TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klinik
Perlu ditegaskan lagi bahwa klinik pratama yang menyelenggarakan rawat inap, harus
memiliki izin dalam bentuk badan usaha. Mengenai kepemilikan klinik, dapat dimiliki
secara perorangan ataupun badan usaha. Bagi klinik yang menyelenggarakan rawat
inap maka klinik tersebut harus menyediakan berbagai fasilitas yang mencakup: (1)
ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan; (2) minimal 5 bed, maksimal 10 bed,
dengan lama inap maksimal 5 hari; (3) tenaga medis dan keperawatan sesuai jumlah
dan kualifikasi; (4). dapur gizi dan (5) pelayanan laboratorium klinik pratama
(Permenkes RI No.9, 2014).
2.2.1 Sanitasi
Sistem sanitasi Klinik terdiri dari sistem air bersih, system pembuangan air kotor
dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
1. Sistem air bersih
a. Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan
sumber air bersih dan system pengalirannya.
b. Sumber air bersih dapat diperoleh langsung dari sumber air berlangganan
dan/atau sumber air lainnya dengan baku mutu yang memenuhi dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Sistem penyaluran air kotor dan/atau air limbah
a. Tersedia sistem pengolahan air limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan dilengkapi penutup
dengan bak kontrol untuk menjaga kemiringan saluran minimal 1%.
c. Di dalam sistem penyaluran air kotor dan/atau air limbah dari ruang
penyelenggaraan makanan disediakan perangkap lemak untuk memisahkan
dan/atau menyaring kotoran/lemak.
3. Sistem pembuangan limbah infeksius dan non infeksius.
a. Sistem pembuangan limbah infeksius dan non infeksius harus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas pewadahan, Tempat
Penampungan Sementara (TPS), dan pengolahannya.
b. Pertimbangan jenis pewadahan dan pengolahan limbah infeksius dan non
infeksius diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan dan/atau
pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan
lingkungannya serta tidak mengundang datangnyavektor/binatang penyebar
penyakit.
c. Pertimbangan fasilitas Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang terpisah
diwujudkan dalam bentuk penyediaan Tempat Penampungan Sementara (TPS)
limbah infeksius dan non infeksius, yang diperhitungkan berdasarkan fungsi
bangunan, jumlah penghuni, dan volume limbah.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara perencanaan, pemasangan, dan
pengolahan fasilitas pembuangan limbah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
2.2.4 Ambulans
Ketentuan mengenai kendaraan Puskesmas keliling dan ambulans mengikuti ketentuan
teknis yang berlaku.
Pembuangan limbah air disalurkan melalui pipa pembungan dan selokan di sekeliling klinik.
Limbah air tidak mencemari tanah dan udara di lingkungan klinik maupun sekitarnya.
Selokan air bersih dari sampah sehingga tidak menghambat aliran pembungan limbah air.
Pembungan limbah medis dan nonmedis sudah sesuai. Limbah medis dari klinik dipisahkan
menjadi limbah infeksius dan non infeksius. Limbah Infeksius di tampung dan kemudian di
buang di penampungan medis di fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Limbah non
infeksius di buang di penampungan yang berbeda dengan limbah infeksius. Limbah ini pada
akhirnya dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA) oleh petugas kebersihan setempat.
Limbah nonmedis dibedakan menjadi limbah organic, nonorganic, dan sulit diuraikan.
Namun belum terdapat label yang menerangkan kegunaan masing-masing kotak sampah.
Limbah ini di buang di TPA oleh petugas kebersihan setempat.
3.2 Instalasi Listrik
Sumber daya listrik di klinik Universitas Lampung bersumber dari PLN yang terkoordinasi
dengan sumber listrik dari Universitas Lampung. Sumber listrik darurat menggunakan
generator set ( mesin pembangkit listrik). Generator ini menggunakan solar sebagai bahan
bakar. Listrik yang tersedia di klinik cukup untuk memenuhi kegiatan di klinik.
Pemasangan kabel listrik sudah rapih dan aman sehingga tidak membahayakan petugas
maupun pasien. Panel-panel listrik serta kotak kontak dan sakelar sudah terpasang rapih dan
mundah dijangkau penggunaannya.
3.4 Ambulans
Pada klinik Universitas Lampung sudah ada 1 ambulan jika diperlukan untuk mengantarkan
pasien ke system rujukan yang lebih tinggi jika diperlukan.
4.1.2 Tujuan
a. Melindungi petugas pembuangan limbah dari perlukaan
b. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan
c. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
d. Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dengan aman.
4.1.3 Kebijakan
Pengelolaan limbah cair/limbah B3/limbah padat medis/non medis dikelola oleh
Klinik Universitas Lampung dengan pihak kedua, yaitu Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, sehingga aman bagi lingkungan.