Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)

SARANA PRASARANA PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR LANGSUNG (TB)


TAHUN 2018

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : Kementerian Kesehatan RI

UNIT ESELON I/II : Direktorat Jenderal Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit

PROGRAM : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

HASIL (OUTCOME) : Menurunnya Penyakit Menular dan Penyakit


Tidak Menular serta meningkatnya
kesehatan Jiwa

KEGIATAN : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Menular Langsung

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN : Presentase kabupaten/kota dengan angka


keberhasilan pengobatan TB paru BTA positif
(SR) minimal 85%

JENIS KELUARAN (OUTPUT) : Sarana dan Prasarana Pengendalian


Penyakit Menular Langsung (TB)

VOLUME KELUARAN (OUTPUT) :

SATUAN UKUR KELUARAN : Unit


(OUTPUT)

1. Latar Belakang
a. Dasar Hukum
- Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Tahun 2015-2019.
- Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2017
- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang
Rencana Strategis Tahun 2015-2019
- Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/52/MENKES/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019
- Peraturan Menteri Kesehatan nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan
- Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 364/MENKES/SK/V/2009 tentang
Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB)
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pedoman
Manajemen Terpadu PenanggulanganTuberkulosis Resistan Obat;

Kerangka Acuan Sarana Prasarana Pengendalian TB TA 2018 1


b. Gambaran Umum
Tuberkulosis atau TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
menjadi tantangan global. Indonesia merupakan negara pertama diantara
negara-negara dengan beban TB yang tinggi di wilayah Asia Tenggara yang
berhasil mencapai target Global untuk TB pada tahun 2006, yaitu 70%
penemuan kasus baru TB BTA positif dan 85% kesembuhan. Angka prevalensi
TB berdasarkan hasil survey prevalensi tahun 2013-2014 adalah 660 per
100.000 penduduk, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan
beban TB yang tinggi di dunia. Meskipun demikian, berbagai tantangan yang
perlu menjadi perhatian yaitu TB yang belum ditemukan, TB-Resisten Obat (TB
RO), TB/HIV, TB Diabetes dan TB pada anak dan masyarakat rentan lainnya.

Menghadapi permasalahan di atas maka strategi yang dilakukan salah satunya


adalah peningkatan akses layanan TB yang Bermutu dengan “TOSS-TB”
(Temukan Obati Sampai Sembuh). Terobosan yang dilakukan untuk mendukung
kegiatan tersebut adalah deteksi dini kasus TB sedini mungkin, dan diobati
sampai sembuh. Target penemuan aksus tahun 2018 adalah 515. 518 kasus
atau untuk mdeteksi terduga TB sekitar 5.155.180.000. Oleh karena itu Program
TB mengusulkan beberapa logistik untuk medukung kegiatan deteksi dini
tersebut .

c. Alasan Kegiatan Dilaksanakan


- Untuk menunjang Program Pengendalian TB diperlukan logistik baik berupa
logistik non OAT
- Pemantauan disetiap jenjang administrasi diperlukan untuk memastikan
kualitas logistik TB tetap terjaga dan kepastian tersedianya logistik TB di
fasilitas kesehatan

2. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah satker Direktorat Pengendalian Penyakit
Menular Langsung, Sub Direktorat Tuberkulosis, Pengelola Program TB Dinas
Kesehatan Provinsi, Pengelola Program TB Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, UPT
Ditjen P2P, dan Satker lainnya.

3. Strategi Pencapaian Keluaran


a. Metode Pelaksanaan
Komponen kegiatan dilaksanakan secara kontraktual, lelang, pengadaan
langsung maupun melalui e katalog. Komponen-komponen dalam pencapaiaan
Output Logistik Pengendalian TB yaitu:
1) Pengadaan Bahan Tes Cepat Molekuler TB yang akan didistribusikan pada
34 Provinsi

Penerapan TCM merupakan terobosan dalam percepatan penanggulangan


TB dengan mempermudah akses dan mempercepat diagnosis, sehingga
pasien khususnya suspek TB, TB RO, TB HIV, TB Diabetes dan TB pada
anak dan masyarakat rentan lainnya dapat memperoleh pengobatan sedini
mungkin. Dengan alat tersebut deteksi M. tuberculosis dan resistensi
terhadap rifampisin sebagai salah satu Obat Anti Tuberkulosis, dapat
dilakukan hanya dalam waktu 2 jam. Hal ini lebih cepat bila dibanding
dengan metode biakan dan uji kepekaan dengan metode konvensional yang
memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan.
Kerangka Acuan Sarana Prasarana Pengendalian TB TA 2018 2
Target tahun 2019 untuk suspek TB adalah ….. orang, sehingga dibutuhkan
catridge sesuai jumlah suspek tersebut, akan tetapi melalui anggaran APBN
tahun 2018 pengadaan Catridge Tes Cepat Molekuler (TCM)/GenExpert
sebanyak ….. buah atau memenuhi ….0% kebutuhan.

b. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan


Tahapan pelaksanaan kegiatan output Logistik Pengendalian TB adalah sebagai
berikut:
1) Persiapan dokumen-dokumen dan spesifikasi alat dan bahan TB yang
akan dilaksanakan pengadaan
2) Proses pelaksanaan pengadaan dilaksanakan melalui metode e-catalog
yang akan dilakukan oleh Panitia Pengadaan ………
3) Penerimaan barang hasil pengadaan logistik TB dilakukan oleh panitia
penerimaan barang …….

4. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran


Kegiatan output Sarana Prasarana Pengendalian TB direncanakan akan dilaksanakan
dari bulan Februari s/d April 2018, dengan jadwal sebagai berikut:

N Waktu Pelaksanaan
o Kegiatan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Pengadaan Bahan Tes
1
Cepat Molekuler TB
2 Pengadaan Bahan
Pendukung Laboratorium
TB
3 Pengadaan Reagen Zn TB
4 Masker N95
5 Tuberkulin TB

5. Biaya
Perkiraan biaya untuk pelaksanaan kegiatan Output Sarana Prasarana Pengendalian
Penyakit Menular Langsung (TB) yang diusulkan melalui DIPA SATKER …..tahun 2018
sebesar Rp ……

Kerangka Acuan Sarana Prasarana Pengendalian TB TA 2018 3

Anda mungkin juga menyukai