Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, gawat darurat dan penunjang medis. Pengelolaan rumah sakit sebagai institusi
pelayanan publik harus dikelola secara aman dari pencemaran lingkungan rumah sakit yang
diakibatkan oleh bahan dan limbah bahan berbahaya dan beracun.
Sebagai dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang maka
produksi, distribusi dan penggunaan bahan berbahaya semakin meningkat jumlahnya
maupun jenisnya.Penggunaan bahan berbahaya yang tidak sesuai dengan peruntukannya
dan penangananya dapat menimbulkan ancaman atau bahaya terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan.
Salah satu upaya untuk menghindarkan atau mengurangi resiko bahan berbahaya dilakukan
melalui pemberian informasi yang benar tentang Bahan Berbahaya Beracun ( B3 ) dan cara
penanganannya.
Bahwa rumah sakit sebagai institusi pelayanan publik yang memberikan jasa pelayanan
kesehatan adalah tempat dan sarana untuk mengupayakan keselamatan dan keamanan
seluruh penghuni rumah sakit. Untuk dapat memberikan jasa pelayanan kesehatan secara
maksimal, mengamanakan dan mencegah pencemaran lingkungan, rumah sakit harus dalam
keadaan aman akibat dari penggunaan bahan berbahaya dan beracun.
Rumah Sakit Pratama Tangguwisia menggunakan beberapa jenis bahan berbahaya
dan beracun dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan. Untuk itu perlu dibuat panduan
pengelolaan bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
agar resiko-resiko tersebut dapat diminimalisasi dan memberikan rasa aman kepada petugas
dan lingkungan.
B. Tujuan
1. Sebagai acuan di Rumah Sakit Pratama Tangguwisia dalam pengelolaan bahan
berbahaya dan beracun serta limbah B3 yang dihasilkan dalam pelayana kesehatan.
2. Memberikan keamanan kepada pasien, dokter, pengunjung dan karyawan rumah sakit,
serta mencegah pencemaran lingkungan dengan adanya bahan berbahaya dan beracun
3. Meminimalisasi resiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

C. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tantang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Undang – Undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang – Undang RI No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 1


5. Peraturan Pemerintah RI No.18 jo No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)
6. Peraturan Pemerintah RI No.74 tahun 2001 tentang Bahan Berbahaya Beracun
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472/MENKES/PER/V/1999 tentang Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
8. Keputusan Badan Pengelola Dampak Lingkungan No.01/BAPEDAL/09/1995 Tentang
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
D. PENGERTIAN

Bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah bahan yang karena dan atau konsentrasinya
dan atau jumlahnya ,baik secara langsung maupun tidak langsung,dapat mencemarkan dan
atau merusak lingkungan hidup,dan atau dapat membahayakan lingkungan
hidup,kesehatan,kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya (UU No.32 tahun
2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan PP No 74 tahun 2001
tentang pengelolaan B3).

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan / atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan / atau beracun yang karena sifat dan / atau
konsentrasinya dan / atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan / atau merusakkan lingkungan hidup dan / atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,


penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan
limbah B3.

MSDS (Material safety Data Sheet) adalah lembar data khusus yang menjelaskan tentang
suatu bahan kimia mengenai pengenalan umum ,sifat-sifat bahan,cara
penanganan,penyimpanan,pemindahan dan pengelolaan limbah buangan bahan tersebut.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 2


BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang lingkup pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun mencangkup tentang :

1. Identifikasi B3
2. Penanganan, penyimpanan, penggunaan B3 dan limbahnya
3. Penggunaan APD dan prosedur dalam penanganan tumpahan/paparan/pajanan
4. Pemberian label pada masing – masing produk B3
5. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan B3
6. Dokumentasi, termasuk izin, lisensi, atau persyaratan peraturan lainnya
7. Pengadaan/pembelian B3
B. Ruang lingkup panduan pengelolaan bahan dan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) di
Rumah Sakit Pratama Tangguwisia, meliputi :

1. Inventarisasi dan pemberian label bahan dan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3).
Adapun instalasi / unit kerja yang menggunakan bahan berbahaya, yaitu :
a. Instalasi Gawat Darurat;
b. Ruang rawat inap ibu dan anak;
c. Kamar Bersalin;
d. Ruang Intensive (NICU);
e. Instalasi Laboratorium;
f. Instalasi Radiologi;
g. Unit Housekeeping;
h. Unit Dapur;
2. Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang meliputi :
a. kegiatan penanganan;
b. penyimpanan.
3. Pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun (B3) meliputi pengumpulan, penyimpanan dan
pembuangan;
4. Penanganan tumpahan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan pelaporan insiden;
5. Alat Pelindung Diri (APD) pada penanganan bahan dan limbah Bahan Berbahaya Beracun
(B3), terdiri dari : masker, sepatu boot, sarung tangan, kaca mata / goegle, helmet, ear muff /
ear plug, clemek / apron, jas lab dan baju operasi;
6. Pendokumentasian limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3), meliputi pengadaan,
penyimpanan dan pemusnahan.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 3


BAB III
TATALAKSANA

A. Penanganan Bahan Berbahaya Beracun (B3)


Dalam penanganan Bahan Berbahaya Beracun (B3), hal penting yang harus diperhatikan
adalah sifat fisik, kimia, bahaya dan akibat dari bahan tersebut.
Gambar 3.1 berikut menggambarkan diagram dalam penanganan Bahan Berbahaya
Beracun (B3).

Nama dan Sifat fisik Wujud fisik Sifat kimia Sifat bahaya
formula
bahan

TD Gas
TL Cair
Tekanan Uap Reaktivitas Toksik
Padat
Suhu Flammable
dekomposisi Eksplosif
Berat jenis

a. Penanganan bahan beracun


Untuk menghindari paparan bahan beracun, cara penanganan yang dilakukan sebagai
berikut :
1) Penanganan dalam ruang khusus atau lemari asam.
2) Bekerja dengan arah angin dari pekerja ke sumber emisi.
3) Ruang kerja berventilasi.
4) Memakai alat pelindung masker atau respirator yang tepat.
b. Penanganan bahan korosif
Untuk mencegah paparan bahan kimia korosif, penanganan jenis bahan ini dilakukan
dengan :
1) Menggunakan sarung tangan (gloves)
2) Pelindung muka (goegel)
3) Pelindung badan (jas lab)

a. b. c.

c. Penanganan bahan mudah terbakar (flammabel)


Untuk mencegah bahaya kebakaran dalam penanganan bahan mudah terbakar, cara yang
dilakukan :
1) Pisahkan 3 unsur terjadinya kebakaran meliputi bahan mudah terbakar O2 dan
sumber panas

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 4


2) Simpan bahan tersebut pada tempat dengan temperatur ruang dan berventilasi cukup
d. Penanganan bahan kimia reaktif
1) Penyimpanan jauhkan dari sinar matahari atau panas
2) Hindarkan dari pengadukan yang menimbulkan panas
3) Hindarai benturan pada saat pengangkutan
4) Penanganan harus menggunakan alat pelindung diri (kacamata, pelindung muka dan
badan, sarung tangan,)
5) Sediakan alat pemadam api ringan di tempat penyimpanan/lokasi kerja.
e. Penanganan bahan iritasi (irritant)
1) Kemasan mengggunakan bahan pvc/plastic
2) Ruangan harus berventilasi cukup
3) Penanganan harus menggunakan alata pelindung diri (sarung tangan, masker)

B. Jenis dan penggolongan B3


B3 diklasifikasikan menjadi :
1. Bahan kimia beracun(toxic) adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematianapabila terserap ke dalam
tubuhkarena tertelan,lewat pernafasan atau kontak dengan kulit.
2. Bahan kimia krosif (corrosive) adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat
mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain (kerat
pada ligam)
3. Bahan kimia mudah terbakar (flammable) adalah bahan kimia yang mudah
bereaksidengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang
terlalu cepat dapat juga menimbukan ledakan
4. Bahan kimia peledak (explosive) adalah suatu zat padat atau cair atau campuran
keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan
tekanan yang besar serta suhu yang tinggi,sehingga menimbulkan kerusakan
disekelilingnya.
5. Bahan kimia reaktif terhadap asam (acid sensitive substance) adalah bahan kimia yang
amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar
atau gas-gas yang beracundan corrosive
6. Gas bertekanan (compressed gases) adalah gas yang disimpan dibawah tekanan ,baik
gas yang ditekanmaupun gas cair atau gas yang dilarutkandalam pelarut dibawah
tekanan
7. Bahan kimia radio aktif (radioactive substance adalah bahan kimia yang mempunyai
kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih besar dari
0,0002 microcurie/gram
C. Pengadaan B3
Pengadaan adalah kegiatan memenuhi kebutuhan operasional yang telah digariskan sesuai
perencanaan yang telah dibuat dan disetujui melalui :

