Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN PELAYANAN TUBERKULOSIS

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT


KECAMATAN SAWAH BESAR
2023
2

BAB I
DEFINISI

A. DEFINISI
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan kuman
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga sering dikenal
dengan Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB. Sering
ditemukan menginfeksi parenkim paru dan menyebabkan TB paru,
namunbakteriini juga memiliki kemampuan menginfeksi organ tubuh lainnya
(TB ekstraparu) seperti pleura, kelenja rlimfe, tulang, dan organ ekstra paru
lainnya.

B. ETIOLOGI DAN TRANSMISI TB


Tuberkulosis biasanya menular dari manusia kemanusia lain lewat udara
melalui percik renik atau droplet nucleus (<5 microns) yang keluar ketika
seseorang terinfeksi TB paru atau TB laring batuk, bersin atau bicara. Percik
renik juga dapat dikeluarkan saat pasien TB paru melalui prosedur
pemeriksaan yang menghasilkan aerosol seperti saat induksi sputum,
bronkoskopi dan juga saat dilakukannya manipulasi terhadap lesi atau
pengolahan jaringan di laboratorium. Ada 3 faktor yang menentukan transmisi
M.TB : jumlah organisme yang keluar ke udara, konsentrasi organisme dalam
udara, ditentukan oleh volume ruang dan ventilasi, lama seseorang
menghirup udara terkontaminasi. Penularan TB biasanya terjadi di ruang
gelap dengan minim ventilasi dimana percik renik dapat bertahan di udara
dalam waktu yang lebih lama. Orang dengan kondisi imun yang buruk lebih
rentan mengalami penyakit TB aktif dibanding orang dengan kondisi imun
yang normal.

C. FAKTOR RESIKO TUBERKULOSIS


Terdapat beberapa kelompok orang yang memilik irisiko lebih tinggi untuk
mengalami penyakit TB, kelompok tersebut adalah :
1. Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain.
3

2. Orang yang mengonsums iobatimunosupresan dalamjangka waktu


panjang.
3. Perokok
4. Konsumsialkoholtinggi
5. Anak usia<5 tahun dan lansia
6. Memiliki kontak erat dengan penyakit TB aktif yang infeksius
7. Berada di tempat dengan resiko tinggi infeksi tuberkulosis. Contoh :
lembaga permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka panjang
8. Petugas kesehatan

D. PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
Penanggulangan Tuberkulosis yang selanjutnya disebut Penanggulangan TB
adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan aspekpromotif dan
preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan
untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan,
kecacatan atau kematian, memutuskan penularan, mencegah resistensi obat
dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat Tuberkulosis.
Penanggulangan TB diselenggarakan secara terpadu, komprehensif dan
berkesinambungan
Target program Penanggulangan TB nasional yaitu eliminasi pada tahun
2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050. Untuk tercapainya target program
Penanggulangan TB nasional, pemerintah daerah menetapkan strategi
nasional. Strategi nasional Penanggulangan TB terdiriatas:
1. Penguatan kepemimpinan program TB
2. Peningkatan akses layanan TB yang bermutu
3. Pengendalian factor risiko TB
4. Peningkatan kemitraan TB
5. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam Penanggulangan TB
6. Penguatan manajemen program TB
4

BAB II
RUANG LINGKUP

Penatalaksanaan Tuberkulosis dilaksanakan oleh Puskesmas Kecamatan Sawah


Besar.

A.
5

BAB III
TATA LAKSANA

A. PENANGANAN TERDUGA TUBERKULOSIS (TB)


1. Pasien dengan keluhan utama :
a. Batuk lebihdari 2 minggu
b. Batuk berdahak
c. Batuk berdahak dapat bercampur darah.
d. Dapat disertai nyeri dada
e. Sesak napas
2. Dengan gejala tambahan meliputi :
a. Malaise (lemas)
b. Penurunan berat badan
c. Menurunnya nafsu makan
d. Menggigil
e. Demam
f. Berkeringat malam hari
6

Keterangan alur:
1. Prinsip penegakan diagnosis TB:
a. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih
dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis
yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis, tescepat molekuler
TB dan biakan.
b. Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB,
sedangkan pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopis. Terduga TB
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan
foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang
spesifik pada TB paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi over
diagnosis ataupun under diagnosis.
d. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis.

Jika hasil TCM :


a. MTB detected Rifampicin sensitive : pasien TB terkonfirmasi
bakteriologis. Diberikan pengobatan TB
b. MTB detected Rifampicin Resisten : pasien TB terkonfimasi
bakteriologis dan resisten terhadap rifampicin
c. MTB not detected : pasien tidak ditemukan kuman TB, hasil TCM
negatif
d. MTB positif Rifampicin indeterminate : dilakukan pemeriksaan ulang
TCM

B. DIAGNOSA TUBERKULOSIS

1. Diagnosa TB SO (TB Sensitif Obat):


a. Pasien dengan hasil tcm detected dan Rifampicin sensitif dan tidak
pernah pengobatan tb sebelumya
b. Pasien pernah pengobatan lebih dari 5 tahun yang lalu
2. Diagnosis TB RO (TB Resisten Obat) :
a. Pasien dengan hasil TCM detected Rifampicin Resisten
7

OAT mengandung 4 jenis obat tahap awal dan 2 jenis obat di tahap
lanjutan.OAT diberikan dalam dosis yang tepat.OAT diberikan dalam jangka
waktu yang cukup. Terdapat dua jenis KDT antara lain KDT Kategori 1 dan
KDT dosis harian :
1. Tahapan pemberian OAT dibagi dalam dua tahap yaitu
a. Tahap awal (intensif) : OAT diminum setiap hari selama 2 bulan,
masing-masing 28 dosis. Total dosisnya 56 dosis (56 hari)
b. Tahap lanjutan : tergantung jenis KDT.
- KDT kategori 1 tahap lanjutan diberikan dosis secara intermitten
(3 kali seminggu) sesuai berat badan. Masing-masing bulan
sebanyak 14 dosis, sehingga dalam 4 bulan dosis yang didapat
adalah 56 dosis (16 minggu)
- KDT dosis harian : dosis obat tahap lanjutan diberikan setiap
hari. Sehingga total dosis yang didapat 112 dosis.
2. KDT dosis harian diberikan pada pasien ODHIV dan pasien dengan
gagal pengobatan atau kambuh.
3.
Pengobatan TB dengan dosis sesuai Berat Badan dapat dilihat sebagai
berikut:

Tabel 1 Dosis OAT KDT


Berat Badan Tahap intensif tiap hari TahapLanjutan 3 kali
selama 56 hari HRZE seminggu selama 16
(75/150/400/275) minggu HR (150 /150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT


38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
>70 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
8

Tabel 2. Dosis OAT KDT Harian


Berat Badan Tahap intensif tiap hari Tahap Lanjutan tiap hari
selama 56 hari HRZE selama 16 minggu HR
(75/150/400/275) (150 /75)

30-39 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT


40-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
>70 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT

C. DIAGNOSIS TUBERCULOSIS ANAK

1. Keluhan pada anak :


a. Riwayat kontak dengan pasien TB
b. Gejala TB antara lain :
- Batuk ≥ 2 minggu
- Demam ≥2 minggu
- Nafsu makan berkurang
- Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
- Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
- Keringat malam dapat terjadi
- Gejala menetap walau sudah diberikan terapi yang adekuat
2. Anak dilakukan pemeriksaan TCM.
Jika hasil TCM positif, maka anak terdiagnosa TB anak terkonfirmasi
bakteriologis
Jika hasil TCM negatif dan spesimen TCM tidak bisa diambil, maka
petugas memberikan pengantar rontgen dan atau uji tuberkulin (mantoux
test). Kemudian petugas melakukan sistem skoring pada anak.
9

3. Sistem skoring TB anak :

Keterangan Sistem Scoring TB Anak :


a. Jika skoring ≥6 maka anak didiagnosa TB anak klinis
b. Jika skoring anak <6 dan ada kontak TB dewasa maka anak
didiagnosa TB anak klinis. Jika skoring anak <6 dan tidak ada kontak
TB dewasa tidak ada maka dilakukan observasi selama 2 minggu.
c. Jika TCM tidak dapat diambil spesimen dan tidak ada akses rontgen
dan uji tuberkulin maka petugas menanyakan apakah anak berkontak
dengan pasien TB dewasa, jika Ya maka anak terdiagnosa TB anak
klinis. Dan jika tidak ada kontak TB dewasa maka anak diobservasi
selama 2 minggu.
d. Setelah observasi selama 2 minggu dan gejala menetap maka anak
didiagnosa TB anak klinis. Jika gejala menghilang dalam 2 minggu,
maka anak terdiagnosa bukan TB.
10

e. TB anak terdiagnosa bakteriologis dan TB anak klinis maka diberikan


OAT KDT (Kombinasi Dosis Tetap) kategori anak.

4. Dosis Pengobatan Anak sesuai dengan Berat Badan

a. Untuk anak dengan BB >30 kg maka menggunakan obat KDT


dewasa
b. Bayi dengan berat badan <5kg maka pemberian OAT secara
terpisah, tidak dalam bentuk KDT, maka anak dirujuk ke RS.
c. OAT diberikan selama 6 bulan (168 dosis) dan diminum setiap hari
d. OAT KDT harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah atau
tidak boleh digerus)
e. Obat dapat diberikan secara utuh, dikunyah atau dikulum atau
dimasukkan air ke dalam sendok.
f. Obat diberikan pada perut kosong atau paling cepat 1 jam setelah
makan.
g. Anak dipantau tiap 2 minggu pada fase intensif dan setiap bulan
pada fase lanjutan sampai terapi selesai.

D. PEMANTAUAN PENGOBATAN

Penilaian saat pemantauan antara lain : penilaian gejala, kepatuhan


minum obat, efek samping obat, dan pengukuran berat badan. Dosis obat
mengikuti penambahan berat badan. Untuk anak dengan obesitas, dosis KDT
berdasarkan Berat badan ideal sesuai umur.
Untuk anak terdiagnosis bakteriologis, Petugas memberikan pengantar
pemeriksaan BTA pada akhir bulan ke-2, ke-5 dan ke-6. Petugas memantau
11

efek samping obat, dan memberikan terapi sesuai dengan efek samping yang
dialami pasien.Petugas merujuk jika terjadi efek samping obat yang berat
atau jika anak yang tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi TB
Penilaian hasil akhir pengobatan : sembuh, lengkap, gagal, meninggal, putus
berobat (loss to follow up) atau tidak dievaluasi
12

Setiap pasien TB ditunjuk pengawas minum obat (PMO). Petugas


memantau keteraturan dan kepatuhan kunjungan kontrol pasien TB dengan
mempergunakan TB 01, TB 02. Jadwal kunjungan kontrol : 1 kali per 2
minggu (14 hari) pada fase intensif dan 1 kali sebulan pada fase
lanjutan.Apabila pada jadwal kontrol ternyata pasien mangkir/tidak datang
kontrol, maka dilakukan tindak lanjut
Selama masa pengobatan, petugas memberikan pengantar dahak
BTA Pagi/Sewaktu untuk dilakukan pemeriksaan dahak ulang follow up
pengobatan :
1. Pada akhir fase intensif : bulan 2/3
2. Pada saat 1 bulan sebelum akhir pengobatan : bulan 5/7
3. Pada akhir pengobatan : bulan 6/8
Jika hasil pengobatan follow up dahak positif di akhir fase intensif, maka
dikategorikan Tidak Konversi.
Tindakan untuk pasien putus pengobatan :
13

Pasien dievaluasi setiap pasien kontrol pengobatan.


Petugas menentukan hasil akhir pengobatan :
- Sembuh : pasien TB dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada
awal pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir
pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu pemeriksaan follow up
sebelumnya.
- Pengobatan Lengkap : pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan
secara lengkap dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir
pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil pemeriksaan
bakteriologis pada akhir pengobatan.
- Gagal : Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama masa pengobatan; atau
kapan saja dalam masa pengobatan diperoleh hasil laboratorium yang
menunjukkan adanya resistensi OAT.
14

- Meninggal : pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai


atau sedang dalam pengobatan
- Putus berobat (loss to follow up) : pasien TB yang tidak memulai
pengobatannya atau yang pengobatannya terputus terus menerus selama 2
bulan atau lebih.
- Tidak dievaluasi : pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya.
Termasuk dalam kriteria ini adalah “pasien pindah (transfer out)” ke
kabupaten/kota lain dimana hasil akhir pengobatannya tidak diketahui oleh
kabupaten/kota yang ditinggalkan
15

BAB IV
DOKUMENTASI

A. PENYULUHAN KE MASYARAKAT
16

B. PENYULUHAN TB KE SEKOLAH
17

C. KUNJUNGAN KONTAK SERUMAH (INVESTIGASI KONTAK)


18

D. SKRINING DAN PENYULUHAN TB PETUGAS PPSU


19

E. KERJASAMA DENGAN KLINIK


20

F. PELAYANAN TB DALAM GEDUNG


21

Jakarta, 3 Januari 2023

Ns, Ratnaning Dyah Astuti, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai