Anda di halaman 1dari 45

SOAL #1

Seorang apoteker yang bekerja di suatu Puskesmas Rawat inap berstatus BLUD, akan melakukan
perencanaan untuk pengadaan secara mandiri obat program jiwa yaitu Risperidon tablet 2mg.
Karena telah terjadi kekosongan obat tersebut di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota. Pengadaan
dilakukan untuk bulan Oktober 2022. Penggunaan Risperidone pada bulan Juli sebanyak 1200
tablet, Agustus 1300 tablet, dan September 1100 tablet. Sisa persediaan sebanyak 500 tablet dan
waktu tunggu selama 5 hari kerja. Jika apoteker menetapkan buffer stok sebesar 20%. Risperidon
yang tersedia dengan kemasan box isi 10 strip (10 tablet/ strip).
Berapa tablet Risperidone yang harus dipesan?
a. 900
b. 1400
c. 1700
d. 1200
e. 700
Jawaban: d. 1200
PEMBAHASAN

No Bulan Penggunaan A = (B+C+D)-E


1 Juli 1.200 tablet • A = rencana kebutuhan
• B = pemakaian rata-rata per bulan
2 Agustus 1.300 tablet • C = stok pengaman 10-20%
September 1.100 tablet • D = waktu tunggu
3 • E = sisa stok periode sebelumnya
Rata-rata penggunaan 1.200 tablet
per bulan (B)
Rata-rata penggunaan 40 tablet Rencana pemesanan (A)
per hari = (B+C+D)-E
= (1.200 + 240 + 200) – 500 tablet
Stok pengaman (C) = 20% x 1.200 tablet = 1.140 tablet
= 240 tablet ≈ 1.200 tablet
Waktu tunggu (D) = 5 hari kerja x 40 tablet = 12 box (10 strip x 10 tablet/strip)
= 200 tablet
Sisa periode sebelumnya (E)= 500 tablet
SOAL #2

Seorang Apoteker di Puskesmas akan melakukan pengadaan obat untuk


tahun 2023. Apoteker tersebut melihat data tahun 2020, 2021, dan 2022
sebagai dasar pengadaan obat. Metode apakah yang digunakan Apoteker
tersebut?
a. Konsumsi
b. Epidemiologi
c. Pareto
d. VEN
e. Campuran
Jawaban : a. Konsumsi
PEMBAHASAN
PERENCANAAN OBAT
• Dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan secara tepat.
• Perhitungan kebutuhan obat untuk satu periode dapat dilakukan dengan menggunakan
metode konsumsi, metode morbiditas, dan kombinasi.
1. Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat
periode sebelumnya
2. Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit, waktu
tunggu, dan stok pengaman.
3. Metode Kombinasi adalah metode ini saling mengisi kelengkapan diantara kedua
metode konsumsi dan epidemiologi serta meminimalisir kekurangannya
PEMBAHASAN

EVALUASI PERENCANAAN
• Cara/ teknik evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisa ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi
2. Pertimbangan/ kriteria VEN, untuk evaluasi aspek medik/ terapi
3. Kombinasi ABC dan VEN
4. Revisi daftar obat
SOAL #3

Untuk menjamin ketersediaan obat di Puskesmas, maka perlu dilakukan


proses pengadaan obat yang efektif dan efisien sesuai peraturan yang
berlaku. Pengadaan obat di Puskesmas dapat dilakukan melalui, kecuali:
a. Permintaan Khusus
b. Pengadaan Mandiri
c. Permintaan rutin ke Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah
d. Permintaan ke Apotek
e. Pengadaan ke PBF
Jawab: d. Permintaan ke Apotek
PEMBAHASAN
• Tujuan pengadaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di Puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
• Pengadaan obat di puskesmas dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. pengadaan mandiri melalui pengadaan barang/jasa pemerintah
• Permintaan obat puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
• Permintaan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Permintaan rutin: Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing–masing puskesmas
2. Permintaan khusus : Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin dan proses permintaan khusus sama
dengan proses permintaan rutin.
• Permintaan khusus dilakukan apabila :
1) Kebutuhan meningkat
2) Terjadi kekosongan obat
3) Ada Kejadian Luar Biasa (KLB/Bencana)
LPLPO PUSKESMAS
SOAL #4

