TEPAT OBAT
Ketepatan pemilihan obat apabila dalam proses pemilihan obat mempertimbangkan:
– Ketepatan kelas terapi & jenis obat (efek terapi yg diperlukan
– Kemanfaatan & keamanan sudah terbukti
TEPAT PASIEN
Tepat pasien adalah ketepatan dalam menilai kondisi pasien dg mempertimbangkan:
– Adanya penyakit yg menyertai
• Kelainan ginjal
– Obat yg mempengaruhi ginjal (nefrotoksik): captopril, aminoglikosida
• Kelainan hati
• Obat yg mempengaruhi hati (hepatotoksik); parasetamol, INH)
– Kondisi khusus: hamil, laktasi, lansia, balita
– Pasien dg riwayat alergi
– Pasien dg riwayat gangg psikologis (mis: bila diinjeksi pingsan)
TEPAT INFORMASI
• Apabila informasi yg diberikan jelas (tidak bias) ttg obat yg digunakan oleh pasien dan
informasi lain yg menunjang perbaikan pengobatan
• Misal:
– Cara pemakaian, efek samping – Upaya yg dilakukan bila peny makin
– Kegagalan terapi bila tdk taat memburuk
– Mencegah faktor risiko peny dll
TEPAT BIAYA
Apabila biaya (harga obat dan biaya pengobatan hendaknya dipilih yg paling terjangkau oleh
kondisi keuangan pasien)
Macam Penggunaan Obat Tidak Rasional
1. Peresepan boros (extravagant)
– Menggunakan obat yang mahal padahal tersedia obat yang murah dengan kemanjuran
dan keamanan yang sebanding
– contoh: pemberian antibiotika pada ISPA non pneumonia (umumnya disebabkan oleh
virus)
• Catatan: > 80% pasien ISPA non pneumonia diberikan antibiotika padahal hanya 10-30%
yg membutuhkan antibiotic.
Sistem Pelayanan
• Sistem suplay obat yang tidak efisien
• Ketiadaan buku pedoman pengobatan/ formularium di unit pelayanan kesehatan
• Beban pelayanan pasien yg terlalu banyak shg setiap pasien tdk bisa ditangani scr optimal
PASIEN
Tekanan dan permintaan pasien, terutama bila dokter meresepkan semua obat keinginan pasien
tanpa memilih mana yg tepat dan tidak tepat
Dampak klinis
– penyakit tidak sembuh – muncul efek samping obat
• Peresepan yg tidak rasional baik dlm jenis & dosis dpt meningkatkan risiko efek samping obat
• Misal: Pemakaian antibiotika scr berlebihan berkaitan dg meningkatnya resistensi kuman thdp
antibiotika yg bersangkutan thdp populasi
• Penulisan resep tanpa indikasi yg jelas, pada kondisi yg sebenarnya tdk memerlukan terapi
obat mrpkn pemborosan
• Misalnya: Peresepan dg obat paten yg mahal, jika ada alternatif obat generik dg mutu &
keamanan yg sama mrpkn bentuk ketidakrasionalan krn meningkatkan biaya
Dampak psikososial
ketergantungan penggunaan obat
• Peresepan yg berlebihan oleh dokter sering memberikan pengaruh psikologi pd masyarakat.
Masyarakat mjd tergantung pd terapi obat walaupun blm tentu intervensi obat mrpkn pilihan
utama utk kondisi tertentu
• Misal: Pemakaian aspirin scr terus menerus utk mencegah jantung koroner dianggap lebih
penting dari faktor risiko yg sudah jelas yaitu: tidak merokok
DIABETES MELLITUS
DEFINISI DIABETES MELLITUS
Suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Perkeni, 2015)
KLASIFIKASI ETIOLOGIS DM
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi absolut
ETIOLOGI DM TIPE 2
• Lebih sering terjadi (90-95%)
• Usia >45 th
• Etiologi: multifaktor (faktor genetik dan pengaruh lingkungan : obesitas, diet tinggi lemak &
rendah serat & kurang OR)
• Disebabkan oleh:
• “resistensi insulin” : kegagalan atau ketidak mampuan sel-sel sasaran insulin untuk
merespon insulin scr normal
• gangguan sekresi insulin relatif, jarang yg absolut
PRA-DIABETES
• Kondisi dimana kadar gula darah berada di antara kadar normal dan diabetes
• Ada 2 tipe:
• Impaired Fasting Glucose (IFG) : Kadar glukosa darah puasa: 100-125 mg/dl (normal
<100mg/dl)
• Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa terganggu (TGT) :Kadar glukosa
darah pd uji toleransi berada di atas normal tp tdk cukup tinggi utk dikategorikan pd DM
ETIOLOGI-FAKTOR RESIKO DM
FAKTOR RESIKO ETIOLOGI
Family history DM type 1:
Obesity ( > 20% over BW or BMI >25) • Autoimun
Hypertension ( > 140/90 mm Hg) • Infeksi virus
Previously identified IGT or IFG • Genetik-HLA
Habitual physical inactivity
Race or ethnicity DM Type 2:
HDL cholesterol < 35 mg/dL and/or TG • Tidak jelas
>250 mg/dL • Defisiensi insulin
Gestational DM or delivery of a baby • Resistensi insulin
weighing > 4 kg • Genetik berperan
History of vascular desease
Polycystic ovary disease
GEJALA DIABETES MELLITUS
Gejala Khas (keluhan klasik) Gejala tidak khas
• Banyak kencing • Gatal-gatal sekitar kemaluan (wanita)
• Banyak minum • Mata kabur
• Banyak makan • Luka yg tidak sembuh
• Penurunan berat badan tanpa sebab • Kesemutan
• lemah sering mengantuk
• Impotensi
• Gigi goyah
Kriteria Diagnosis DM
Diagnosis Kadar Gula Plasma Puasa (FPG) Kadar Gula Plasma 2 Jam PP (TTGO)
Pra Diabetes:
100-125 mg/dL (5,6-6,9 mmol/dL) -
IFG
KOMPLIKASI (PENYULIT) DM
HIPOGLIKEMIA
• Tanda : Kadar glukosa plasma <70mg/dl
• Penurunan konsentrasi glukosa darah dengan atau tanpa adanya gejala sistem otonom seperti
adanya Whipple’s triad:
• Gejala hipoglikemia : pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang2, keluar keringat
dingin, detak jantung meningkat, hilang kesadaran, kematian
• Kadar glukosa darah yg rendah
• Gejala berkurang dg pengobatan
• Pengatasan: air gula, berkalori, suntikan glukosa 40% IV , glukagon
• Penyebab:
• Lupa/ sengaja meninggalkan makan • Stres
• Makan terlalu sedikit • Mengkonsumsi obat lain yg dpt
• OR terlalu berat meningkatkan risiko hipoglikemi
• Mengkonsumsi obat antidiabetes dlm • Dosis insulin yg berlebihan/ saat
dosis >> pemberian yg tdk tepat
• Minum alkohol
KRISIS HIPERGLIKEMIA
Ada 2 jenis:
• Ketoasidosis Diabetik
Ditandai dg peningk kadar glukosa darah yg tinggi (300-600 mg/Dl) disertai tanda & gejala
asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320mOs/ml) dan tjd
peningkatan anion gap
• Status Hiperglikemi Hiperosmolar
Ditandai peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200mg/Dl), tanpa tanda & gejala
asidosis, Osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380mOs/ml) , plasma keton (+/-) , anion
gap normal atau sedikit meningkat
Komplikasi Makrovaskuler
• Lebih sering tjd pd DM 2
• Ada 3 jenis:
• Penyakit jantung koroner • Penyakit pembuluh darah perifer
• Penyakit pembuluh darah otak
Komplikasi Mikrovaskuler
• Terutama tjd pd DM 1
• Penyebab: hiperglikemi persisten & pembentukan protein yg terglikasi → dinding pembuluh
darah makin lemah & rapuh & tjd penyumbatan pd pembuluh darah kecil
• Jenis:
• Retinopati, • Neuropati
• Nefropati,
SASARAN TERAPI
• Jangka pendek: Menjaga agar kadar glukosa darah berada dlm kisaran normal, menghilangkan
keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, mengurangi risiko komplikasi akut
• Jangka panjang: Mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati dan
makroangiopati
• Akhir: Turunnya morbiditas & mortalitas DM
GOAL OF THERAPY (The American Diabetes Association)
PARAMETER Kadar Ideal Yg Diharapkan
DUAL THERAPY
Triple therapy
Combination Injectable Therapy
• Aksi: mengurangi absorbsi glukosa di usus halus shg mempunyai efek menurunkan kadar
glukosa darah sesudah makan
• Efek samping: kembung, flatulen
Mekanisme Kerja
Generik Produk Mg/ Dosis harian Lama kerja Frekw/ pemberian
Tab hari
acarbose glucobay 50-100 100-300 - 3 Bersama
suapan
pertama
DPP-IV INHIBITOR
Mekanisme kerja:
• Glucagon-like peptide-1 (GLP-1) merupakan suatu hormon peptida yg dihasilkan oleh sel L di
mukosa usus
• Peptida ini disekresi bila ada makanan masuk ke sal.cerna.
