Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

TOKSIKOLOGI

“TOKSISITAS SIANIDA DAN ALKOHOL”

DISUSUN OLEH:

1. Dwi Reski Utami (P00341020010)

2. Eva Musridatul Fadlya (P00341020013)

3. Febian Dwi Wahyuningsih(P00341020015)

4. Lisda Febriyana (P00341020021)

5. Nisa Wulan Noviansari (P00341020028)

6. Nur Duha (P00341020031)

7. Nur Inda Bulan D (P00341020032)

8. Sitti Nurwahidah (P00341020043)

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN TEKNOLOGI LBORATORIUM MEDIK

2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Pertama-tama marilah kita marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang senantiasa menjadi taufik dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Toksisitas Sianida dan Alkohol” Makalah ini kami
buat, dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Toksikologi Klinik dan digunakan
sebagai pedoman untuk mencari sumber-sumber pembelajaran.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai bagaimana kandungan zat toksik yang terkandung dalam
racun sianida dan alkohol. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan makalah yang akan kami buat
dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Selain itu juga kami berharap agar makalah ini dapat digunakan sebagai mana
mestinya.

Kendari, Februari 2022

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Kondisi Efek Toksik.................................................................................................2

C. Mekanisme Toksisitas Pada Organ Tubuh...............................................................5

D. Wujud/Gejala Klinis Kasus Keracunan....................................................................9

E. Sifat Efek Toksik....................................................................................................10

BAB II PEMERIKSAAN

A. SIANIDA............................................................................................................12

B. ALKOHOL..........................................................................................................17

BAB III SOLUSI................................................................................................................22

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................27
B. Saran....................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................29

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Toksikologi berasal dari bahasa latin, yakni toxican berarti racun dan logia berarti
ilmu dan dalam bahasa Yunani, toxikom berarti panah beracun. Toksikologi secara
harifah adalah ilmu atau studi tentang racun dalam hubungannya dengan mahluk hidup.
Racun atau toksikan adalah bahan kimia yang berbahaya bagi organisme hidup karena
efek merugikan pada jaringan, organ, atau proses biologisnya. Setiap bahan kimia dapat
menjadi beracun pada dosis yang di berikan dan jalur pemberiannya.
Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-
zat kimia terhadap organisme hidup.Toksikologi juga membahas tentang penilaian
secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di
timbulkannya. Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak
akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotrans
formasinya mencapai tempat yang sesuai didalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu
yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama yang
mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan)
terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk kedalam tubuh, jangka waktu dan
frekuensi pemaparan. Apabila zat kimia dikatakan berracun (toksik), maka kebanyakan
diartikan sebagai zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme
biologi tertentu pada suatu organisme.
Menurut ( Rumah & Djamil, 2018 ) Alkohol adalah senyawa kimia organic
dengan kerakteristik khas terdapat gugus hidroksil (-OH) yang berkaitan dengan salah
satu gugus karbon dalam rumus kimia suatu molekul.sumber alcohol yang umum beredar
anatar lain ethanol, methanol, isopropanol, dan diethylene glikol. Ethanol digunakan
sebagai zat aditif gasoline, pelarut kosmetik dan faramsi dan minuman berakohol Ethanol
berasal dari fermentasi bebagai jenis karbohidrat dari gandum, buah-buahan, atau bunga.
Dalam bentuk murni, ethanol bersifat tidak berwarna, transparan, mudah menuap, titik
didih pada 78oC.

1
Sianida adalah senyawa yang mengandung gugus siano (CN) yang dikenal sebagai racun
yang mudah terbakar dan mempunyai berat molekul 27,06. Jika terhirup dapat
menyebabkan pingsan dan bahkan kematian. Sianida merupakan bahan kimia yang larut
dalam air.
Sianida (CN) sering terdapat dalam limbah cair terutama pada limbah industri
elektronika. Senyawa ini merupakan bahan kimia yang sangat toksin yang dapat
mempengaruhi sistem saraf. Sianida dalam tubuh manusia dapat menghambat pernafasan
jaringan. Sianida biasanya ditemukan tergabung dalam bahan kimia lain membentuk
senyawa sianida. Sebagai contoh senyawa sianida yang paling sederhana adalah
hydrogen sianida. Hydrogen sianida disebut juga formonitril, sedang dalam bentuk cairan
disebut asam hidrosianik. Saat masuk kedalam tubuh, racun sianida menghambat kerja
enzim cytochrome-x-oxidase yang terletak dimitokondria. Enzim ini berfungsi mengikat
oksigen guna memenuhi kebutuhan pernapasan sel. Jika enzim tersebut tidak bekerja
dengan baik karena dihambat oleh racun sianida, sel-sel tubuh akan mengalami kematian.

B. KONDISI EFEK TOKSIK


a. Sianida
Yang tergolong senyawa turunan sianida adalah SCN‒ (tiosianat), CNO‒ , dan
NH3 (amonia) yang biasanya dihasilkan dari sianidasi, degradasi alami dan
pengolahan limbah mengandung sianida (Smith and Mudder 1991). Tingkat
ketoksikan sianida ditentukan jenis, konsentrasi dan pengaruhnya terhadap organisme
hidup (ATSDR 2006, Baxter and Cummings 2006, Smith and Mudder 1991).
Ketoksikan sianida umumnya berhubungan dengan pembentukan kompleks dengan
logam yang berperan sebagai kofaktor enzim. Sebagai contoh, sianida berikatan
dengan enzim yang mengandung logam yang berperan dalam respirasi sehingga
proses respirasi terganggu.
Enzim Fe(III) sitokrom-oksidase adalah salah satu contoh enzim dalam proses
respirasi yang dihambat oleh sianida (Morper 1999). Sianida dalam bentuk hidrogen
sianida (HCN) dapat menyebabkan kematian yang sangat cepat jika dihirup dalam
konsentrasi tertentu tercatat bahwa konsentrasi HCN yang fatal bagi manusia jika
dihirup selama 10 menit adalah 546 ppm (ASTDR 2006). Beberapa gangguan pada

2
sistem pernapasan, jantung, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah
berhubungan dengan paparan terhadap sianida pada manusia dalam konsentrasi
tertentu telah terdeteksi . Selain itu, sistem saraf juga menjadi sasaran utama sianida.
Paparan HCN secara lama dalam konsentrasi tinggi dapat menstimulasi sistem saraf
pusat yang kemudian diikuti oleh depresi, kejangkejang, lumpuh dan kematian
(ATSDR 2006). HCN dapat terserap cepat ke dalam tubuh dan terbawa hingga ke
dalam plasma.
Garam sianida dan larutan sianida memiliki tingkat ketoksikan yang lebih rendah
dibandingkan HCN karena masuk ke tubuh hanya melalui mulut (Armour et al.
1987). Namun demikian, ketoksikannya dapat dianggap sebanding dengan HCN
karena mudah menghasilkan HCN. Kompleks sianida kurang toksik bila
dibandingkan dengan sianida bebas. Sianida sederhana secara cepat dapat
membebaskan sianida bebas dan menjadi sangat toksik, sedangkan kompleks sianida
yang stabil tidak bersifat toksik selama tidak terurai menjadi sianida bebas.
Ketoksikan kompleks sianida bervariasi tergantung kemampuannya untuk
membebaskan sianida bebas (Baxter and Cummings 2006, Luque-Almagro et al.
2011). Kompleks sianida yang kuat seperti kompleks sianida dengan besi dapat
dikatakan tidak toksik, tetapi dengan kehadiran radiasi ultraviolet dapat terurai
menghasilkan sianida bebas yang toksik.
b. Alkohol
Alkohol atau etanol mungkin memiliki efek bervariasi pada setiap individu. Pada
awalnya akan terjadi keracunan akut, efek stimulasi paradoks dengan euforia, pusing,
dan hilangnya penghambatan atau kontrol tubuh. Hal ini karena alkohol secara
selektif dapat menekan korteks serebral, mengganggu konsentrasi dan penilaian
sehingga depresi pusat kontrol penghambatan menghasilkan perilaku rangsang dan
kehilangan pengekangan. Jika terjadi intoksikasi (kadar dalam serum sekitar 150
mg/dL pada peminum), depresi SSP menjadi umum, menyebabkan ataksia, bicara
tidak jelas, dan sedasi. Selain itu dapat juga terjadi koma (kadar dalam serum
biasanya > 200 mg/dL), hilangnya refleks perlindungan, disfungsi otonom,
hipotermia, dan kematian (umumnya pada kadar etanol serum > 400 mg/dL).
Selengkapnya pada table intoksikasi akut pada alkohol dibawah ini. (Ford,2007).

3
BAC (%) EFEK
0,02-0,03 Tidak kehilangan koordinasi fungsi tubuh, sedikit mengalami
euforia, dan kehilangan rasa malu. Efek depresan tidak nampak
0,04-0,06 Merasa segar, santai, kontrol diri yang rendah, tubuh merasakan
sensasi hangat, euforia. Teradi sedikit gangguan pada ingatan dan
memberikan alasan, kewaspadaan menurun.
0,07-0,09 Sedikit gangguan pada keseimbangan berbicara, penglihatan, waktu
bereaksi dan pendengaran. Euforia, berkurangnya pengendalian diri
dan pengambilan keputusan. Kewaspadaan dan ingatan terganggu.
Di beberapa negara, jika seseorang telah berada pada tingkat ini,
tidak diperbolehkan mengoperasikan kendaraan bermotor
0,10-0,125 Gangguan secraa signifikan koordinasi motorik, dan kehilangan
kemampuan ntuk mengambil keputusan dengan baik. Berbicara
kacau, terjadi penurunan keseimbangan, waktu bereaksi dan
pendengaran. Euforia. Jika seseorang telah berada di tingkat ini,
tidak diperbolehkan mengoperasikan kendaraan bermotor
0,13 – 0,15 Penurunan koordinasi motorik secara besar-besaran dan
pengurangan kontrol fisik. Penglihatan kabur dan banyak
Toksikologi Klinik 241 kehilangan keseimbangan. Euforia
berkurang dan disforia mulai terlihat.
0,16 – 0,20 Disforia (ansietas, lemah) sangat menonjol, mual mungkin muncul.
Peminum terlihat minum dengan cara yang kacau.
0,25 Membutuhkan bantuan untuk berjalan, kebingungan mental secara
keseluruhan. Disforia dengan mual dan kadang-kadang muntah.
0,30 Kehilangan kesadaran
0,30 Mulai terjadi koma, kemungkinan dapat terjadi kematian yang
diakibatkan gagal pernafasan

4
C. MEKANISME TOKSISITAS PADA ORGAN TUBUH
a. Sianida

Sianida bersifat sangat letal karena dapat berdifusi dengan cepat pada jaringan
dan berikatan dengan organ target dalam beberapa detik. Sianida dapat berikatan dan
menginaktifkan beberapa enzim, terutama yang mengandung besi dalam bentuk Ferri
(Fe3+) dan kobalt. Kombinasi kimia yang dihasilkan mengakibatkan hilangnya
integritas struktural dan efektivitas enzim.

Sianida dapat menyebabkan terjadinya hipoksia intraseluler melalui ikatan yang


bersifat ireversibel dengan cytochrome oxidase a3 di dalam mitokondria.
Cytochrome oxidase a3 berperan penting dalam mereduksi oksigen menjadi air
melalui proses oksidasi fosforilasi. Ikatan sianida dengan ion ferri pada cytochrome
oxidase a3 akan mengakibatkan terjadinya hambatan pada enzim terminal dalam
rantai respirasi, rantai transport elektron dan proses osksidasi forforilasi. Fosforilasi
oksidatif merupakan suatu proses dimana oksigen digunakan untuk produksi
adenosine triphosphate (ATP).

Gangguan pada proses ini akan berakibat fatal karenan proses tersebut penting
untuk mensintesis ATP dan berlangsungnya respirasi seluler. Suplai ATP yang
rendah ini mengakibatkan mitokondria tidak mampu untuk mengekstraksi dan
menggunakan oksigen, sehingga walaupun kadar oksigen dalam darah norml tidak
mampu digunakan untuk menghasilkan ATP. Akibatnya adalah terjadi pergeseran
dalam metabolisme dalam sel yaitu dari aerob menjadi anaerob. Penghentian
respirasi aerobik juga menyebabkan akumulasi oksigen dalam vena. Pada kondisi ini,
permasalahnya bukan pada pengiriman oksigen tetapi pada pengeluaran dan
pemanfaatan oksigen ditingkat sel. Hasil dari metabolisme aerob ini berupa

5
penumpukan asam laktat yang pada akhirnya akan menimbulkan kondisi metabolik
asidosis.

Penghambatan pada sitokrom oksidase a3 ini bukan merupakan satusatunya


mekanisme yang berperan dalam keracunan sianida. Terdapat beberapa mekanisme
lain yang terlibat, diantaranya: penghambatan pada enzim karbonik anhidrase yang
berperan penting untuk memperparah kondisi metabolik asidosis dan ikatan dengan
methemoglobin yang terdapat konsentrasinya antara 1%-2% dari menyebabkan jenis
hemoglobin ini tidak mampu mengangkut oksigen.

Sianida atau bahan kimia umumnya masuk ke dalam tubuh melalui beberapa
cara antara lain:

 Melalui mulut karena tertelan (ingesti)


Sebagian keracunan terjadi melalui jalur ini. Anak-anak sering menelan
racun secara tidak sengaja dan orang dewasa terkadang bunuh diri dengan
menelan racun. Saat racun tertelan dan mulai mencapai lambung, racun dapat
melewati dinding usus dan masuk kedalam pembuluh darah, semakin lama racun
tinggal di dalam usus maka jumlah yang masuk ke pembuluh darah juga semakin
besar dan keracunan yan terjadi semakin parah.
 Melalui paru-paru karena terhirup melalui mulut atau hidung (inhalasi)
Racun yang berbentuk gas, uap, debu, asap atau spray dapat terhirup
melalui mulut dan hidung dan masuk ke paru-paru. Hanya partikel-partikel yang
sangat kecil yang dapat melewati paru-paru. Partikelpartikel yang lebih besar
akan tertahan dimulut, tenggorokan dan hidung dan mungkin dapat tertelan.
 Melalui kulit yang terkena cairan atau spray
Orang yang bekerja dengan zat-zat kimia seperti pestisida dapat teracuni
jika zat kimia tersemprot atau terpercik ke kulit mereka atau jika pakaian yang
mereka pakai terkena pestisida. Kulit merupakan barier yang melindungi tubuh
dari racun, meskipun beberapa racun dapat masuk melalui kulit. Paparan secara
intravena dan inhalasi menghasilkan timbulnya tanda dan gejala yang lebih cepat
dibandingkan dengan paparan secara oral dan transdermal, karena rute tersebut
memungkinkan sianida untuk berdifusi secara langsung ke target organ melalui

6
aliran darah. Paparan sianida dalam jumlah kecil sering tidak menimbulkan
gejala karena di dalam tubuh sianida akan cepat di metabolisme dan diekskresi
melalui ginjal. Sianida ini dengan bantuan akan enzim rhodanese diubah menjadi
thiosianat (bentuk yang lebih aman bagi tubuh) baru kemudian dikeluarkan dari
tubuh.
 Paparan iatrogenik
Vasodilator natrium nitroprusside, bila digunakan dalam dosis tinggi atau
selama periode hari, dapat menghasilkan konsentrasi beracun untuk sianida di
darah. Pasien dengan cadangan tiosulfat rendah (misalnya pasien kurang gizi,
atau pasien pasca operasi) berada pada peningkatan risiko untuk terkena
keracunan sianida, bahkan meskipun diberikan pada dosis terapi. Pasien awalnya
mengalami kebingungan dan kemudian dirawat unit perawatan intensif (ICU).
Masalah dapat dihindari dengan pemberian hydroxocobalamin atau natrium
tiosulfat.
 Mengkonsumsi Tanaman atau Makanan yang Mengandung Sianida Konsumsi
Suplemen yang mengandung sianida memang jarang. Amygdalin (laetrile
sintetis, juga dipasarkan sebagai vitamin B-17), yang berisi sianida, mendalilkan
memiliki sifat antikanker karena aksi sianida pada sel kanker. Namun, laetrile
tidak menunjukkan aktivitas antikanker dalam uji klinis pada manusia pada tahun
1980 dan pada akhirnya tidak dijual secara medis, meskipun dapat dibeli di
Internet oleh pihak-pihak yang mengiklankan tanpa berbasis ilmiah. Amygdalin
dapat ditemukan pada banyak buahbuahan, seperti aprikot dan pepaya; dalam
kacang-kacangan mentah; dan pada tanaman seperti kacang, semanggi, dan
sorgum. Amygdalin dapat dihidrolisis menjadi hidrogen sianida, dan menelan
jumlah besar makanan tersebut dapat mengakibatkan keracunan.
b. Alkohol
Metabolisme etanol dimulai di sel gastrointestinal oleh dehidrogenase alkohol
mukosa lambung. Aktivitas dehidrogenase alkohol lambung ini berkurang pada
wanita, pada orang tua dengan gastritis atrofi, dan pada pasien yang menggunakan
obat seperti aspirin dan histamin-2 blocker, menghasilkan peningkatan kadar etanol
pada individu-individu ini. Sebagian besar metabolisme terutama melalui dua sistem

7
enzim hati: (1) alkohol dehidrogenase (ADH), yang umumnya merupakan mekanisme
utama, dan (2) sistem pengoksidasi etanol microsomal (mycrosom ethanol oxidation
system=MEOS), yang dapat diinduksi dan memungkinkan peminum kronis untuk
menurunkan etanol pada kadar tinggi. Sistem ketiga, jalur katalase peroksidase, hanya
memiliki peran minimal pada manusia. Karena metabolisme dalam mukosa dan hati,
dosis etanol oral akan menghasilkan kadar etanol darah lebih rendah daripada dosis
setara yang diberikan secara intravena.
Sistem dehidrogenase alkohol (jalur metabolisme utama) menggunakan alkohol
dehidrogenase untuk mengoksidasi etanol menjadi asetaldehida dan kemudian aldehid
dehidrogenase untuk mengoksidasi asetaldehida menjadi asetat. Asetat akhirnya
menjadi asetil koenzim A (asetil-KoA), yang kemudian memasuki siklus Krebs,
mengalami pembentukan badan keton, atau disintesis menjadi asam lemak. Asetat
juga diubah menjadi aseton. Selama proses oksidatif ini, nicotinamide adenine
dinucleotide (NAD+) direduksi menjadi NADH, sehingga mengubah potensial redoks
sitosol (rasio NADH/NAD+). Perubahan rasio NADH/NAD+ merusak proses
oksidatif seluler, seperti konversi laktat menjadi piruvat dan glukoneogenesis. Karena
glukoneogenesis sangat penting untuk mempertahankan homeostasis glukosa serum,
kelainan metabolik yang dalam seperti asidosis, hipoglikemia, dan lainnya.

Ketika alkohol diserap ke dalam aliran darah, maka eliminasi alkohol akan
segera terjadi melalui proses ekskresi dan metabolisme. Sekitar 90% - 98% alkohol
yang dikonsumsikan akan dimetabolisme oleh sistem enzim hati menjadi bentuk
karbondioksida dan air. Sebanyak 2% - 8% diekskresikan melalui paru-paru, urin,
saliva, air mata dan pernafasan. Alkohol juga diketahui dapat diekskresikan melalui

8
air susu. Proses eliminasi mengikuti zero order kinetics, artinya laju eliminasi
berbanding lurus dan tidak bergantung pada jumlah alkohol di dalam tubuh. Akan
tetapi, ketika kadar maksimum alkohol di dalam darah tercapai, maka laju atau nilai
pengurangan dari tingkat tersebut tetap konstan. Laju eliminasi berbeda - beda pada
setiap individu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan "minum" dari individu yang
bersangkutan.
D. WUJUD/GEJALA-GEJALA KLINIS KASUS KERACUNAN
a. Sianida
Wujud efek toksik sianida merupakan perubahan biokimia karena adanya suatu
hambatan respirasi sel dan gangguan pasok energy dari sianida di dalam sel yang juga
dipengaruhi oleh keadaan biologis. Sianida dalam tubuh manusia dapat menghambat
pernafasan jaringan. Kadar sianida yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan efek
seperti jari tangan dan kaki lemah, susah berjalan dan pandangan buram.
Pada tahun 1978, minuman rasa buah (Kool-Aid) yang mengandung potassium
sianida menjadi agen penyebab bunuh diri massal para anggota People’s Temple di
Jonestown, Guyana. Selama Perang Dunia II, para Nazi juga menggunakan sianida
sebagai agen genosida dalam kamar gas. Laporan tahunan National Poison Data
System dari American Association of Poison Control Centers, selama tahun 2007
terdapat 247 kasus paparan kimia sianida di Amerika Serikat. Jumlah kasus yang
dilaporkan tersebut relatif masih kecil karena masih banyak kematian yang sering
tidak dilaporkan. Meskipun demikian, jumlah kasus yang kecil ini tidak mengurangi
dampak buruk yang ditimbulkan, kebutuhan untuk mengenali, dan memberikan
intervensi.
b. Alkohol
Penggunaan alkohol terutama secara kronis dapat menimbulkankerusakan
jaringan hati melalui beberapa mekanisme sepertimelalui induksi enzim dan redikal
bebas. Efek terhadap hati akibat penggunaan alcohol secara akut tampaknya lebih
ringan biladibandingkan dengan penggunaan alcohol secara kronis.Alcohol/etanol
merupakan zat kimia yang akan menimbulkan berbagai dampak terhadap tubuh oleh
karena akan mengalami proses detoksifikasi didalam organ tubuh. Konsumsi etanol

9
dalam jumlaah besar dan terus menerus dapat merusak sel hati hepatosityang pada
akhirnya menimbulkan berbagai penyakit hati sepertisirosis hati.
Pihak berwenang melakukan razia dan operasi pemberantasan terhadap para
pemalsu dan pengoplos minuman beralkohol di Negara Bagian UttarPradesh dan
Uttarakhand. Polisi menduga parakorban tewas akibat minuman yang telah dicampur
dengan methanol. Jika dikonsumsi dalam jumlah besar, metanol dapat menyebabkan
kebutaan, kerusakan hati dan kematian. Juru Bicara Kepolisian Shailendra Kumar
Sharma mengatakan kepada AFP bahwa sebanyak 59 orang tewas setelah
mengonsumsi alkohol bermetanol di salah satu distrik di UttarPradesh. Sementaradi
distrik tetangganya, dilaporkan sedikitnya 9 orang tewas. Di Negara Bagian
Uttarkhand, polisi mengatakan sedikitnya 31 orang tewas. Surat kabar India
melaporkan hampir 3.000 orang yang berhubungan dengan perdagangan alkohol
ilegal telah ditangkap di UttarPradesh usai insiden tersebut. Ratusan orang miskin
meninggal setiap tahun di India karena keracunan alkohol, kebanyakan akibat
mengonsumsi alcohol murah. Pada 2015, lebih dari 100 orang meninggal di
perkampungan kumuh Mumbai setelah minum minuman keras ilegal.

E. SIFAT EFEK TOKSIK


a. Sianida
Setelah terpejan sianida, gejala yang paling cepat muncul adalah iritasi pada lidah
dan membran mukus. Sianida dapat mudah menembus dinding sel baik jika masuk
secara inhalasi, memakan atau menelan garam sianida atau senyawa sianogenik
lainnya.
Pada keracunan HCN maka kadar sianida tertinggi adalah paru-paru yang diikuti
oleh hati kemudian otak. Sebaliknya, bila sianida masuk melalui sistem pencernaan
maka kadar tertinggi adalah di hati. Dalam jumlah kecil, penggunaan sianida dalam
tubuh bisa menyebabkan sakit kepala, pusing, muntah, mual, lemah, peningkatan
denyut jantung, dan gelisah. Saat masuk ke dalam tubuh, racun sianida menghambat
kerja enzim cytochrome-x-oxidase yang terletak di mitokondria. Enzim ini berfungsi
mengikat oksigen guna memenuhi kebutuhan pernapasan sel. Jika enzim tersebut

10
tidak bekerja dengan baik karena dihambat oleh racun sianida, sel-sel tubuh akan
mengalami kematian.
b. Alkohol
Etanol bersifat larut air maupun lipida dengan volume distribusi mendekati air.
Etanol cepat diserap dari saluran pencernaan dalam waktu 30 sampai 60 menit setelah
konsumsi. Etanol terdistribusi ke seluruh cairan tubuh dan jaringan, dengan mudah
melintasi sawar darah dan plasenta. Rata-rata volume distribusi berkisar antara 0,56
sampai 0,72 L / kg. Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit.
Setelah diserap, etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh. Alkohol
terdeteksi di dalam darah, urin dan nafas seseorang yang baru mengkonsumsi alkohol.
Kandungan alkohol pada alveoli paru-paru bisa digunakan untuk menggambarkan
tingkat kandungan alkohol di dalam darah. Kecepatan penyerapan alkohol bervariasi
pada setiap orang, umumnya konsentrasi maksimal dalam darah dicapai 1/2 jam - 1
jam setelah minum dan tergantung pada konsentrasi alkohol yang dikonsumsi, yang
paling cepat 20% v/v. Konsentrasi maksimum alkohol dalam darah tergantung dari
beberapa faktor antara lain: dosis total, kekuatan larutan, jarak waktu setelah
mengkonsumsi, jarak waktu antara makan dan minum, jenis makanan yang dimakan,
berat badan, kesehatan individual dan tingkat metabolisme dan ekskresi.

11
BAB II

PEMERIKSAAN

1. SIANIDA
 Metode Argentometri Cara Volhard
1. Pra Analitik
a. Persiapan sampel
1) Singkong tanpa perlakuan (control)
2) Singkog direbus
3) Singkong digoreng
b. Alat
1) Neraca Analitik
2) Labu ukur
3) Erlenmeyer
4) Buret
5) Klem dan statif
c. Reagen
1) AgNO3
2) HNO3
3) KCNS
4) Indikator ferri ammonium sulfat
2. Analitik
Cara kerja :
1) Menimbang 10 g sampel yang sudah ditumbuk halus2)
2) Tambahkan 100 ml aquaest dalam labu ukur dan diamkan selama 2 jam.
3) Kemudian ditambahkan lagi 100 ml aquaest daan didestilasidengan uap.
4) Destilat ditampung dalam Erlenmeyer yang relah diisi dengan 20ml AgNO
30,02 N dan 1 ml HNO3
5) Setelah estilat mencapai 100 ml, destilat dihentikan. Destilatkemudian
disaring, endapan yang mungkin ada dicuci dengan aquadest.

12
6) Kelebihan AgNO3 dalam destilat dititrasi dengan KCNS
memakaiindikator ferri ammonium sulfat
7) Standarisasi larutan AgNO3 dilakukan dengan larutan NaCl 0,02 N
8) Standarisasi larutan KCNS dilakukan dengan lartan AgNO3 0,02 N3.

3. Pasca Analitik
Hasil pengukuran kadar sianida pada singkong dapat di lihat pada table di bawah.

No kontrol (tanpa singkong rebus singkong goring


perlakuan)(ppm) (ppm) (ppm)

1 1,296 0,756 1,296


2 0,81 1,188 0,81
3 1,242 1,08 1,242
4 0,702 1,81 0,702
5 0,864 0,594 0,864
6 1,242 0,702 1,242
7 0,81 0,594 0,81
8 1,188 0,81 1,188
9 1,404 0,756 1,404
10 1,134 0,432 1,134

Rata rata 1,069 0,772 1,069

Tabel 1. Kadar sianida pada singkong

PERLAKUAN PRESENTASE
SAMPEL SINGKONG PENURUNAN
KADAR SIANIDA
DIREBUS 27,78%
13
DIGORENG 0%
Tabel 2. Presentase penurunan kadar sianida terhadap kontrol

Ada perbedaan kadar sianida antara singkong rebus dengan singkong goreng. Pada
penelitian ini didapatkan rata-rata kadar sianida adalah singkong rebus 0,772 ppm;
singkong rebus 0,772 ppm; singkong goreng 1,069 ppm singkong goreng 1,069 ppm; dan
singkong ; dan singkong tanpa pengolahan 1,069 ppm. Kadar sianida dalam singkong
masih dalam batas aman untuk dikonsumsi yaitu < 50 ppm.

 Metode Spektrofotometer
1. Pra Analitik
a. Persiapan Sampel
Persiapan Sampel Melinjo yang telah dikupas kemudian dihaluskanmenggunakan
mortar. Setelah itu, sebanyak 25 gram melinjoditambahkan ke dalam labu ukur 250
mL kemudian saring dengankertas saring whatman.
b. Alat
1) Spektrofotemer UV-Vis
c. Reagen
1) Filtrat Melinjo
2) Larutan Buffer Fosfat
3) Larutan Kloramin T
4) Larutan Asam Piridin Barbiturate
5) Kertas pH
2. Analitik
a. Sampel ditentukan kadarnya melalui pengukuran panjanggelombang maksimal.
b. Setelah itu, kadarnya dicari menggunakan persamaan regresi linier.
c. Sebanyak 25 mL filrat ditambahkan larutan buffer fosfat sampai pH kurang dari 8
dan dihomogenkan.

14
d. 2 mL larutan Kloramin T ditambahkan dan dilanjutkan dengan penambahan larutan
asam piridin barbiturat.
e. Larutan kemudian didiamkan selama 8 menit supaya terbentukwarna yang
sempurna dan absorbansinya dibaca menggunakanspektrofotometer UV-Vis pada
pannjang gelombang 485 nm.

3. Pasca Analitik
Penentuan panjang gelombang maksimal dilakukan dengan mengukur absorban
pada rentang panjang gelombang dari 400-500nm. Hasilnya dapat terlihat sebagai
berikut:

Gambar 1. Kurva panjang gelombang maksimal sianida

Penentuan kadar konsentrasi sampel dilakukan dengan membuat kurva antara


absorbansi dengan konsentrasi standard sianida hasil pembacaan absorbansinya
diilustrasikan pada gambar kurva regresi linear sebagai berikut:

15
Gambar 2. Kurva regresi linear larutan standard sianida.

Penentuan kadar sampel

Pengulangan Absorban Rata-rata


1 0,265
2 0,264 0,265
3 0,265

Table 2. nilai absorbansi sampel

Sampel di tentukan kadarnya melalui pengukuran absorban pada panjang


gelombang maksimal, setelah itu kadarnya dari menggunakan persamaan regresi linear.
Adapun untuk membentuk konsentrasi sampel melalui persamaan y=bx-a……..(1)

Konsentrasi sampel berdasarkan persamaan garis y = bx – ay = 0,0008x-0,0188


Jadi,
0,265 = 0,0008x - 0,0188
0,0008x = 0,265 + 0,0188
0,0008x = 0,2838
X =3 54,75ppm
Kadar sianida pada sampel diperoleh sebesar 354,75 ppm. Sampel memiliki kadar
yang tinggi, sehingga perlu dilakukan pengolahan dengan cara pemanasan untuk
mengurangi kadarnya dalam buah melinjo. Kadar sianida dalam melinjo mentah sangat
tinggi karena lebih dari 1 ppm sianida yang diperolehkan secara alami dlam produk
pangan. Namun, sianida dalam melinjo dapat mudah hilang dengan pemanasan dalam
waktu 6 menit pada suhu 1000C, sehingga melinjo aman untuk dikonsumsi.
2. ALKOHOL
Diagnosis definitif keracunan etanol adalah kadar etanol dalam darah. Analisis
alkohol pernapasan, adalah alat skrining yang berguna dan murah yang dapat digunakan

