneruskan pengobatan di

oleh dokter poliklinik/rawat inap atau RS tersebut)

unit DOTS pengirim

Untuk pasien rawat inap, petugas rawat


inap menghubungi unit DOTS untuk
registrasi pasien

8. Hal yang perlu 1. Asal rujukan


diperhatikan 2. Situasi, kondisi, dan keperluan dari masing-masing rumah sakit
3. Kesiapan masing-masing unit terkait
4. Alur koordinasi dan komunikasi
1. Rumah sakit
9. Unit terkait 2. Unit DOTS
3. Laboratorium
1. Rujukan antar unit
10. Dokumen terkait
2. TB 01, TB 02, TB 03, TB 04, TB 05, TB 06, TB 09, TB 10
11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan

25/2
perubahan

Jejaring Eksternal P2TB


No. Dokumen :
SOP Tanggal Terbit :
No. Revisi :
26/2
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

Jejaring kerja yang dibangun antara Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
1. Pengertian dengan FKTP lainnya, atau antara FKTP dengan Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan ( FKRTL)
Sebagai acuan untuk menentukan jejaring kerja di fasilitas kesehatan, agar setiap
2. Tujuan pasien TB mendapatkan kemudahan akses pelayanan dengan strategi DOTS yang
berkualitas
SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 052 Tahun 2016
3. Kebijakan Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan Klinis
Penilaiannya
Kemenkes RI. Direktoral Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
4. Referensi
Lingkungan. Jakarta Revisi 2015
5. Prosedur
6. Langkah-langkah
1. Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengadakan pertemuan dengan semua
faskes yang telah melaksanakan strategi DOTS dan seluruh pemangku
kepentingan, materi yang dibahas meliputi :
1. Sosialisasi dan desiminasi tentang jejaring kerja ekternal TB
2. Kesiapan masing-masing faskes yang melaksanakan strategi DOTS
3. Alur koordinasi dan komunikasi antar faskes terkait pemeriksaan
laboratorium, pencatatan dan pelaporan dan logistic
4. Penunjukan penanggung jawab jejaring kerja eksternal P2TB dari masing-
masing faskes
5. Kesepakatan dari setiap faskes dan organisasi terkait dalam mendukung sarana
dan prasarana pelaksanaan jejaring kerja eksternal secara optimal
2. Lembaga terkait dalam penerapan jejaring kerja eksternal P2TB adalah :
Fasyankes meliputi Rumah Sakit, B/BKPM/BP4, Puskesmas, DPS dengan Dinas
Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota setempat

27/2
7. Bagan Alir Sosialisasi dan desiminasi
tentang jejaring kerja
ekternal TB

Kesiapan masing-masing
faskes yang melaksanakan
strategi DOTS

Alur koordinasi dan komunikasi


antar faskes terkait pemeriksaan
laboratorium, pencatatan dan
pelaporan dan logistic

Penunjukan penanggung jawab


jejaring kerja eksternal P2TB
dari masing-masing faskes

Kesepakatan dari setiap faskes dan organisasi terkait dalam


mendukung sarana dan prasarana pelaksanaan jejaring kerja
eksternal secara optimal

8. Hal yang perlu 1. Asal rujukan


2. Situasi, kondisi, dan keperluan dari masing-masing rumah sakit
diperhatikan
3. Kesiapan masing-masing unit terkait
4. Alur koordinasi dan komunikasi
Rumah Sakit, B/BKPM/BP4, Puskesmas, DPS dengan Dinas Kesehatan Provinsi,
5. Unit terkait
Kabupaten/Kota setempat
1. Rujukan antar unit
6. Dokumen terkait
2. TB 01, TB 02, TB 03, TB 04, TB 05, TB 06, TB 09, TB 10
3. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

28/2
Tes Mantoux
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur
6. Langkah-langkah
7. Bagan Alir
8. Hal yang perlu
diperhatikan
9. Unit terkait
10. Dokumen terkait
11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

29/2
Penyiapan paket OAT
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian Menyiapkan obat untuk pasien TB

2. Tujuan Sebagai acuan dalam menyiapkan obat untuk pasien TB


SK Kepala UPTD Puskesmas Poto Tano No. 052 Tahun 2016
3. Kebijakan Tentang penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan Klinis
Penilaiannya
Kemenkes RI. Direktoral Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
4. Referensi Lingkungan, Jakarta 2015 tentang Logistik Program Pengendalian Tuberkulosis di
Fasilitas Kesehatan
5. Prosedur Paket OAT
6. Langkah-
langkah
1. Menegakkan diagnosis TB
2. Petugas menyiapkan 1 paket OAT untuk 1 pasien sesuai dengan kategori
pengobatan
3. Setelah paket OAT diterima dari gudang faskes, lakukan pengemasan ulang paket
obat khusus untuk paket KDT dan paket anak sesuai dengan dosis dan BB pasien
4. Petugas menulis identitas pasien pada kotak obat tersebut
5. Obat ini tidak boleh digunakan oleh pasien lain, jadi satu paket obat untuk satu
orang pasien
Paduan OAT untuk pasien TB
1. Kategori 1 : Diberikan untuk pasien baru TB paru BTA positif , Pasien TB paru
BTA negative foto toraks mendukung, Pasien TB ekstraparu
2. Kategori 2 : Diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
(Pasien Kambuh, Pasien gagal, Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat)
3. Kategori anak : Diberikan untuk pasien TB Anak. Pengobatan TB anak selama
waktu 6 bulan, baik tahap awal maupun tahap lanjutan diberikan setiap hari, dosis
obat harus disesuaikan dengan berat badan anak
Tata cara penyiapan OAT
1. Paket OAT kategori 1 yang disediakan oleh program untuk pasien dengan berat
badan 38-54 kg, maka paket tersebut sebelum diberikan kepada pasien perlu
dikemas kembali sesui dengan berat badan
2. Pengemasan paket kategori 2 dan kategori anak sama dengan kategori 1 tersebut
sebelumnya

30/2
7. Bagan Alir Menegakkan diagnosis Petugas menyiapkan 1 paket
TB OAT untuk 1 pasien sesuai
dengan kategori pengobatan

Setelah paket OAT diterima dari gudang


Petugas menulis identitas pasien faskes, lakukan pengemasan ulang paket
pada kotak obat tersebut obat khusus untuk paket KDT dan paket
anak sesuai dengan dosis dan BB pasien

Obat ini tidak boleh digunakan oleh pasien lain,


jadi satu paket obat untuk satu orang pasien

Kategori 1 : Diberikan untuk pasien baru TB paru


BTA positif , Pasien TB paru BTA negative foto
toraks mendukung, Pasien TB ekstraparu

Kategori 2 : Diberikan untuk pasien BTA positif


Paduan OAT untuk pasien yang telah diobati sebelumnya (Pasien Kambuh,
TB Pasien gagal, Pasien dengan pengobatan setelah
putus berobat)

Kategori anak : Diberikan untuk pasien TB Anak.


Pengobatan TB anak selama waktu 6 bulan, baik tahap
awal maupun tahap lanjutan diberikan setiap hari, dosis
obat harus disesuaikan dengan berat badan anak

Paket OAT kategori 1 yang disediakan oleh program


untuk pasien dengan berat badan 38-54 kg, maka
paket tersebut sebelum diberikan kepada pasien perlu
Tata cara penyiapan dikemas kembali sesui dengan berat badan
OAT

Pengemasan paket kategori 2 dan


kategori anak sama dengan
kategori 1 tersebut sebelumnya

8. Hal yang perlu 1. Kategori obat yang akan diberikan


diperhatikan 2. Berat badan pasien TB
9. Unit terkait Poli umum
10. Dokumen 1. TB 01
terkait 2. TB 02
11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

31/2
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur
6. Langkah-
langkah
7. Bagan Alir
8. Hal yang perlu
diperhatikan
9. Unit terkait
10. Dokumen
terkait
11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

32/2
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur
6. Langkah-
langkah
7. Bagan Alir
8. Hal yang perlu
diperhatikan
9. Unit terkait
10. Dokumen
terkait
11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

33/2
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur
6. Langkah-
langkah
7. Bagan Alir
8. Hal yang perlu
diperhatikan
9. Unit terkait
10. Dokumen
terkait
11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

34/2
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian

2. Tujuan

3. Kebijakan

4. Referensi

5. Prosedur

6. Langkah-langkah

7. Bagan Alir

35/2
8. Hal yang perlu
diperhatikan
9. Unit terkait
10. Dokumen terkait
No Yang di ubah Isi perubahan Tgl di berlakukan
perubahan
11. Rekam histori

36/2
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur
6. Langkah-langkah
7. Bagan Alir
8. Hal yang perlu
diperhatikan
9. Unit terkait
10. Dokumen terkait
11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

37/2
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur
6. Langkah-langkah
7. Bagan Alir
8. Hal yang perlu
diperhatikan
9. Unit terkait
10. Dokumen terkait
11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

38/2
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur
6. Langkah-langkah
7. Bagan Alir
8. Hal yang perlu
diperhatikan
9. Unit terkait
10. Dokumen terkait
11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

39/2
No. Dokumen :
No.Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP Halaman :

UPTD PUSKESMAS Fatimah, Amd.Kep


POTO TANO NIP. 19660412 198603 2 022

1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur
6. Langkah-
langkah
7. Bagan Alir
8. Hal yang perlu
diperhatikan
9. Unit terkait
10. Dokumen
terkait
11. Riwayat historis No Yang diubah Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

40/2

Anda mungkin juga menyukai