Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

WAWANCARA OBAT

Disusun Oleh :

Christo Adrianus 17340093

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

INSTITUSI SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Wawancara adalah suatu komponen penting dalam proses manajemen penyakit untuk
pengambilan keputusan terapeutik. Wawancara yang efektif, dengan menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang tepat, memungkinkan farmasis untuk dapat mengevaluasi
kepatuhan pasien terhadap regimen pengobatan. Apoteker harus memperoleh data riwayat
kesehatan dan pengobatan pasien secara akurat karena hal-hal tersebut merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari proses pengkajian awal pasien pada praktek farmasi komunitas
dan rawat jalan, setelah pasien masuk dan dirawat inap di rumah sakit. Dokumentasi
pengobatan, informasi alergi yang salah atau tidak lengkap, dapat mengakibatkan
terbuangnya waktu bahkan mengakibatkan kesalahan- kesalahan terapi obat yang signifikan.

Kemampuan apoteker unyuk memperoleh suatu gambaran obat secara lengkap yang
diterima dari pasien, bergantung pada pengetahuan tentang obat dan ketrampilan
komunikasinya. Dengan memadukan pengetahuan kefarmasiannya dan pengetahuan terapi
serta kebutuhan pasien, apoteker akan mampu menentukan suatu strategi untuk mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dan menginterpretasi data yang diperoleh. Kekhususan
regimen pengobatan pasien dipelajari. Pasien juga didorong untuk berbicara tentng
kekhawatirannya. Sebagai tambahan, proses untuk mengatakan berbagai masalah pasien
kepada seseorang yang mau mendengarkan mungkin akan membantu mengurangi kecemasan
yang dirasakan pasien.

Salah satu langkah awal pada proses penilaian pasien adalah mengetahui bukan hanya
obat-obatan apa saja yang telah dikonsumsi pasien melainkan juga apa yang telah dipahami
pasien mengenai obat dan masalah kesehatan-masalah yang mereka. Menentukan sejauh
mana pengetahuan pasien merupakan hal penting karena strategi untuk edukasi pasien
berbeda-beda tergantung pemahaman yang telah dimiliki pasien. Pasien yang sudah sangat
terbiasa dengan pengobatan mereka akan berbeda kebutuhan informasinya dibanding pasien
yang hanya tahu sedikit.

Farmasis akan menjadi lebih efisien jika mampu mengenali individu yang
memerlukan konseling tambahan. Dengan menggunakan teknik penilaian awal, kita dapat
menentukan informasi apa yang telah dikuasai pasien dan kemudian memberikan informasi
tambahan yang menurut kita penting untuk pasien itu. Jenis pertanyaan berkisar mulai dari
masalah sederhana seperti menanyakan apakah pasien alergi terhadap penisilin, hingga
masalah yang lebih kompleks, seperti menentukan apakah pasien menggunakan obat dengan
benar.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah cara wawancara yang benar kepada pasien?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui cara wawancara yang benar kepada pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Alur Wawancara Riwayat Pengobatan


2.1.1. Seleksi pasien

Sebelum memulai wawancara obat, apoteker perlu mengorganisasikan kegiatannya.


Pertama-tama apoteker harus memilih pasien yang perlu terlebih dahulu diwawancarai. Suatu
pengkajian pada peta pasien akan memberi apoteker informasi yang menjadi dasar pemilihan
dan akan membantu menetapkan tujuan khusus untuk wawancara.

Pada umumnya apoteker tidak memiliki waktu atau kesempatan untuk mewawancarai
setiap pasien yang diterima pelayanan rumah sakit tertentu. Suatu proses seleksi dapat
dimulai dengan suatu kajian singkat pada peta pasien. Daftar berikut dapat digunakan sebagai
pedoman pemilihan pasien yang akan di wawancarai.

1. Pasien dengan gejala atau tanda-tanda bersifat masalah yang kemungkinan


berkaitan dengan obat
2. Pasien dengan kesakitan berat yang akut dapat diplih di atas pasien kronik
yang regimen obatnya sudah stabil
3. Pasien dnegan sejarah ketidak patuhan terdokumentasi.
4. Pasien dengan respons terapi yang tidak memadai
5. Pasien yang mengalami reaksi obat merugikan (ROM) adalah calon utama
untuk wawancara sejarah obat
6. Pasien yang menerima obat dengan indeks terapi yang sempit, memerlukan
pemantaun konsentrasi obat dalam serum
7. Pasien dengan mutiregimen obat atau status mutipenyakit harus mendapat
perhatian apoteker
8. Pasien psikiatrik dan pasien lanjut usia (lansia), memerlukan sejarah obat
karena frekuensi penggunaan multiobat dan masalah berkaitan obat pada
pasien ini.
9. Pasien yang ditunjuk oleh dokter
10. Pasien yang sebelumnya dihospitalisasi karena salah kelola obat
11. Pasien pediatrik dan atau pengasuhnya.
2.1.2. Diskusi Kondisi Kesehatan
Diskusi mengenai kondisi medis dan penggunaan pengobatan
-Nama atau gejala dari kondisi
-Berapa lama?
Tahap Pengobatan (poin yang perlu ditanyakan) :
1. Nama pengobatan
2. Siapa yang menulis resep?
3. Bagaimana akibatnya? (secara spesifik)
4. Apakah hal tersebut membantu?
5. Jika hasil tidak dapat dideteksi,
6. Apa yang menyebabkan?
7. Efek samping dan efek yang tidak diinginkan
Pertanyaan Ulang Mengenai Tiap Pengobatan
Pengobatan Akhir
-Nama pengobatan -Alasan pengobatan tidak dilanjutkan
Pertanyaan Ulang Mengenai Tahap dan Pengobatan Akhir untuk Tiap Kondisi

2.1.3. Diskusi penggunaan obat-obatan

Diskusi penggunaan obat dilakukan untu mendapatkan gambaran yang lengkap


mengenai resep obat yang sedang digunakan, termasuk nama dan dosis dari obat, jadwal
pemberian (yang tertera pada resep dan yang aktual), lamanya terapi, alasan mengapa pasien
memerlukan pengobatan, serta hasil dari terapi tersebut. Informasi mengenai resep obat yang
sedang digunakan membantu farmasis untuk mengevaluasi khasiat dan keamanan dari
regimen yang diresepkan.

