Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cost of Illness
1. Definisi
Analisis Cost of Illness (COI) merupakan bentuk evaluasi ekonomi
yang paling awal di sektor pelayanan kesehatan. Tujuan utama COI
adalah untuk mngevaluasi beban ekonomi dari suatu penyakit pada
masyarakat, meliputi seluruh sumber daya pelayanan kesehatan yang
dikonsumsi. Studi COI dapat menggambarkan penyakit mana yang
membutuhkan peningkatan alokasi sumber daya untuk pencegahan atau
terapi, tetapi mempunyai keterbatasan dalam menjelaskan bagaimana
sumber daya dialokasikan, karena tidak dilakukan pengukuran benefit.
Selain itu, dalam studi ini dikembangkan berbagai metode, yang dapat
membatasi perbandingan dari hasil studi. Studi dapat bervariasi
berdasarkan sudut pandang, sumber data yang digunakan, kriteria biaya
tidak langsung, dan kerangka waktu untuk menghitung biaya.
Studi COI yang komprehensif meliputi baik biaya langsung maupun
tidak langsung. Biaya langsung mengukur opportunity cost dari sumber
daya yang digunakan untuk mengatasi penyakit tertentu, sedangkan
biaya tidak langsung mengukur nilai sumber daya yang hilang karena
penyakit tertentu. Meskipun beberapa studi juga memasukkan
intangible cost dari nyeri atau sakit, biasanya pada pengukuran kualitas
hidup, kategori biaya tidak dihitung karena kesulitan menghitung biaya
secara tepat. Biaya medik langsung meliputi pengeluaran pelayanan
kesehatan untuk diagnosis, terapi, terapi pemeliharaan, dan rehabilitasi,
sedangkan biaya non-medik langsung adalah sumber daya sumber daya
yang tidak terkait langsung dengan pelayanan kesehatan, misalnya
transportasi dari atau ke tempat pelayanan kesehatan, pengeluaran untuk
keluarga, dan waktu dari anggota keluarga untuk merawat pasien. Istilah
biaya tidak langsung digunakan untuk menilai produktivitas yang hilang
terkait dengan penyakit atau kematian. Istilah ini tidak sama artinya jika
dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Dalam akuntasi, biaya tidak
langsung mengacu pada aktivitas tambahan atau pendukung yang
dibutuhkan unit pengguna, oleh karena itu disarankan untuk
menggunakan istilah biaya produktivitas yang terkait dengan morbiditas
dan mortalitas.
Studi COI dapat dilakukan dari beberapa sudut pandang yang
berbeda, dimana masing-masing sudut pandang biaya yang dihitung
berbeda. Berdasarkan sudut pandang (perspektif) tersebut dapat diukur
biaya masyarakat, sistem pelayanan kesehatan, pihak ketiga,
pemerintah, atau pasien.
Studi COI mengukur beban ekonomi dari suatu penyakit dan
memperkirakan nlai maksimum yang dapat dihemat atau diperoleh jika
penyakit dapat disembuhkan. Pengetahuan COI dapat membantu
pembuat kebijakan untuk memutuskan penyakit apa yang diprioritaskan
untuk ditentukan kebijakan pelayanan kesehatan dan pencegahannya.
Selain itu, studi ini dapat menjelaskan regimen terapi mana pada suatu
penyakit yang dapat menurunkan beban penyakit tersebut. Bagi
pemegang kebijakan, studi COI dapat menggambarkan pengaruh
finansial dari suatu penyakit pada program kesehatan di masyarakat.
Bagi manajer, dapat diketahui penyakit apa yang mempunyai pengaruh
besar pada biaya. Studi COI menyediakan informasi yang penting untuk
cost-effectiveness analysis dan cost benefit analysis, memberikan
kerangka kerja untuk perkiraan biayanya.

2. Tipe Cost of Illness


Tipe-tipe Cost of Illness bisa dilakukan berdasarkan data
epidemiologi, yaitu pendekatan prevalensi atau insidensi, metode yang
dipilih untuk menghitung biaya, yaitu top down atau bottom up, dan
hubungan antara awal penelitian dan pengumpulan data, yaitu studi
retrospektif dan prospektif.
a. Pendekatan Prevalensi vs Insidensi
Studi COI dapat didasarkan pada prevalensi atau insidensi.
Studi prevalensi mengacu pada jumlah total dari kasus pada periode
tertentu (biasanya dalam satu tahun), sedangkan insidensi mengacu
pada jumlah kasus baru yang muncul dalam periode waktu tertentu.
Pendekatan prevalensi memperkirakan biaya penyakit atau
kelompok penyakit pada semua kasus yang terjadi dalam periode
satu tahun, baik biaya langsung maupun produktivitas yang hilang.
Pendekatan insidensi memperkirakan biaya seumur hidup kasus
baru dari suatu keadaan atau kelompok keadaan dalam periode
tertentu.
b. Pendekatan Top Down vs Bottom-up
Perbedaan lain antara kedua pendekatan di atas adalah
bahwa pada pendekatan insidensi analisis dilakukan secara bottom
up, meliputi semua biaya penyakit selama hidup. Data yang
diperlukan lebih detail dibandingkan pendekatan prevalensi.
Pendekatan prevalensi dilakukan secara top down, mengalokasikan
total biaya untuk masing-masing kategori penyakit secara umum.
c. Cost of Illness Prospektif vs Retrospektif
COI dapat dilakukan secara prosfektif dan retrospektif
tergantung dari hubungan antara waktu penelitian dilakukan dan
pengumpulan data. Pada studi COI retrospektif, saat studi dilakukan,
semua kejadian yang relevan sudah terjadi. Proses pengumpulan
data mengacu pada data yang sudah ada, sedangkan pada studi SOI
prospektif kejadian yang relevan belum terjadi saat penelitian
dilakukan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti
pasien setiap waktu. COI berdasarkan prevalensi maupun insidensi
dapat dilakukan secara prospektif atau retrospektif

