Anda di halaman 1dari 23

PROGRAM PELAYANAN KELUARGA

BERENCANA RUMAH SAKIT (PKBRS)


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GIRI EMAS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GIRI EMAS


2021
1
LEMBAR PENGESAHAN

PROGRAM PKBRS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GIRI EMAS

Disetujui dan disahkan oleh : Dirtektur RSUD Giri Emas


Tanggal : 22 Desember 2021

Yang Mengesahkan

Direktur RSUD Giri Emas

dr. Gede Nuada

NIP. 19650912 200904 1 001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah yang
telah diberikan kepada penyusun, sehingga Program PKBRS Rumah Sakit Umum Daerah Giri
Emas ini dapat selesai disusun.
Program ini merupakan program kerja bagi semua pihak yang terkait dalam memberikan
pelayanan kepada pasien Rumah Sakit Umum Daerah Giri Emas.
Tidak lupa Tim Penyusun menyampaikan terimakasih yang sedalam – dalamnya atas bantuan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan pedoman Program PKBRS Rumah Sakit
Umum Daerah Giri Emas

Giri Emas, Desember 2021

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Pelayanan KB merupakan salah satu intervensi penurunan Angka Kematian Ibu melalui
pencegahan kehamilan berisiko (kehamilan dengan 4 terlalu) dan kehamilan yang tidak
diinginkan. Dasar kebijakan pelayanan KB di Indonesia adalah UU RI No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan yang tercantum dalam pasal 78, dimana tujuan pelayanan kesehatan dalam
keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk
membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas dan pemerintah bertanggung jawab dan
menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan
pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.
Intervensi dilakukan melalui pemenuhan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan, alat dan
obat perbekalan kesehatan, infrastruktur dan sarana pelayanan, regulasi manajemen dan
informasi kesehatan, pemberdayaan dan kemitraan serta penelitian dan pengembangan.
Kebijakan Undang-Undang RI No.52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga pasal 20 disebutkan bahwa untuk mewujudkan penduduk tumbuh
seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana
melalui penyelenggaraan program keluarga berencana. Program Kependudukan dan Keluarga
Berencana (KKB) Nasional di Indonesia, menganut sistem “cafetaria” dengan menawarkan
berbagai jenis kontrasepsi yang relative aman dan efektif, dimana salah satunya adalah
AKDR. Sesuai dengan HTA (Health Technology Assesment) Indonesia yang telah
dikeluarkan oleh Kemenkes tentang KB pada periode menyusui, salah satu upaya dalam
meningkatkan penggunaan kontrasespi jangka panjang adalah ditujukan pada ibu pasca
bersalin dengan menggunakan AKDR pasca persalinan dalam mengatur jarak kehamilan
tanpa mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI).
RSUD Giri Emas merupakan salah satu rumah sakit yang berada di Kabupaten Buleleng,
dimana menerima rujukan dari FKTP untuk kasus kegawatan obstetri dan gynekologi. Rumah
sakit ini juga melayani KB yang di kelola oleh Tim PKBRS yang secara kontinyu dan sinergis
menjalankan aktivitas pelayanan di bidangnya.

4
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan pengelola pelayanan keluarga berencana rumah sakit dalam
sebagai upaya mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi.
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS dalam pengorganisasian
pelayanan KB.
2. Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS dalam pelaksanaan pelayanan
KB.
3. Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS dalam pemantauan dan
evaluasi pelayanan KB.
III. MANFAAT DAN SASARAN

Panduan Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit menjadi acuan untuk meningkatkan
kemampuan manajemen bagi Tim Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS)
RSUD Giri Emas.
IV. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penyusunan Panduan Pelayanan KB meliputi: Pengorganisasian,
Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan KB.

5
BAB II
LANDASAN TEORI
I. Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran
anak yang diinginkan. Maka dari itu, pemerintah mencanangkan program atau cara untuk
mencegah dan menunda kehamilan dengan pemasangan kontrasepsi metode hormonal atau non
hormonal.
II. Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah dan konsepsi
yang artinya pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang dapat berakibat terjadinya
kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah pertemuan antara sel telur
dengan sperma agar tidak terjadi kehamilan. Hal-hal yang perlu diketahui tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan KB adalah:
A. Peserta KB Aktif
Akseptor yang pada saat ini sedang memakai alat dan obat kontrasepsi
(alokon) untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan, dan masih
terlindungi oleh kontrasepsi.
B. Peserta KB Baru
Peserta yang baru pertama kali menggunakan metode kontrasepsi termasuk mereka yang
pasca keguguran dan sesudah melahirkan.
C. Kegagalan KB
Kasus terjadinya kehamilan pada akseptor KB aktif, yang pada saat tersebut menggunakan
metode kontrasepsi.
D. Komplikasi Kontrasepsi
Gangguan kesehatan ringan sampai berat bagi klien yang terjadi akibat penggunaan metode
kontrasepsi.
E. Efek Samping Kontrasepsi
Efek yang tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat penggunaan alat kontrasepsi

6
F. Konseling KB
Konseling merupakan tahapan yang penting dalam pelayanan KB. Konseling harus
dilakukan secara memadai dan bersifat interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara
yang sesuai dengan budaya yang ada.
III. Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan
Pasca persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil atau disebut masa nifas. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada
kondisi tidak hamil. Pascasalin adalah salah satu waktu kritis ketika seorang wanita dan bayi
yang baru dilahirkannya membutuhkan pelayanan kesehatan yang spesial dan terintegrasi
karena angka kesakitan dan angka kematian selama periode ini cukup tinggi.
Penyampaian informasi yang jelas dan benar mengenai metode KB yang akan digunakan
oleh akseptor dapat membantu klien dalam mengenal dan memahami akan kebutuhannya,
untuk memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang
sedang dihadapi sehingga diperlukan pengarahan atau konseling yang dilakukan oleh petugas
dan itu akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsi serta meningkatkan
keberhasilan KB. Jenis – jenis metode KB yang terkini pasca persalinan yang perlu diketahui
yaitu:
A. Metode Amenorelaktasi (MAL)
Cara kerjanya adalah menekan ovulasi Waktu Penggunaan Efektif hingga 6 bulan pasca
persalinan, harus benar-benar eksklusif Efektivitas 2 kehamilan per 100 ibu (2%). MAL
harus Memenuhi 3 persyaratan yaitu Belum haid setelah melahirkan, ASI Ekslusive ( asi saja
), Bayi berusia kurang dari 6 bulan.

a. Keuntungan
1. Segera efektif
2. Tidak mengganggu senggama
3. Tidak ada efek samping
4. Tanpa biaya

7
5. Bayi lebih sehat karena mendapat kekebalan pasif dan sumber gizi terbaik dari ASI serta
terhindar dari paparan kontaminasi dari botol, air, dan susu formula.
6. Baik bagi ibu karena mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi risiko
anemia, meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi
b. Keterbatasan
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit
2. pasca persalinan
3. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social
4. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
5. Efektivitas tinggi bila dilakukan dengan baik dan benar (ASI eksklusif) dan hanya selama
6 bulan
c. Kontraindikasi
1. Sudah mendapatkan haid setelah bersalin
2. Tidak ASI eksklusif
3. Bayi tidak menyusui lebih lama dari 4 jam
d. Informasi untuk klien agar metode ini berhasil (konsensus Bellagio 1988)
1. Ibu harus menyusui secara penuh
2. Bayi menghisap secara langsung
3. Menyusui dimulai dari 30 menit – 1 jam bayi setelah lahir
4. Kolostrum diberikan kepada bayi
5. Pola menyusui on demand
6. Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam, termasuk malam hari
7. Perdarahan sebelum hari ke 56 pasca persalinan belum dianggap sebagai haid

B. Metode Pil
a. Pil Progestin (mini pil)
a) Cara kerja:
1. Mencegah ovulasi
2. Mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi sulit
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu

8
5. Efektivitas: secara umum 10 kehamilan per 100 ibu (10%) , untuk ibu menyusui
1 kehamilan per 100 ibu (1%)
b) Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan 3 hari untuk daerah sulit setelah persalinan maupun pasca
keguguran
2. Dapat digunakan segera mungkin pada ibu menyusui dan tidak menyusui
3. Setelah abortus, segera dimulai
c) Keuntungan:
1. Tidak menganggu hubungan seksual
2. Tidak mempengaruhi ASI
3. Kesuburan cepat kembali bila obat dihentikan
4. Efek samping sedikit terhadap kesehatan
5. Dapat dihentikan setiap saat
6. Tidak mengandung estrogen (tidak meningkatkan gangguan pembekuan darah,
kurang meningkatkan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi)
7. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
8. Mencegah kanker endometrium dan ovarium
9. Dapat diberikan pada pasien endometriosis
d) Keterbatasan:
1. Gangguan pada haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
2. Peningkatan berat badan
3. Harus diminum setiap hari pada waktu yang sama
4. Bila lupa minum satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
5. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
6. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila dibandingkan
dengan wanita yang tidak ber-KB)
7. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual
8. Hirsustisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan) tapi sangat jarang terjadi
e) Kontraindikasi:
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
9
3. Menggunakan obat TB (rifampisin), dan obat epiliepsi (fenitoin dan barbiturat)
4. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. Sering lupa menggunakan pil
6. Miom uterus (progestin memicu pertumbuhan miom uterus)
7. Riwayat stroke (progestin menyebabkan spasme pembuluh darah)
f) Cara Pakai:
1. Pastikan pasien tidak hamil
2. Konsumsi pil dimulai dari hari 1 hingga 5 haid
3. Bila dimulai dari hari ke 6 setelah hari pertama haid, gunakan kontrasepsi lain
atau tidak berhubungan selama 2 hari
4. Dapat digunakan segera pasca persalinan, baik pada ibu menyusui maupun tidak
menyusui
b. Pil Kombinasi
a) Cara kerja
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma
4. Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel telur
b) Keuntungan
1. Memiliki efektivitas yang tinggi (8 kehamilan per 100 pengguna dalam 12 bulan
pertama pemakaian)
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
3. Tidak menganggu hubungan seksual
4. Siklus haid jadi teratur dan jumlah darah haid berkurang (mencegah anemia)
5. Dapat digunakan jangka panjang
6. Dapat digunakan dari masa remaja hingga menopause
7. Mudah dihentikan setiap saat
8. Kesuburan cepat kembali
9. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat

10
10. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, Kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada
payudara, dismenorea, acne.
c) Keterbatasan
1. Mual terutama 3 bulan pertama
2. Perdarahan bercak atau perdarahan sela pada 3 bulan pertama
3. Nyeri payudara, berat badan naik sedikit
4. Tidak bisa pada ibu menyusui
5. Meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan
6. Tidak mencegah Infeksi menular seksual
d) Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Menyusui eksklusif
3. Perdarahan pervaginam yang tidak/belum diketahui penyebabnya
4. Penyakit hati akut (hepatitis)
5. Perokok dengan usia >35 tahun
6. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110 mmHg
7. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis (tidak
terkontrol) > 20 tahun
8. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
9. Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi)
10. Tidak dapat menggunakan pil setiap hari (pelupa)
e) Cara pakai
1. Pastikan klien tidak hamil
2. Dapat dikonsumsi dari hari 1 hingga ke 7 siklus haid, sebaiknya dikonsumsi pada
jam yang sama
3. Apabila dipergunakan dari hari ke-8 siklus haid, gunakan kontrasepsi lain seperti
kondom atau tidak berhubungan selama 7 hari
4. Bila muntah dalam 2 jam setelah minum pil, segera minum pil berikutnya
5. Bila lupa meminum pil selama 1 hari, hari besok langsung minum 2 pil
sekaligus.

11
6. Apabila lupa meminum pil selama 2 hari, minum 2 pil sekaligus setiap hari
selama 2 hari berturut-turut, lalu lanjutkan minum pil seperti biasa
7. Apabila lupa minum pil selama 3 hari, lanjutkan pil seperti biasa atau memulai
dari strip KB baru, dan gunakan kontrasepsi kondom/ tidak berhubungan selama
7 hari.
8. Untuk pil yang 21 tablet, selangi 1 minggu sebelum menggunakan tablet
berikutnya
9. Hanya boleh dikonsumsi oleh ibu menyusui setelah 6 bulan pasca persalinan
C. Metode Suntikan
a. Suntikan Progestin
a) Cara kerja
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma
4. Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel telur.
b) Waktu Penggunaan
1. Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah persalinan maupun pasca
keguguran
2. Pada klien yang menyusui dapat digunakan setelah 6 minggu pasca persalinan
3. Pada klien yang tidak menyusui digunakan segera mungkin
4. Setelah abortus, segera dimulai
c) Keuntungan
1. Efektifitas tinggi, 3 kehamilan per 100 pengguna selama 12 bulan pertama
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
3. Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
4. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
5. Jangka panjang
6. Efek samping terhadap kesehatan kecil
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
9. Mencegah kanker ovarium dan endometrium

12
10. Mencegah kehamilan ektopik
d) Keterbatasan
1. Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau perdarahan sela sampai 10 hari
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang setelah
suntikan kedua atau ketiga
3. Klien harus kembali rutin ke fasilitas kesehatan
4. Efektivitas berkurang bila dipergunakan bersama obat tuberkulosis dan
epilepsy
5. Penembahan berat badan
6. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke,
gangguan pembekuan darah, timbulnya tumor hati
7. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
8. Kesuburan kembali lama
e) Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amonorea
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. Diabetes mellitus disertai komplikasi
f) Cara Pakai
1. Pastikan pasien tidak hamil
2. Suntikan diberikan dari hari haid 1 hingga 7
3. Bila disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak
berhubungan selama 7 hari
4. Bila ingin mengganti dari kontrasepsi hormonal lain ke kontrasepsi suntikan,
dapat langsung diberikan kapan saja, bila dipastikan ibu tidak hamil
5. Bila ingin mengganti kontrasepsi suntik lain dengan kontrasepsi suntik yang
lain lagi, jadwal penyuntikan adalah sesuai dengan jadwal penyuntikan
kontrasepsi suntik sebelumnya.
6. Untuk suntikan depo medroksiprogesteron asetat disuntik setiap 12 minggu,
intramuscular

13
7. Untuk suntikan noretisteron enantat untuk 4 kali suntikan pertama diseling 8
minggu, suntikan ke 5 setiap 12 minggu, intra muscular
b. Suntikan Kombinasi
a) Cara kerja (sama seperti KB pil kombinasi)
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma
4. Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel telur
b) Keuntungan
1. Efektifitas tinggi, 3 kehamilan per 100 pengguna selama 12 bulan pertama
pemakaian
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
3. Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
4. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
5. Jangka panjang
6. Efek samping terhadap kesehatan kecil
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
9. Mencegah kanker ovarium dan endometrium
10. Mencegah kehamilan ektopik
c) Keterbatasan
1. Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau perdarahan sela sampai 10 hari
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang setelah
suntikan kedua atau ketiga
3. Klien harus kembali rutin ke fasilitas kesehatan
4. Efektivitas berkurang bila dipergunakan bersama obat tuberkulosis dan
epilepsy
5. Penambahan berat badan
6. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke,
gangguan pembekuan darah, timbulnya tumor hati
7. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual

14
8. Kesuburan kembali lama
d) Kontraindikasi
1. Hamil atau diduga hamil
2. Menyusui
3. Perdarahan pervaginam yang tidak/belum diketahui penyebabnya
4. Penyakit hati akut (hepatitis)
5. Perokok dengan usia >35 tahun
6. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110 mmHg
7. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau DM tidak terkontrol >20 tahun
8. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
9. Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsy)
c) Cara pakai
1. Ibu menyusui hanya bisa digunakan saat bayi berusia 6 bulan atau lebih
2. Pastikan pasien tidak hamil
3. Suntikan diberikan dari hari haid 1 hingga 7
4. Bila disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak
berhubungan selama 7 hari
5. Bila ingin mengganti dari kontrasepsi hormonal lain ke kontrasepsi suntikan,
dapat langsung diberikan kapan saja, bila dipastikan ibu tidak hamil
6. Bila ingin mengganti kontrasepsi suntik lain dengan kontrasepsi suntik yang
lain lagi, jadwal penyuntikan adalah sesuai dengan jadwal penyuntikan
kontrasepsi suntik sebelumnya.
7. Suntikan dilakukan 1 bulan sekali

D. Metode Implan
a) Cara kerja
1. Mencegah ovulasi
2. Mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi sulit
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu

15
b) Waktu Penggunaan
1. Dapat segera diberikan setelah persalinan maupun pasca keguguran dan pada
2. Klien yang menyusui maupun tidak menyusui
3. Setelah abortus, segera dimulai
c) Keuntungan
1. Efektivitas tinggi 0,5 kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun pemakaian
2. Tidak menganggu hubungan seksual
3. Tidak mempengaruhi ASI
4. Kesuburan cepat kembali bila implan dicabut
5. Efek samping sedikit terhadap kesehatan
6. Dapat dihentikan setiap saat
7. Tidak mengandung estrogen (tidak meningkatkan gangguan pembekuan darah,
kurang meningkatkan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi)
8. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
9. Mencegah kanker endometrium dan ovarium
10. Dapat diberikan pada pasien endometriosis
d) Keterbatasan (sama seperti pil progestin)
1. Gangguan pada haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
2. Peningkatan berat badan
3. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
4. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila dibandingkan dengan
wanita yang tidak ber-KB)
5. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual
6. Hirsustisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan) tapi sangat jarang terjadi
7. Memerlukan prosedur medis
8. Efek berkurang bila menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin) dan obat epilepsy
(fenitoin dan barbiturat)
e) Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
3. Menggunakan obat TB (rifampisin), dan obat epiliepsi (fenitoin dan barbiturat)

16
4. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. Miom uterus (progestin memicu pertumbuhan miom uterus)
6. Riwayat stroke (progestin menyebabkan spasme pembuluh darah)
f) Cara Pakai
1. Pasien tidak hamil
2. Dipasang saat siklus haid ke 2 hingga 7, bila dipasang setelah siklus haid ke-7,
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja
3. Setelah 48 jam pertama pemasangan, daerah pemasangan harus tetap dibiarkan
kering agar tidak infeksi
4. Perlindungan sampai 4 tahun
E. Metode AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
a) Cara kerja
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah ovum dan sperma bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi embrio dalam uterus
b) Waktu Penggunaan:
1. Dipasang dalam 48 jam setelah plasenta lahir atau setelah 4 minggu pasca
persalinan
2. Pada abortus, dapat langsung dipasang, selama dipastikan tidak ada infeksi
c) Keuntungan
1. Efektivitasnnya tinggi 0.8 kehamilan per 100 pengguna dalam 12 bulan pertama
pemakaian
2. Memberi perlindungan hingga 12 tahun
3. Segera efektif setelah dipasang
4. Metode kontrasepsi jangka panjang, dapat digunakan sampai menopause
5. Tidak perlu mengingat-ingat (tidak seperti pil yang harus diminum setiap hari)
6. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
7. Tidak ada efek hormonal (AKDR tanpa progestin)

17
8. Tidak mengganggu produksi ASI
9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
10. Membantu mencegah kehamilan ektopik
11. Kembalinya kesuburan dalam waktu singkat setelah AKDR dilepaskan
d) Keterbatasan
1. Perubahan siklus haid (terutama 3 bulan pertama) misalnya haid jadi lebih banyak
dan nyeri, dan perdarahan antar menstruasi
2. Merasa nyeri dan kram perut 3-5 hari setelah pemasangan
3. Perforasi dinding uterus apabila sukar dalam pemasangan
4. Tidak mencegah IMS
5. Tidak cocok pada wanita yang suka berganti pasangan
6. Memerlukan prosedur medis saat pemasangan
7. AKDR mesti dilepas di fasilitas kesehatan
8. AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui
e) Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Menderita Infeksi alat genital (gonorrhea, clamidia, vaginitis, servisitis)
4. Tiga bulan terakhir mengalami penyakit radang panggul atau abortus septik
5. Kelainan bawaan uterus abnormal (bentuk dan ukuran abnormal) atau menderita
tumor jinak Rahim
6. Penyakit trofoblas ganas
7. Menderita TBC pelvic
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rahim kurang dari 5 cm
F. Metode Tubektomi
a) Cara kerja
1. Menghambat ovum dengan cara mengoklusi tuba falopii sehingga sperma tidak
dapat bertemu dengan ovum
b) Waktu Penggunaan

18
1. Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah persalinan maupun pasca
keguguran
2. Bila ada infeksi atau pasca abortus tidak aman tunda 3 bulan
c) Keuntungan
1. Sangat efekti 0.5 kehamilan per 100 pengguna selama setahun pertama
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
4. Tidak ada efek samping hormonal
d) Keterbatasan
1. Harus melalui prosedur medis
2. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
3. Rasa nyeri atau tidak nyaman pasca tindakan
e) Yang dapat menjalani tubektomi
1. Usia > 26 tahun
2. Paritas > 2
3. Yakin dengan jumlah kehamilan yang diinginkan
4. Kehamilan berikutnya agan memberikan risiko kesehatan yang serius
5. Pasca persalinan dan pasca keguguran
6. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
f) Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
4. Tidak boleh menjalani prosedur pembedahan
5. Ragu-ragu untuk menjalani prosedur
6. Tidak menandatangani persetujuan medis tertulis
G. Metode Vasektomi
a) Cara kerja
1. Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara melakukan oklusi vasa
deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan fertilisasi tidak terjadi
b) Keuntungan

19
1. Sangat efektif : Efektivitas: 1 kehamilan pada 100 ibu (0.15%)
2. Tidak ada efek samping jangka panjang
3. Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
c) Keterbatasan
1. Membutuhkan prosedur medis
d) Kontraindikasi
1. Infeksi kulit pada lapang operasi
2. Infeksi sistemik
3. Hidrokel dan varikokel yang besar
4. Hernia inguinalis
5. Filariasis
6. Undesensus testikularis
7. Massa intraskrotalis
8. Anemia berat, gangguan pembekuan darah
e) Informasi bagi klien
1. Pertahankan band aid selama 3 hari
2. Luka yang dalam penyembuhan jangan ditarik atau digaruh
3. Daerah luka tidak basah dalam 24 jam, dan setelah 3 hari daerah luka boleh dicuci
dengan sabun dan air
4. Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah skrotum kering
5. Hindari mengangkat benda berat dan kerja keras dalam 3 hari
6. Boleh bersenggama setelah hari ke 2-3, namun pakai kondom hingga 15-20
ejakulasi atau 3 bulan
7. Lakukan pemeriksaan semen setelah 3 bulan pasca vasektomi

20
BAB IV
RUANG LINGKUP
I. PENGORGANISASIAN
Pelaksanaan program pelayanan KB tidak sepenuhnya berada dijajaran sektor kesehatan, maka
diperlukan upaya untuk mengorganisasi semua sumber daya di lintas program dan lintas sektor
agar mendapatkan hasil yang optimal. Untuk mewujudkan program pelayanan KB yang
berkualitas, perlu dilakukan pengorganisasian sumber daya sebagai berikut:
A. Menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi serta bahan habis pakai,
penyimpanan dan distribusinya.
B. Menjamin tersedianya sarana penunjang pelayanan KB seperti obgyn-bed , IUD kit, implan
removal kit, VTP kit, KIE kit, media informasi, pedoman klinis dan pedoman manajemen.
C. Menjamin tersedianya pembiayaan pelayanan KB baik melalui APBN (Kementerian
Kesehatan dan BKKBN) dan APBD.
D. Menjamin tersedianya tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB yang terampil
dalam pelayanan klinis, konseling dan manajemen melalui pelatihan yang terakreditasi.
II. PERENCANAAN
Perencanaan pelayanan KB sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan perlu
diupayakan mulai dari tingkat fasilitas pelayanan tingkat pertama sampai dengan tingkat lanjutan
dengan memanfaatkan data/ informasi KB yang ada, baik data rutin maupun survey. Untuk
mewujudkan pelayanan KB dapat terlaksana secara optimal dan berkualitas, harus didukung oleh
manajemen yang baik untuk mendapatkan dukungan terutama dalam kebijakan dan pembiayaan.
Perencanaan di Rumah Sakit untuk merencanaan kebutuhan alokon dan sarana prasarana,
didasarkan pada rata-rata tren penggunaan metode kontrasepsi dalam 3 bulan dengan
menambahkan perhitungan perkiraan peningkatan kunjungan. Terkait dengan stok alokon di RS
maka permintaan alokon ke SKPD KB melalui PLKB/PPLKB untuk masing-masing metode
kontrasepsi minimal 3 bulan dan maksimal 6 bulan dan dikelola dengan sistem satu pintu untuk
memfasilitasi alokon di Poli Kebidanan/KB dan Kamar Bersalin.
III. PELAKSANAAN
Rumah sakit dalam melayani program KELUARGA BERENCANA dilakukan di Klinik
Rawat Jalan, IGD PONEK, Kamar Bersalin dan Kamar Operasi, kesemuanya dilakukan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi klinis pasien pada saat akan dilakukan pemasangan. Dalam
21
pelaksanaannya, pelayanan keluarga berencana mengacu pada standar pelayanan dan kepuasan
klien. Pelaksanaan pelayanan KB baik harus sesuai standar pelayanan yang ditetapkan untuk
menjamin pelayanan yang berkualitas dengan memenuhi pilihan metode kontrasepsi (cafetaria
system), informasi kepada klien, kompetensi petugas, interaksi antara petugas dan klien,
mekanisme yang menjamin kelanjutan pemakai KB, jejaring pelayanan yang memadai. Adapun
jenis pelayanan KB yang ada di Rumah sakit yaitu:
A. Pelayanan konseling
B. Pelayanan kontrasepsi sederhana, hormonal, non hormonal, AKDR dan AKBK
C. Metode Operasi Wanita (MOW)
D. Metode Operasi Pria (MOP)
IV. PEMANTAUAN dan EVALUASI PELAYANAN KB
Pemantauan (monitoring) dapat diartikan sebagai upaya pengumpulan, pencatatan, dan analisis
data secara periodik dalam rangka mengetahui kemajuan program dan memastikan kegiatan
program terlaksana sesuai rencana yang berkualitas. Penilaian (evaluasi) adalah suatu proses
pengumpulan dan analisis informasi mengenai efektivitas dan dampak suatu program dalam tahap
tertentu baik sebagian atau keseluruhan untuk mengkaji pencapaian program yang diperoleh dari
pencatatan dan pelaporan. Pelaporan dan analisis dibuat per 3 bulan untuk pemantauan pelayanan
KB termasuk KB pasca persalinan dan pasca keguguran serta kejadian tidak dilakukannya KB
pasca persalinan dan pasca keguguran.

22
BAB VII
PENUTUP
Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit (PKBRS) merupakan bagian dari program
Keluarga Berencana (KB) yang termasuk dalam Program Nasional. Kunci keberhasilan PKBRS
adalah ketersediaan alat dan obat kontrasepsi, sarana penunjang pelayanan kontrasepsi dan tenaga
kesehatan yang sesuai kompetensi serta manajemen yang handal. Manajemen Pelayanan KB
dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan secara sistematik yang saling terkait dan
berkesinambungan mulai dari pengorganisasian, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi. Dengan manajemen pelayanan KB yang baik di setiap tingkatan administrasi diharapkan
dapat meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB yang pada akhirnya dapat berkontribusi
dalam percepatan penurunan angka kematian ibu.

23

Anda mungkin juga menyukai