• Fungsi GLP-1: perangsang kuat pelepasan insulin dan penghambat sekresi glukagon
• GLP-1 scr cepat diubah oleh enzim dipeptidil peptidase-4 (DPP-4 menjadi metabolit GLP-1-
(9,36)-amide yg tdk aktif
• Pd DM 2 sekresi GLP-1 menurun
• Pemberian obat yg menghambat enzim DPP-4 akan menngkatkan kadar GLP-1 dan
meningkatkan sekresi insulin & menghambat pelepasan glukagon
• ES: sebah, muntah
Generik Nama Mg/ Dosis Harian Lama Frekw/hari waktu
Dagang tab (mg) kerja
NOTE
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar glukosa
darah, dapat diberikan sampai dosis optimal
Insulin
• Rata-rata insulin disekresikan ke dalam sirkulasi portal 40-50 UI per hari
• 1/3-1/2 nya merupakan insulin basal
• Selebihnya disekresikan sebagai respon terhadap kenaikan gula darah sebagai insulin bolus
Homogenisasi insulin
Insulin keruh (NPH atau mixed-insulin) harus
dihomogenisasi sebelum priming dan sebelum
disuntikkan
Lokasi suntikan
Abdomen, paha, bokong ,lengan
Abdomen:
Teknik penyuntikan
1. Lakukan pencubitan kulit
2. Suntikan insulin dg cepat dg sudut 90° terhadap permukaan kulit yg akan disuntik
3. Tekan piston pena dengan “gentle” sampai piston tertekan sempurna
4. Setelah piston tertekan sempurna , hitung lambat hingga 10 , ibu jari tetap
menekan piston
5. Cabut alat suntik dari kulit
6. Lepaskan cubitan kulit (54% melepaskan cubitan terlalu cepat )
7. Lepaskan jarum dari pena insulin dg tang klem, TANPA memasang kembali tutup jarum
sebelumnya (A3)
Monitoring Pasien DM
* Monitoring kadar GD rutin (SMBG = Self Monitoring Blood Glucose)
* Monitoring HbA1C GD + 3 bl. trkhr Eritrosit 120 hari, Angka normal 4-6%, Kenaikan 1% = GD
naik 30 mg/dL
* Monitor komplikasi akut (hipoglikemia) dan komplikasi kronis (akibat protein terglikosilasi)
* Asuhan Farmasi
* Membantu pasien dalam menggunakan terapi insulin secara benar dikombinasi dengan diet
dan aktivitas olahraga
* Memberitahu pasien tentang efek samping penggunaan insulin (termasuk hipoglikemia,
lipodistrofi di tempat suntikan, berat badan meningkat, dll)
* Membantu pasien mengelola efek samping
PENATALAKSANAAN NYERI (PAIN MANAGEMENT)
Definisi
• Asal kata: peone (latin) & poine (Yunani) arti: pinalti atau hukuman
• Aristoteles: nyeri adalah suatu perasaan, nafsu, jiwa dimana jantung merupakan sumber dari
rasa nyeri
• Descartes, Galen, Vesalius: nyeri adalah sensasi dimana otak mempunyai peran utama
• Muller, Van Frey & Goldsheider : mengkaitkan nyeri dg neuroreseptor, nociceptor & input
sensori
Definisi Nyeri
Perasaan & pengalaman emosional yg tdk nyaman yg biasanya berkaitan dg kerusakan jaringan
aktual atau potensial atau keadaan yang menggambarkan kerusakan tersebut
PAIN
• Bersifat subyektif
• Tidak ada tes spesifik yg dpt mengukur rasa nyeri baik kualitatif atau kuantitatif
PATOFISIOLOGI
• Berdasarkan durasi:
– Nyeri akut – Nyeri kronis
• Berdasar asal :
– Nyeri nosiseptif (nociceptive pain)
• Nyeri perifer (somatik) → asal: kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat dll , bersifat akut,
letaknya terlokalisasi
• Nyeri visceral/central → asal: organ dalam, lebih sulit dilokalisasi letaknya
– Nyeri neuropatik
Neurophatic Pain
• Tidak ada stimulus yg jelas
• Kerusakan syaraf pada saraf perifer/sentral mempengaruhi jalur sensory
• Nyeri biasanya bertahan lebih lama
• Seringkali sulit diobati
Sasaran Terapi
• Meminimalkan nyeri (intensitas & durasi)
• Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut mjd nyeri kronis yg persisten
• Meminimalkan reaksi yg tdk diinginkan atau intoleransi thdp terapi nyeri
• Meningkatkan kualitas hidup
STRATEGI TERAPI
Terapi Non-farmakologi
– Terapi stimulasi : Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
– Intervensi Psikologi
• Relaxation training • hypnosis
• Imagery
Terapi Farmakologi
Analgesik: opiat & non opiat
PARASETAMOL (Asetaminofen)
• Memiliki khasiat analgetik & antipiretik yg baik
• Menghambat pembentukan prostaglandin scr sentral, tidak di jaringan shg tidak berefek sbg
antiinflamasi
• Efek samping ringan & jarang
• Dosis tinggi (>4g/hari) toksik pd hepar
NSAID
• Mekanisme kerja: menghambat produksi prostaglandin dg cara menghambat enzim
siklooksigenase (Cox-1, Cox-2)
• Penurunan produksi prostaglandin:
– Analgesik – Efek samping: konstipasi, confuse,
– Antipiretik sakit kepala, GI & renal toksik
– Antiinflamasi – Hindari pd: geriatri, CHF, hipertensi,
sirosis, gangg ginjal
NSAID-HIPERTENSI
No effect Asam salisilat, sulindac
Analgetik Opioid
• Aktivitas analgetik opioid tergantung pada afinitasnya terhadap reseptor opiat
• Efek :
– Relatif selektif
– Pd konsentrasi terapi normal, tdk mempengaruhi penghantaran sensor (sentuhan,
pendengaran, penglihatan. Bila dosis ditingkatkan, dpt tjd efek samping yg tidak diinginkan
Klasifikasi:
– Agonis seperti morfin : Morfin,
hidromorfon, oksimorfon,
kodein,hidrokodon, oksikodon
– Agonis seperti meperidin :
Meperidin, fentanil
– Agonis seperti methadon:
Metadhon, propoksifen
– Antagonis : nalokson
– Analgesik sentral :tramadol
Mekanisme kerja
Bekerja pada reseptor opiat di SSP → reseptor yg memodulasi transmisi nyeri → menurunkan
persepsi nyeri dg cara menyekat nyeri pada berbagai tingkat, terutama di otak tengah dan medulla
spinalis
2. KODEIN
– Utk nyeri ringan- sedang – Dosis oral 30 Mg setara dg aspirin 325-
– Efek tolerance, dependence & konstipasi 600 mg
spt morphin – Efikasi 1/10 morfin
3. FENTANIL
– Opioid sintetik – Rute : IM, Transdermal: bentuk patch
– Digunakan sbg anestesi general (onset: 12-24 jam, durasi:72 jam → utk
– EfikasiI 80x morfin, durasi 30-60 menit pasien kanker kronis), Transmucosal:
bentuk lozenges
4. NALOKSON
– Mekanisme kerja: berikatan scr kompetitif dg reseptor opioid, tetapi tidak menghasilkan efek
analgesik dan efek samping opioid
– Digunakan utk mengatasi efek toksik dari agonis dan agonis-antagonis opioid
5. TRAMADOL
– Efek: mengikat reseptor opioid & menghambat reuptake norepinephrin & serotonin
– Utk: nyeri sedang – berat, nyeri kronik terutama neurophatic pain
– Sifat adiktif minimal, efek samping lebih ringan drpd morfin
– Waktu paruh 6 jam, efikasi 10-20% morfin, sebanding dg petidin
6. PETHIDIN (MEPERIDIN)
– Waktu paruh 5 jam, efektifitas > kodein, – Rute: oral atau IM
tapi < morfin, durasi 3-5 jam, efek puncak – ES: setara morfin
tercapai dlm 1 jam (injeksi) atau 2 jam – Dosis 75-100 mg petidin setara dg 10 mg
(oral) morfin
EFEK MANIFESTASI
PEMILIHAN OBAT
• Tergantung pd intensitas nyeri • Mempertimbangkan kontraindikasi
EVALUASI TERAPI
• Utk acute pain: monitor rasa nyeri tiap jam atau tiap hari dan monitor efek samping
• Utk kronik pain: monitor tiap hari atau tiap minggu
• Penggunaan opioid dpt menginduksi konstipasi shg perlu diantisipasi dg makan banyak serat
dan banyak minum, jika perlu digunakan laxative
GOUT (HIPERURISEMIA)
Definisi
• Gangguan pd met as.urat yg berakibat mengendapnya kristal2 monosodium urat monohidrat
• konsentrasi asam urat yang larut dalam darah berlebih ( > 6.8 mg/dl)
PATOFISIOLOGI
Kaskade Hiperurisemia
Produksi dan Eliminasi Asam Urat
Sebab Hiperurisemia
• Overproduksi
– Primer / idiopatik • Peningkatan turnover purin
– Sekunder • Peningkatan degradasi protein
• Intake tinggi
• Hipoekskresi
– Primer / idiopatik • Gangguan fungsi ginjal
– Sekunder • Hipertensi, hiperparatiroid
Gout
• Kondisi yang diakibatkan pengendapan kristal asam urat pada sendi
• Ditandai peningkatan asam urat dalam darah & peradangan sendi berulang (artritis)
• Terbanyak menyerang usia decade 4-6 (Pria : 9x dibanding wanita)
Faktor Resiko
• Usia & Jenis kelamin • Penyakit-penyakit metabolik
• Obesitas • Pola diet
• Alkohol • Obat: Aspirin dosis rendah, Diuretik,
• Hipertensi obat-obat TBC
• Gangguan Fungsi Ginjal
Diagnosis
• Gejala
– Inflamasi dan nyeri sendi yang mendadak, biasanya timbul pada malam hari
• Nyeri hebat, bengkak, kemerahan, panas
• Demam, menggigil, nyeri badan
• inflamasi pada bagian sendi (ibu jari kaki sebelah dalam, lutut dan telinga)
– Adanya tofi (massa kristal asam urat) di daerah sendi
– Hilang dalam 3-10 hari walau tanpa pengobatan
– 90% serangan pertama menyerang 1 sendi saja
• Laboratorium
– Kadar asam urat à bisa normal / tinggi (normalnya pada pria : 3,5-7 mg/dl dan pada
wanita : 2,6-6 mg/dl)
– Pemeriksaan cairan sendi à Gold Standard
• Ditemukan kristal yang mengendap pada sendi
4 Tahap gout
1. Hiperurisemia asimtomatik
Pada tahap ini peningkatan kadar asam urat tidak disertai rasa nyeri (tanpa gejala), dan tidak
membutuhkan pengobatan tetapi penderitanya harus sadar diri untuk menurunkan kelebihan
asam urat.
2. Artritis akut
Pada tahap ini gejalanya muncul tiba-tiba, sendi mengalami nyeri hebat disertai dengan rasa panas.
Biasanya terjadi mendadak pada malam hari. Rasa sakit pada persendian mungkin berkurang
dalam beberapa hari, tapi bisa muncul kembali pada interval yang tidak tentu.
3. Fase interkritik
Tahap dimana penderita asam urat mengalami serangan berulang yang tidak menentu.
4. Artritis kronis
Tahap dimana massa kristal asam urat (tophi) menumpuk diberbagai wilayah jaringan lunak tubuh.
Biasanya muncul jika penyakit diabaikan, bisa tejadi 5-6 kali serangan dalam waktu setahun.