Pasien mungkin tidak dapat mengingat seluruh nama dari pengobatan yang
digunakannya. Hal ini dapat disiasati dengan memperoleh penjelasan rinci dari tiap
pengobatan, meliputi bentuk sediaan, ukuran, bentuk, dan warna dari bentuk sediaan; serta
kata-kata, tulisan, dan angka yang tertera pada obat yang dapat diingat oleh pasien.
Penjelasan pasien harus didokumentasikan dengan jelas serta dicatat bahwa pengobatan
merupakan produk yang spesifik. Sebagai contoh, pasien menggunakan kapsul berwarna
ungu dengan tiga cincin kuning pada kapsul untuk indigestion. Meskipun mirip dengan
Nexium (esomeprazole) 40 mg, penjelasan pasien harus didokumentasikan dan dicatat bahwa
penjelasan tersebut sesuai dengan Nexium 40 mg.
Jika terdapat ketidaksesuaian antara jadwal pemberian pada resep dengan jadwal
penggunaan obat oleh pasien, catat ketidaksesuaian tersebut dan coba untuk menentukan
alasan mengapa pasien menggunakan obat tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam resep.
Pasien terkadang merubah jadwal pemberian mengikuti jadwal kerjanya dan gaya hidupnya
atau untuk menghemat biaya pengobatan.
Banyak resep obat digunakan ″sebagaimana yang dibutuhkan″, sehingga sulit untuk
memastikan jumlah dari pengobatan yang digunakan oleh pasien. Jangan menerima istilah
penjelasan yang tidak jelas, seperti istilah ”kadang-kadang”, ”sering”, ”sepertinya”, dan
sebaginya. Salah satu pendekatan untuk menghitung jumlah pengobatan yang dikonsumsi
pasien adalah dengan meminta keterangan seberapa sering pasien memenuhi persediaan baru
dari pengobatannya. Informasi ini memberikan taksiran tidak langsung dari jumlah
pengobatan pasien selama periode waktu tertentu.
Coba untuk menentukan dengan pasti kapan pasien mulai mendapatkan pengobatan
dari resep dan alasan mengapa pasien diberikan obat. Tanyakan kapan obat diresepkan,
dibeli, dan mulai dikonsumsi untuk mengetahui apakah pengobatan yang diberikan sudah
efektif atau malah memberikan reaksi yang tidak diinginkan. Keputusan untuk melanjutkan
atau tidak melanjutkan pengobatan tergantung pada kapan pasien mulai mematuhi regimen
pengobatannya. Regimen dapat dilanjutkan tanpa ada perubahan bila pasien memulai
pengobatan minggu lalu, namun perubahan regimen diperlukan bila pasien telah
menggunakan obat selama dua bulan. Jelaskan pada pasien mengapa obat itu diberikan dan
pentingnya untuk mematuhi regimen yang sudah ditentukan bersama.
Diskusi penggunaan obat juga berguna untuk mendapatkan sebanyak mungkin
informasi mengenai resep obat yang digunakan di waktu lampau, termasuk nama dan
deskripsi, dosis, jadwal dosis yang ada di resep dan yang aktual dilakukan oleh pasien,
tanggal dan durasi terapi, alasan menggunakan obat-obat, alasan mengapa pasien
menghentikan pengobatan, serta hasilnya. Informasi ini membantu untuk memilih regimen
pengobatan yang baru.
Tahap-tahap diskusi :
a. Memperkenalkan bagian diskusi
b. Menanyakan kondisi saat ini ketika sedang diobati
c. Mengenai kondisi sekarang secara umum
d. Mengumpulkan informasi tentang tiap kondisi dan pengobatan yang berkaitan dengannya
sebelum berlanjut ke kondisi selanjutnya
e. Menayakan mengenai lamanya kondisi tersebut dialami pasien
f. Menanyakan mengenai pengobatan yang digunakan untuk mengatasi kondisi tersebut
g. Menanyakan secara rinci mengenai tiap pengobatan secara terpisah:
 Pembuat resep: ″Siapakah yang meresepkan obat-obatan tersebut kepada anda?″
 Metode penggunaan: ″Bagaimana anda menggunakan obat-obatan tersebut?″
 Memastikan kepatuhan: ″Berapa banyak anda menggunakan tiap waktu?″
 Keefektifan: ″Apakah anda merasa bahwa obat tersebut membantu anda?″
 Alasan untuk ketidakpatuhan (jika terdeteksi pasien tidak patuh)
 Efek samping dan efek yang tidak diinginkan, jika perlu, tanyakan secara spesifik:
″Apakah anda merasa sakit pada perut bagian atas ketika anda telah menggunakan obat
tersebut?″
 Pengobatan pada waktu lampau untuk kondisi kesehatan
 Pengobatan dari resep lainnya yang digunakan

Nama dari tiap kondisi atau deskripsi dari gejala yang berkaitan dengan kondisi
tersebut harus dipastikan diawal. Ketika diskusi, informasi dari pasien pada diskusi ini
mungkin tidak lengkap, dan seorang farmasis dapat menambahkan data yang dikumpulkan
dari pasien dan informasi yang didapatkan dari sumber lainnya, seperti rekam medis atau
dokter jika memungkinkan.

2.1.4. Diskusi Obat yang Tidak Diresepkan

Karena obat bebas dapat berinteraksi dengan pengobatan yang diresepkan,


menyebabkan reaksi berlawanan, dan digunakan oleh pasien untuk menyembuhkan reaksi
berlawanan disebabkan oleh obat resep, farmasis harus memperoleh informasi mengenai
setiap obat bebas, termasuk produk-produk herbal dan vitamin, yang mungkin digunakan
pasien. Informasi ini harus meliputi nama obat dan dosis, jadwal pemberian dosis aktual,
durasi terapi, alasan menggunakan obat, dan hasil dari terapi. Banyak obat bebas digunakan
secara “prn” atau “sebagaimana dibutuhkan”, maka selalu tanyakan penggunaan persis
pengobatan tersebut. Menanyakan berapa kali dalam satu hari, satu minggu, atau satu bulan
pasien mengunakan pengobatan, atau seberapa sering pasien harus membeli persediaan baru,
dapat membantu farmasis menghitung jumlah obat yang digunakan.
2.1.5. Diskusi Tentang Sensitivitas Obat

a. Alergi

Reaksi alergi adalah suatu kondisi hipersensitif terhadap antigen atau alergen tertentu
yang menyebabkan gejala-gejala karakteristik tertentu yang dialami oleh pasien kapanpun
terpapar alergen tersebut. Untuk mencegah terulangnya suatu reaksi alergi, farmasis harus
bertanya apakah pasien memiliki alergi terhadap obat atau makanan. Oleh karena reaksi obat
yang tidak diinginkan atau efek samping dapat diidentifikasi secara tidak tepat sebagai suatu
alergi, penting untuk menanyakan pasien jenis reaksi apa yang dialami (misalnya: bintik
merah, permasalahan dalam bernapas, dan lain-lain). Jika alergi obat teridentifikasi, farmasis
harus bertanya kepada pasien tanggal terjadinya reaksi, apa yang digunakan untuk
merawatnya, hasil dari perawatan, dan apakah pasien mengalami suatu reaksi dengan obat-
obat lain dari kelas obat yang sama.

b. Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan

Salah satu cara untuk memperoleh informasi mengenai reaksi obat yang tidak
diinginkan yang mungkin terjadi saat ini atau lampau adalah dengan menanyakan apakah
pasien pernah menggunakan obat yang membuat dirinya merasa “sakit” atau yang dia rasa
lebih baik tidak pernah menggunakannya. Beberapa pasien mungkin tidak menghubungkan
gejala-gejala yang mereka alami dengan obat-obat yang mereka gunakan. Jika reaksi obat
yang tidak diinginkan teridentifikasi, farmasis harus mendapatkan nama obat, dosis,
frekuensi, alasan menggunakan obat, detail reaksi yang tidak diinginkan, dan bagaimana
reaksi yang tidak diinginkan tersebut dikelola (misalnya: dosis diturunkan, obat dihentikan).

2.1.6. Diskusi Penggunaan Alkohol dan Rokok

Karena penggunaan rokok dan alkohol dapat mempengaruhi beberapa efek


pengobatan dan kondisi pasien, penting untuk memberikan informasi kepada mereka selama
penggunaan obat. Topik ini lebih bersifat personal dari pada penggunaan obat, oleh karena itu
sebaiknya dilakukan secara perlahan, tidak seperti menghakimi. Farmasis sangat dianjurkan
untuk menjelaskan informasi ini karena alkohol dan tembakau dapat mempengaruhi terapi.
Jika pasien memperoleh pengobatan yang potensial berinteraksi dengan alkohol, farmasis
harus dapat menjelaskan penggunaan obat apa saja yang harus dihindari.
Konsumsi alkohol didokumentasikan sebagai jenis, jumlah, pola, dan durasi dari
penggunaan alkohol. Bagi pasien yang minum secara reguler, tanggal dan waktu minum yang
terakhir harus didokumentasikan. Untuk menggambarkan kebiasaan minum pasien yang
hanya minum ketika keluar makan atau dalam pertemuan sosial, istilah social drinking
kadang digunakan.

Penggunaan rokok dihitung dari jenis tembakau yang dikonsumsi, jumlah pak yang
dihisap per hari (pack per day/ppd), dan pak setahun (pack-year). Pak setahun dihitung
dengan mengalikan jumlah pak yang dihisap per hari dengan jumlah tahun dimana pasien
telah merokok. Oleh karena pengukuran pak setahun yang diberikan dapat meliputi variasi
yang luas dalam kebiasaan merokok yang aktual, farmasis harus mencatat baik pak setahun
dan jumlah pak setiap hari.

2.1.7. Penilaian dan Dokumentasi

Riwayat kesehatan dan pengobatan pasien perlu untuk didokumentasikan dalam


rekam medis pasien dan dikomunikasikan kepada tim asuhan kesehatan. Sebagian besar
institusi menggunakan formulir pengambilan data yang terstandardisasi untuk dokumentasi,
tetapi informasi dapat pula direkam dalam bentuk teks bebas. Formulir yang terstandardisasi
terorganisasi dengan baik mudah untuk direkam dan memungkinkan informasi pasien yang
spesifik untuk ditemukan secara cepat, akan tetapi formulir tersebut tidak memberikan
fleksibilitas atau ruang yang dibutuhkan bagi pasien yang mungkin menggunakan obat dalam
jumlah yang besar. Sebaliknya, bentuk teks bebas memungkinkan fleksibilitas dalam jumlah
besar dari farmasis ke farmasis tetapi juga membuat kesulitan yang lebih banyak untuk
menemukan informasi yang spesifik.
Terlepas dari bentuknya, semua komponen dari riwayat kesehatan dan pengobatan
harus dimasukkan dalam cara yang terorganisasi dengan tulisan tangan yang rapi dan dapat
dibaca. Formulir berfungsi dengan baik ketika pasien mengisi formulir terlebih dahulu dan
kemudian farmasis mengulasnya.
Formulir ini tidak hanya mendaftar obat-obat resep dan bebas tetapi juga
memungkinkan untuk melihat keefektifan obat, reaksi yang tidak diinginkan, kemampuan
untuk membiayai pengobatan, dan obat dan alergi makanan. Hal-hal ini membantu dalam
menentukan apakah pasien pernah mengalami pengalaman-pengalaman negatif dengan terapi
obat di masa lalu yang juga memberikan pemahaman terhadap permasalahan-permasalahan
terkait obat di masa mendatang.
2.1.8. Mengakhiri Wawancara

Mengakhiri wawancara sering kali lebih sulit dilakukan daripada memulai


wawancara. Menutup wawancara adalah bagian penting dari proses wawancara karena
evaluasi seorang pasien dari keseluruhan wawancara dan kinerja kita dapat didasarkan pada
pernyataan akhir. Oleh karena itu, harus lebih diperhatikan akhir wawancara, sebaiknya tidak
mengakhiri wawancara dengan tiba-tiba atau terburu-buru meninggalkan pasien atau
menyuruh keluar.

Setelah pokok penting dari wawancara diliput, apoteker perlu merangkum dengan
singkat data signifikan bagi pasien. Tetapi tidak setiap rincian harus diulang kepada pasien.
Dalam wawancara, jika kita telah memberikan informasi yang penting kepada pasien, kita
harus memastikan apakah pasien telah memahami informasi secara benar pada akhir
wawancara. Sebagai contoh, kita dapat berkata pada pasien, “Saya ingin memastikan bahwa
saya telah menerangkan semuanya dengan jelas. Tolong simpulkan untuk saya hal penting
apa yang harus diingat mengenai pengobatan baru ini.” Pertanyaan-pertanyaan terbuka
lainnya seperti “Saat anda pulang kerumah, bagaimana anda menggunakan obat-obatan ini?”
Bagian wawancara ini akan membantu kita dalam menangkap apa yang pasien dengar dan
pahami. Teknik ini dapat membantu merangsang ingatan pasien agar lebih banyak informasi
yang dapat diperoleh, dan rangkuman itu memberikan suatu cara bagi pasien untuk
memperbaiki informasi yang direkam yang tidak benar.

Rangkuman memungkinkan kedua belah pihak, mempunyai kesempatan mengkaji


dengan tepat, apa yang telah didiskusikan dan membantu menjernihkan setiap salah
pengertian. Penting bagi kedua belah pihak untuk menyetujui mengenai apa yang telah
dikatakan. Bersamaan dengan rangkuman, kita dapat menggunakan isyarat nonverbal untuk
mengindikasikan kepada pasien bahwa wawancara sudah selesai. Apoteker harus
menanyakan pasien apakah masih ada pertanyaan mengenai sejarah obat. Jika pasien
mempunyai pertanyaan, apoteker dapat menggunakan kesempatan ini untuk memberikan
nasihat atau konseling pasien lebih rinci tentang obatnya. Katakan kepada pasien bagaimana
dan kapan kita akan menghubunginya untuk memastikan bahwa suatu masalah yang telah
diidentifikasi telah diselesaikan dan pasien bereaksi dengan baik terhadap semua perubahan
terapeutik yang telah dibuat. Ucapkan terima kasih kepada pasien atas kerja sama dan waktu
yang diberikan dalam wawancara. Suatu pernyataan tertutup harus dibuat, untuk meyakinkan
pasien bahwa informasi adalah rahasia dan akan diberikan hanya untuk dokter dan perawat
yang langsung berurusan dengan perawatan pasien.

Sebelum mengakhiri wawancara dengan pasien, kita harus memikirkan apakah tujuan
wawancara telah tercapai dan apa yang harus dilakukan jika belum. Setelah pasien pergi, kita
harus menilai dalam pikiran kita sendiri apa yang telah dilakukan dengan baik dan apa yang
perlu diubah untuk membantu kita meningkatkan keterampilan wawancara kita. Akhirnya,
informa si harus didokumentasikan sebagai bagian dari catatan pasien.

2.2. Teknik Wawancara

2.2.1. Teknik Wawancara yang Tepat

Salah satu saat kritis pada pengkajian pasien oleh farmasis adalah ketika mengajukan
pertanyaan kepada pasien. Untuk memperoleh informasi yang berguna, farmasis harus
menggunakan keterampilan yang tepat dalam mewawancarai pasien.
a. Lingkungan
Sebelum farmasis berbicara kepada pasien atau mendapatkan data pengkajian pasien
lingkungan di mana interaksi berlangsung harus dipersiapkan. Interaksi dapat terjadi pada
berbagai situasi dan kondisi yang bervariasi namun karakteristik lingkungan dasar
haruslah konsisten dari satu situasi ke situasi yang lain untuk membantu menjamin
interaksi farmasis dan pasien yang lancar dan produktif.
Karakteristik lingkungan yang sesuai meliputi:
• Suhu ruangan yang nyaman.
• Pencahayaan ruang yang memadai
• Lingkungan yang tenang, karena suara bising dari satu atau beberapa sumber akan
mengalihkan perhatian pasien maupun farmasis
• Tempat yang bersih dan terorganisir untuk menciptakan atmosfer profesional.
• Jarak empat sampai lima kaki antara farmasis dan pasien; secara umum jarak yang lebih
dekat dapat menimbulkan kegelisahan dan jarak yang lebih jauh menyiratkan
ketidaktertarikan terhadap pasien.
• Privasi: pasien perlu untuk merasa nyaman berbicara tentang masalah-masalah
kesehatan pribadi dan farmasis perlu untuk dapat memperoleh data pengkajian pasien
secara berhati-hati.
• Posisi duduk yang sama rata atau berdiri pada posisi sejajar mata dan berhadapan atau
membentuk sudut 90 derajat. Semua penghalang harus dipindahkan antara farmasis
dan pasien. Dalam pengaturan di rumah sakit, farmasis harus duduk sejajar mata
dengan pasien untuk interaksi tatap muka. Berdiri di hadapan pasien yang terbaring di
tempat tidur dapat menyiratkan superioritas, mungkin menyebabkan pasien merasa
lebih rendah maupun tidak nyaman.
b. Kalimat Pembuka
Kalimat-kalimat pembuka antara farmasis dan pasien menentukan tahap interaksi.
Farmasis harus memperkenalkan dirinya dan menjelaskan alasan perlunya interaksi
apabila pasien belum mengenalnya. Sebagai tambahan, pasien perlu diberi tahu perkiraan
jumlah waktu yang diperlukan untuk interaksi.
c. Jenis-jenis Pertanyaan
Secara umum, pertanyaan terbuka digunakan pada saat awal, untuk mengumpulkan
informasi umum, dan selanjutnya diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan tertutup, apabila
sesuai, untuk mengumpulkan data pasien yang lebih spesifik.
 Pertanyaan terbuka
Pertanyaan-pertanyaan terbuka akan lebih menuntun pasien untuk memberikan
tanggapan dengan format naratif atau sebuah paragraf kalimat-kalimat daripada sekedar
jawaban ya atau tidak. Jenis pertanyaan ini memungkinkan pasien memberikan
informasi dengan perspektif mereka. Sebagai contoh:
• Bagaimana, apakah semua berjalan sejak terakhir saya bertemu anda?
• Bagaimana yang anda rasakan sejak memulai pengobatan yang baru?
• Bagaimana anda meminum obat anda?

♠ Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan tertutup, atau pertanyaan langsung, menanyakan informasi-informasi
spesifik dan terinci. Pertanyaan tertutup membatasi pilihan jawaban pasien. Sebagai
contoh:
• Apakah anda merasa nyeri pada dada terjadi ketika duduk?
• Apakah anda meminum obat tekanan darah pagi ini?
• Pernahkan anda mengalami reaksi alergi terhadap suatu obat?
d. Verifikasi Informasi Pasien
Seringkali farmasis juga perlu untuk memverifikasi detil tertentu mengenai pasien
untuk memastikan bahwa dia mengerti benar apa yang pasien katakan. Beberapa teknik
umpan balik dapat berguna dalam membimbing farmasis dengan kedua proses ini.
Teknik-teknik tersebut meliputi:
♠ Klarifikasi
Klarifikasi berguna jika pasien memberikan informasi yang membingungkan atau
meragukan. Klarifikasi juga membantu melengkapi informasi dengan beberapa detail
yang lebih spesifik.
♠ Refleksi
Refleksi melibatkan pengulangan sebagian atau seluruh tanggapan pasien. Tindakan
refleksi adalah menyampaikan kata-kata atau perasaan pasien kembali padanya.
♠ Empati
Seringkali informasi yang disampaikan pasien kepada farmasis juga melibatkan
perasaan atau emosi terkait dengan pengobatan, kondisi medis, atau situasi hidup.
Tanggapan empati adalah mengenali perasaan, kemudian direfleksikan kembali kepada
pasien dengan cara memahami, memperhatikan, dan tidak menilai.
♠ Fasilitasi
Fasilitasi menyemangati pasien untuk terus mengkomunikasikan lebih banyak
informasi. Ini menunjukkan bahwa farmasis tertarik dengan apa yang dikatakan pasien
dan ingin pasien untuk melanjutkan.
♠ Keheningan
Ketika mendapat pertanyaan, kadang-kadang pasien membutuhkan waktu untuk
berpikir dan untuk mengorganisasi apa yang ingin ia sampaikan. Farmasis harus
menjadi terbiasa dengan jeda-jeda ini sebagai bagian penting dari proses komunikasi.
Namun, jeda yang panjang mungkin juga berarti pasien tidak mengerti.
♠ Ringkasan
Ringkasan adalah ulasan dari apa yang pasien telah komunikasikan. Pernyataan
ringkasan merupakan verbalisasi dari pemahaman farmasis terhadap informasi pasien,
dan ini dapat digunakan pada setiap waktu selama atau pada akhir wawancara.
e. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi yang tepat melibatkan tidak hanya keahlian-keahlian verbal tetapi juga
nonverbal, di mana media pertukaran merupakan sesuatu selain kata-kata yang diucapkan.
♠ Postur tubuh
Farmasis berdiri atau duduk dengan cara yang santai dan mempresentasikan penampilan
yang terbuka penuh kepada pasien, menyampaikan baik penghargaan maupun minat
yang tulus. Kedua kaki harus terpisah nyaman, tidak disilangkan, dan kedua lengan
berada di samping.
♠ Kontak mata
Kontak mata yang tepat tidak berarti terus menerus menatap pasien. Tidak menatap
kepada pasien dapat diartikan sebagai ketidaktertarikan dan kurang memperhatikan.
Selain itu, kurangnya kontak mata dapat menghambat kemampuan farmasis untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi komunikasi nonverbal pasien.
♠ Ekspresi wajah
Ekspresi wajah farmasis harus konsisten dengan ekspresi verbalnya. Jika keduanya
tidak sesuai, pasien akan cenderung mempercayai pesan wajah lebih dari kata-kata yang
terucap.
♠ Gerak isyarat
Gerak isyarat juga mengirim pesan-pesan nonverbal mengenai perasaan-perasaan
emosional dan gejala-gejala fisik. Sebagai contoh, meremas tangan atau mengetuk-
ngetuk jari sering mengindikasikan kecemasan atau kegugupan.
2.2.2. Kesalahan-Kesalahan Umum dalam Mewawancarai Pasien
a. Mengubah subyek
Seringkali, farmasis merasa tidak yakin bagaimana menanggapi suatu pernyataan atau
pertanyaan pasien. Dalam kasus ini, cara yang paling mudah adalah mengganti subyek.
Namun, dalam situasi seperti itu, pasien akan merasa bahwa persoalan-persoalan mereka
tidak didengar atau dipahami.
b. Memberi nasehat
Pasien seringkali akan meminta nasehat kepada farmasis mengenai pengobatan atau
berbagai permasalahan kesehatan namun farmasis harus menghindari pemberian pendapat
pribadi atau memberi tahu pasien apa yang harus dilakukannya.
c. Memberikan penghiburan yang tidak tepat
Ketika mendiskusikan persoalan-persoalan kesehatan yang menyebabkan kegelisahan
pasien, farmasis mungkin menghibur pasien secara salah. Penghiburan yang tidak tepat
seperti itu menyepelekan perasaan-perasaan pasien dengan mencoba untuk mengubahnya
daripada berusaha mengerti dan menerimanya.
d. Menanyakan pertanyaan yang mengarahkan atau bias
Pertanyaan yang mengarahkan atau bias adalah pertanyaan yang mengandung asumsi
mengenai tingkah laku atau perasaan-perasaan pasien, dan menyatakan secara tidak
langsung bahwa suatu jawaban lebih baik dari yang lain. Sebagai contoh, “Anda
meminum obat anda setiap hari bukan?”
e. Menggunakan terminologi profesional
Untuk komunikasi yang efektif, farmasis harus menggunakan kata-kata yang
dengannya pasien merasa akrab. Jangan menggunakan istilah professional yang tidak
dimengerti pasien.
2.3. Formulir Riwayat Pengobatan
2.4. Contoh Kasus

2.4.1. Kasus 1
Bapak A berumur 60 tahun, pensiunan di kantor kecamatan adalah langganan apotek
di tempat anda bekerja. Dia menderita hipertensi yang rutin menggunakan kaptopril 25 mg
sehari 2 kali selama 2 bulan. Terakhir bapak A datang ke apotek dengan keluhan batuk,
pilek dan ingin membeli obat tanpa resep dokter. Setelah diwawancara beliau mengatakan
keluhannya baru semalam dan agak demam sedikit.

Proses Wawancara:
Apoteker : Selamat Pagi Bapak A, nama saya Stephen Johnson, apoteker di tempat ini
dan saya hendak menayakan beberapa hal sekitar 5 menit tentang obat yang
sedang bapak gunakan sampai saat ini.
Bapak A : Baik.
Apoteker : Sejak kapan bapak menggunakan obat untuk menurunkan tekanan darah
bapak?
Bapak A : Sejak dua bulan yang lalu.
Apoteker : Apa yang bapak ketahui tentang obat ini dari dokter?
Bapak A : Obat ini namanya kaptopril. Dokter berkata bahwa obat ini dapat
menurunkan tekanan darah saya.
Apoteker : Bisa bapak beritakan pada saya bagaimana bapak meminum obat tersebut?
Bapak A : Saya meminumnya 2 kali sehari 1 jam sebelum makan. Saya meminumnya
dengan air putih.
Apoteker : Apa dokter mengatakan hal lainnya pak? Misalnya, mengenai efek
sampingnya?
Bapak A : Kemungkinan akan batuk.
Apoteker : Apakah selama dua bulan terakhir bapak mengalami batuk kering?
Bapak A : Tidak, baru semalam saya batuk kering dan pilek, serta sedikit demam.
Apoteker : Baik, pak. Selanjutnya saya berikan vitamin C plus Zinc agar daya tahan
bapak lebih kuat, minum vitamin ini sehari satu kali sebanyak satu tablet dan
sebaiknya bapak istirahat dulu di rumah. Jika, batuk, pilek dan demamnya
semakin menggangu, saya akan memberikan bapak DMP HBr (10 mg) dan
CTM (2 mg) sehari 3 kali agar batuk dan pileknya mereda, serta parasetamol
(500 mg) sehari 3 kali untuk menurunkan demamnya. Jangan lupa untuk
banyak minum air ya pak.
Bapak A : Baik pak Stephen, terima kasih.
Apoteker : Bisa bapak jelaskan kembali obat yang akan saya berikan pada bapak?
Bapak A : Saya akan diberi vitamin, diminum sekali sehari 1 tablet. Saya akan
beristirahat dan minum banyak air. Jika tidak sembuh, saya akan diberi DMP
HBr dan CTM untuk batuknya, dan parasetamol untuk demamnya.
Apoteker : Baik. Semoga cepat sembuh. Jika ada keluhan bapak bisa menghubungi saya
di no xxxx. Saya senang membantu.
Bapak A : Terima kasih.

2.4.2. Kasus 2
Farmasis : Halo Tuan Jones. Nama saya Monica Smith, farmasis. Saya ingin berbicara
kepada anda mengenai pengobatan anda. Ini hanya memerlukan beberapa
menit.
Pasien : Baik.
Farmasis : Bagaimana yang anda rasakan sejak Dr. Adams meresepkan obat yang
baru?
Pasien : Oh, saya merasa baik. Beberapa hari saya merasa sangat sakit, dan beberapa
hari saya merasa baik.
Farmasis : Apa yang anda maksud dengan merasa sangat sakit?
Pasien : Sulit bagi saya untuk menyelesaikan pekerjaan di luar rumah. Saya senang
memotong rumput pekarangan dan menyirami taman, tapi akhir‐akhir ini saya
tidak bisa melakukannya.
Farmasis : Mengapa anda tidak bisa? Apakah anda merasa lemah atau lelah?
Pasien : Saya rasa begitu. Saya mudah kecapaian ketika memotong rumput
pekarangan, dan hal itu membuat saya menyerah.
Farmasis : Apakah anda merasakan nyeri pada dada ketika memotong rumput?
Pasien : Tidak ada nyeri pada dada, tapi sulit bagi saya untuk bernapas.
Farmasis : Apakah anda mengalami kesulitan bernapas pada waktu lain seharian atau
ketika anda berbaring di malam hari?
Pasien : Hanya jika saya mencoba bekerja di luar rumah atau pergi berjalan, dan pada
malam hari. Saya biasanya merasa baik jika tidur dengan dua bantal.
2.4.3. Kasus 3
Farmasis: Halo Tuan Albert. Nama saya Monica Lesmana, farmasis. Saya ingin berbicara
kepada anda mengenai pengobatan anda. Ini hanya memerlukan 5-10 menit.
Apakah anda bersedia?

Pasien: Baik.

Farmasis: Apa yang diperintahkan oleh dr. Yahya tentang obat anda? Apakah anda ingat
nama obat anda?

Pasien : Saya tidak ingat namanya. Yang saya tahu, bentuknya tablet segitiga dan saya
disuruh untuk meminumnya sehari 3 kali sesudah makan.

Farmasis : Nama obat anda Natrium diklofenak. Obat itu diberikan untuk mengobati rematik
anda. Bagaimana yang anda rasakan sejak minum obat tersebut?

Pasien: Rematik saya sudah membaik, namun terkadang saya merasakan sakit perut beberapa
saat setelah mengonsumsi obat tersebut.

Farmasis: Di sekitar perut bagian manakah anda merasakan sakit tersebut?

Pasien: Sepertinya disekitar lambung

Farmasis : Bisa anda tunjuk bagian perut yang sakit itu?

Pasien : (menunjuk lambungnya dengan tangannya)

Farmasis: Baik. Bisa anda ceritakan pada saya bagaimana anda mengkonsumsi obat tersebut?

Pasien: Terkadang saya minum setelah makan, tetapi apabila saya belum sempat untuk
makan maka saya mengonsumsi obat tersebut sebelum makan.

Farmasis: Apakah nyeri yang anda rasakan muncul jika anda meminum obat sebelum makan?

Pasien : ya.

Farmasis : Nampaknya anda terkena nyeri lambung karena lambung anda teriritasi oleh
natrium diklofenak apabila anda mengonsumsi obat tersebut sebelum makan.

Pasien: Lalu, bagaimana cara mengatasinya apabila saya tidak sempat untuk makan sebelum
saya mengonsumsi obat tersebut?
Farmasis: Anda dapat mengganti produk obat ini dengan produk natrium diklofenak yang
disalut enterik.

Pasien: Jika begitu, saya ingin mengganti produk ini dengan produk natrium diklofenak yang
disalut enterik.

Farmasis: Tetapi produk yang disalut enterik harganya sedikit lebih mahal.

Pasien: Tidak apa-apa.

Farmasis: Baiklah, saya akan memberi tahu dr. Yahya tentang perubahan ini. Apakah anda
memiliki persoalan kesehatan lainnya?

Pasien: Tidak ada.

Farmasis: Baiklah, bisa coba anda jelaskan ulang pada saya obat apa yang akan anda minum
seperti yang sudah kita sepakati tadi?

Pasien : Supaya lambung saya tidak sakit, saya akan mengganti obat saya menjadi obat yang
salut enterik sehingga saya bisa meminumnya saat perut kosong. Obat tersebut bernama
Natrium diklofenak, dan saya harus meminumnya sehari 3 kali.

Farmasis : Baiklah. Terima kasih pak atas waktunya. Jika ada keluhan lain, anda bisa
menghubungi saya di no xxxx. Semoga cepat sembuh.

2.4.4. Kasus 4

Ibu Maria merupakan salah satu pasien di rumah sakit A, dan didiagnosa menderita
hipertensi. Pasien diberikan obat kaptopril 25 mg dengan aturan pakai 3 x1 untuk
menurunkan dan mempertahankan tekanan darahnya pada rentang yang normal. Akan tetapi
dari beberapa informasi yang didapat, ibu Maria merupakan pasien yang kurang taat dalam
menjalankan aturan pakai obat, sehingga perlu untuk dilakukan wawancara dengan apoteker
di rumah sakit tersebut.

Apoteker : selamat siang ibu Maria, saya Yohana, apoteker rumah sakit ini. Saya ingin
berbincang-bincang dengan ibu tentang obat yang ibu gunakan. Perbincangan ini dapat
membantu dokter dalam proses pengobatan ibu, dan hanya membutuhkan waktu sekitar 20
menit. Apakah ibu bersedia?
Pasien : ya, baik.

Apoteker : bagaimana kondisi ibu setelah menggunakan obat yang diberikan oleh dokter
selama perawatan ini?

Pasien : saya sudah merasa cukup baik dibandingkan sebelum dirawat, tetapi saya masih
sering merasa sedikit pusing, dan sering berpikir jangan-jangan obat yang diberikan oleh
dokter kurang efektif/cocok lagi dengan saya.

Apoteker : bagaimana kondisi tekanan darah ibu, saat ibu merasakan pusing tersebut?

Pasien : ketika merasa pusing dan ditensi oleh suster, tekanan darah saya memang agak
tinggi.

Apoteker : bisakah ibu menceritakan kapan dan bagaimana cara ibu meminum obat tersebut?

Pasien : saya meminum 1 tablet setelah makan pagi, siang dan malam, dengan segelas air
putih.

Apoteker : apakah dokter/suster memberitahukan kepada ibu bagaimana menggunakan obat


ini?

Pasien : ya

Apoteker : bisakah ibu menceritakan apa yang disampaikan oleh mereka?

Pasien : saya diberitahukan untuk meminum obat ini 3x sehari, dan diminum 1 jam sebelum
makan, tapi seringnya saya lupa untuk meminumnya sebelum makan, apakah ini berpengaruh
terhadap tetap tingginya tekanan darah saya walaupun telah meminum obat tersebut?

Apoteker : Ya, obat yang diberikan kepada ibu akan memberikan efek yang maksimal apabila
diminum pada saat perut ibu kosong, yaitu sekitar 1 jam sebelum makan atau beberapa jam
setelah ibu makan, karena adanya makanan dapat menganggu penyerapan dari obat ini. Jadi
pusing yang sering ibu rasakan merupakan akibat dari tekanan darah ibu yang masih tinggi.
Apakah ada yang ibu ingin tanyakan dari informasi ini?

Pasien : jadi apakah saya bisa manggunakan obat ini setelah makan?
Apoteker : ya, tapi ibu harus meminumnya 2 jam setelah makan. Tetapi apabila ibu takut
untuk lupa meminumnya karena merasa 2 jam merupakan waktu yang cukup lama, ibu dapat
meminumnya 1 jam sebelum makan. Apakah masih ada yang ibu ingin tanyakan?

Pasien : sudah, saya rasa saya sudah mengerti.

Apoteker : apakah ibu bisa menceritakan kembali bagaimana ibu akan menggunakan obat ini
ke depannya?

Pasien : saya akan menggunakan obat ini tiga kali sehari tiap 1 jam sebelum makan pagi,
siang, dan malam. Atau apabila saya lupa untuk meminumnya sebelum makan, maka saya
akan meminumnya 2 jam setelah makan.

Apoteker : baik, terima kasih. Apabila ke depannya ibu mengalami masalah, ibu dapat
menghubungi saya di no ini :xxxxxx. Terima kasih untuk waktu dan kerja sama ibu, semoga
perbincangan ini bermanfaat untuk ibu dan tekanan darah ibu bisa kembali normal sehingga
ibu tidak merasakan pusing-pusing lagi. Terima kasih ibu Maria.

2.4.5. Kasus 5

Seorang ibu bernama Momo dirawat di RS karena KPD. Ibu Momo berumur 22 tahun dan
pada pagi hari diberikan terapi berupa Amoxcilin 3 x 1, Asam Mefenamat 3 x 1, dan Viliron
1 x 1. Keesokan pagi harinya, timbul ruam merah disekujur tubuh dan terasa gatal serta kulit
terasa hangat. Tidak ada gejala pusing, mual maupun muntah. Ibu Momo belum mencoba
mengkonsumsi obat pada saat itu.

Farmasis : Selamat pagi Ibu Momo. Perkenalkan nama saya Olivia, farmasis. Saya ingin
berbincang-bincang sebentar dengan ibu sekitar 10-15 menit tentang pengobatan ibu. Apakah
ibu bersedia?

Momo : Ya, saya bersedia.

Farmasis : Bisa ibu coba ceritakan pada saya bagaimana awal mulanya gatal-gatal tersebut
timbul?
Momo : Saya tidak tahu. Kemarin saya tidak kenapa-kenapa. Tetapi pagi ini saya terbangun
karena gatal-gatal dan setelah itu kulit saya terasa panas.

Farmasis : Apakah ibu sudah minum obat yang diberikan hari ini?

Momo : Belum.

Farmasis : Apakah ibu sudah meminum obat kemarin? Bagaimana ibu meminumnya?

Momo : Saya sudah minum obat kemarin. Saya diberi 3 obat. Semuanya diminum 3 kali
sehari. Saya meminumnya sesudah makan pagi, siang, dan malam.

Farmasis : Bisa ibu ceritakan di mana saja bagian tubuh ibu yang terasa gatal?

Momo : Di seluruh tubuh bahkan sampai ke muka saya.

Farmasis : Selain gatal, apakah ibu ada merasa tidak nyaman pada bagian tubuh yang lain?
Mungkin mual atau pusing? Apakah ada demam?

Momo : Tidak, hanya gatal saja. Saya merasa kulit saya panas tetapi perawat memeriksa suhu
tubuh saya katanya 36,70 C.

Farmasis : Apakah ibu ada menggunakan produk perawatan kulit?

Momo : Tidak. Saya biasa menggunakan lotion pelembab tetapi sejak di RS saya sudah tidak
menggunakannya lagi.

Farmasis : Kemarin ibu sudah minum obat yang diberikan. Salah satu obatnya merupakan
antibiotik bernama amoxicillin. Apakah sebelumnya Ibu ingat pernah mengkonsumsi
antibiotik yang namanya amoxicillin atau antibiotik lain?

Momo : Tidak. Saya jarang sakit. Saya jarang minum obat. Biasanya saya hanya minum
vitamin atau jamu. Terakhir saya minum vitamin dari spesialis kandungan saya.

Farmasis : Suhu tubuh ibu normal, berarti ibu tidak ada demam. Karena ibu tidak demam,
berarti ibu tidak mengalami infeksi. Gatalnya pun menyebar rata di seluruh tubuh bukan? Jika
memang infeksi, gatalnya pasti hanya di bagian tubuh tertentu. Kulit yang gatal dan terasa
panas bisa disebabkan karena alergi terhadap obat yang ibu minum kemarin. Sekarang saya
akan memberi tahu dokter untuk mengganti obat ibu dan memberi perawatan bagi kulit ibu
yang gatal. Apakah ibu ada keluhan lain?

Momo : Apakah saya boleh menyusui bayi saya?

Farmasis : Tenang saja. Ibu boleh menyusui atau menggendong bayi ibu. Dokter akan
memberikan obat yang aman untuk ibu dan bayi ibu. Apakah masih ada yang ingin
ditanyakan?

Momo : Tidak, terima kasih.

Farmasis : Terima kasih atas waktunya. Jika ada keluhan atau gatal-gatalnya memburuk ibu
bisa segera memanggil perawat atau menghubungi saya. Semoga cepat sembuh.

Momo : Terima kasih.

2.4.6. Kasus 6

Seorang ibu berumur 40 tahun sudah mengkonsumsi kaptopril 25 mg dan propranolol 30 mg


2 kali sehari selama 1 bulan. Siang ini datang ke apotek untuk membeli obat sakit kepala
tanpa resep dokter.

Farmasis : Selamat siang, Ibu. Ada yang bisa saya bantu?

Pasien : Saya ingin membeli obat sakit kepala untuk saya. Kepala saya pusing sejak pagi ini.
Padahal sudah lama saya tidak pernah pusing lagi.

Farmasis : Apakah ibu sering pusing sebelumnya, atau baru ini saja?

Pasien : Dulu saya memang sering pusing. Sudah ke dokter dan katanya hipertensi. Saya
sudah diberi obat dan sudah tidak pernah pusing lagi.

Farmasis : Obat apa yang diberikan oleh dokter? Bisa ibu menceritakan pada saya bagaimana
ibu meminumnya?

Pasien : Awalnya saya diberi kaptopril. Tapi saya tidak sembuh. Setelah itu saya diberi
kaptopril dan propranolol. Semuanya diminum sehari 2 kali sebelum makan masing-masing 1
tablet.
Farmasis : Sudah berapa lama ibu minum kedua obat tersebut?

Pasien : sudah 1 bulan.

Farmasis : Dan selama 1 bulan ini ibu tidak pusing sama sekali ya?

Pasien : iya

Farmasis : Apakah pusingnya mirip seperti waktu ibu masih hipertensi? Apakah akhir-akhir
ini ibu ada melakukan kegiatan yang tidak biasanya atau kecapean?

Pasien : iya sepertinya mirip. 2 hari yang lalu saya pergi ke pesta BBQ bersama teman dan
semalam saya memang banyak makan durian. Oh iya, saya lupa minum obat saya semalam
karena saya ngantuk sekali. Tapi tadi pagi saya sudah minum obat.

Farmasis : Sepertinya ibu pusing karena tekanan darah ibu tinggi lagi. BBQ dan durian dapat
meningkatkan tekanan darah. Apalagi ibu lupa minum obat semalam.

Pasien : Jadi saya tidak boleh makan BBQ dan durian?

Farmasis : Boleh, tapi tidak banyak-banyak supaya tekanan darahnya tetap terjaga.

Pasien : Lalu sekarang bagaimana?

Farmasis : Tidak apa-apa. Lanjutkan saja pengobatannya seperti biasa. Beberapa hari ini
jangan terlalu banyak melakukan kegiatan dahulu dan jangan lupa diminum obatnya. Jika
pusingnya memburuk, segera hubungi dokter ya.

Pasien : Baiklah. Terima kasih.


BAB III
PENUTUP

Pentingnya sejarah obat pasien yang terdokumentasi adalah jelas sehubungan dengan
begitu banyaknya obat berkhasiat keras, tersedia bagi pasien dan seringnya terjadi reaksi obat
merugikan (ROM) dan penyalahgunaan obat. Apoteker mempunyai kontribusi yang
signifikan pada perawatan pasien dengan menyelidiki sejarah obatnya secara seksama.
Kemampuan apoteker untuk memperoleh suatu gambaran secara lengkap yang diterima dari
pasien, bergantung pada pengetahuan tentang obat dan keterampilan komunikasinya. Jika
apoteker tidak pandai berkomunikasi maka hubungan baik dengan pasien tidak akan terbina.
Hal ini dapat berakibat pada rusaknya keseluruhan proses wawancara sehingga informasi-
informasi penting yang dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pengobatan tidak dapat
diperoleh.
Selama wawancara, apoteker harus mendorong rasa kebersamaan antara pasien dan
apoteker. Hal ini dapat dicapai dengan memasukkan pasien dalam proses pengobatan.
Memberikan alasan untuk terapi obat dan perlunya suatu sejarah yang akurat dan lengkap,
dapat memotivasi pasien untuk berpartisipasi lebih besar dalam wawancara. Membolehkan
pasien terlibat dalam proses pengobatan, dapat membantu mengurangi perasaan tidak percaya
atau cemas dan merangsang pasien memberi informasi yang lebih banyak. Setelah data-data
hasil wawancara diperoleh, maka selanjutnya perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai