Anda di halaman 1dari 38

Lampiran

Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda


Nomor : 060/PER/DIR/PB/V/2019

Tentang
PANDUAN MANAJEMEN BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3) EDISI KEDUA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sebagai dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang maka
produksi, distribusi dan penggunaan bahan berbahaya semakin meningkat jumlahnya
maupun jenisnya.
Penggunaan bahan berbahaya yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan penangananya
dapat menimbulkan ancaman atau bahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Salah satu upaya untuk menghindarkan atau mengurangi resiko bahan berbahaya
dilakukan melalui pemberian informasi yang benar tentang Bahan Berbahaya Beracun
(B3) dan cara penanganannya.

1.2 PENGERTIAN
1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup,
dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makluk hidup lainnya.
2. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.
3. Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas dan
kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap lingkungan hidup,
kesehatan manusia, dan makluk hidup lainnya.
4. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan Klasifikasi B3.
5. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3.

1.3 KLASIFIKASI B3
Yang termasuk klasifikasi bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang mempunyai sifat :
b. Mudah meledak (explosive)
1
c. Pengoxidasi (oxidazing)
d. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
e. Sangat mudah menyala (highly flammable)
f. Mudah menyala (flammable)
g. Amat sangat beracun (extremely toxics)
h. Sangat beracun (highly toxics)
i. Beracun (moderately toxics)
j. Berbahaya (harmful)
k. Korosif (corrosive)
l. Bersifat iritasi (irritant)
m. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
n. Karsinogenik (carcinogenic)
o. Teratogenik (teratogenic)
p. Mutagenik (mutagenic)

1.4 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT BAHAYA


Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya dipengaruhi oleh :
i. Daya racun
Dinyatakan dengan satuan LD50 atau LC50 dimana makin kuat nilai LD50 atau
LC50 bahan berbahaya beracun/kimia menunjukkan makin tinggi daya racunya.
ii. Cara B3 masuk kedalam tubuh (route of entry) yaitu melalui saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan penyerapan melalui kulit. Diantara yang sangat berbahaya
adalah melalui saluran pernafasan karena tanpa disadari bahan kimia akan masuk ke
dalam tubuh bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 m3 selama 8
jam kerja dan sulit di keluarkan kembali dari tubuh.
iii. Konsentrasi macam dan lama paparan B3 yaitu besar dosis yang berada di udara atau
yang kontak dengan bagian tubuh, kemudian lamanya paparan terjadi apakah terus
menerus atau terputus-putus menentukan jumlah dan dosis yang masuk ke dalam
tubuh.
iv. Efek kombinasi B3
Yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat dan daya racun yang berbeda,
menyulitkan tindakan tindakan pertolongan atau pengobatan.
v. Kerentanan calon korban paparan B3

2
Masing-masing individu mempunyai daya tahan yang berbeda-beda terhadap
pengaruh B3. Semestinya individu terhadap pengaruh bahan kimia tergantung
kepada umur, jenis kelamin, kondisi umum kesehatan dan lain-lain.

1.5 PENGARUH B3 TERHADAP KESEHATAN


1. Menyebabkan iritasi yaitu terjadi luka bakar setempat akibat kontak bahan kimia
dengan bagian-bagian tubuh tertentu seperti kulit, mata atau saluran pernafasan.
2. Menimbulkan alergi, nampak sebagai bintik-bintik merah kecil atau gelembung
berisi cairan atau gangguan pernafasan berupa batuk-batuk, nafas tersumbat dan
nafas pendek.
3. Menyebabkan sulit bernafas, seperti tercekik atau asfiksia karena kekurangan
oksigen akibat diikat oleh gas inert seperti nitrogen dan karbondioksida.
4. Menimbulkan keracunan kronik, bahan kimia yang dapat mempengaruhi bagian-
bagian tubuh, diantaranya merusak hati, ginjal, susunan syaraf dan lain-lain.
5. Menyebabkan kanker, akibat paparan jangka panjang bahan kimia, sehingga
merangsang pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali dalam bentuk tumor ganas.
6. Menyebabkan kerusakan/kelainan janin ditandai kelahiran dalam keadaan cacat atau
kemandulan.
7. Menyebabkan pneumokoniosis yaitu timbunan debu dalam paru-paru sehingga
kemampuan paru-paru untuk menyerap oksigen menjadi kurang, akibatnya penderita
mengalami nafas pendek.
8. Menyebabkan efek bius (narkotik) yaitu bahan kimia, mengganggu syaraf pusat
menyebabkan orang tidak sadar, pingsan atau kematian.

1.6 MSDS DAN LABEL (DISERTAI TANDA TANDA / POSTER)


a. MSDS (Material Safety Data Sheet (lembar data keselamatan bahan))
Lembar data keselamatan bahan-bahan secara garis besar harus memuat penjelasan-
penjelasan antara lain :
- identifikasi dari bahan tersebut misalnya perusahaan dari supplier secara
mendetail, nama produk atau kodenya, penggunaannya, klasifikasi dari
bahan.
- Komposisi dan ciri-ciri fisik khusus dari bahan misalnya bentuk, warna, bau,
titik didih, titik uap, pH, LEL.
- Informasi tentang bahaya bahan tersebut terhadap kesehatan.

3
- Tata cara penanggulangan bahaya dan prosedur penggunaan yang benar dari
bahan.
- Tata cara penyimpanan bahan dan penggunaan yang aman dari bahan.

b. Label atau Etiket


Label atau etiket diperlukan sebagai informasi yang cepat dapat dikenal untuk
pekerja, sehingga dengan cepat dapat bersikap hati-hati dalam penanganan bahan
kimia berbahaya. Cara pemberian label atau etiket dapat juga berbeda satu negara
ke negara lain atau dari satu petunjuk ke yang lainnya.

Lampiran Permen LH 03/2008

4
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini hanya membahas tentang B3 yang digunakan di RSIA Puri Bunda Malang
dengan maksud untuk mencegah kejadian kecelakaan staf, pasien maupun pengunjung rumah
sakit.

5
BAB III
KEBIJAKAN

3.1 REGULASI NASIONAL


1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tantang Kesehatan


3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4. Peraturan pemerintah RI Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya Beracun
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 472/MENKES/PER/V/1996 tentang Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
7. Permen LHK No. 56 Tahun 2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Kesehatan

3.2 REGULASI RUMAH SAKIT


1. Rumah Sakit melakukan inventarisasi, penanganan, penyimpanan, dan penggunaan
sertapengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun dan Limbahnya sesuai dengan peraturan
perundang – undanga.
2. Identifikasi dan Inventarisasi B3 dan Limbahnya mengacu pada kategori yang telah
ditetapkan (WHO) yang meliputi infeksius, patologi anatomi, farmasi, bahan kimia, logam
berat, container bertekanan, benda tajam, sitotoksik dan radioaktif.
3. Rumah Sakit memiliki daftar inventaris B3 yang ada di Rumah Sakit meliputi jenis, lokasi
dan jumlah B3 yang tersedia.
4. Setiap unit yang terdapat B3 didalamnya memiliki daftar inventaris yang meliputi jenis dan
penandaan B3 sesuai dan penandaan B3 sesuai dengan B3 yang dimiliki saat itu.
5. Setiap Unit yang memiliki B3 harus tersedia spil kit B3 untuk penagnganan bila ada
tumpahan B3 disertai juga cara penggunaan serta tersedia formulir laporan bila terjadi
tumpahan B3.
6. Petugas wajib menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dan memasang rambu peringatan
saat pembersiahn bila ada tumpahan B3
7. Pengadaan B3 berada di bawah tanggung jawab farmasi dab wajb menyertakan MSDS
8. Rumah Sakit menetapkan penyimpanan dan pengolahan limbah B3 secara benar dan aman
sesuai ketentuan Undang – Undang.

6
BAB IV
TATA LAKSANA

4.1 PRINSIP PENGENDALIAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3)


1. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri
dan karakteristiknya.
2. Evaluasi, untuk menentukan langkah-lagkah atau tindakan yang diperlukan sesuai
sifat dan karakteristiknya dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus
memprediksi resiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang
dilakukan meliputi :
a) pengendalian operasional seperti eliminasi, subsitusi, ventilasi, penggunaan
alat pelindung diri yang sesuai dan menjaga hygiene perorangan.
b) Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label, penyediaan
lembar data kesehatan bahan (MSDS) pembuatan prosedur kerja, pengaturan
tata ruang, pematauan rutin serta pendidikan dan latihan.
c) Inpeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman.
d) Pembatasan keberadaan bahan kimia berbahaya ditempat kerja sesuai dengan
jumlah ambang batasnya.

4.2 PENANGGULANGAN KECELAKAAN DAN KEADAAN DARURAT


Bila terjadi kecelakaan dan atau keadaan darurat yang diakibatkan Bahan Berbahaya dan
beracun, maka setiap orang yang melakukan kegiatan pengolahan B3 wajib:
1. Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan.
2. Menginformasikan tentang adanya kecelakaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
kepada petugas tanggap darurat dengan mengaktifkan sistim tanggap darurat.
3. Menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur tetap penanggulangan
kecelakaan dan melakukan evakuasi bila diperlukan.
4. Melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada aparat Pemerintah kota
setempat.

7
4.3 ANCAMAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Adanya B3 di Rumah Sakit dapat menimbulkan bahaya bagi para penderita maupun
para pekerjanya, baik bagi para dokter, perawat, teknisi dan semua yang berkaitan dengan
pengelolaan rumah sakit maupun perawatan penderita. Walaupun orang menyadari arti
bahan-bahan beracun dan bahayanya, kecelakaan bahan-bahan kimia (B3) terjadi semata-
mata karena kurang hati-hati dan kurang peduli terhadap bahan-bahan (B3) tersebut. Hal-
hal tersebut dapat menyebabkan keracunan kronik akibat tumpahan-tumpahan, kebocoran
tempat penyimpanan dan ventilasi yang kurang baik. Bahan kimia yang mempunyai
risiko mengakibatkan gangguan kesehatan antara lain adalah gas zat-zat anestetik
(halothan, nitrous oxide, ethyl ether), formaldehid, etilen oksida, mercuri. Karakteristik
bahan kimia, risiko bahaya yang ditimbulkan, cara pengendaliannya serta ambang batas
yang diperkenankan dapat dilihat pada uraian berikut.

4.3.1 GAS ANESTESI


A. HALOTAN
Nama lain/sinonim:
Alotano, Halothanum, Phthorothanum 2-Bromo-2-Chloro-1, 1, 1-Trifluroethane.
Nama Dagang:
Fluopan, Fluthane, Halovis, Rhodialotan, Somothane.
Pengantar
Halotan adalah zat anastetika yang diberikan melalui inhalasi mempunyai nilai
konsentrasi alveolar minimum 0,75 % (MAC = Minimum Alveolar
Concentration). Tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak, bila
bercampur dengan oksigen pada tekanan atmosfir normal. Tidak menimbulkan
nekrosis pada jaringan.
Menekan pengeluaraan air liur, lendir, bronchial, dan sekresi lambung serta
dilatasi bronchiale.
Anestesi dipertahankan dengan konsentrasi 0,5-2 % V/V.
Menggigil dapat terjadi selama penyembuhan. Kegelisahan selama periode ini
adalah indikasi terhadap analgesia post operative. Relaksasi otot yang cukup
hanya dapat dicapai dengan anestesi yang dalam, sehingga relaxan otot diberikan
untuk meningkatkan relaxasi otot.
Absorpsi dan ekskresi
Halotan diabsorpsi pada inhalasi. Mempunyai kelarutan dalam darah, relatif
rendah dan tekanan arterial sangat lambat mencapai tekanan alviola. Halotan

8
mencapai jaringan vaskuler dalam konsentrasi mendekati konsentrasi di dalam
darah arterial. Lebih larut dalam lemak netral jaringan adipose daripada dalam
fospolipida sel-sel otak. Koefisien partisi darah-gas rendah sampi dengan 80%
halotan yang diberikan diekskresi tanpa diubah melalui paru, 20%
dimetabolisme oleh hati. Metabolik dalam urine berupa asam trifluoro asetat
Garam bromide dan chloride berdifusi melalui plasenta.
Pengukuran
TWA (Time Weighted Averege Exposure Limit dalam ACGI 1986-1987):50ppm
(400 mg/m3) selama 8 jam/hari kerja atau 40 jam/minggu kerja.
1. Efek kesehatan
Halotan menekan sistim kardiovaskuler dan menurunkan tekanan darah.
Tanda-tanda over dosis adalah bradikardi dan hipotensi.
Dapat menimbulkan mual, muntah dan menggigil. Aritmia jantung dan depresi
pernapasan dapat terjadi. Halotan meningkatkan sensifitas jantung pada aktifitas
beta-adrenergik. Dapat terjadi disfungsi hati, hepatitis, dan nekrosis lebih sering
terjadi pada penggunaan berulang. Dilaporkan pula telah terjadi hiperpireksia
maligna.
Penyalahgunaan
Dilaporkan 16 kasus penyalahgunaan anestetik modern. Halotan ditelan atau
disuntikkan secara itravena untuk bunuh diri dan dihirup untuk meningkatkan
perasaan (mood).
Dari 15 kasus penyalah gunaan halotan, 11 orang meninggal. 3 orang petugas
muda di rumah sakit meninggal, setelah menghirup halotan secara gelap. Dari
pengujian postmortem memperlihatkan udem paru pada 3 korban dan kadar
darah 0,36 %, 0,15 %, dan 0,5%. Kematian kemungkinan disebabkan oleh
aritmia jantung. Kasus hepatitis terjadi pada 3 petugas Rumah sakit yang
menghirup halotan secara gelap. Efek muncul perlahan dan reversible pada 2
orang, sedangkan yang ketiga, yang menghisap halotan selama 1 tahun dan
mengkonsumsi 1,25 liter sebulan sebelum kematian mengalami aritmia jantung.

2. Alergi
Terjadi alergi terhadap halotan, timbul jerawat pada perawat di bagian anastetik.
Efek pada ginjal
- Adanya Kristal oksalat dalam urine

9
- Postoperatif gagal ginjal dengan peningkatan konsentrasi urea dan kreatinin
darah
Efek pada hati
Kerusakan hati dianggap akibat efek samping halotan.
Pencegahan dan Penanggulangan :
- Halotan dapat menyebabkan hepatitis.
- Halotan mereduksi tekanan otot uterus pada kehamilan dan biasanya
penggunaannya tidak dianjurkan dalam pembedahan karena meningkatkan
risiko perdarahan postpartum sehingga efek ergometri pada uterus
berkurang.
- Bradikardi dan hipotensi dengan pemberiaan secara iv 200-300 mg atropine.
Metoksamin diberikan pada hipotensi parah.
- Hiperpireksia maligna diobati dengan pemberian dantrolen natrium.

B. NITROGEN OKSIDA
Nama lain/sinonim :
Azoto protossido, Dinitrogen monoxide, laughing gas, Nitrogen monoxide,
Nitrogenii monoxidum, Nitrogeni Oksidum, Nitogenium Oksidulum, Oxide
nitreux, Oxydum nitrosun, Protoxyde, Stick Oxidule.
Rumus Kimia : N2O
Nama Dagang : Entonox
Pengantar
Nitrogen oksida merupakan gas yang lebih berat dari udara, tak berwarna atau
hampir tak berwarna; menyokong pembakaran. Dikemas dalam silinder logam
bertekanan; seluruh silinder diberi warna biru; warna dan symbol kimia dari gas
distensile pada cat, pada bahu silinder dan dicap secara jelas pada katup silinder.
Penyimpanan, silinder entonok (50% nitrogen oksida dan 50% oksigen) yang
dikirim pada musim panas harus diletakkan pada posisi horizontal pada 5 derajat
atau lebih selama paling sedikit 24 jam sebelum digunakan, sebagaimana gas
yang tidak mengandung jumlah oksigen yang cukup. Jika siliner telah dingin,
dapat diletakkan pada posisi vertikal. Nitrogen oksi adalah anastetika yang
diberikan secara inhalasi; merupakan anastetika lemah dengan nilai konsentrasi
alveolar minimum (MAC = Minimum Alveolar Concetration) 110%; bersifat
analgesik kuat, tetapi menghasilkan sedikit relaksasi otot. Bila diberikan tanpa
udara atau Nitrogen, Nitrogen oksida akan menghasilkan anesthesia yang dalam

10
selama 1 menit, tetapi terjadi tanda-tanda hipoksia, karena itu dalam prakteknya
prosedur ini tidak digunakan.
Induksi dapat dilakukan pada dosis 20 % oksigen dan dipertahankan sampai
dosis 50%. Biasanya digunakan sebagai penyokong anastetika lain. Nitrogen
oksida 59% dengan oksigen digunakan secara luas untuk analgesia terutama
pada pembedahan. Campuran nitrogen dengan udara, sekarang jarang
digunakan.
Absorpsi dan Ekskresi
Nitrogen oksida segera diabsopsi pada inhalasi, koefisien partisi darah/gas
rendah dan umumnya nitrogen oksida segera dieliminasi melalui paru, meskipun
sejumlah kecil terdifusi melalui kulit.
Pengukuran
TWA (Time Weighted Average) konsentrasinya lebih besar dari 25 ppm
selama pemberian anestetika.
Efek Kesehatan
Komplikasi utama yang menyertai penggunaan nitrogen oksida adalah bervariasi
pada derajat hipoksia. Pemberian jangka panjang Nitrogen Oksida,
menimbulkan anemia megaloblastik pada penderita dan neuropati perifer.
Adanya risiko peningkatan tekanan dan volume rongga-rongga udara akibat
difusi nitrogen oksida. Sebagai limbah gas, batas pemajanan yang dianjurkan
oleh USA untuk nitrogen oksida adalah 25 ppm. Dampak lain terhadap
kesehatan menurunkan fertilitas pekerja wanita.
Penyalahgunaan
Dari kuesioner kepada mahasiswa kedokteran dan kedokteran gigi
memperlihatkan bahwa sampai 20% telah mengalami penyalahgunaan Nitrogen
Oksida akibat keadaan sosial. Dari 524 responden hanya beberapa individu
dilaporkan mengalami sianosis, mual dan sinkop. Dilaporkan pula adanya 2
penderita mengalami neuropati setelah penyalahgunaan Nitrogen Oksida.
Efek Pada Darah
Dilaporkan adanya perubahan hematologi akibat nitrogen oksida setelah
pemajanan jangka panjang yang dapat menyebabkan perubahan seperti anemia
megaloblastik dan leucopenia. Saat ini, diperkirakan bahwa nitrogen oksida
mengoksidasi dan menghilangkan aktifitas vitamin B 12 (sebagai
metilkobalamin).

11
Pada studi prospektif pada penderita yang mengalami pembedahan by pass
jantung, kedelapan penderita yang menerima campuran nitrogen Oksida 50%
dan oksigen 50%, secara terus menerus selama 24 jam mengalami perubahan
megaloblastik pada sumsum tulang dan adanya abnormalitas deoksinuri dan
(indikasi adanya abnormalitas pada melabalsi (vitamin B 12). Dari 9 penderita
yang sama yang menerima campuran oksigen Nitrogen Oksida dengan oksigen
selama operasi (5-12 jam), 3 orang mengalami eritropoesis megaloblastik
sedang, dan 2 diantaranya serta 10 orang penderita lainnya, mengalami
abnormalitas deoksi yuridin. Pemberiann hidroksicobalamin sebelum dan setelah
operasi, pada seorang penderita pada kelompok pertama tidak mencegah
timbulnya perubahan megaloblastik. Hal yang sama terjadi pada penderita sakit
parah
yang menerima Nitogen Oksida, selama paling tidak 2 jam, mengalami
perubahan megaloblastik.
Dilaporkan pula adanya hemopoisis megaloblastik pada seorang penderita yang
menerima 50 % campuran nitrogen oksida per oksigen pada tahap pertama
selama 15 sampai 20 menit, 3 kali sehari (dalam waktu pajanan 3 jam lebih
selama 24 jam). Dan pada tahap II selama 20 menit, 2 kali sehari (dengan waktu
pajanan 9 jam lebih selama 14 hari).
Efek Pada suhu Tubuh
Anak perempuan 11 tahun, dimana ayahnya telah meninggal akibat hiperpireksia
malignan, setelah anesthesia anak tersebut mengalami hiperpireksia malignan.
Dengan pemberiaan obat-obat ; diazepam,tiopenton,nitrogen oksid dan oksigen,
suhu tubuh
turun dengan kecepatan yang sama setelah pemberiaan deksametason secara
intravena. Dosis 1-2 mg/kg diperkirakan sebagai preferensi pada prokain.
Semula diperkirakan penyebabnya tiopenton, kemudian arak tersebut diberikan
anestetika dengan nitrogen oksida dan oksigen, ternyata menderita
hoperpireksia. Akhirnya tiopenton diberikan secara bertahap.
Bahaya tehadap Penggunaan
Dilaporkan terjadi gejala neurologi parah pada 15 orang penderita (1 diantaranya
dokter gigi), yang terpajan berat dalam jangka panjang terhadap nitrogen oksida
dikaitkan dengan tugas kerja, pemberiaan sendiri, atau keduanya.
Gejala dini adalah biasanya baal atau kesemutan ditangan atau kaki. Gejala
berikutnya meliputi perasat “lermitte” baal pada tubuh, gangguan keseimbangan

12
tubuh, tak mampu berjalan sendiri, impotensi, kerusakan sfingter, perubahan
mental, disuria, gangguan rasa dan penciuman. 10 penderita telah berhenti
bekerja. Gejala-gejala subakut disertai degenerasi sumsum tulang tulang
belakang, dan diperkirakan menggangu kerja vitamin B12 pada sistim saraf.
Pemberiaan kortikosteroid pada penderita tidak memberikan pengaruh.
Dilaporkan adanya peningkatan keluhan neurologi pada dokter gigi yang bekerja
dengan nitrogen oksida, gejalanya meliputi : baal, kesemutan, dan atau
kelemahan otot.
Juga ditemukan adanya nitrogen oksida pada petugas film. Terjadinya
pemajanan nitrogen oksida ditempat kerja, yang mengakibatkan penekanan
aktifitas B 12, yang ditemukan pada perubahan dalam sumsum tulang pada
kerusakan sintesis DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Pemajanan Nitrogen Oksida
pada bidan di rumah sakit pada 3 dari 4 rumah sakit, rata-rata tidak lebih dari
100 ppm. Pada 1 rumah sakit rata-rata pemajanan 360 ppm, direduksi dengan
faktor 2,5 ketika menggunakan “sistem cavenging trial”. Petugas rumah sakit
dan bidan di laboratorium berisiko terpapar nitrogen oksida.
Pencegahan
Anestesia hipoksia berbahaya dan nitrogen oksida harus selalu diberikan dengan
oksigen. Nitrogen Oksida berdifusi kedalam rongga-rongga tubuh dan perhatian
khusus harus diberikan kepada penderita berisiko terhadap difusi dimana terjadi
distensi abdominal, pneumothorax atau rongga tubuh yang sama seperti
pericardium atau peritoneum.
Perhatian khusus juga perlu diberikan kepada penderita selama atau setelah
ensephalografi udara untuk anesthesia jangka panjang dengan nitrogen oksida,
untuk mencegah difusi hipoksia dimana konsentrasi oksigen alveolar dikurangi.
Sebagai tambahan, campuran dengan bagian yang sama nitrogen oksida dengan
oksigen tidak boleh diberikan pada penderita cedera kepala, gangguan
kesedaran, kerusakan daerah pipi atau sakit dekompresi.
Tanda peringatan
Awas racun berbahaya, lakukan sesuai petunjuk.

4.3.2 CAIRAN ANESTESI (ETHYL ETHER)


Nama lain : diethylether; ethoxyethane; ethyl oxide
Rumus Kimia : C2H5OC2H5
Pengertian

13
Ethyl ether di dapat dari ethyl alcohol dengan cara proses asam sulfat dan sebagai hasil
sampingan dari produksi ethyl alcohol oleh hidrasi katalitik dari ethylene. Sebagai
suatu anestetik inhalasi yang pertama kali, ethyl ether masih tetap digunakan secara
intensif dengan penggunaannya saat ini.

Karateristik Kimia dan Fisik


Ethyl ether bersifat sangat mudah terbakar dan membentuk peroksida yang dapat
meledak dengan adanya udara atau sinar matahari. Merupakan cairan yang tidak
berwarna dengan bau yang khas.
Efek Kesehatan/Gejala Pemaparan
Efek fisiologis utama adalah anesthesia. Pemaparan berulang yang melampaui 400
ppm dapat menyebabkan iritasi hidung, nafsu makan hilang, sakit kepala, pusing, dan
diikuti dengan rasa mengantuk. Kontak berulang terhadap kulit dapat menyebabakan
kulit kering dan pecah-pecah. Gangguan mental akibat pemaparan jangka panjang
yang terus menerus mungkin terjadi disamping timbulnya kerusakan ginjal.
Pengukuran dan Evaluasi
Peralatan sampling : gas sampler
Perlatan analisis : gas chromatograph
Standar OSHA : 400 ppm atau 1.200 mg/m3 TWA
STEL ACGIH : 500 ppm atau 1.500 mg/m3
Pengendalian
a. Secara Legislatif
Peraturan pelaksanaan dan pedoman penggunaan ether di rumah sakit terutama
di ruang operasi dan ruang pemulihan dan keharusan menggunakan alat
pelindung perorangan (masker)
b. Secara Administratif
Pengaturan dan pembagian tugas yang sesuai dengan kondisi kerja. Pekerja
harus dalam kondisi sehat dan normal untuk mengurangi efek risiko
pemaparan.
c. Monitor konsentrasi gas diudara
Dengan melakukan sampling secara berkala, sistim ventilasi yang baik,
ubsitusi bahan penggunaan alat pelindung perorangan (masker), dan
pergunakan teknik kebocoran rendah (low leak technigue)
d. Dengan Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan berkala atau pemeriksaan khusus bagi yang terjadi efek kesehatan

14
e. Dengan Penyuluhan Kesehatan
Semua petugas yang menangani atau berhubungan dengan ethyl ether harus
mempunyai MSDS (Material Safety Data Sheet) sehingga dapat mempelajari
bahaya-bahaya potensial, cara pencegahan dan pertolongan pertama bila terjadi
kecelakaan.
4.3.3 FORMALDEHID
Nama lain : Formalin;Methyl Aldehyde;Methylene Oxide
Rumus Kimia : CH2O5
Nama Dagang : Lysoform; Morbicid; Paraform
Pengertian
Formaldehide atau formalin adalah bahan kimia yang sukar diawasi dan dipantau.
Zat ini digunakan oleh rumah sakit di ruang otopsi, di laboratorium patologi
bedah dan di bagian dialysis ginjal. Hasil studi dari Eropa melaporkan bahwa
konsentrasi yang bermakna dari formaldehid ditemukan dalam incubator yang
digunakan untuk bayi premature.
Sejauh ini, efek toksik dan iritan dari formaldehid merupakan masalah utama
dikalangan pekerja yang langsung terpapar terhadap zat tersebut. Data dari
berbagai laboratorium dan studi epidemiologis menunjukkan bahwa formaldehid
dapat menyebabkan kanker; sedangkan efek kesehatan lainya terhadap manusia
masih belum pasti.
Karakteristik Kimia dan Fisika
Formaldehid murni adalah sangat larut air, gas yang tidak berwarna dengan bau
yang menusuk dan merangsang. Biasanya dijual dalam bentuk larutan alcohol,
formaldehid tetap bertahan baunya dan mampu mengiritasi mata dan selaput
lendir.
Efek kesehatan/Gejala Pemaparan.
Jalur masuk utama ke dalam tubuh manusia ialah melalui inhalasi dan absopsi
kulit. Formaldehid bersifat iritan terhadap mata dan sistem saluran pernapasan
atas. Kontroversi timbul tentang konsekuensi paparan jangka panjang dalam
konsentrasi yang relative rendah. EPA menyimpulkan bahwa formaldehid
mungkin dapat menimbulkan kanker (group B-2) berdasarkan studi eksperimen
dan studi epidemiologi manusia. Studi epidemiologi menunjukkan adanya
peningkatan insiden dari tumor otak, leukemia, dan cirrhosis hati dikalangan para
pekerja professional.

15
Studi laboratorium menunjukkan bahwa formaldehid dapat menyebabkan kanker
hidung (nasal cancer) pada tikus dan tampak menyebabkan mutasi pada bacteria,
yeast, lalat buah (Drosophila), mamalia dan sel manusia. Tidak ada bukti yang
jelas tentang efeknya terhadap sistem reproduksi. Paparan akut terhadap
formaldehid dapat menyebabkan terhadap keracunan dan mematikan pada
konsentrasi diatas 100 ppm.
Gejala-gejala keracunan seperti sakit perut, gelisah, iritasi hidung dan
tenggorokan, depresi susunan saraf pusat, koma, kejang, diare, sakit kepala, mual,
muntah, dan berbagai gangguan saluran pernapasan seperti bronchitis, pneumonia,
atau edema paru. Paparan pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan dermatitis,
batuk-batuk dan penurunan kapasitas paru.
Gejala klasik dari pemaparan terhadap formaldehid konsentrasi rendah antara lain
hidung berair, tenggorokan parau, sulit tidur, sakit kepala, kelelahan, kesulitan
bernapas, iritasi sinus, sakit dada, mual dan bronchitis. Gejala-gejala dapat timbul
pada konsentrasi sampai serendah 0,05 ppm, konsentrasi yang diusulkan untuk
standar kualitas udara dalam ruang (indoor air quality standard).
Pada konsentrasi kurang dari 1,0 ppm, formalin sudah dapat menyebabkan iritasi
pada kulit, mata, hidung dan paru. Sebagai respon imunologik akan timbul asthma
dan dermatitis. Serangan asthma biasanya timbul kemudian dan mencapai
puncaknya setelah pekerja pulang ke rumah, yang dapat diartikan sebagai tidak
ada hubungannya dengan pekerja (nonoccupational cause). Asthma mungkin
dapat terjadi selama beberapa minggu setelah pemaparan dan sanitasi terhadap
konsentrasi yang sangat rendah dapat berlangsung bertahun-tahun.
Percobaan dengan menggunakan hewan sebagai model menunjukkan formalin
dapat mengakibatkan mutasi dan kanker (mutagenic and carcinogenic agent),
menyebabkan perhatian terhadap paparan kronik terhadap konsentrasi yang sangat
rendah pada
manusia. Walaupun studi epidemiologi tetap berlangsung, namun belum ada
kajian yang pasti mengenai risiko terhadap manusia.
Ringkasan Efek Kesehatan :
- Kulit ; dermatitis kontak
- Saluran pernapasan; inflamasi saluran bagian atas,asthma,dan pneumonitis
kimiawi.
- Asosiasi yang belum terbukti; potensial karsinogenik
Pengukuran dan Evaluasi

16
Peralatan sampling : gas sampler
Peralatan analisa : gas Chromatography/ Mass Spectrophotometry
Standar OSHA : - 3 ppm TWA
-10 ppm ceiling (30 menit)
Rekomendasi NIOSH : 1 ppm ceiling (30 menit)
Efek Kesehatan pada berbagai konsentrasi di udara :
- Tidak ada efek : 0 - 0,05 ppm
- Efek neurofisiologik : 0,05 - 1,05 ppm
- Ambang penciuman/bau : 0,05 - 1,00 ppm
- Iritasi mata : 0,05 - 2,00 ppm
- Iritasi saluran pernapasan : 0,10 - 25 ppm
- Efek saluran bawah dan paru : 5,0 - 30 ppm
- Edema Paru, Pneumonia : 50,0 - 100 ppm
Pengendalian
a. Secara Legislatif
Peraturan pelaksana dan pedoman penggunaan formalon di rumah sakit
terutama di ruang otopsi, di laboratorium patologi anatomi dan bagian
dialysis ginjal
Keharusan penggunaan alat pelindung perorangan (masker), sarung tangan,
kaca mata pelindung)
b. Secara Administrasi
Pengaturan dan pembagian tugas yang sesuai dengan kondisi pekerja.
Pekerja harus dalam kondisi sehat dan normal untuk mengurangi efek
risiko pemaparan.
c. Secara teknis
Penataan ruang dan peralatan agar bisa menekan terjadinya pemaparan.
Penurunan risiko terhadap bahaya pekerjaan dapat dilakukan dengan
melakukan sampling udara secara periodik, penggunaan “fume hood”.
Dalam kegiatan tertentu ventilasi yang baik, subsitusi bahan dan
penggunaan alat pelindung perorangan (masker, kacamata pelindung,
sarung tangan).
Untuk keadaan darurat perlu disediakan “full-face respirator” bila terjadi
tumpahan formalin yang dapat menyebabkan pemaparan dalam konsentrasi
sangat tinggi.
d. Dengan Pemeriksaan Kesehatan

17
Pemeriksaan berkala atau pemeriksaan khusus bagi yang terjadi efek
kesehatan

e. Dengan penyuluhan Kesehatan


Semua petugas yang menangani atau berhubungan dengan formalin harus
mempunyai MSDS (Material Safety Data Sheet) sehingga dapat
mempelajari bahaya-bahaya potensial, cara pencegahan dan pertolongan
pertama bila terjadi kecelakaan.

4.3.4 MERKURI
Nama lain : Quicksilver
Rumus Kimia : Hg
Pengertian
Merkuri, logam cair berwarna putih-perak yang digunakan dalam thermometer,
adalah suatu neurotoksin yang paten, yang sapat menyebabakan kerusakan otak
yang berat pada janin yang sedang berkembang dan tremor ringan serta gangguan
keseimbangan emosi pada orang dewasa yang terpapar.
Pemaparan terhadap merkuri dapat terjadi di bagian atau laboratorium histology
karena terjadinya tumpahan zat warana yang mengandung Hg, klinik gigi,
peralatan biomedis, dan di “central supply”. Perhatian khusus ditujukan petugas
wanita dalam usia reproduktif yang bekerja sebagai dokter gigi atau perawat gigi
yang mungkin terpapar terhadap uap merkuri pada saat menyiapkan tambalan gigi
yang mengandung amalgam logam merkuri.
Karakteristik kimia dan Fisik
Suatu elemen logam alamiah dan tergolong sebagai logam berat.
Merupakan satu-satunya metal dalam bentuk cair pada suhu ruang. Mercuri cair
sangat mudah menguap dan akan dapat memenuhi ruangan dalam konsentrasi
yang relative tinggi bila terjadi suatu kecelakaan (misalnya botol mercuri pecah
dan tumpah dibagian laboratorium atau klinik gigi). Uap merkuri lebih berbahaya
dibandingkan dengan bentuk cair karena dapat terhirup dan dengan mudah masuk
aliran darah.

18
Selain mercuri (uap dan Larutan), senyawa mercuri dapat pula berbahaya.
Senyawa inorganic tidak terlalu toksik, namun dengan mudah dapat diubah oleh
bakteri ke dalam bentuk organic yang jauh lebih berbahaya, diantaranya yang
paling dikenal adalah metilmerkuri.
Gejala pemaparan/Efek Kesehatan
Efek toksik merkuri tergantung bentuk kimianya. Uap merkuri yang terhirup
terutama menyebabkan kerusakan pada sistem saraf.
Paparan ringan :
- Kehilangan daya ingat
- Tremor
- Ketidak stabilan emosi (gelisah,mudah marah)
- Insomnia
- Nafsu makan hilang/berkurang.
Paparan sedang :
- Gangguan mental dan motorik
- Kerusakan ginjal
- Abortus spontan dan komlikasi kehamilan lainnya
Paparan berat :
- Gangguan mental berat
Pengukuran dan Evaluasi
Peralatan sampling : gas sampler
Peralatan analisa : Atomic Absorption Spectophotometer (AAS)
Merkuri inorganic : NAB 0,1 mg/m3
Indeks pemaparan Biologis (ACGIH 1993-1994) :
- Total mercuri inorganic dalam urine (sebelum/shift kerja) : 35 ug/g
kreatinin.
- Total mercuri inorganic dalam darah (akhir shift dan akhir kerja
mingguan): 15 ug/l.
Pengendalian
a. Secara legislatif
Peraturan dan pedoman untuk penggunaan bahan/senyawa yang mengandung
merkuri dan keharusan penggunaan alat pelindung perorangan.
b. Secara administratif
Pengaturan dan pembagian tugas yang sesuai dengan kondisi pekerja.
c. Secara Teknis

19
Penataan ruang dan peralatan agar bisa menekan terjadinya pemaparan.
Penurunan risiko terhadap bahaya pekerjaan dapat dilakukan dengan
melakukan sampling udara secara berkala, ventilasi yang baik, subsitusi bahan
bila memungkinkan, penggunaan alat pelindung perorangan (masker, sarung
tangan), dan melakukan perubahan jadwal pekerjaan.

d. Dengan Pemeriksaan Kesehatan


Pemeriksaan kesehatan berkala atau pemeriksaan khusus bagi yang terjadi efek
kesehatan.
e. Dengan Penyuluhan kesehatan
Semua petugas yang menangani atau berhubungan dengan merkuri dan bahan-
bahan yang mengandung merkuri harus mempunyai MSDS (Material Safety
Data Sheet) untuk dipelajari sebagai bahaya potensial, cara
penanggulangannya serta tindakan yang harus dilakukan dalam keadaan
darurat (misalnya kecelakaan tumpahan merkuri).
Pekerja yang bekerja dengan merkuri harus berhati-hati terhadap semua
persyaratan dan peraturan serta harus segera membersihkan tumpahan merkuri.
Pekerja wanita yang sedang hamil harus menghindari lingkungan kerja dimana
merkuri digunakan.

4.3.5 ETHYLENE OXIDE


Nama lain : Dimethylene oxide; 1,2 epoxy ethane; oxirane; EtO
Pengertian
Ethylene oksida adalah zat kimia penting yang digunakan sebagai fumigant dan
zat untuk strerilisasi peralatan medik dan gigi. Ethylene oksida juga dapat
diemisikan selama pembakaran bahan organic dan dari proses biologic alamiah.
Ethylene oksida digunakan untuk mensterilisasikan instrument yang tidak tahan
atau akan rusak bila disterilisasi dengan sistem pemanasan.
Karakteristik kimia dan fisik.
- Merupakan gas yang tidak berwarna dan mudah terbakar pada temperatur
ruang
- Baunya seperti ether
- Paparan terhadap gas tersebut akan meninggalkan rasa yang aneh di mulut
- Mudah larut dalam air dan berbagai solvent organic

20
Efek kesehatan / gejala pemaparan
Menghirup ethylene oksida dalam konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan
depresi susunan saraf pusat, iritasi selaput lender dan saluran pernafasan, muntah,
kehilangan koordinasi, dan kejang. Pemaparan berulang pada dosis agak tinggi
juga menyebabkan gejala yang sama. Kontak mata dan kulit terhadap larutan atau
gas ethylene oksida dapat menyebabkan terbakar. Pemaparan berulang terhadap
gas tersebut dapat menyebabkan katarak. Beberapa orang mengalami reaksi
alergik terhadap zat tersebut.
Pada percobaan hewan ethylene oksida menyebabkan berbagai bentuk kanker.
Bukti-bukti dari studi baik pada binatang maupun manusia menunjukkan bahwa
ethylene oksida dapat menyebabkan leukemia, kanker lambung, tumor otak dan
kemungkinan kanker payudara. Ethylene oksida juga dapat menimbulkan
kerusakan genetic pada beberapa percobaan, termasuk pada bakteri, binatang
pengerat dan monyet. Jadi tampaknya dapat sebagai mutagen. Data terbatas yang
ada pada manusia mendukung kesimpulan tersebut.
Ethylene oksida mungkin pula dapat mempengaruhi janin dalam kandungan. Zat
tersebut menyebabkan kelainan bawaan pada tikus, mencit, dan kelinci pada dosis
yang tidak menyebabkan efek sakit pada induknya. Paparan mungkin pula dapat
meningkatkan risiko abortus spontan pada manusia.
Ringkasan efek kesehatan
 Kulit : dermatitis kontak dan alergika, luka bakar kimiawi
 Saluran pernafasan : asthma dan iritan
 Susunan saraf pusat : sakit kepala tidak spesifik, gangguan motorik dan
sensoris
 Asosiasi yang belum terbukti: karsinogen, mutagen, reproductive toxin, efek
hematologic
Pengukuran dan evaluasi
Peralatan sampling : gas sampler
Peralatan analisa : gas chromatography/spectophotometry
Standar OSHA : 1 ppm TWA, 0,5 ppm action level
Rekomendasi NIOSH : 0,1 ppm TWA,
0,5 ceilling (10 menit/hari kerja)
Pengendalian
a. Secara legislatif

21
Orang-orang yang bekerja di rumah sakit dan fasilitas perawatan lainnya yang
menggunakan ethylene oksida untuk sterilisasi peralatan harus mencoba
menghindari area dimana sterilisasi rutin digunakan. Operator dari alat tersebut
harus selalu mematuhi peraturan dan prosedur pemakaian dan pelaksanaan
sterilisasi, serta penggunaan alat pelindung perorangan.
b. Secara administratif
Pengaturan dan pembagian tugas yang sesuai dengan kondisi pekerja. Kondisi
pekerja harus sehat dan normal untuk mengurangi risiko efek pemaparan.
c. Secara teknis
Penataan ruang dan peralatan agar bisa menekan terjadinya pemaparan. Sistim
ventilasi udara harus dapat menjamin pertukaran udara yang sehat sehingga
dapat mengurangi dan/atau menghilangkan pemaparan.
d. Dengan pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan berkala atau pemeriksaan khusus bagi yang terjadi efek kesehat
e. Dengan penyuluhan kesehatan
Perawat wanita yang hamil harus selalu hati-hati untuk menghindari area
dimana ethylene oksida digunakan. Semua petugas yang berhubungan dengan
atau menangani ethylene oksida harus mempunyai Material Safety Data sheet
(MSDS) untuk mempelajari lebih lanjut tentang bahaya-bahaya potensial dan
cara-cara pencegahan yang ada.

4.4 PROSEDUR PENGADAAN B3


1. Setiap jenis Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3) yang akan diadakan, didistribusikan
atau diedarkan harus terdaftar pada Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan Departemen Kesehatan di sertai tanda bukti pendaftaran.
2. Wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan ( MSDS )
3. Diberikan Simbol dan Label
4. Setiap Bahan Berbahaya dan Beracun harus diberi wadah dan dikemas dengan baik
serta aman.
5. Pada wadah harus dicantumkan Penandaan :
- Nama sediaan / Nama dagang
- Nama Bahan Aktif
- Isi / Berat Netto
- Kalimat peringatan dan tanda atau simbol bahaya, petunjuk pertolongan pertama
pada kecelakaan

22
- Penandaan ini harus mudah dilihat, dibaca, dimengerti, tidak mudah lepas dan
luntur.
6. B3 ditempatkan, disimpan dan diberikan simbol dan label dan dilengkapi tanggap
darurat.

4.5 PENANGANAN LIMBAH B3


Limbah B3/medis/infeksius, termasuk limbah tajam yang dihasilkan Rumah Sakit,
didifentifikasi, dipisahkan dan disimpan dalam wadah dengan label dan symbol. Limbah
Infeksius dikemas dengan menggunakan plastic kuning. Limbah Kuning disimpan dalam
wadah safety boks. Limbah dari sisa zat kimia, sediaan farmasi ED, dan tumpahan zat
kimia dimasukan kresek ungu, oli bekas dimasukan dalam drum khusu dan di berilabel
dan symbol. Limbah B3 kemudian diserahkan ke pihak ke 3 yang memiliki izin sebagai
transporter dan pemusnahan Limbah B3. Pihak ke Tiga yang di pakai adalah PT. Teman
Sejati Abadi sebagai transporter dan PT.Putra Restu Ibu Abadi (PRIA) sebagai transporter
dan pemusnahan.
4.6 INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH
Instalasi pengolahan air limbah adalah instalasi yang berfungsi untuk mengolah air
limbah Rumah Sakit segingga tidak menimbulkan dampak yang negative bagi lingkungan.
Air limbah yang di olah di IPAL berasal dari air limbah laundry, air limbah dapur, air
limbah specimen laboratorium, air limbah kegiatan medis, air limbah kamar mandi dan
semua air limbah dari pelayanan Rumah Sakit, admininitrasi Rumah Sakit. Intaslasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) RSIA Puri Bunda berkapasitas 65 m3 dengan debit harian
rata- rata 4 – 10 m3. Sistem operasi IPAL RSIA Puri Bunda menggunakan sistem an
aerob dan aerob.
Prinsip dasar penanganan limbah medis antara lain:
a. Limbah harus diletakan dalam wadah atau kantong sesuai kantong limbah
b. Volume paling tinggi limbah yang dimasukan ke dalam wadah atau kantong
limbah adalah ¾ limbah dari volume, sebelum ditutup secara aman dan dilakukan
pengelolaan selanjutnya.
c. Penanganan limbah harus dilakukan dengan hati – hati untuk menghindari
tertusuk benda tajam, apabila limbah benda tajam tidak dibuang dalam wadah
atau kantong limbah sesuai kelompok limbah
d. Pemadatan atau penekanan limbah dalam widah atau kantong limbah dengan
tangan kaki harus dihindari secara mutlak

23
e. Penanganan Limbah secara manual harus dihindari. Apabila hal tersebut harus
dilakukan, bagian atas kantong Limbah harus tertutup dan penangnaanya sejauh
mungkin dari tubuh.
f. Penggunaan wadah atau kantong limbah ganda harus dilakukan, apabila wadah
atau kantong limbah bocor, robek atau tidak tertutup sempurna.

4.7 TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3


Limbah B3 disimpan di TPS dengan batas maksimal yaitu 3 hari. Setiap
limbah B3 wajib disimpan di TPS Limbah B3. Pesrsyaratan Lokasi penyimpanan Limbah
B3 meliputi :
1. Merupakan daerah bebas banjir dan tidak rawan benacana alam, atau dapat
direkasayasa dengan teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, apabila tidak bebas banjir dan rawan benacana alam.
2. Jarak antara lokasi pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan pengolahan limbah B3
dengan lokasi fasilitas umum diatir dalam izin lingkungan.

Persyaratan Fasilitas penyimpanan Limbah B3 persyaratanya adalah :


1. Lantai kedap (Impermeable), berlantai beton atau semen dengan sistem drainase
yang baik, serta mudah dibersihkan dan dilakukan disinfeksi.
2. Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan.
3. Mudah diakses untuk penyimpanan Limbah B3.
4. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidaj berkepentingan
5. Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau mengangkut limbah
6. Terlindungi dari sinar matahari, hujan angin kencang, banjir, dan factor lain yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana kerja.
7. Tidak diakses oleh hewan, serangga, dan burung.
8. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik dan memadai
9. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan
10. Peralatan pembersihan, pakaian pelindung, dan wadah atau kantong limbah
harus diletakan sedekat mungkin dengan lokasi penyimpanan
11. Dinding, lantai, dan langit – langit fasilitas penyimpanan senantiasa dalam
keadaan bersih, termasuk pembersihan lantai setiap hari.
Limbah infeksius benda tajam tidak boleh dsimpan lebih dari 2 hari untuk menghindari
pertumbuhan bakteri, putrekasi dan bau. Apabila disimpan lebih dari 2 hari harus
disimpan dalam refrigenerator atau pendingin dengan suhu 00c atau lebih rendah.

24
BAB V
DOKUMENTASI

5.1 DAFTAR B3 DI RSIA PURI BUNDA


LOKASI/TEMPAT B3
1. Gudang Farmasi
- Etil Klorida
- Fenol
- Formaldehid
- Formalin
- Gliserol
- Hidrogen Peroksida
2. Laboratorium:
- Asam klorida
- Kloroform
- Metanol
3. Kamar operasi
- Gigazyme
- Gigasept
- Teralin
- Formalin
- Hibisef
- Hibiscrub
4. Rawat jalan:
- Alkohol 70 %
- Gigazyme
- H202
- Hibiseft
5. Laundry

- Chemical Laundry (Bahan Campuran)


6. IGD
- Alkohol 70 %
- Teraline

25
- H202
- Gigazyme
- Gigasept
7. Kaber
- Gigazyme
- Gigasept
- Teraline
- Formalin
- Hibiseft
- Hibiscrub
8. Cleaning Service
- Teraline
- Alkohol
9. Rawat Inap
- Teralin
- Alkohol

26
27
5.2 LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (MSDS)

28
29
30
31
32
33
34
35
5.3. Penyimpanan Limbah B3

Gambar 1. Tata cara pengemasan Limbah B3

Gambar 2. Tempat Penyimpanan

36
37
5.4 SYMBOL LIMBAH B3

38

Anda mungkin juga menyukai