Gout Kronis
• Terjadi dalam beberapa tahun pasca serangan pertama
• Disebabkan hiperurisemia yang tidak terkontrol pasca serangan & tidak mendapat pengobatan
adekuat → endapan kristal bertambah → artritis kronis
• Sendi bengkak, kaku, tidak nyaman → persisten
– Intensitas nyeri lebih kurang daripada serangan awal
• Kadang-kadang diselingi serangan akut
• Perubahan bentuk sendi
• Timbul benjolan berisi endapan asam urat pada jaringat ikat (TOPHI)
Tophi
Faktor Resiko :
• Hiperurisemia yang lama dan persisten • Serangan gout berulang (4x/tahun)
• Gout aktif yang tidak mendapat
pengobatan adekuat
Pencegahan
• Minum cukup (8-10 gelas / hari) • Kurangi konsumsi alkohol
• Mengelola Obesitas à BB Ideal • Pola diet sehat
Pola Diet
• Bila kadar asam urat darah >7mg/dL • Batasi konsumsi lemak
dilarang mengkonsumsi bahan makanan • Banyak minum air putih
gol.A, sedangkan konsumsi gol.B dibatasi
TUJUAN TERAPI
• Meredakan nyeri & inflamasi serangan – Kerusakan sendi
akut – Kerusakan organ terkait mis. Ginjal
• Menghentikan serangan akut secepat • Menurunkan kadar asam urat serum pd
mungkin pasien simptomatis
• Mencegah memburuknya serangan & • Menurunkan resiko batu asam urat
mencegah efek jangka panjang: • Menurunkan pembentukan tophi
Tatalaksana Terapi
• Mengatasi serangan gout akut
• Mengurangi kadar asam urat utk mencegah penimbunan Kristal urat pd jaringan, terutama
persendian
• Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik
COX-2 INHIBITOR
Etoricoxib, satu2nya COX2 Inhibitor utk gout akut
– Efektif utk gout akut – Utk pasien yg tdk tahan efek GI NSAID
– Mahal non-selektif
– Efek samping: hipertensi, thrombosis
KOLKISIN
• Dibanding NSAID:
– Mula kerja (onset) lebih lambat – Efek samping lebih sering tjd
• Efek samping
– Mual,muntah,diare,nyeri badomen – Demam, granilositopenia, anemia
– Dehidrasi aplastic
– Kejang, depresi nafas, hepatic, nekrosis – Koagulasi intravaskuler, alopecia
otot, kerusakan ginjal
• Kolkisin oral
– Harus diberikan sesegera mungkin saat gejala timbul
– Dosis awal: 1 mg diikuti 0,5 mg setiap 2-3 jam selama serangan akut
• Kolkisin intravena : Tdk lagi diberikan krn sangat toksik
STEROID
• Digunakan utk:
– Pasien dg respon suboptimal thdp NSAID
– Pasien dg gagal ginjal atau gagal jantung yg tdk dpt mengg NSAID dan kolkisin
• Contoh:
– Prednisolon oral 20-40 mg/hari, onset 12 jam, durasi terapi 1-3 minggu
– Metilprednisolon IV 50-150 mg/hari
– Triamsinolon IM 40-100 mg/hari dan diturunkan dlm 5 hari
ALLOPURINOL
• Obat pilihan utk gout kronik, krn dpt
– Mengontrol gejala – Melindungi fungsi ginjal
• Mekanisme kerja: Menurunkan produksi asam urat dg cara menghambat enzim xantin
oksidase
• Dosis: 100 mg/hari, tdk boleh lebih dari 300 mg/24 jam
• Perhatian!!!! Allopurinol dpt memperpanjang durasi serangan akut shg allopurinol hanya
diberikan jika serangan akut telah mereda
• Efek samping:
– Alergi pd 3-5% pasien
– Sindrom toksisitas allopurinol: ruam, demam, perburukan ginjal, vaskulitis, kematian
OBAT URIKOSURIK
• Obat urikosurik diberikan pd pasien hiperurisemia krn pasien tsb sedikit mengekskresikan asam
urat
• Contoh:
– Probenesid 500 mg-1 g 2 kali/hari – Sulfinpirazon 100 mg 3-4 kali/hari
• Hindari pd pasien:
– Nefropati urat – Memproduksi asam urat berlebihan
• Tdk efektif pd pasien dg fungsi ginjal yg buruk (klirens kreatinin<20-30 ml/menit)
• Efek samping probenesid: Mual, muntah, nyeri ulu hati, kembung, konstipasi
KASUS
Seorang pasien Tn X datang ke Poli rematik dengan keluhan, nyeri dan bengkak pada pangkal ibu
jari kaki. Nyeri dan bengkak ini dirasakan dalam beberapa hari terakhir terutama malam hari dan
sangat mengganggu. Dari hasil pemeriksaan darah diperoleh data kadar asam uratnya 10 mg/dL.
Tn X selama ini suka mengkonsumsi daging jerohan dan emping. Dalam 2 bulan terakhir dia juga
sedang menjalani terapi TBC fase intensif. Bgmn pengatasan terapi pd pasien ini ?
Oleh dokter Tn X diberi obat kolkisin 0,5 mg 2 x sehari, Indometasin bila nyeri dan Allupurinol 2
Xsehari 1 tablet.