Apoteker bertanggungjawab untuk memeriksa kesesuaian antara fisik obat


dengan dokumen penerimaan obat, diantaranya:
a. Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa
b. Tanggal pembuatan obat
c. Kebenaran nama apoteker penanggungjawab pemasok
d. Warna kemasan obat
Jawab: a. Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa
PEMBAHASAN
• Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan BMHP dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan kebutuhan
yang telah diajukan
• Tujuan penerimaan adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan
yang diajukan oleh Puskesmas, serta memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.
• Saat melakukan Penerimaan Obat, Apoteker harus melakukan pemeriksaan :
1. Mutu sediaan Obat : kondisi kemasan termasuk segel, label/penandaan dalam keadaan baik
2. Kesesuaian Nama, Bentuk, Kekuatan sediaan Obat, isi Kemasan antara Surat Pesanan dengan Obat
Yang diterima
3. Kesesuaian antara fisik obat dengan faktur pembelian, LPLPO, dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB)
meliputi:
a. Kebenaran nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk, dan kekuatan sediaan
b. Nomor Bets dan tanggal kedaluwarsa dengan fisik
c. Tanggal kedaluwarsa minimal 2th/disesuaikan dengan self life obat/disesuaikan dengan periode
pengelolaan obat
4. Fisik Obat : kemasan dan label, keutuhan sediaan, konsistensi, kejernihan dari sediaan injeksi,
homogenitas, warna, dsb
PEMBAHASAN
• Penerimaan obat hasil pengadaan mandiri Puskesmas:
 Jika obat dari PBF dilakukan oleh Tim Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, harus melibatkan Apoteker dalam
Tim Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
 Apabila Apoteker tidak termasuk dalam Tim Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, maka penerimaan dilakukan
oleh Tenaga Kefarmasian yang ditunjuk oleh APJ
 Tim Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah segera menyerahkan obat kepada APJ atau Tenaga Kefarmasian yang
ditunjuk oleh APJ
 Apoteker Penanggung Jawab wajib mendokumentasikan salinan faktur pembelian dan/atauBerita Acara Serah
Terima Barang
• Dokumen terkait penerimaan obat yang harus diperhatikan
1. Penerimaan dari Dinas Kesehatan : LPLPO/Surat Permintaan, SBBK/ BAST, VAR (Vaccine Arrival Report)
2. Penerimaan dari Pengadaan Mandiri : Surat Pesanan, Surat jalan/Tanda Terima Barang, Faktur Pembelian, Bukti
Retur (jika ada)
3. Penerimaan Lainnya (Hibah/ Donasi) : SBBK/ BAST, Buku Bantu Penerimaan
SOAL #5
Seorang apoteker di Puskesmas akan melakukan penyimpanan obat, yaitu obat LASA
(Look Alike Sound Alike) salah satu obatnya adalah Amlodipine tablet 5 mg dan tablet 10
mg. LASA sendiri mempunyai penyimpanan khusus untuk menghindari kesalahan dalam
pemberian obat kepada pasien.
Bagaimana cara penyimpanan Amlodipine tersebut?
a. Amlodipine disimpan sesuai dengan bentuk sediaannya
b. Amlodipin disimpan berdasarkan alfabetis
c. Amlodipine diberi label “LASA” dengan tulisan obat yang jelas pada kotak
penyimpanannya dan diberi jarak minimal 2 (dua) obat antara Amlodipin tablet 5mg
dan 10mg
d. Penyimpanan Amlodipine dengan metode FEFO dan FIFO
e. Amlodipine disimpan bersamaan dengan obat yang lain
Jawab : c. Amlodipine diberi label “LASA” dengan tulisan obat yang jelas pada kotak
penyimpanannya dan diberi jarak minimal 2 (dua) obat antara Amlodipin tablet 5mg dan
10mg
PEMBAHASAN HIGH ALERT- LASA
• Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang
persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian
sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome) demikian pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip
(Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/ LASA).
• SOP penyimpanan obat Look Alike Sound Alike (LASA):
1. Disimpan dengan obat lainnya dengan ditempel label LASA pada rak dan kotak
penyimpanan
2. Obat LASA disimpan sebagaimana obat lainnya yaitu berdasarkan bentuk sediaan,
suhu penyimpanan, tanggal kadaluarsa (sistem FEFO), berdasarkan kedatangan
(system FIFO), dan alfabetis namanya.
3. Obat LASA diletakkan tidak berdekatan satu sama lain (diberi jarak 2 kotak atar LASA
setipe) untuk mencegah terjadinya potensi kesalahan.
SOAL #6
Seorang apoteker akan menyimpan obat kodein tablet sesuai dengan peraturan
yang dipersyaratkan. Bagaimana ketentuan tempat penyimpanan dari obat
tersebut?
a. Memiliki kunci tunggal
b. Memiliki 2 (dua) buah kunci yang sama
c. Memiliki 2 (dua) buah kunci yang berbeda dan dibawa oleh Apoteker
Penanggung jawab
d. Memiliki 2 (dua) buah kunci yang berbeda dan dibawa oleh pegawai lain yang
dikuasakan
e. Memiliki 2 (dua) buah kunci yang berbeda dan dibawa oleh Apoteker
Penanggung jawab, satunya dibawa oleh pegawai lain yang dikuasakan

