KEFARMASIAN DI APOTEK
Yopi Rikmasari M.Sc., Apt
1
Standar pelayanan kefarmasian (KEPMENKES NO 73, 2016)
2
Ruang Lingkup
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
SDM, sarana
& peralatan
Pelayanan Kefarmasian
Manajerial (Pengelolaan
sediaan farmasi, alkes Farmasi klinik
dan BMHP)
3
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes dan
BMHP
Pemusnahan
Penyimpanan Pengendalian
dan penarikan
Pencatatan &
pelaporan
4
1. Perencanaan
Perlu memperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat
Konsumsi
Epidemiologi/morbiditas
Proxy Consumption
6
Perbandingan metode konsumsi & epidemiologi
7
Metode konsumsi
Metode konsumsi didasarkan pada data konsumsi sediaan
farmasi
Perhitungan dengan metode konsumsi didasarkan atas analisa
data konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya ditambah
stok penyangga (buffer stock), stok waktu tunggu (lead time)
dan memperhatikan sisa stok.
Buffer stock dapat mempertimbangkan kemungkinan perubahan
pola penyakit dan kenaikan jumlah kunjungan (misal: adanya
Kejadian Luar Biasa).
Jumlah buffer stock bervariasi antara 10% sampai 20% dari
kebutuhan atau tergantung kebijakan apotek.
Stok lead time adalah stok Obat yang dibutuhkan selama waktu
tunggu sejak Obat dipesan sampai Obat diterima
8
DATA YANG PERLU DIPERSIAPKAN
A = (B + C + D) - E
A = Rencana Kebutuhan
B = Stok Kerja (pemakaian rata – rata x 12 bulan)
C = Buffer stock
D = Lead Time Stock (Lead time x pemakaian rata –
rata)
E = Sisa stock
10
Keterangan :
Stok Kerja adalah kebutuhan obat untuk pelayanan kefarmasian
selama satu periode.
Buffer stock adalah stok pengaman
Lead time stock adalah lamanya waktu antara pemesanan obat
sampai dengan obat diterima
Lead stock adalah jumlah obat yang dibutuhkan selama waktu
tunggu (lead time)
11
Contoh 1
Selama tahun 2019 (Januari–Desember) penggunaan
Meloxicam 7,5 mg sebanyak 3000 tablet. Sisa stok per 31
Desember 2018 adalah 40 tablet. Kebijakan Buffer stock 20 %
dan Lead time diketahui 1 minggu
1. Buatlah perencanaan untuk bulan Januari 2020 !
2. Berapakah anggaran diperlukan, jika harga Meloxicam 7,5
mg (@ 50 tab/box) Rp 45.000 ?
12
Diketahui :
Stok kerja (B) = 3000 tablet/tahun
Rata – rata /bulan = 3000 = 250 tablet
12
Buffer stock (C) = 20 % x 250 = 50 tablet
Lead time stock (D) = 250/4 = 62,5 tab
Sisa stok = 40 tablet
1. Perhitungan kebutuhan :
A= (B + C + D) – E
A = (250 + 50 + 62,5) – 40
= 322,5 tab
2. Perhitungan biaya :
Jumlah kebutuhan obat = 322,5 tablet = 6,45 box ~ 7 box
Kebutuhan biaya = Rp. 45.000 x 7 box = Rp. 315.000
13
Contoh 2
14
Diketahui :
Diketahui :
Perhitungan :
A = (B + C + D) – E
15
METODE EPIDEMIOLOGI
Perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
Metode morbiditas memperkirakan keperluan obat–obat
tertentu berdasarkan dari jumlah obat, dan kejadian
penyakit umum, dan mempertimbangkan pola standar
pengobatan untuk penyakit tertentu.
Faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan
pola penyakit dan lead time .
16
LANGKAH - LANGKAH
17
Metode KOMBINASI
Kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi.