Kultur
• Jumlah bakteri yg signifikan digunakan utk konfirmasi diagnosis. Mis. ISK= 10 8 organisme/liter
• Organisme hanya tumbuh pd media/ kondisi tertentu. Mis. Anaerob
• Adanya organisme dlm sampel yg spesifik dpt utk diagnosa. Mis. CSF utk meningitis, darah utk
septisemia, endocarditis
Problem Kultur
• Hasil diperoleh lebih dari 24 jam. Mis. • Menunda terapi dpt berbahaya utk
M.tuberculose pasien dg infeksi serius
• Jika salah media/ kondisi, bakteri • Kesulitan bila tempat infeksi sukar
mungkin tidak akan tumbuh dijangkau, misal: tulang
Sensitivitas
• Digunakan utk menentukan sensitivitas • Masukan utk pola resistensi lokal
antibiotik tertentu • Masukan utk perubahan formularium RS
• Menggambarkan sensitivitas yg berbeda atau kebijakan antibiotik
pada antibiotik pada dosis terapetik
Problem Pd Sensitivitas
• Sampel harus diambil sebelum mulai • Hasil sensitivitas mungkin tidak
terapi antibiotik berkorelasi dg hasil klinik
Investigasi Klinis
• Meningkatnya sel darah putih ( leukosit) • Meningkatnya laju endap darah (LED)
• Meningkatnya angka hitung jenis
Problem pd Hematologi
• Leukosit dlm ambang normal pd bbrp infeksi akut.misal: abses, bakterial endokarditis
• Obat yg diminum saat itu
Misal:
a. Steroid dpt meningkatkan leukosit saat terapi dimulai atau dosis ditingkatkan
b. Obat yg didesain utk menghentikan pertumbuhan sel misal antikanker umumnya juga
efektif menghentikan pertumbuhan leukosit (menyembuhkan infeksi?)
LED juga meningkat pd kondisi klinik selain infeksi. Misal : inflamasi akut atau kronik
LED juga menurun adanya terapi dg obat lain selain karena berhasilnya terapi dg antibiotik.
Misal: steroid yg menekan inflamasi, kemoterapi yg menekan tumor
Temperatur
• Meningkatnya suhu badan dpt jadi indikasi adanya infeksi
• Suhu tubuh tidak harus naik pada saat terjadi infeksi. Misal: infeksi kulit, ISK ringan
Problem pada temperature
• Temperatur dpt naik pd penyakit lain, misal: kanker, penyakit hati kronik
• Temperatur dpt naik oleh terapi obat, misal: penisilin, fenitoin, metildopa ( drug fever)
BIOKIMIA
C-reactive protein (CRP)
• Tidak Spesifik
• Meningkat bila terjadi infeksi, misal : Chron’s Disease
Problem pd biokimia
CRP juga meningkat pada kondisi lain:
•
• Inflamasi akut atau kronik • Malnutrisi
• Menurunnya pemasukan protein
RADIOGRAFI
Sinar-X atau Ultrasound digunakan untuk mengetahui adanya dan tempat infeksi
Chest X-Ray Abdominal X-Ray
Terapi Definitif
micro-organism diketahui Jika indikasi tidak jelas:
Pilih antibiotika yang: • Infeksi berat
• narrow spectrum, • Life threatening
• low toxicity
Ekskresi antibiotika
Melalui hepar
• Sefoperazon • Doksisiklin • Nafsilin
• Kloramfenikol • Eritromisin • Rifampisin
• Klindamisin • Metronidazol • Sulfametoksazol
Melalui ginjal
• Aminoglikosida • Imipenem • Trimetoprim
• Aztreonam • Norfloksasin • Tetrasiklin
• Sefalosporin • Penisilin & derivatnya • Vankomisin
Hati-hati
• Aminoglikosida • Klindamisinn • Nitrofurantoin
• Vankomisin • Trimetoprim
Kontraindikasi
• Kloramfenikol • tetrasiklin • kotrimoksazol
• eritromisin estolat • kuinolon • metronidazol
3. Faktor HOST
Host defense mechanisms Umur
Kehamilan Hipersensitivitas
Faktor lokal (Pus, pH, kondisi anaerobic, Faktor Genetik
vaskularisasi, benda asing)
Bacterial factors
Site of infection Details about the host (age, underlying
Community/hospital acquired disease, predisposing factor)