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 5


1. Pembelian : dapat langsung,penunjukkan atau tender
2. Produksi : steril,non steril sediaan langka

Tiap pengadaan/pembelian B3 harus dicantumkan dengan jelas tentang informasi bahan


berupa :

1. Labeling B3
2. Lembar sertifikat analisa
3. Informasi dampak bahaya
4. Informasi P3K dan APDnya
5. Lembar MSDS
Lembar MSDS umumnya terdiri dari :
Judul Penjelasan
Identitas produk dan a. Untuk identitas, produk tertera nama dagang atau nama
pabrik kimia (nama dagang harus ada sinonim produk atau
substansinya)
b. Untuk identitas pabrik,tertera nama pabrik pembuat
,tanggal MSDS di buat,alamat pabrik,telepon yang jelas
dalam kondisi emergency,dll)
Bahan-bahan berbahaya Tertera bahan-bahan berbahaya yang tercantum pada daftar
bahan-bahan berbahaya,untuk campuran harus mencantumkan
bahan berbahaya yang komposisinya ≥ 1 %saja
Data fisik Data ini menjelaskan tentang titik cair,tampilan baud an lai
n=lain yang menginformasikan tentang sifatbahan kimia dan
jenis bahaya yang ditimbulkan

Data kebakaran dan Bagian ini mendata titik nyala api dan batas mudah
ledakan terbakaratau meledak,serta menjelaskan bagaimana
memadamkan api
Data reaktifitas Bagian ini menjelaskan apakah suatu substansi stabil atau
tidak,bila tidak bahaya apa yang di timbulkan dalam keadaan
tidak stabil. Bagian ini mendata ketidakcocokkan substansi
,substansi mana yang tidak boleh diletakkan atau digunakan
secara bersamaan. Informasi ini penting untuk penyimpanan
dan penanganan produk yang tepat
Data bahaya kesehatan Rute tempat masuk (pernafasan,penyerapan kulit atau
ingestion),efek kesehatan akut atau kronik,tanda-tanda dan
gejala awal,,apakah prosuknya bersifat karsinogen ,masalah
kesehatan yang makinbila terkena,dan pertolongan pertama
yang direkomendasikan/prosedur gawat darurat ,semuanya
harus terdaftar dibagian ini

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 6


Tindakan pencegahan Informasi dibutuhkan untuk memikirkan remcana respon gawat
untuk penanganan darurat,prosedur pembersihan,metode pembuangan yang
aman,,yang dibutuhkan dalam penyimpanan,,dan penanganan
tindak pencegahan harus detail bagianini
Pengukuran control Metode yang direkomendasikan untuk control bahaya termasuk
ventilasi,praktek kerja dan alat pelindung diri/personal
protective equipment (PPE) dirinci pada bagian ini.

D. Proses bongkar muat/pengangkutan dan pengamanan limbah cair


1. kelengkapan administrasi
Sebelum bongkar muat B3,pengawas menyiapkan kelengkapan administrasi
1. Daftara nama B3 yang akan dibongkar
2. Prosedur kerja dan perijinan
3. Daftar petugas dan penanggungjawab
4. Tiap kecelakaan ,kebakaran,peledakan termasuk kondisi bahaya dan tidak dapat
diatasi sendiri,segera laporkan atasan
5. P3K dilakukan dengan benar
6. Yakinkan petugas mngetahui resiko/bahaya B3 dan cara pencegahan dan
penanggulangan
7. Sarana pelindung diri ,APAR,dan P3K

Pemasangan rambu-rambu symbol K3 :


1. Peringatan bahaya sesuai jenis B3
2. Simbul B3 dipasang dengan jelas
3. Simbul B3 mudah dibaca
4. Mudah dimengerti
5. Terlihat oleh petugas/pegawai

Pegawai menghindari tindakanan yang tidak aman :


1. Merokok ditempat terlarang
2. Tidak memakai APD
3. Mengerjakan kegiatan yang tidak sebagai wewenangnya
Sebelum pengangkutan B3 pengawas atau atasan wajib memberi informasi K3 serta
resiko bahaya yang ada pada setiap pekerja. Penyaluran dilakukan oleh pekerja yang sudah
mengerti tugas dan tanggungjawab serta adanya rekomendasi atasan dibenarkan menangani
pengangkutan B3. Dalam penyaluran B3 selalu dilakukan upaya preventif,pencegahan harus
dilakukan secara teratur berupa pemeriksaan kelayakan peralatan,kondisi muatan B3,kondisi
fisik pekerja sebelum pengangkutan. Pekerja harus berhati-hati di dalam
menaikkan/menurunkan B3 dan perlengkapan K3 (APD,APAR,P3K) selalu dalam siap pakai.
Pengangkutan B3 tidak boleh melebihi kapasitas alat angkat dan angkut serta tidak boleh

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 7


menghalangi pandangan pekerja. Bila terjadi kontak dengan B3,segera dilakukan pertolongan
pertama dengan benar dan memeriksakan diri ke IGD untuk tindak lanjut.
Pengangkutan limbah B3 eksternal dilakukan melalui kerja sama dengan pihak pengolah
atau penimbun limbah B3 yang telah memiliki ijin. Rumah Sakit (penghasil) wajib bekerja
sama dengan tiga pihak yakni pengolah dan pengangkut yang dilakukan secara terintegrasi
dengan pengangkut yang dituangkan dalam satu nota kesepakatan antara rumah sakit, pengolah,
dan pengangkut.
Nota kesepakatan memuat tentang hal-hal yang wajib dilaksanakan dan sangsi bila kesepakatan
tersebut tidak dilaksanakan sekurang-kurangnya memuat tentang:

1. Frekuensi pengangkutan

2. Lokasi pengambilan limbah padat

3. Jenis limbah yang diserahkan kepada pihak pengolah, sehingga perlu dipastikan jenis
Limbah yang dapat diolah oleh pengolah sesuai izin yang dimiliki.

4. Pihak pengolah dan pengangkut mencantumkan nomor dan waktu kadaluarsa izinnya.

5. Pihak pengangkut mencantumkan nomor izin, nomor polisi kendaraan yang akan
digunakan oleh pengangkut, dapat dicantumkan lebih dari 1 (satu) kendaraan.

6. Besaran biaya yang dibebankan kepada rumah sakit.

7. Sangsi bila salah satu pihak tidak memenuhi kesepakatan.

8. Langkah-langkah pengecualian bila terjadi kondisi tidak biasa.

9. Hal-hal lain yang dianggap perlu disepakati agar tidak terjadi perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan.

Sebelum melakukan kesepakatan, rumah sakit harus memastikan bahwa:

1. Pihak pengangkut dan pengolah atau penimbun limbah B3 memiliki perizinan yang
lengkap sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin yang dimiliki oleh
pengolah maupun pengangkut harus sesuai dengan jenis limbah yang dapat
diolah/diangkut.

2. Jenis kendaraan dan nomor polisi kendaraan pengangkut limbah B3 yang digunakan pihak
pengangkut limbah B3 harus sesuai dengan yang tercantum dalam perizinan
pengangkutan limbah B3 yang dimiliki.

3. Setiap pengiriman limbah B3 dari rumah sakit ke pihak pengolah atau penimbun, harus
disertakan manifest limbah B3 yang ditandatangani dan stempel oleh pihak rumah sakit,
pihak pengangkut dan pihak pengolah/penimbun limbah B3 dan diarsip oleh pihak rumah
sakit.

4. Kendaraan angkut limbah B3 yang digunakan layak pakai, dilengkapi simbol limbah B3
dan nama pihak pengangkut limbah B3.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 8


E. Pengangkutan limbah B3
Pengangkutan limbah B3dapat dilakukan dengan cara:
a) Pengangkutan limbah B3 keluar rumah sakit dilaksanakan apabila tahap pengolahan
limbah B3 diserahkan kepada pihak pengolah atau penimbun limbah B3 dengan
pengangkutan menggunakan jasa pengangkutan limbah B3 (transporter limbah B3).

b) Cara pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan SPO dan dapat dilakukan
pemutakhiran secara berkala dan berkesinambungan.

c) Pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan perjanjian kerjasama secara three


parted yang ditandatangani oleh pimpinan dari pihak rumah sakit, pihak pengangkut limbah
B3 dan pengolah atau penimbun limbah B3.

d) Rumah sakit harus memastikan bahwa:

 Pihak pengangkut dan pengolah atau penimbun limbah B3 memiliki perizinan yang
lengkap sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin yang dimiliki
oleh pengolah maupun pengangkut harus sesuai dengan jenis limbah yang dapat
diolah/diangkut.

 Jenis kendaraan dan nomor polisi kendaraan pengangkut limbah B3 yang digunakan
pihak pengangkut limbah B3 harus sesuai dengan yang tercantum dalam perizinan
pengangkutan limbah B3 yang dimiliki.

 Setiap pengiriman limbah B3 dari rumah sakit ke pihak pengolah atau penimbun, harus
disertakan manifest limbah B3 yang ditandatangani dan stempel oleh pihak rumah
sakit, pihak pengangkut dan pihak pengolah/penimbun limbah B3 dan diarsip oleh
pihak rumah sakit.

 Ditetapkan jadwal tetap pengangkutan limbah B3 oleh pihak pengangkut limbah B3.

 Kendaraan angkut limbah B3 yang digunakan layak pakai, dilengkapi simbol limbah
B3 dan nama pihak pengangkut limbah B3.
F. Penyediaan fasilitas penanganan limbah B3
a. Fasilitas penanganan limbah B3 di rumah sakit meliputi wadah penampungan limbah
B3 diruangan sumber, alat pengangkut limbah B3, TPS Limbah B3, dan mesin
pengolah limbah B3 dengan teknologi insinerasi atau non-insinerasi.
b. Wadah penampungan limbah B3 di ruangan sumber harus memenuhi ketentuan
teknis sebagai berikut:

- Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air, antikarat dan dilengkapi
penutup

- Ditempatkan di lokasi yang tidak mudah dijangkau sembarang orang

- Dilengkapi tulisan limbah B3 dan simbol B3 dengan ukuran dan bentuk sesuai
standar di permukaan wadah

- Dilengkapi dengan alat eyewash

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 9


- Dilengkapi logbook sederhana

- Dilakukan pembersihan secara periodik

c. Alat angkut (troli) limbah B3, harus memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut :

- Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air, anti karat dan dilengkapi
penutup dan beroda

- Disimpan di TPS limbah B3, dan dapat dipakai ketika digunakan untuk mengambil
dan mengangkut limbah B3 di ruangan sumber

- Dilengkapi tulisan limbah B3 dan simbol B3 dengan ukuran dan bentuk sesuai
standar, di dinding depan kereta angkut

- Dilakukan pembersihan kereta angkut secara periodik dan berkesinambungan

d. TPS Limbah B3 harus memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut:

- Lokasi di area servis (services area), lingkungan bebas banjir dan tidak berdekatan
dengan kegiatan pelayanan dan permukiman penduduk disekitar rumah sakit

- Berbentuk bangunan tertutup, dilengkapi dengan pintu, ventilasi yang cukup, sistem
penghawaan (exhause fan), sistem saluran (drain) menuju bak control dan atau
IPAL dan jalan akses kendaraan angkut limbah B3.

- Bangunan dibagi dalam beberapa ruangan, seperti ruang penyimpanan limbah B3


infeksi, ruang limbah B3 non infeksi fase cair dan limbah B3 non infeksi fase padat.

- Penempatan limbah B3 di TPS dikelompokkan menurut sifat/karakteristiknya.

- Untuk limbah B3 cair seperti oli bekas ditempatkan di drum anti bocor dan pada
bagian alasnya adalah lantai anti rembes dengan dilengkapi saluran dan tanggul
untuk menampung tumpahan akibat kebocoran limbah B3 cair

- Limbah B3 padat dapat ditempatkan di wadah atau drum yang kuat, kedap air, anti
korosif, mudah dibersihkan dan bagian alasnya ditempatkan dudukan kayu atau
plastic(pallet)

- Setiap jenis limbah B3 ditempatkan dengan wadah yang berbeda dan pada wadah
tersebut ditempel label, simbol limbah B3 sesuai sifatnya, serta panah tanda arah
penutup, dengan ukuran dan bentuk sesuai standar, dan pada ruang/area tempat
wadah diletakkan ditempel papan nama jenis limbah B3.

- Jarak penempatan antar tempat pewadahan limbah B3 sekitar 50 cm.

- Setiap wadah limbah B3 di lengkapi simbol sesuai dengan sifatnya, dan label.

- Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, fasilitas penerangan, dan


sirkulasi udara ruangan yang cukup.

- Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keamanan dengan memasang pagar pengaman


dan gembok pengunci pintu TPS dengan penerangan luar yang cukup serta ditempel

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 10


nomor telephone darurat seperti kantor satpam rumah sakit, kantor pemadam
kebakaran, dan kantor polisi terdekat.

- TPS dilengkapi dengan papan bertuliskan TPS Limbah B3, tanda larangan masuk
bagi yang tidak berkepentingan, simbol B3 sesuai dengan jenis limbah B3, dan titik
koordinat lokasi TPS

- TPS Dilengkapi dengan tempat penyimpanan SPO Penanganan limbah B3, SPO
kondisi darurat, buku pencatatan (logbook) limbah B3

- TPS Dilakukan pembersihan secara periodik dan limbah hasil pembersihan


disalurkan ke jaringan pipa pengumpul air limbah dan atau unit pengolah air limbah
(IPAL).

Penyimpanan bahan kimia tidak boleh tercampur. Dibawah ini beberapa bahan kimia
yang tidak boleh dicampur dalam penyimpanannya antara bahan kimia yang satu dengan yang
lain yaitu :

Bahan kimia Tidak boleh bercampur dengan


Oksigen Oli,lemak,hydrogen : cairan padat dan gas dapat terbakar
Asam perklorat Alcohol,kerta,kayu,lemak dan oli,bismuth dan
aliansinya,asetat anhidrid
Peroksida,organic Asam (organic atau mineral),hindari gesekan,simpan
ditempat dingin
Fospor (putih) Udara ,oksigen,basa dan bahan reduktor
Kalium Karbon tetraklorida,karbondioksida,air
Kalium klorat dan Asam sulfat dan asam lain
perklorat
Kalium permanganate Gliserin,etilen glikol,asam sulfat,benzaldehide
Selenida Bahan reduktor
Perak Asetelin,asam oksalat,senyawa ammonium,asam
sulfanat,asam tartrat,asam fulamanat
Natrium Karbondioksida,air karbon tetraklorida
Natrium nitrit Ammonium nitrat dan garam ammonium lain
Sulfide Asam
Telurida Bahan reduktor
Asam sulfat Kalium klorat,kalium perklorat,kalium permanganate (atau
senyawa dari logam ringan seperti natrium,litum dll)
Natrium peroksida Atil atau metil alcohol,asam asetat glacial,karbon
disulpida,gliserin,etil dan metil asetat
Kalsium oksida,CaO Air ,H2O
Karbon aktif,C Kalsium hipoklorit,semua oksidator
Karbon Natrium (Na)

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 11


tetraclorida,CCl4
Klorat (ClO3) G aram ammonium,asam,serbuk logam,belerang,bahan
dapat terbakar
Asam kromat Asam asetat,gliserol,kamper,alcohol,cairan mudah
terbakar,gliserin
Klor (CL2) Propane (gas petroleum lain),benzene
Klor dioksida ,ClO2 Metana,asam sulfide,ammonia
Cairan dapat terbakar Hydrogen peroksida,asam nitrat,ammonium nitrat,natrium
peroksida,halogen
Hidrokarbon Flor,klor,asam kromat,natrium peroksida
Asam sianat Asam nitrat,basa
Asam florida Ammonia,aqueous atau anhydrosus
Hydrogen peroksida Tembaga,krom,besi,kebanyakan logam atau
garamnya.alkohol.aseton,cairan dapat terbakar,bahan
organic,anilin
Asam sulfide Asetilen ,ammonia,gas oksidator,hydrogen,asam nitrat
berasap
Hipoklorit Karbon aktif,asam
Iod Asetilen,hydrogen,ammonia
Raksa Ammonia,asam fulmanat,asetelin
Nitrat Asam sulfat
Asam nitrat pekat Cairan dapat terbakar,gas dapat
terbakar,tembaga,kuningan,logam berat,asam sulfide,asam
asetat
Nitrit Asam

Penyimpanan B3 memperhatikan pewadahan dan kondisi ruangan yang mendukung, tergantung


jenis dari B3 tersebut. Persyaratan penyimpanan B3 yaitu :

1. Penyimpanan B3 explosif
a. Pewadahan dan penandaan
Mengikuti pola pewadahan dan penandaan B3 dengan benar dan teliti sesuai dengan
macam dan tingkat bahaya
b. Kondisi ruangan
1) Bahan dan kondisi lingkungan memiliki konstruksi yang kuat,tahan
ledakan,tahan api ,tahan gempa.
2) Lantai tidak lembab ,bersih,bebas karat,bebas debu
3) Sirkulasi udara yang baik
4) Kedap air
5) Pintu dari bahan yang baik dan kuat + kunci

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 12


6) Terhindar dan terlindung dari getaran dilengkapi dengan penangkal petir
7) Ruangan diberi tanda peringatan untuk B3 golongan eksplosif dan
pemberitahuan dilarang merokok
8) Harus selalu terkunci
2. Penyimpanan B3 gas mampat/bertekanan (compressed gas)
a. Pewadahan dan penandaan
Mengikuti pola pewadahan dan penandaan yang berlaku dengan benar dan akurat
sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
b. Kondisi ruangan
1) Bahan konstruksi tahan terhadap api,getaran,tersedia penangkal petir
2) Poengaturan suhu,panas,cahaya
a) Suhu sejuk dan kering
b) Hindari cahaya langsung matahari
c) Hindarkan instalasi listrik,sumber panas
d) Hindarkan kenaikan suhu
3) Pengaturan udara
Ventilasi baik sehingga udara tersalur dengan baik dan suhu ruangan tetap
optimal
c. Tata penyimpanan
1) Wadah disimpan dalam posisi tegak dan diikat
2) Jarak antar wadah dengan dinding ½ dari tinggi wadah
3) Cukup jarak antara 1 dengan yang lainnya
4) Jumlah wadah dalam tiap ruangan di batasi
5) Wadah kosong diberi tanda dan dipisahkan dari ada isinya
3. Penyimpanan B3 cairan mudah menyala/terbakar (flammable)
a. Pewadahan dan penandaan
1) Wadah/pembungkus/kemasan harus dapat melindungi isinya terhadap saluran
dari luar
2) Wadah/pembungkus/kemasan harus dapat bertahan terhadap daya kemas
isinya
3) Wadah harus tertutup dengan kedap/disegel
b. Kondisi ruangan
1) Bahan dan konstruksi ruangan
a) Tahan terhadap B3 yang disimpan (tidak interaksi)
b) Mempunyai ventilasi secukupnya
c) Udara harus terisolir dari udara zat cairan mudah menyala
d) Ruangan cukup dingin
2) Bebas dari sumber penyebab terjadi bahaya
a) Wadah,tutup,kran,kemasan harus berfungsi baik
b) Mencegah terjadinya gangguan mekanik

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 13


c) Mencegah kontak langsung dengan B3
d) Mencegah kenaikan suhu dan cahaya yang berlebihan
e) Jauh dari lokasi yang potensinya mudah terjadi kebakaran
f) Singkirkan semua sumber pemicu api
4. Penyimpanan B3 beracun (toxic)
a. Pewadahan dan penandaan
Menggunakan kemasan anti bocor.mengikuti pola pewadahan dan penandaan B3 yang
berlaku sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
b. Kondisi ruangan
Bahan dan konstruksi bangunan :
1) Tahan terhadap B3 yang disimpan
2) Kedap air
3) Ruangan sejuk
4) Sirkulasi udara yang baik
5) Lantai cekung agar limbah tidak mengalir keluar
6) Tertutup rapat dan dapat dikunci
7) Jauh dari potensi kebakaran
8) Tidak terkena langsung sinar matahari
5. Penyimpanan B3 korosif
a. Pewadahan dan penandaan
b. Kondisi ruangan :
1) Udara sejuk
2) Sirkulasi udara yang baik (menghindari penguapan)
3) Logam disekeliling harus di cat dan tahan korosif
4) Tempat penampung harus tahan korosif
6. Penyimpanan B3 radioaktif

Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga
yang terlatih dan peralatan tekis yang mendapat ijin dari BATAN.

G. Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Beberapa jenis label yang dipasang pada penyimpanan B3 yaitu

Gambar Keterangan

Simbul ini menunjukkan suatu bahan yang dapat melepaskan


banyak panas atau menimbulkan api ketika bereaksi dengan
bahan kimia lainnya terutama bahan-bahan yang sifatnya
mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa udara

Simbol ini menunjukkan suatu bahan baik cairan,gas,maupun


padatan yang dapat mengakibatkan dengan mudah terbakar atau
mudah meningkat suhunya dan mengakibatkan terjadinya

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 14


kebakaran

menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan


cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnyaimbul ini
menunjukkan suatu bahan yang pada suhu dan tekanan standard
(250C,750 mmHg) dapat meledak dan menimbulkan kebakaran
atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat

Symbol ini menunjukkan paparan jangka pendek,jangka


panjang atau berulang yang dapat menyebabkan efek kesehatan
karsinogenik (penyebab sel ka nker),teratogenik
(mempengaruhi bentukan dan pertumbuhan
embrio),mempengaruhi sistem reproduksi,pernafasan dlll

Symbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki


karakteristik sifat racun bagi manusia yang dapat menyebabkan
keracunan atau sakit yang cukup serius apabila masuk ke dalam
tubuh melalui pernafasan,kulit atau mulut.

Symbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki


karakteristik yang menyebabkan iritasi atau terbakar pada kulit.
Menyebabkan karat pada lempeng baja. Mempunyai Ph sama
atau kurang dari 2 untuk B3 yang bersifat asam dan sama atau
lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa

Symbol ini menunjukkan bahaya terhadap lingkungan. Dapat


mematikan terhadap jenis ikan atau organism aquatic lainnya
atau makhluk hidup lainnya,merusak ozon( seperti CFC)

Symbol ini untuk menunjukkan bahaya dari gas bertekanan


(bahan ini bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung
dipanaskan/terkena panas,atau pecah dan isinya dapat
menyebabkan kebakaran.

Symbol ini menunjukkan suatu bahan berupa cair atau padatan


yang memiliki karakteristik dapat menyebabkan iritasi atau
kerusakan pada kulit ,iritasi atau kerusakan pada mata
menyebabkan alergi kulit,bahkan peradangan.

H. Penggunaan B3
1. Perencanaan dan penerapan K3 dalam penggunaan B3 harus memperhatikan :
a. APD yang sesuai dengan faktor resiko bahayanya,APAR dan P3K harus siap
dan cukup
b. Kondisi kerja dan lingkungan dinyatakan aman
c. Peralatan kerja layak pakai

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 15


d. Metode kerja/pelaksanaan kerja/protap sudah aman dan efektif
e. Kelengkapan administrasi sudah siap (perintah kerja,daftar B3 dll)
2. Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman sesuai SPO.
3. Sebelum menggunakan B3 harus diketahui lebih dahulu informasi bahaya
kebakaran,kesehatan,reaktivitas,keracunan korosif dan efek lain,& peledakan,serta cara
pencegahan dan penanggulangannya.
4. Bila penggunaan pada transisi shift jaga,maka tiap serat terima dan tanggungjawab
dilakukan sebaik-baiknya. Laporan situasi kondisi kerja terlebih yang tidak aman.
5. Saat selesai bekerja amankan dan bersihkan alat-alat kerja,lingkungan kerja,wadah sisa
B3 hingga aman.
6. Lakukan P3K bila ada kecelakaan dan penanganan lebih lanjut.
I. Kesiapan penanggulangan darurat
Resiko kecelakaan dalam pengelolaan B3 yaitu :
1. Terpapar B3
Cara masuk B3 kedalam tubuh yaitu
a. Kontak dengan kulit
b. Kontak dengan mata
c. Tertelan
d. Terhirup
2. Tumpahan (spills)
Langkah –langkah yang dapt dilakukan dalam penanggulangan darurat oleh karena
kecelakaan B3 adalah

1. Langkah pencegahan untuk kondisi emergency


Kondisi darurat Pencegahan
Kontak dengan 1. Pastikan alat sirkulasi bekerja dengan baik
kulit dsn mata 2. Pastikan alat pelindung diri masih layak pakai
3. Pastikan air mengalir/safety water tersedia jika
terjadi accident
4. Pastikan obat luka bakar tersedia di kotak P3K
5. Pastikan alat komunikasi dlam kondisi baik
Kebakaran 1. Jauhkan dari sumber ppanas atau api
2. Pastikan tersedia alatpemadam api yang sesuai
dan masih layak pakai
3. Pastikan alat komunikasi dalam kondisi baik
Terjadi 1. Pastikan safety compartement tersedia
ceceran/tumpahan 2. Pastikan spill kit dalam kondisi siap pakai
3. Pastikan komunikasi dalam kondisi baik

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 16


2. Langkah penanganan saat kondisi emergency
Kondisi darurat Penanganan
Kontak dengan kulit 1. Jangan digaruk atau digosok-gosok jika terasa
gatal
2. Segera menuju fasilitas safety water
3. Alirkan air dari kran membersihkan kulit yang
terkena kontak dengan bahan kimia (biarkan
selama kurang lebih 15-20 menit)
4. Segera ke IGD
5. Bahan kimia diisolasi agar tidak ada korban
lain yang terkena kontak
Kontak dengan mata 1. Jangan digaruk atau digosok-gosok jika terasa
gatal
2. Segera menuju fasilitas safety water
3. Alirkan air dari kran membersihkan kulit yang
terkena kontak dengan bahan kimia (biarkan
selama kurang lebih 15-20 menit)
4. Segera ke IGD
5. Bahan kimia diisolasi agar tidak ada korban
lain yang terkena kontak
Masuk melalui mulut/ 1. Kurangi kadar racun dengan memberi minum
terminum air putih
2. Korban segera ditolong ke IGD
3. Bahan kimia diisolasi agar tidak ada korban
lain
Terhirup/terpapar 1. Jika korban pingsan baringkan ke tempat
melalui pernafasan aman
2. Periksa bagian pernafasan atau denyut
3. Jika tidak dirasakan denyut atau nafas,lakukan
CPR
4. Segera dibawa ke IGD
5. Bahan kimia diisolasi agar tidak ada korban
lain
Terjadi kebakaran 1. Tidak usah panic,segera ambil tabung APAR
2. Padamkan api menggunakan APAR
3. Jika api meluas dan tidak bisa
dipadamkan,hubungi bagian informasi untuk
mengumumkan code red
4. Singkirkan barangpbarang yang dapat
mengakibatkan api meluas

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 17


5. Ikuti prosedur code red untuk evakuasi
Terjadi ledakan 1. Segera cari sumber ledakan
2. Isolasi area ledakan
3. Hubungi security
4. Stop pekerjaan sampai ada instruksi
selanjutnya
Terjadi tumpahan 1. Isolasi area agar tumpahan tidak meluas
2. Tutup saluran air ke drainase
3. Hubungi cleaning service untuk melalukan
penanganan tumpahan

J. Penyimpanan Bahan Berbahaya Beracun


Dalam penyimpanan Bahan Berbahaya Beracun (B3), hal penting yang diperhatikan adalah
sifat –sifat dari bahan tersebut dan reaksi akibat interaksi bahan dalam penyimpanan.
Interaksi yang terjadi selama dalam proses penyimpanan interaksi bahan dengan lingkungan,
interaksi bahan dengan wadah, interaksi bahan dengan bahan.
a. Penyimpanan bahan mudah terbakar (flammabel)
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin
2) Jauh dari sumber api
3) Sediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
b. Penyimpanan bahan mudah meledak (eksplosive)
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Jauhkan dari sumber api / panas
3) Hindarkan tumbukan/benturan mekanis
c. Penyimpanan bahan oksidator
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Jauhkan dari sumber api / panas
3) Jauhkan dari bahan mudah terbakar/reduktor
d. Penyimpanan bahan reaktif
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Jauhkan dari sumber api / panas
3) Sediakan alat pemadam api ringan tanpa air (CO2, Halon, Dry Powder)
e. Penyimpanan bahan beracun
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Disimpan terpisah dari bahan –bahan yang mungkin bereaksi
3) Sediakan alat pelindung diri, masker, gloves dan pakaian kerja.
f. Penyimpanan bahan korosif
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Disimpan terpisah dari bahan beracun
3) Wadah tertutup dan beretiket

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 18


4) Sediakan alat pelindung diri kaca mata, gloves dan pakaian kerja
g. Penyimpanan gas bertekanan
1) Disimpan tegak dan terikat
2) Disimpan pada ruangan dingin dan tidak terkena matahari langsung
3) Jauh dari sumber api/panas
4) Disimpan jauh dari bahan – bahan korosif yang dapat merusak kran-kran.

K. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)


1. Pengumpulan Limbah B3
a. Limbah B3 dari sumber dipisahkan dengan kemasan /wadah plastik kuning untuk
limbah infeksius, wadah safety box untuk limbah infeksius tajam, wadah
dirigen/drum untuk B3 cair..
b. Dari sumber limbah B3 dikumpulkan dan diangkut dengan trolley tertutup (BIN) ke
Tempat Pengumpulan Sementara limbah B3.
c. Pengangkutan ke Tempat pengumpulan Sementara limbah B3 menggunakan jalur
terpisah agar tidak terjadi tidak kontak dengan pasien dan pengunjung sehingga
dapat dihindari resiko infeksi nosokomial.
2. Penyimpanan Limbah B3
a. Sebelum limbah B3 dimasukan ke dalam TPS limbah B3 dilakukan penimbangan
dan dicatat di dalam log book/catatan limbah B3 untuk mengetahui jumlah limbah
B3 setiap harinya.
b. Peyimpanan limbah B3 dipisahkan berdasarkan karakteristiknya.
1) Limbah B3 infeksius Padat
2) Limbah B3 infeksius Jarum Suntik Bekas
3) Limbah B3 Cair
4) Limbah accu bekas dan Bohlam/lampu.
Tempat penyimpananan limbah B3 dialasi dengan pallet agar lantai dapat dibersihkan
setiap saat.Petugas yang menimbang harus menandatangani catatan jumlah B3 di
dalam logbook/catatan produksi limbah B3.
Ruang penyimpanan limbah B3 harus memiliki ventilasi yang baik, dilengkapi dengan
penerangan dan APAR. contoh gambar standar Tempat Penampungan Sementara
(TPS) limbah B3.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 19


3. Pembuangan Limbah B3
a. Pembuangan dan pemusnahan limbah B3 di Rumah Sakit Pratama Tangguwisia
dilakukan oleh pihak ketiga yang telah memenuhi syarat dari Kementerian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan dituangkan dalam perjanjian kerjasama.
Frekuensi pengangkutan disesuaikan dengan produksi limbah B3. Maksimal waktu
penyimpanan sementara di lokasi rumah Sakit 30 hari dari ketentuan 90 hari. Rata –
rata limbah B3 diangkut dari TPS limbah B3 ke tempat pemusnahan adalah 2 kali
seminggu.
b. Sebelum limbah B3 diangkut oleh pihaigak ketiga, dilakukan penimbangan
disaksikan oleh petugas Rumah Sakit yang bertanggung terhadap penanganan
limbah B3.
c. Pihak ketiga harus memberikan manifest tentang jumlah dan jenis limbah B3 yang
akan dimusnahkan kepada pihak Rumah Sakit yang telah ditandatangani oleh pihak
kedua (pihak rumah sakit).

L. Penanganan Tumpahan Limbah B3 dan Pelaporan Insiden


Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan beracun dan berbahaya yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahyakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Penanganan tumpahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah tindakan gawat
darurat terhadap tumpahan limbah B3 yang tercecer di area instalasi yang menghasilkan
limbah B3, area rumah sakit dan Tempat penyimpanan Sementara (TPS) limbah B3.
Jenis limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dihasilkan di Rumah Sakit Pratama
Tangguwisia terdiri dari limbah infeksius, limbah B3 cair (radiologi, laboratorium, oli
bekas ) accu bekas dan lampu TL & Bohlam. Untuk itu perlu cara penagananan tumpahan
yang benar agar tidak terjadi tumpahan/ paparan.

1. Penanganan tumpahan limbah B3


 Penanganan tumpahan limbah infeksius.
1. Siapkan spill kit dan pasang tanda peringatan
2. Gunakan APD (masker, kacamata, celemek/apron)
3. Siapkan plastik kuning untuk limbah medis
4. Tumpahan cairan tubuh (darah) diserap menggunakan kertas merang/tissue/kain
lap/sponge hingga bersih dengan memakai penjepit.
5. Jika tumpahan sudah mengering maka disemprot dulu menggunakan cairan
perhidrol (H2O2) kemudian diserap menggunakan kertas merang.
6. Kertas merang / tissue/ kain lap / sponge dimasukkan kedalam plastik kuning
yang telah disiapkan
7. Bekas tumpahan cairan tubuh disemprotkan dengan menggunakan larutan
chlorine 0,5%dan didiamkan sampai 10 menit

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 20


8. Kemudian angkat larutan chlorine dengan menggunakan lap basah
9. Masukkan lap basah ke dalam larutan air dan desinfektan (chlorin 0,5%)
10. Ikat plastic berisi kertas kertas merang/tissue/kain lap/sponge yang telah
terkontaminasi, masukkan ke dalam tempat sampah infeksius
11. Buka sarung tangan, buang ke tempat sampah infeksius.
12. Lepaskan APD,masukkan APD ke kotak peralatan spill kit.
13. Cucilah tangan dengan sabun antiseptic dan air mengalir
sesuai prosedur hand hyigiene
14. Kembalikan spill kit ke tempat penyimpanannya.
15. Buat laporan terjadinya tumpahan dengan menggunakan
formulir laporan insiden K3 dan kirim ke unit K3RS
 Penanganan tumpahan limbah B3 non infeksius
1) Penanganan tumpahan solar :
a) Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri ( sarung tangan dan sepatu boot )
b) Lokalisir tumpahan solar dengan adsorbent koran / kain bekas.
c) Hindarkan semua material yang yang berpotensi menimbulkan percikan /
nyala api.
d) Masukkan adsorben koran/solar ke dalam ember /drum.
e) Lokalisir tumpahan cairan accu bekas dengan adsorbent pasir.
f) Bersihkan tumpahan dengan sekop / sendok semen
g) Bersihkan lantai dengan detergen untuk menghilangkan sifat asam cairan
accu bekas
h) Bersihkan dan bilas APD dengan air mengalir
2) Penanganan tumpahan cairan accu bekas :
a) Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri ( sarung tangan, masker dan
sepatu boot )
b) Lokalisir tumpahan cairan accu bekas dengan adsorbent pasir.
c) Bersihkan tumpahan dengan sekop / sendok semen
d) Masukan tumpahan ke dalam ember / drum
e) Bersihkan lantai dengan detergen untuk menghilangkan sifat asam cairan
accu bekas
f) Bersihkan dan bilas APD dengan air mengalir
3) Penanganan pecahan lampu TL dan Bohlam :
a) Petugas menggunakan Alat Pelindung diri ( sarung tangan, masker dan
sepatu boot )
b) Lokalisr pecahan lampu TL dan Bohlam
c) Angkat pecahan dengan menggunakan karton
d) Bersihkan lantai dengan lap basah dan buang ke ember / drum
e) Dilarang menggunakan sapu untuk membersihkan pecahan lampu TL dan
Bohlam

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 21


f) Bersihkan dan bilas APD dengan air mengalir.

 Penanganan tumpahan limbah B3 Kimia


1. Amankan area tumpahan dengan floor sign/kursi
2. Ambil spil kit penanganan tumpahan bahan kimia
3. Kenakan APD (sarung tangan,masker,gaun dan sepatu safety)
4. Hentikan tumpahan dengan mengankat kemasan B3 dan tutup segera kemasan
tersebut
5. Batasi penyebaran tumpahan dengan kain lap/tissue/sponge
6. Identifikasi jenis tumpahan dengan cara melihat label pada kemasan B3
7. Untuk material asam/ basa:
a. serap tumpahan dengan kain lap/tissue /sponge kemudian buang smua kain kain
lap/tissue /sponge ke kantong plasstik coklat
b. atau netralisasi dengan bahan kimia asam/basa tergantung jenis bahan yang
tumpah
8. Untuk material yang mudah terbakar :
a. taburi area tumpahan dengan medis penyerap seperti pasir atau tanah diatom
b. matikan semua sumber api
c. bersihkan material tumpahan dengan sekop atau sikat /sapu kecil sampai benar-
benar bersih dan buang ke dalam kantong plastic coklat
9. Berikan sedikit air pada area tumpahan dan keringkan dengan kain lap/tissue dan
buang kain lap/tissue ke kantong plastic coklat
10. Lepaskan APD dan masukkan ke kantong plastic coklat
11. Cucilah tangan dengan sabun antiseptic dan air mengalir sesuai prosedur hand
hyigiene
12. Buat laporan terjadinya tumpahan dengan menggunakan formulir laporan insiden
K3 dan kirim ke unit K3RS
 Penanganan tumpahan limbah B3 Mecury
1. Amankan area tumpahan dengan floor sign/kursi
2. Ambil spill kit untuk penanganan tumpahan merkuri
3. Pakailah APD seperti : sarung tangan, hand scund, dan masker
4. Lepaskan segala jenis perhiasan dari tangan maupun pergelangan tangan agar
merkuri tidak berikatan dengan logam mulia dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Ganti pakaian dan sepatu dengan bahan yang mudah dibuang apabila terjadi
paparan atau kontaminasi
b. Isolasi area yang terkontaminasi Mercury dan matikan sistem ventilasi dalam
ruangan untuk taburi area tumpahan dengan medis penyerap seperti pasir atau
tanah diatom
c. matikan semua sumber api

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 22


d. bersihkan material tumpahan dengan sekop atau sikat /sapu kecil sampai benar-
benar bersih dan buang ke dalam kantong plastic coklat untuk menghindari
penyebaran mercury
5. Ambillah secara hati-hati jika terdapat pecahan kaca atau benda tajam pada
tumpahan tersebut
6. Tempatkan semua pecahan tersebut pada lembaran Tissue Gulung, kemudian lipat
dan masukkan kedalam plastic zip lock, amankan dengan diberi label
7. Amati penyebaran tumpahan merkuri dengan senter
8. Kumpulkan butiran merkuri dan pecahan merkuridengan menggunakan 2 card
board/sponge karet (1 dipegang tangan kiri,sati dipegang tangan kanan) lalu
masukkan ke dalan tube tahan bocor
9. Masukkan card board ke dalam plastic klip
10. Ambil sedotan/syringe/spuit tanpa jarum dan hisap merkuri dengan syringe
11. Masukkan syringe ke dalam plastic klip
12. Ambil sisa-sisa merkuri yang tidak tersedot oleh syringe dengan surgical tape atau
gunakan serbuk belerang ,lalu masukkan ke dalam plastic klip
13. Masukkan plastic klip tersebut ke dalam plastic klip lainnya dan buang ke dalam
kantong plastic merah
14. Lepaskan sarung tangan dan masker,lalu masukkan ke dalam plastic merah
15. Lepaskan kaca mata google dan masukkan ke dalam kantong plastik merah bila
terkena percikan mercury
16. Kantong plastic sampah berwarna merah tersebut diamankan serta diberi label
“Awas Berbahaya Mercury”
17. Cucilah tangan dengan sabun antiseptic dan air mengalir sesuai prosedur hand
hyigiene.
18. Buat laporan terjadinya tumpahan dengan menggunakan formulir laporan insiden
K3 dan kirim ke unit K3RS.
2. Pelaporan insiden
Kontaminasi / paparan bahan berbahaya beracun (B3) serta limbahnya dapat
menimbulkan bahaya pada manusia maupun lingkungan. Kejadian kontaminasi /
tumpahan dikategorikan sebagai kecelakaan akibat kerja sehingga perlu pelaporan
(accident report).
Alur pelaporan insiden sama dengan kejadian pelaporan kecelakaan akibat kerja (SPO
pelaporan kecelakaan akibat kerja di Rumah Sakit Pratama Tangguwisia)

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 23


Pencatatan
Tumpahan
Kecelakaan Pengobat accident report &
/kontaminasi evaluasi
B3/Limbah akibat an
o/ K3 RS
B3 kerja
di IGD

Pelaporan
data
accident
report ke
Direktur
Arahan &
tindak lanjut
dari Direktur

Laporan insiden dilaporkan dan dievaluasi setiap 3 (tiga) bulan oleh panitia K3 kepada
Direktur. Arahan Direktur dijadikan petunjuk untuk meningkatkan/memperbaiki agar tidak
terjadi lagi insiden kecelakaan akibat kerja akibat kontaminasi baik bahan maupun limbah
berbahaya beracun .

M. Alat Pelindung Diri Penanganan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Bahan dan limbah bahan Berbahaya dan Beracun berpotensi menimbulkan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku tentang Keselamatan Kerja, maka setiap rumah sakit harus menyediakan peralatan
pelindung diri yang digunakan secara benar disertai prosedur tertulis cara penggunaannya
serta dipelihara dalam kondisi layak pakai. Pimpinan RS menetapkan secara tertulis jenis dan
jumlah alat pelindung diri yang harus ada dirumah sakit, dimana dan pada saat apa
dipergunakan serta siapa yang mempergunakan alat pelindung diri tersebut.
Jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan di tiap instalasi / unit kerja cukup banyak
jenisnya, diantaranya :
1. Masker
2. Sepatu boot
3. Sarung tangan
4. Kaca mata, goegel
5. Helmet
6. Ear muff/Ear plug
7. Clemek,apron
8. Jas lab
9. Baju operasi

1. B3 bahan bertekanan (mudah meledak)


A. Penanganan B3 gas bertekanan
1. Pakailah APD lengkap (masker, sarung tangan karet, kaca mata, baju kerja)
2. Bila terjadi sesak nafas dikarenakan menghirup zat tersebut maka segera pindahkan
ketempat

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 24


3. Bila mengangkat tabung gas bertekanan pastikan lantai tidak licin, posisi badan
leluasa, dan pegangan yang kuat pada botol gas agar tidak terjatuh
B. penyimpanan B3 gas bertekanan
1. Simpan botol gas bertekanan pada tempat yang teduh dan
berventilasi
2. Beri nama/ lebel pada botol gas
3. Pisahkan antara botol gas yang isi dan yang kosong
4. Simpan dalam keadaan botol berdiri tegak dan terikan dengan
lantai/ tali yang kuat agar tidak terjatuh
5. Jauhkan dari sumber panas, bahan korosif, dan bahan mudah
Terbakar
C. Penggunaan B3 gas bertekanan
1. Gunakan troli dilengkapi dengan rantai ketika distribusi tabung
2. Atur regulator gas saat pemakaian di tempat masing-masing
3. Gunakan penunjuk lain pada MSDS bahan tersebut
2. B3 bersifat toxie ( mengakibatkan keracuanan)
A. Penanganan B3 bersifat toxie :
1. Pakailah APD lengkap (masker, sarung tangan karet, kaca mata, baju kerja)
2. Usahakan seminimal mungkin kontak dengan bahan.
3. Bila terkena kulit atau selaput lendir maka cepatlah basuh menggunakan air yang
mengalir dan secepatya bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
4. Bila terjadi sesak nafas dikarenakan menghirup zat tersebut maka segera pindahkan
ketempat terbuka dan bawa ke IGD untuk penanganan lebih lanjut
5. Bila tertelan segera bawa ke IGD untuk tindakan medis.
6. Bila mengangkat bahan yang bersifat korosif pastikan lantai tidak licin, posisi badan
leluasa, dan pegangan yang kuat agar bahan tidak tumpah.
B. Penyimpanan B3 bersifat toxie
1. Simpan bahan ditempat yang kering bersuhu 200C berventilasi
2. Hindarkan terkena paparan sinar matahari langsung
3. Simpan bahan ditempat aman, mudah dicari dan mudah diambil.
4. Simpan bahan menurut jenis korosif dan diberi label
5. Jauhkan dari bahan yang sifatnya flammable, korosif, oksidator, explosif
6. Tulis informasi tingkat resiko bahaya
7. Pasang tanda dilarang merokok
8. Control setiap bahan secara periodic.
C. Pengggunaan B3 toxie
1. Gunakan penunjuk lain pada MSDS bahan tersebut
3. B3 bersifat flammable ( mudah terbakar)
A. Penanganan B3 bersifat flammable
1. Pakailah APD lengkap (masker, sarung tangan karet, kaca mata,

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 25


baju kerja)
2. Usahakan seminimal mungkin kontak dengan bahan.
3. Bila terkena kulit atau selaput lendir maka cepatlah basuh menggunakan air yang
mengalir dan secepatya bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
4. Bila terjadi sesak nafas dikarenakan menghirup zat tersebut maka segera pindahkan
ketempat terbuka dan bawa ke IGD untuk penanganan lebih lanjut
5. Bila tertelan segera bawa ke IGD untuk tindakan medis.
6. Hindarkan gesekan dengan benda lain yang bisa menimbulkan api.
B. penyimpanan B3 bersifat flammable ( mudah terbakar )
1. Jangan menyimpan bahan flammable pada botol dari kaca
2. Gunakan botol yang tidak mudah terbakar
3. Botol penyimpanan tidak boleh penuh (1/8 untuk udara)
4. Simpan bahan ditempat yang kering bersuhu 200C berventilasi
5. Hindarkan terkena paparan sinar matahari langsung
6. Jangan dekatkan bahan dari sumber panas atau api
7. Jauhkan dari bahan yang bersifat oksidator.
8. Jauhkan bahan flammable padat dengan flammable cair dan beri label
9. Tulis informasi tingkat resiko bahaya
10. Pasang tanda dilarang merokok
11. Pasang APAR didekat penyimpanan
12. Control setiap bahan secara periodic.
C. Penggunaan B3 yang bersifat flammable (mudah terbakar)
1. Bahan tidak boleh dipanaskan langsung pakailah penanggas ai
2. Gunakan penunjuk lain pada MSDS bahan tersebut
4. B3 bersifat korosif (menyebabkan korosi/pelapukan)
A. penanganan B3 yang bersifat korosif.
1. Pakailah APD lengkap (masker, sarung tangan karet, kaca mata, baju kerja)
2. Usahakan seminimal mungkin kontak dengan bahan.
3. Bila terkena kulit atau selaput lendir maka cepatlah basuh menggunakan air yang
mengalir dan secepatya bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
4. Bila terjadi sesak nafas dikarenakan menghirup zat tersebut maka segera
pindahkan ketempat terbuka dan bawa ke IGD untuk penanganan lebih lanjut
5. Bila tertelan segera bawa ke IGD untuk tindakan medis.
6. Bila mengangkat bahan yang bersifat korosif pastikan lantai tidak licin, posisi
badan leluasa, dan pegangan yang kuat agar bahan tidak tumpah..
B. Penyimpanan bahan yang bersifat korosif.
1. Simpan bahan korosif pada wadah yang anti korosif dan tidak bocor
2. Gunakan botol yang tidak mudah terbakar
3. Botol penyimpanan tidak boleh penuh (1/8 untuk udara)
4. Simpan bahan ditempat yang kering bersuhu 200C berventilasi

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 26


5. Hindarkan terkena paparan sinar matahari langsung
6. Simpan bahan ditempat aman, mudah dicari dan mudah diambil.
7. Simpan bahan menurut jenis korosif dan diberi label
8. Juhkan dari bahan yang sifatnya beracun
9. Tulis informasi tingkat resiko bahaya
10. Pasang tanda dilarang merokok
11. Control setiap bahan secara periodic.
C. Penggunaan B3 yang bersifat korosif
1. Bahan tidak boleh dipanaskan langsung pakailah penanggas air
2. Bahan tidak boleh dibuang langsung kewesbak
3. Bila memanaskan menggunakan gelas kimia tidak boleh melebihi setengah
kapasitas gelas kimia tersebut.
4. Gunakan batu didih untuk menghindari letupan
5. Pembuangan harus diberi wadah plastik
6. Gunakan petunjuk lain pada MSDS bahan tersebut
5. B3 bersifat oksidator
A. Penanganan B3 bersifat oksidator
1. Pakailah APD lengkap (masker, sarung tangan karet, kaca mata, baju kerja)
2. Usahakan seminimal mungkin kontak dengan bahan.
3. Bila terkena kulit atau selaput lendir maka cepatlah basuh menggunakan air yang
mengalir dan secepatya bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
4. Bila terjadi sesak nafas dikarenakan menghirup zat tersebut maka segera
pindahkan ketempat terbuka dan bawa ke IGD untuk penanganan lebih lanjut
5. Bila tertelan segera bawa ke IGD untuk tindakan medis.
6. Bila mengangkat bahan yang bersifat korosif pastikan lantai tidak licin, posisi
badan leluasa, dan pegangan yang kuat agar bahan tidak tumpah.
B. Penyimpanan B3 bersifat oksidator
1. Simpan bahan ditempat yang kering bersuhu 200C berventilasi
2. Hindarkan terkena paparan sinar matahari langsung
3. Simpan bahan ditempat aman, mudah dicari dan mudah diambil.
4. Simpan bahan menurut jenis korosif dan diberi label
5. jauhkan dari bahan yang sifatnya flammable, korosif, oksidator, explosif
6. Tulis informasi tingkat resiko bahaya
7. Pasang tanda dilarang merokok
8. Control setiap bahan secara periodic.
C. Penggunaan B3 bersifat oksidator
1. Gunakan penunjuk lain pada MSDS bahan tersebut
6. Keadaan darurat B3
1. Bila terkena kulit
a. Segera buka pakaian dan sepatu yang terkontaminasi.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 27


b. Kulit yang terkena B3 segera bilas dengan air yang mengalir selama 15 – 20
menit.
c. Cuci dengan sabun.
d. Bila tidak tertanggulangi larikan ke Gawat Darurat.
2. Bila terhirup
a. Segera pindahkan korban ke tempat yang segar.
b. Longgarkan pakaian yang kencang seperti ikat pinggang.
c. Lakukan nafas buatan bila perlu.
d. Jaga korban tetap tenang & istirahatkan.
Bila tidak tertanggulangi larikan ke Gawat Darurat.
3. Bila kontak dengan mata
a. Cuci mata yang terkena B3 dengan membilas dengan air yang mengalir dengan
larutan garam normal.
b. Lakukan pencucian sambil mengedip-kedipkan mata sesekali sampai dipastikan
tidak ada bahan kimia yang tertinggal.
c. Lakukan selama 15 – 20 menit.
d. Bila tidak tertanggulangi larikan ke Gawat Darurat.
4. Bila terminum:
a. Bilas bagian luar mulut dengan air.
b. Rangsang mulut agar dapat memuntahkan bahan kimia bila sempat terminum.
c. Bila tidak tertanggulangi larikan ke Gawat Darurat.
N. Penanganan sampah Non Infeksius, Sampah Infeksius,Sampah Bahan Berbahaya dan
Beracun
a. Sampah non infeksius : Sampah yang tidak kontak dengan pelayanan medis / bukan
dari ruangan pelayanan medis (sampah kertas, plastik, sisa makanan, botol dan
ranting/dedaunan dll). Prosedur pengambilan sampah non infeksius :
 Petugas Housekeeping menggunakan APD.
 Mengambil sampah non infeksius menggunakan troli di setiap ruangan dan
area Rumah sakit.
 Petugas Housekeeping membuang sampah di TPS Non Infeksius
 Melepaskan APD dan mencuci tangan pada wastafel yang sudah disediakan.
b. Sampah infeksius : Semua bahan-bahan bekas yang dipergunakan dalam kegiatan
pelayanan kesehatan terhadap pasien / yang kontak dengan pasien (jarum
suntik,khasa bekas,spuite, darah, sarung tangan dll). Prosedur pengambilan sampah
infeksius :
 Petugas Housekeeping menggunakan APD.
 Mengambil sampah infeksius menggunakan troli di setiap ruangan Pelayanan
Rumah sakit.
 Petugas Housekeeping membuang sampah di TPS Infeksius
 Melepaskan APD dan mencuci tangan pada wastafel yang sudah disediakan.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 28


c. Sampah bahan berbahaya dan beracun: Semua bahan yang mengandung mercuri,
oli, lampu LED. Prosedur pengambilan sampah bahan berbahaya dan beracun:
 Petugas Housekeeping menggunakan APD.
 Mengambil sampah B3 menggunakan troli di setiap ruangan Pelayanan
Rumah sakit.
 Petugas Housekeeping membuang sampah di TPS B3
 Melepaskan APD dan mencuci tangan pada wastafel yang sudah disediakan.
O. Eye Wash
Eye wash adalah pembilas mata yang berfungsi untuk meredam pengaruh bahan berbahaya
dan mencegah cidera yang semakin parah karena pemakaian air pembilas yang salah.
PERSIAPAN:
1. Selalu Lakukan pengecekan dan pastikan air di Eye Wash ada, tersedia dan bersih
2. Pastika Eye Wash dalam keadaan siap untuk digunakan
3. Pastikan karyawan sudah mendapatkan training penggunaan Eye Wash.
PROSEDUR :
1. Letakkan Eye Wash pada posisi yang mudah dijangkau dan tidak tinggi

2. Air dalam kran Eye Wash harus selalu daklam keadaan bersih dan tidak boleh
kosong
3. Lepaskan pakaian yang terkontaminasi
4. Buka penutup/ saluran keluar air
5. Posisikan kepala menengadah, dan buka mata penderita.
6. Siram ata bilaslah mata/ kulit yang terkena paparan bahan kimia minimal selama 15
menit
7. Tahan kelopak mata dengan jari sehingga pembilasan dapt sepenuhnya mengairi
mata (jika dibutuhkan, mintalah bantuan pada teman untuk melakukannya)
8. Tutup kembali saluran keluar air di Eye Wash
9. Segera kirim penderita ke IGD untuk pemeriksaan lebih lanjut.

P. PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 RUMAH SAKIT PRATAMA


TANGGUWISIA
1. Petugas kebersihan mengambil limbah B3 dari ruang perawatan ( sampah medis, sampah
infeksius, cair radiologi, cairan laboratorium) , gudang logistik ( lampu TL).
2. Petugas kebersihan mengisi loog book dengan mencantumkan jumlah kantong/ drigen/
kilogram dan mencantumkan asal unit limbah sebelum memasukan limbah ke dalam
TPS B3.
Petugas kebersihan mengganti alat pelindung diri dengan alat pelindung diri yang
tersedia di TPS.

4. Petugas kebersihan mengambil limbah B3 dari ruang perawatan ( sampah medis, sampah
infeksius, cair radiologi, cairan laboratorium) , gudang logistik ( lampu TL).

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 29


5. Petugas kebersihan mengisi loog book dengan mencantumkan jumlah kantong/ drigen/
kilogram dan mencantumkan asal unit limbah sebelum memasukan limbah ke dalam
TPS B3.
6. Petugas kebersihan mengganti alat pelindung diri dengan alat pelindung diri yang
tersedia di TPS
7. Petugas kebersihan membuka kunci dan memasukan limbah B3 ke dalam ruangan TPS
sesuai dengan karekteristik:
 Bahan Korosif : contoh lampu TL dan batere
 Bahan beracun : contoh reagen, fixer developer dan obat expire
 Bahan infeksius : contoh limbah/sampah padat , tajam, sisa tidakan medis,
jaringan tubuh.
8. Petugas kebersihan menutup dan mengunci ruangan TPS
9. Petugas membersihkan alat kerja dan menyimpannya kembali.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 30


BAB IV
DOKUMENTASI

Dalam pengelolaan bahan dan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) di Rumah Sakit
Pratama Tangguwisia dilakukan dokumentasi meliputi:
A. Pengadaan bahan berbahaya dan beracun.
Dokumentasi pengadaan bahan berbahaya dan beracun (B3) untuk memenuhi kebutuhan
rumah sakit dilaksanakan oleh petugas Instalasi Farmasi sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengadaan bahan berbahaya dan beracun harus dilengkapi dokumen ijin/sertifikat dari
rekanan / suplier yang mengadakan B3.
B. Penyimpanan Limbah B3
Dokumentasi penyimpanan limbah B3 dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan
meliputi :
1. Pencatatan jumlah limbah bahan berbahaya beracun yang disimpan dalam TPS Limbah
B3
2. Pencatatan jumlah limbah bahan berabahaya beracun yang akan dimusnahkan oleh
rekanan yang bersertifikasi.
Penyimpanan limbah B3 harus dilengkapi dokumen ijin penyimpanan sementara limbah B3
dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah
C. Pemusnahan limbah B3
Dokumentasi pemusnahan limbah B3 dilaksanakan oleh pihak ketiga meliputi :
1. Pengarsipan manifest limbah B3
2. Sertifikasi bukti pemusnahan limbah B3 dari rekanan
Pemusnahan limbah B3 harus dilengkapi dokumen ijin pemusnahan dan ijin transportasi
limbah B3 dari rekanan.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 31


BAB V
PENUTUP
Panduan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan keamanan kepada pasien, dokter, staf dan
pengunjung rumah sakit serta mencegah pencemaran lingkungan dari bahan dan limbah B3
(bahan berbahaya dan beracun), dengan kegiatan meliputi:
1. inventarisasi dan pemberian label bahan dan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun)
2. pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3)
3. pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.
4. penanganan tumpahan limbah bahan berbahaya dan beracun.
5. alat pelindung diri pada penanganan bahan dan limbah bahan berbahaya dan beracun.

Pedoman ini menjadi petunjuk/ acuan dalam pengelolaan bahan dan limbah B3 (bahan berbahaya
dan beracun) dirumah sakit dengan kegiatan dilakukan pendokumentasian. Panduan ini dapat
dilakukan perubahan/perbaikan sesuai dengan perkembangan ilmu/ teknik pengelolaan bahan dan
limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun).

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun | 32

Anda mungkin juga menyukai