Metode kombinasi berupa perhitungan kebutuhan sediaan
farmasi atau BMHP yang telah mempunyai data konsumsi
yang jelas namun kasus penyakit cenderung berubah (naik
atau turun).
Gabungan perhitungan metode konsumsi dengan koreksi
epidemiologi yang sudah dihitung dengan suatu prediksi
(boleh persentase kenaikan kasus atau analisa trend)
18
METODE PROXY CONSUMPTION
Metode perhitungan kebutuhan obat menggunakan data
kejadian penyakit, konsumsi obat, permintaan, atau
penggunaan, dan/atau pengeluaran obat dari apotek yang
telah memiliki sistem pengelolaan obat dan
mengekstrapolasikan konsumsi atau tingkat kebutuhan
berdasarkan cakupan populasi atau tingkat layanan yang
diberikan
Metode proxy consumption dapat digunakan untuk
perencanaan pengadaan di apotek yang tidak memiliki
data konsumsi di tahun sebelumnya atau sudah berdiri
lama apabila data metode konsumsi dan/atau metode
morbiditas tidak dapat dipercaya.
19
EVALUASI PERENCANAAN
20
ANALISIS ABC
21
ANALISIS ABC
22
ANALISIS VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
dana obat yang terbatas dengan mengelompokkan obat
berdasarkan manfaat tiap jenis obat terhadap kesehatan
23
ANALISIS VEN
• kelompok obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit dan paling
dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan.
Esensial • Contoh : (a) Obat untuk pelayanan kesehatan pokok (contoh: antidiabetes,
analgesik, antikonvulsi) (b) Obat untuk mengatasi penyakit penyebab
kematian terbesar.
25
ANALISIS KOMBINASI
26
MEKANISME PENGURANGAN OBAT
27
2. Pengadaan
Sediaan farmasi harus melalui jalur resmi – melalui PBF
resmi dengan SP yang di tanda tangani Apoteker
Jenis SP yang untuk pemesanan obat :
a. SP untuk golongan obat keras
b. SP untuk golongan obat narkotika
c. SP untuk golongan obat psikotropika
d. SP untuk golongan obat prekursor farmasi
e. SP untuk golongan obat – obat tertentu yang sering
disalahgunakan
28
Contoh SP Sediaan Farmasi
29
Contoh SP Narkotika
30
Contoh SP Psikotropika
31
Contoh SP Prekursor Farmasi
32
PBF Resmi
• Dexa • Sanbe
Medica • Glaxo • Capri
• Ferron • Novartis
• Novo
Nordisk
33
PBF
34
3. Penerimaan
-Nama obat
-Bentuk sediaan
-Kekuatan sediaan
-No batch
-Waktu kadaluwarsa
- Harga obat
-Discount
-PPN
-Harga total
35
Contoh Faktur :
36
Apa yang harus dilakukan setelah sesuai ?
Tanda tangani faktur oleh Tenaga farmasi yang memiliki
SIPA/SIK
Cantumkan nama penerima
Cantumkan Nomor SIPA/SIK
Cantumkan tanggal dan jam barang diterima
Cap Apotek
37
Permenkes Nomor 98 tahun 2015
Tentang Pemberian Informasi Harga Eceran Tertinggi Obat
38
Perhitungan Harga Jual
39
Contoh 1 :
40
Contoh 2
Diketahui harga amoxsan DS dibeli seharga Rp.
18.000/botol. Harga belum termasuk PPN. Jika apotek
menetapkan keuntungan sebesar 25 % maka berapakah
harga obat per botol ?
Jawab :
Harga beli = 18.000/btl
HNA = Rp. 18.000 x (Rp.18.000 x 10%)
= Rp. 18.000 + Rp. 1.800 = Rp. 19.800
HJA = Rp. 19.800 + (Rp.19.800 x 25%)
= Rp. 19.800 + Rp. 4.950
= Rp. 24.750
41
4. Penyimpanan
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat harus dipindah,
maka harus mencegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas dalam wadah baru sekurang –
kurangnya tercantum nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa
b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin kemanan dan stabilitasnya
c. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
d. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara
alfabetis
e. Pengeluaran obat memakai sitem FEFO dan FIFO
42
Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi
(High alert)
43
Cakupan obat high alert
Obat risiko tinggi, yaitu sediaan farmasi dengan zat aktif yang
akan menimbulkan kematian atau kecacatan bila terjadi
kesalahan ( error ) dalam penggunaannya (contoh: insulin,
heparin atau kemoterapeutik).
Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat
Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike
/LASA) (contoh lihat gambar)
Elektrolit konsentrat contoh: kalium klorida dengan
konsentrasi sama atau lebih dari 2 mEq/ml, kalium fosfat,
natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan
magnesium sulfat injeksi dengan konsentrasi 50% atau lebih
Elektrolit konsentrasi tertentu, contoh: kalium klorida dengan
konsentrasi 1 mEq/ml, magnesium sulfat 20% dan 40%.
44
Penyimpanan high alert
Disimpan ditempat terpisah dan diberi label high alert
Untuk sitostatika sesuai dengan tanda/label standar
internasional, tidak perlu diberikan label high alert
Daftar obat beresika tinggi ditetapkan oleh RS –
berdasarkan referensi acuan (misal ISMP = Institute for
Safe Medication Practice)
45
Label Sitostatika & High Alert
46
Obat Look Alike Sound Alike
(LASA)/NORUM
Rumah sakit menetapkan daftar obat Look Alike Sound
Alike (LASA)/namaobat-rupa-ucapan-mirip (NORUM).
Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan
dan diberi label khusus sehingga petugas dapat lebih
mewaspadai adanya obat LASA/NORUM.
Disarankan dalam penulisan menggunakan Tall Man
Lettering untuk nama obat yang bunyi/ejaannya mirip.
47
tall-man lettering
Memberikan penebalan, atau warna huruf berbeda pada
pelabelan nama obat,
misalnya :
ChlorproMAZINE vs ChlorproPAMIDE
HydrALAzine vs HydrOXYzine
MeFINTER vs MeTIFER
48
Contoh obat lasa dengan kekuatan sediaan
berbeda
49
CONTOH OBAT LASA DENGAN BENTUK
SEDIAAN BERBEDA
50
CONTOH OBAT LASA DENGAN
KANDUNGAN ZAT AKTIF BERBEDA
51
CONTOH OBAT LASA DISIMPAN
TIDAK BERDEKATAN
52
CONTOH LABEL LASA
53
Obat narkotika, psikotropika dan prekursor
54
5. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan Penarikan
55
Pemusnahan Obat
56
Form 1
57
58
Pemusnahan Resep
59
Form 2
60
6. Pengendalian
61
Contoh Kartu Stok :
62
7. Pencatatan dan Pelaporan
63
Form 3
64
Form 4
65
Pelayanan Farmasi Klinik
Pengkajian &
pelayanan Dispensing PIO
resep
Home
Konseling Pharmacy PTO
Care
MESO
66
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
67
Skrining resep
Persyaratan Persyaratan
Persyaratan Klinis
Administrasi Farmasetik
• Nama, umur, jenis • Nama Obat, • Ketepatan
kelamin, berat bentuk dan indikasi, dosis dan
badan dan tinggi kekuatan sediaan; waktu
badan pasien; • Dosis dan Jumlah penggunaan Obat;
• Nama, nomor ijin, Obat; • Duplikasi
alamat dan paraf • Stabilitas; dan pengobatan;
dokter; • Aturan dan cara • Alergi dan Reaksi
• Tanggal Resep; penggunaan Obat yang Tidak
• Ruangan/unit asal Dikehendaki
Resep (ROTD);
• Kontraindikasi;
• Interaksi Obat
68
2. Dispensing
69
Langkah – langkah penyerahan obat :
70
Form 5 :
71
SWAMEDIKASI
72
3. PIO
kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian
informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien
atau masyarakat
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus,
rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi,
terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan
pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari
Obat dan lain-lain
73
Kegiatan PIO meliputi :
74
Form 6 :
75
Hal – hal yang harus diperhatikan :
1. Topik pertanyaan
2. Tanggal dan waktu PIO diberikan