Jawab: e. Memiliki 2 (dua) buah kunci yang berbeda dan dibawa oleh Apoteker
Penanggung jawab, satunya dibawa oleh pegawai lain yang dikuasakan
PEMBAHASAN PENYIMPANAN NARKOTIKA – PSIKOTROPIKA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 24 TAHUN 2021 TENTANG PENGAWASAN PENGELOLAAN OBAT,
BAHAN OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN

3.2. Narkotika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan Narkotika.


3.3. Psikotropika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan Psikotropika.
3.6. Lemari khusus penyimpanan Narkotika harus mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker
Penanggung Jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan.
3.7. Lemari khusus penyimpanan Psikotropika harus mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker
Penanggung Jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan. Apabila Apoteker Penanggung Jawab
berhalangan hadir dapat menguasakan kunci kepada pegawai lain.
3.8. Dalam hal Apoteker Penanggung Jawab sebagaimana dimaksud angka 3.6 dan angka 3.7 berhalangan hadir, Apoteker Penanggung
Jawab dapat menguasakan kunci kepada pegawai lain
3.9. Pegawai lain sebagaimana dimaksud angka 3.6, angka 3.7, dan angka 3.8 adalah Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
3.10. Pemberian kuasa sebagaimana dimaksud angka 3.6, angka 3.7, dan angka 3.8 harus dilengkapi dengan Surat Kuasa yang
ditandatangani oleh pihak pemberi kuasa dan pihak penerima kuasa.
3.11. Surat Kuasa harus diarsipkan sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun.
3.12. Penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi harus dilengkapi pencatatan menggunakan kartu stok, dapat
berbentuk kartu stok manual maupun elektronik.
3.16. Narkotika yang rusak dan/atau kedaluwarsa harus disimpan secara terpisah dari Narkotika yang layak guna, dalam lemari
penyimpanan khusus Narkotika dan diberi penandaaan yang jelas.
3.19. Melakukan stok opname Narkotika dan Psikotropika secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) bulan
SOAL #7

Seorang Apoteker di Puskesmas mendistribusikan obat untuk keperluan


jaringan puskesmas berdasarkan permintaan nakes di jaringan melalui LPLPO
jaringan. Sistem distribusi apakah yang dilakukan Apoteker tersebut?
a. Sentralisasi
b. UDD
c. ODD
d. Floor stock
e. Individual prescription
Jawab: d. Floor stock
PEMBAHASAN
Distribusi Obat di Puskesmas
• Pendistribusian Obat merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/ satelit farmasi
Puskesmas dan jaringannya.
• Tujuan distribusi untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat.
• Cara distribusi Obat
1. Floor stock
2. Individual prescription:
• Unit dose dispensing (UDD)
• One daily dose dispensing (ODD)
3. Kombinasi
SOAL #8

Apoteker di Puskesmas berkewajiban untuk menjamin ketersediaan obat.


Dalam hal ini, yang harus dilakukan oleh apoteker adalah melakukan
pengendalian obat. Berikut ini pengendalian obat di Puskesmas, kecuali:
a. Pengendalian sediaan hilang
b. Pengendalian distribusi
c. Pengendalian sediaan kadaluarsa
d. Pengendalian penggunaan
e. Pengendalian sediaan rusak

Jawab: b. Pengendalian distribusi


PEMBAHASAN
• Pengendalian adalah kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran sesuai strategi yang telah ditetapkan di
puskesmas agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di puskesmas
• Pengendalian ada 3, yaitu:
1. Pengendalian persediaan
 Apoteker bertanggungjawab mencegah/mengatasi kekurangan/kekosongan obat di puskesmas.
 Contoh kegiatan Pengendalian Persediaan:
• Substitusi obat
• Mengajukan permintaan obat ke Dinas Kesehatan Kab / Kota.
• Pengadaan mandiri obat yg tidak dapat dipenuhi Dinas Kesehatan Kab/Kota sesuai peraturan yang berlaku
2. Pengendalian penggunaan
 Pengendalian Penggunaan dilakukan untuk mengetahui jumlah penerimaan dan pemakaian obat sehingga dapat
memastikan jumlah kebutuhan obat dalam satu periode.
 Kegiatannya mencakup :
 Memperkirakan pemakaian rata-rata periode tertentu/stok kerja.
 Menentukan Stok optimum, Stok pengaman, Waktu tunggu, Waktu kekosongan obat
 Melakukan pencatatan secara Digital/ Manual dengan kartu stok
3. Penanganan obat hilang, rusak dan kedaluwarsa
SOAL #9

Laporan Pelayanan Kefarmasian disampaikan secara berjenjang sebagai


berikut:
a. Kepala Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Dinas Kesehatan
Provinsi, Kementerian Kesehatan
b. Kepala Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
c. Kepala Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kementrian
Kesehatan
d. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kementerian Kesehatan
e. Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi

Jawab: a. Kepala Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Dinas


Kesehatan Provinsi, Kementerian Kesehatan
PEMBAHASAN
• Tujuan dari Pencatatan, Pelaporan, dan Pengarsipan Obat
Kementerian Kesehatan
di Puskesmas
 Sebagai bukti pengelolaan telah dilaksanakan
 Sebagai sumber data untuk pembuatan laporan
Dinas Kesehatan Provinsi
 Sebagai sumber data untuk melakukan
pengendalian
• Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan
Dinas Kesehatan Provinsi
kegiatan administrasi pengelolaan sediaan farmasi,
tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan
kepada pihak yang berkepentingan.
• Pengarsipan adalah kegiatan menyimpan dokumen Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
pencatatan dan pelaporan selama jangka waktu tertentu,
dengan suatu sistem yang mudah ditelusur jika
dibutuhkan.
Puskesmas
SOAL #10

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di Puskesmas dilakukan secara


periodik dengan tujuan, kecuali?
a. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan
b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat di puskesmas
c. Mendapatkan status paripurna dalam akreditasi puskesmas
d. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan sehingga dapat
menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan

Jawab: c. Mendapatkan status paripurna dalam akreditasi puskesmas


PEMBAHASAN
• Titik fokus dari pemantauan adalah pengukuran indikator kinerja, yakni
membandingkan capaian terhadap target yang telah ditetapkan di awal periode.
• Evaluasi dilakukan terhadap hasil pemantauan.
• Evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk menilai dan memperoleh informasi tentang
keberhasilan pengelolaan obat dan BMHP, atau ketika terjadi penyimpangan / tidak
mencapai target, maka dapat dibuat sebuah solusi.
• Tujuan pemantauan dan evaluasi adalah :
1. Menjaga kualitas dan pemerataan pelayanan
2. Melakukan perbaikan berkesinambungan
3. Memberi penilaian capaian kinerja
SOAL #11

Seorang apoteker di puskesmas menerima vial vaksin Td yang sudah terbuka


dari seorang bidan setelah melakukan imunisasi di dalam gedung. Berapa
lamakah (hari) vaksin tersebut bisa disimpan?
a. 0,5
b. 1
c. 7
d. 14
e. 28

Jawab: e. 28
PEMBAHASAN
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi
• Vaksin sisa pada pelayanan statis
(Puskesmas, Rumah Sakit atau praktek
swasta) bisa digunakan pada pelayanan
hari berikutnya. Beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi adalah:
1. Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
2. VVM dalam kondisi A atau B
3. Belum kadaluwarsa
4. Tidak terendam air selama
penyimpanan
5. Belum melampaui masa pemakaian
SOAL #12

Apoteker di Puskesmas menerima vaksin polio tetes (BOPV) pada tanggal 5


September 2022. Vaksin BOPV tersebut tertulis expired date September
2024. Kapan batas waktu vaksin BOPV tersebut bisa digunakan?
a. 2 minggu
b. 4 minggu
c. 6 minggu
d. 8 minggu
e. 10 minggu

Jawab : b. 4 minggu
PEMBAHASAN

• Di Puskesmas, semua vaksin disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada vaccine
refrigerator.
SOAL #13

Seorang apoteker di sebuah puskesmas akan melakukan perencanaan OAT-


FDC untuk memenuhi kebutuhan satu tahun kedepan. Pembuatan
perencanaan obat tersebut dilakukan berdasarkan prevalensi penyakit TB di
puskesmas. Apakah metode perencanaan obat yang digunakan oleh
apoteker tersebut?
a. Metode konsumsi
b. Metode epidemiologi
c. Metode kombinasi
d. Metode just in time
e. Metode konsinyasi
Jawab: b Metode epidemiologi
PEMBAHASAN
PERENCANAAN OBAT
• Dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan secara tepat.
• Perhitungan kebutuhan obat untuk satu periode dapat dilakukan dengan menggunakan
metode konsumsi, metode morbiditas, dan kombinasi.
1. Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat
periode sebelumnya
2. Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit, waktu
tunggu, dan stok pengaman.
3. Metode Kombinasi adalah metode ini saling mengisi kelengkapan diantara kedua
metode konsumsi dan epidemiologi serta meminimalisir kekurangannya

Anda mungkin juga menyukai