3. Tujuan
Tujuan utama dari Cost of Illness adalah sebagai berikut:
a. Untuk menilai beban ekonomi suatu penyakit dalam masyarakat.
Hasil studi dapat digunakan sebagai informasi tentang jumlah
sumber daya yang digunakan karena penyakit dan berdasarkan data
epidemiologi morbiditas dan mortalitas dapat diketahui peringkat
penyakit berdasarkan beban ekonominya.
b. Untuk mengidentifikasi komponen biaya utama dan biaya total
berdasarkan insidensi. Hal ini dapat membantu pembuat kebijakan
untuk menetapkan dan/atau membatasi:
1) Kebijakan penetapan biaya pada komponen yang memberikan
porsi terbesar dari total biaya.
2) Mengontrol implementasi nyata dari kebijakan kesehatan
sebelumnya.
3) Untuk mengidentifikasi manajemen klinik dari suatu penyakit
pada tingkat nasional. Hasil evaluasi COI dapat membantu
pembuat keputusan dan manajer untuk menganalisa fungsi
produksi yang digunakan untuk menghubungkan input dan/atau
pelayanan intermediate untuk mencapai output. Pedoman klinik
merupakan salah satu contoh hasil akhir pada kasus ini, dapat
digunakan untuk identifikasi manajemen penyakit terutama jika
dinilai tidak efektif atau sangat beragam.
4) Menjelaskan variasi biaya. Pada kasus ini dapat dilakukan
analisis statistik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara variasi biaya dan variabel penyakit ( misalnya keparahan),
pasien (misalnya variabel demografi) atau penyelenggara
pelayanan kesehatan (misalnya rumah sakit pendidikan
dibandingkan rumah sakit daerah). Hasil penelitian ini akan
membantu manajer untuk membuat perencanaan dengan
informasi yang lebih akurat untuk menentukan pelayanan ke
depan. Pola dari sumber daya yang digunakan dalam pelayanan
sangat penting untuk merencanakan pelayanan kesehatan.

B. Stroke
1. Definisi
Definisi yang paling banyak diterima secara luas adalah bahwa
stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda
klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional
otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali
ada intervensi bedah atau membawa kematian), yang tidak disebabkan
oleh sebab lain selain penyebab vaskuler (Mansjoer, 2000). Menurut
Geyer (2009) stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan
berkembangnya tiba-tiba defisit neurologis persisten fokus sekunder
terhadap peristiwa pembuluh darah.
Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan
penyebab kematian nomor dua di dunia. Duapertiga stroke terjadi di
negara berkembang. Pada masyarakat barat, 80% penderita mengalami
stroke iskemik dan 20% mengalami stroke hemoragik. Insiden stroke
meningkat seiring pertambahan usia (Dewanto dkk, 2009).

2. Klasifikasi
Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut:
1) Stroke Iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang
terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar
pada sirkulasi serebrum.
2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20%
dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak.

3. Faktor Risiko terjadinya Stroke


Tidak dapat dimodifikasi, meliputi: usia, jenis kelamin, herediter,
ras/etnik. Dapat dimodifikasi, meliputi: riwayat stroke, hipertensi,
penyakit jantung, diabetes mellitus, Transient Ischemic Attack (TIA),
hiperkolesterol, obesitas, merokok, alkoholik, hiperurisemia,
peninggian hematokrit (Mansjoer, 2000).
DAFTAR PUSTAKA

Andayani TM. 2013. Farmakoekonomi: Prinsip dan Metodelogi. Jakarta: Bursa


Ilmu.
Bootman JL. 2005. Principles of Pharmaeconomics, W Harvey Whitney Books
Company.
Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit
Saraf. hal.25. Jakarta: EGC.
Geyer JD, Gomers CR. 2009. Stroke a practical approach. Lippincott Williams &
Wilkins. USA.
Mansjoer, A (2000) Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai