PEDOMAN PENGELOLAAN B3
RSAU dr. EFRAM HARSANA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menyiapakan agar RSAU dr.Efram Harsana Lanud Iswahjudi dapat
menerapkan pengeloaan B3 yang aman,sehingga dapat melindungi tenaga
kesehatan dan masyarakat dari bahaya B3 yang mungkin timbul
2. Tujuan Khusus
Memberikan info tentang Penanganan, Penyimpanan, Penggunaan serta
Pembuangan B3 yang dilakukan dalam upaya untuk menekan terjadinya resiko
kecelakaan dan resiko kontaminasi yang disebabkan oleh bahan dan limbah
B3 hasil kegiatan Rumah Sakit Angkatan Udara dr.Efram Harsana.
C. SASARAN
2
1. Bahan Berbahaya Beracun yang ada disemua bagian Rumah Sakit terinventaris
dari nama dan jenisnya serta upto date, agar memudahkan pengecekannya.
2. Pengelolaan yang tepat terhadap B3, baik penanganan, penyimpanan,
penggunaan dan pembuangannya.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
TATA LAKSANA
A. Tatalaksana
Pedoman pengelolaan bahan berbahaya dan beracun adalah pedoman B3
pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) meliputi : Tatalaksana bahan
berbahaya dan beracun mencakup : Standart operasional prosedur identifikasi B3,
4
1. Panduan identifikasi B3
a. Tata laksana megidentifikasi atau inventarisasi bahan berbahaya dan beracun
dengan melakukan telusur tiap bahan kimia tersebut apakah termasuk dalam
daftar atau golongan B3 sebagai lampiran Peraturan Pemerintah No.:74 /
Tahun 2001 , sbb :
1) Mudah meledak (explosive);
2) Pengoksidasi (oxidizing);
3) Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
4) Sangat mudah menyala (highly flammable);
5) Mudah menyala (flammable);
6) Amat sangat beracun (extremely toxic);
7) Sangat beracun (highly toxic);
8) Beracun (moderately toxic);
9) Berbahaya (harmful);
10) Korosif (corrosive);
11) Bersifat iritasi (irritant);
12) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
13) Karsinogenik (carcinogenic);
14) Teratogenik (teratogenic);
5
2. Panduan pengadaan B3
Uraian tentang pengadaan dan barang / jasa sbb :
a. Pengadaan barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya
dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan
untuk memperoleh barang/jasa, yang menggunakan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APB Barang termasuk didalamnya adalah Perbekalan Farmasi)
b. Perbekalan farmasi adalah pengadaan sediaan farmasi yang terdiri dari obat,
bahan bat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis dari
penyedia barang
c. Pengadaan Perbekalan Farmasi termasuk Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Pengadaan langsung dilakukan terhadap pengadaan perbekalan farmasi sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pengadaan Barang/Jasa RSAU
dr.Efram Harsana Lanud Iswahjudi.
5. Penyimpanan B3 Explosif
4. Panduan penggunaan B3
a. Perencanaan dan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam
penggunaan B3 harus memperhatikan sbb :
10
5. Panduan penanganan B3
a. Penanganan Kecelakaan kerja dan darurat B3
Panduan ini sebagai petunjuk bagi pegawai untuk penyelamatan apabila terjadi
kecelakaan ditempat kerja dengan tujuan agar korban menjadi atau merasa
aman dan tenang serta mencegah kondisi yang lebih buruk sambil menunggu
pertolongan dokter.
b. Ruang lingkup
Ruang lingkup panduan ini meliputi petunjuk umum :pertolongan pertama yang
berhubungan dengan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) .
Dampak dan Resiko akibat pengelolaan B3 berupa ledakan gas dan kebakaran
bahan kimia, bahan kimia tumpah, terpapar bahan kimia kepada petugas ,
sarana dan lingkungan rumah sakit
c. Pengertian yang dimaksud dalam panduan ini adalah sebagai berikut :
1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan yang dapat
menyebabkan luka atau kerugian pada manusia dan benda yang
disebabkan oleh suatu kejadian atau kondisi yang tidak terduga
2) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami oleh seorang karyawan
semenjakia meninggalkan rumah kediaman sampai menuju ketempat
pekerjaannya, selama jam kerja, maupun sekembalinya dari tempat kerja
menuju rumah kediamannya melalui jalan yang biasa ditempuh, sedemikian
rupa sehingga karyawan tersebut dalam waktu 2 x 24 jam setelah kejadian
kecelakaan itu tidak dapat melakukan pekerjaan.
3) Perlemahan (impairment) adalah setiap gangguan atau ketidaknormalan
psikologik dan atau fisiologik dan atau struktur anatomi dan atau fungsi.
4) Ketidakmampuan (disability) adalah setiap keterbatasan atau berkurangnya
kemampuan (sebagai akibat dari perlemahan) untuk melakukan aktivitas
dengan cara atau dalam batas–batas yang dianggap normal untuk manusia.
11
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar
simbol berupa gambar nyala api berwarna putih dan hitam. Simbol ini
menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
(a) Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar
karena kontak dengan udara pada temperature ambien;
(b) Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber
nyala api;
(c) Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
(d) Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah
yang berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau
udara lembab;
(e) Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0oC dan
titik didih lebih rendah atau sama dengan 35oC;
(f) Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0oC – 21oC;
(g) Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume
dan/atau pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 60oC (140oF)
akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau
sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. Pengujiannya
dapat dilakukan dengan metode ”Closed-Up Test”;
(h) Padatan yang pada temperatur dan tekanan standar (25oC dan
760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uaair atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran
yang terus menerus dalam 10 detik. Padatan yang hasil pengujian
”Seta Closed Cup Flash Point Test”-nya menunjukkan titik nyala
kurang dari 40oC;
(i) Aerosol yang mudah menyala;
(j) Padatan atau cairan piroforik; dan/atau
(k) Peroksida organik.
b) Simbol yang dipasang harus satu macam simbol yang sesuai dengan
klasifikasi B3 yang diangkutnya;
c) Ukuran minimum yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm atau lebih besar,
sebanding dengan ukuran alat angkut yang digunakan;
d) Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan, air, hujan, dan/atau
bahan kimia yang mungkin mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas,
atau plat logam) serta menggunakan bahan warna simbolyang dapat
berpendar (flourenscence);
e) Dipasang disetiap sisi dan di bagian muka alat angkut serta harus dapat
terlihat dengan jelas dari jarak lebih kurang 30 meter; dan
f) Simbol tidak boleh dilepas dan diganti dengan symbol lain sebelum
muatan B3 dikeluarkan dan alat angkut yang digunakan dibersihkan dari
sisa B3 yang tertinggal.
3) Simbol pada tempat penyimpanan kemasan B3.
Tempat penyimpanan kemasan B3 harus ditandai dengan simbol dengan
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a) Simbol B3 berupa sticker atau lainnya yang dapat menempel dengan
baik pada tempat penyimpanan
b) kemasan B3, mudah penggunaannya dan tahan lama. Simbol juga
terbuat dari bahan yang tahan terhadap air, goresan dan bahan kimia
yang mungkin mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas, atau plat
logam);
c) Simbol dipasang pada bagian luar tempat penyimpana kemasan B3
yang tidak terhalang
d) Jenis simbol yang dipasang harus sesuai klasifikasi B3
d. Ketentuan pemasangan Label
Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi
dan jenis B3. Penggunaan Label B3 tersebut dilakukan informasi tentang
produsen B3, identitas B3 serta kuantitas B3. Label harus mudah terbaca, jelas
terlihat, tidak mudah rusak, dan tidak mudah terlepas dari kemasannya.
1) Bentuk, warna dan ukuran.
a) Label B3 berbentuk persegi panjang dengan ukuran disesuaikan dengan
kemasan yang digunakan, ukuran perbandingannya adalah panjang :
lebar = 3:1, dengan warna dasar putih dan tulisan serta garis tepi
berwarna hitam, sebagaimana gambar
24
b) Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak mudah terhapus
dan dipasang pada setiap kemasan B3. Pada label wajib dicantumkan
informasi
Pernyataan Bahaya :
Identitas Pemasok Klasifikasi B3
Fisik, Kesehatan dan Lingkungan
Gambar 6 a. Label B3
2) Pengisian Label
Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak mudah terhapus dan
dipasang pada setiap kemasan B3. Pada label wajib dicantumkan informasi
minimal sebagai berikut :
No Jenis Farmasi Penjelasan Pengisian
1 Nama B3; Nama dagang B3/Nama bahan
Komposisi, No.CAS/No kimia.
UN; Komposisi atau formulasi bahan
Produsen kimia.
Informasi lengkap mengenai
penghasil.
2 Simbol Disesuaikan dengan klasifikasi B3
Simbol
Label
8. Penanganan Bahan B3
Dalam penanganan Bahan Berbahaya Beracun (B3), hal penting yang harus
diperhatikan adalah sifat fisik, kimia, bahaya dan akibat dari bahaya tersebut.
Untuk menghindari paparan bahan beracun, cara penanganan yang dilakukan
sebagai berikut :
1. Pemisahan Jenis B3
a. Mudah meledak
1) Potensi terbentuknya uap atau debu flammable di udara
2) Potensi sumber panas
3) Gelombang tekanan ledakan
b. Pengoksidasi
1) Pisahkan dengan bahan berbahaya lain yang mudah terbakar
2) Penyimpanan khusus di almari
c. Mudah Menyala
Untuk mencegah bahaya kebakaran dalam pananganan bahan mudah
terbakar, cara yang dilakukan :
1) Pisahkan 3 unsur terjadinya kebakaran meliputi bahan mudah
terbakar O2 dan sumber panas
2) Simpan bahan tersebut pada tempat dengan temperature ruang dan
berventilasi cukup
27
d. Beracun
e. Berbahaya
9. Peyimpanan Bahan B3
Penyimpanan
Dalam penyimpanan Bahan Berbahaya Beracun (B3), hal penting yang
diperhatikan adalah sifat-sifat dari bahan tersebut dan reaksi akibat interaksi bahan
dalam penyimpanan. Interaksi yang terjadi selama dalam proses penyimpanan,
interaksi bahan dengan lingkungan, interaksi bahan dengan wadah, interaksi bahan
dengan bahan.
a. Mudah meledak
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin
2) Jauhkan dari sumber api/panas
3) Hindarkan tumbukan / benturan mekanis
b. Pengoksidasi
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Jauhkan dari sumber api/panas
3) Jauhkan dari bahan mudah terbakar/reduktor
c. Mudah Menyala
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin
2) Jauh dari sumber api
3) Sediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
d. Beracun
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Disimpan terpisah dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
3) Sediakan alat pelindung diri, masker,sarung tangan dan pakaian kerja
e. Berbahaya
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Di tempatkan di TPS sesuai dengan jenis limbah bahan berbahaya antara
lain jenis padat, tajam dan cair.
f. Korosif
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Disimpan terpisah dari bahan beracun
3) Wadah tertutup dan beretiket
4) Sediakan alat pelindung diri, masker, sarung tangan dan pakaian kerja
29
g. Bersifat iritan
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Disimpan terpisah dari bahan berbahaya
3) Wadah tertutup (jerigen) dan beretiket
4) Sediakan alat pelindung diri, masker, sarung tangan dan pakaian kerja
h. Infeksius
pengolah atau penimbun limbah B3, dengan persetujuan Kepala instansi yang
bertanggung jawab.
c Dalam pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun disertai dengan
bukti dokumen pembuangan limbah B3 berupa manifest limbah B3
12. Lambang B3
pemadam api.
2. Instalasi Atropin Mengiritasi mata, Harus disimpan di
Farmasi,IBS, kulit, pencernaan tempat yang
IGD dan pernapasan dilengkapi dengan
sumber air untuk
mencuci.
3. Instalasi Hydrogen Mengiritasi mata, Harus disimpan di
farmasi,IBS, peroxide 3% kulit, pencernaan tempat yang
Gudang Obat dan pernapasan dilengkapi dengan
sumber air untuk
mencuci.
4. IBS,Rawat Oksigen Mengoksidasi, jika Harus disimpan
kontak dengan ditempat yang sejuk
Inap,IGD
bahan yang dapat dan mendapat
menimbulkan api. petukaran udara yang
baik
BAB VI
DOKUMENTASI
Setiap petugas dalam melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun wajib
melakukan administrasi yang sudah disediakan mulai dari penerimaan B3, penyimpanan,
penggunaan ataupun jika terjadi tumpahan B3.. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa
RSAU dr.Efram Harsana Lanud Iswahjudi melakukan pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun dengan baik.
40
BAB VIII
PENUTUP
Upaya pengelolaan B3 rumah sakit merupakan hal yang mutlak perlu diperhatikan
oleh rumah sakit, hal ini dimaksudkan agar mulai dari pengadaan, penyimpanan dan
penggunaan tidak mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit bagi petugas
maupun pasien. Sehingga menunjang proses peningkatan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien di RSAU dr.EFRAM HARSANA.
Demikianlah pedoman Pengelolaan B3 Rumah Sakit RSAU dr.EFRAM HARSANA
dibuat agar dapat menjadi pedoman pelaksanaan pengelolaan limbah di rumah sakit.