3. Metode PIO (lisan, tertulis, telepon)
4. Data pesan (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi
lain seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil
atau menyusui, data lab)
5. Uraian pertanyaan
6. Jawaban pertanyaan
7. Referensi
8. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon)
dan data apoteker yang memberikan pelayanan
76
4. Konseling
77
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu
diberi konseling
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis
(misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat
untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga
termasuk pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit
yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
78
Kegiatan Konseling
79
Form 7
80
Home Pharmacy Care
81
Jenis Pelayanan
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan
dengan pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien
3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di
rumah, misalnya cara pemakaian Obat asma, penyimpanan
insulin
4. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan
Obat berdasarkan catatan pengobatan pasien
83
PTO
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif dan
terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
84
Kriteria Pasien
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan
reaksi Obat yang merugikan.
85
Kegiatan
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan
pasien yang terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan
Obat dan riwayat alergi; melalui wawancara dengan pasien
atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain
3. Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah terkait
Obat antara lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi,
pemberian Obat tanpa indikasi, pemilihan Obat yang tidak
tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, terjadinya
reaksi Obat yang tidak diinginkan atau terjadinya interaksi
Obat
4. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi
pasien dan menentukan apakah masalah tersebut sudah atau
berpotensi akan terjadi
86
5. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut
yang berisi rencana pemantauan dengan tujuan
memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan
efek yang tidak dikehendaki
6. Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi
yang telah dibuat oleh Apoteker harus dikomunikasikan
dengan tenaga kesehatan terkait untuk mengoptimalkan
tujuan terapi.
87
Form 9
88
MESO
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap
Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
89
Kegiatan
90
Form 10
91
SUMBER DAYA KEFARMASIAN
• APOTEKER
SDM • Aping dan/atau
TTK
• Mudah diakses
Sarana • Menjamin mutu
Prasarana
92
Sarana yang memiliki fungsi
1. Ruang penerimaan resep
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan
terbatas)
3. Ruang penyerahan obat
4. Ruang konseling
5. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP
93
Peralatan di ruang pelayanan resep dan
peracikan
Peralatan peracikan
Timbangan obat
Air minum (air mineral) untuk pengencer
Sendok obat
Bahan pengemas obat
Lemari pendingin
Termometer ruangan
Blanko salinan resep
Etiket dan label obat
94
Kelengkapan ruang penyimpanan
Rak/lemari obat
Pallet
Pendingin ruangan (AC)
Lemari pendingin
Lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika
Lemari penyimpanan obat khusus
Pengukur suhu ruangan
Kartu suhu
95
Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian
97
Mutu manajerial
- Metode evaluasi -
98
Mutu Manajerial
- Indikator Evaluasi Mutu -
Kesesuaian proses terhadap standar
Efektivitas dan efisiensi
99
Mutu Pelayanan Farmasi Klinik
- Metode evaluasi -
100
Mutu Pelayanan Farmasi Klinik
- Metode evaluasi -
101
Mutu Pelayanan Farmasi Klinik
- Indikator Evaluasi Mutu -
Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero deffect dari
medication error
SPO : untuk menjamin mutu pelayanan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan
Lama waktu pelayanan resep antara 15 – 30 menit
Keluaran pelayanan kefarmasian secara klinik berupa
kesembuhan penyakit pasien, pengurangan atau hilangnya
gejala penyakit, pencegahan terhadap penyakit atau gejala,
memperlambat perkembangan penyakit
102