16
dalam keadaan darurat. Pemeriksaan analisa nafas saat ini menggunakan teknologi
inframerah dan umumnya memiliki akurasi dan presesi yang sangat baik, terutama bila
dikalibrasi dengan baik dan digunakan dengan teknik yang baik. Hasil positif palsu
terjadi jika sampel terkontaminasi dengan uap oral saat diuji setelah bersendawa, muntah,
atau menelan produk yang mengandug etanol.
 Metode Kromatografi Gas
Pada penelitian ini penentuan kadar etanol pada berbagai produk makanan dan
minuman hasil fermentasi dilakukan dengan metode GC. Analisis kuantitatif untuk
etanol dengan metode GC (Anghelescu et al., 2017; Tiscione et al., 2011) didapatkan
dengan membandingkannya dengan etanol standar dan digunakan nbutanol sebagai
standar internal (Fu et al., 2015; Hönig et al., 2015). Hasil dari metode GC digunakan
untuk memverifikasi penentuan kadar etanol yang ada pada industri rumahan yaitu
menggunakan alkoholmeter. Penentuan kadar etanol dengan alkoholmeter ini
didasarkan pada berat jenis larutan. Verifikasi dan otentifikasi kehalalan
menggunakan GC terhadap produk makanan dan minuman hasil fermentasi dapat
menghilangkan keraguan umat muslim untuk mengkonsumsi produk tersebut.
1. Pra Analitik
a. Alat
1) Alat kromatrogafi gas yang dilengkapi dengan oven yang mampu
beroprasi secara isotermal pada suhu 1150c
2) Auto-sampler GC untuk menyuntikkan 0,5–1 µL sampel cairan
3) Auto-diluter Chempublish yang mampu diencerkan 10±0,1%
4) Bak air dengan kontrol hingga 20±0,5 °C
5) Termometer akurat hingga 0,1 °C,
6) Kolom kromatografi Rtx®-5MS dengan 5% difenil/95% dimetil
polisiloksan (semi polar) panjang 30 m dan id 0,25 mm.
b. Bahan
1) Etanol absolut (99%, Merck) digunakan sebagai material pembanding
dari sampel target dengan analit etanol.

17
2) n-Butanol (0,5% V/V, Merck) digunakan sebagai standar internal untuk
memastikan bahwa tidak ada gangguan dengan puncak etanol pada
pengukuran metode GC.
3) Kertas saring Watman No. 1.
4) Makanan dan minuman tradisional Lombok hasil fermentasi : poteng
ambon (tape singkong) dan poteng jaje tujak (tape beras ketan) dan
minuman fermentasi dengan lama pemeraman 24 jam seperti tuak
(fermentasi air nira dan kayu bakah) dan brem (air hasil fermentasi
beras ketan dan kayu bakah).

2. Analitik
Prosedur Kerja :
a. Preparasi sampel
Sampel tuak dan brem yang berupa cairan dipreparasi dengan menyesuaikan
suhu sampel hingga 20 °C. Sedangkan sampel padatan yaitu poteng ambon
dan poteng jaje tujak ditimbang sebanyak 25 gram, dihaluskan dan
ditambahkan 25 mL aquades. Campuran kemudian disaring sehingga
diperoleh filtrat. Filtrat disesuaikan suhunya hingga 20 °C. Masingmasing
sampel sebanyak 25 ml disaring ke dalam tabung berbentuk kerucut. Corong
saringan ditutup dengan penutup kaca untuk mencegah hilangnya etanol.
Tempatkan labu di bak ultrasonik dan sonicate untuk menghilangkan karbon
dioksida yang tersisa. Tutup labu sampai dilakukan analisis.
b. Preparasi standar
Standar etanol dibuat dengan konsentrasi 1, 2, 5, 8 dan 10 %V/V. Pastikan
pipet, jarum suntik, etanol, air dan larutan etanol encer yang dihasilkan
semuanya ada pada 20±0,1 °C. Periksa kandungan etanol dari larutan standar
dengan mengukur gravitasi spesifik baik dengan botol atau meter gravitasi.
c. Kalibrasi
Standar internal n-butanol dan standar kalibrasi etanol dijaga pada suhu
20±0,1 °C. Kondisikan GC sesuai kondisi umum antara lain suhu oven 115
°C, suhu injector 150 °C, suhu detektor 200 °C, gas pembawa digunakan

18
nitrogen, kecepatan aliran gas pembawa 45 mL/mnt. Setiap mL standar etanol
diencerkan dengan 20 mL standar internal n-butanol menggunakan diluter
otomatis atau dengan pipetting ke dalam labu kerucut 50 mL. Pastikan kedua
larutan berada pada 20±0,1 °C sebelum diencerkan, hal ini penting untuk
akurasi metode ini. Suntikkan 0,5-1 µL dari setiap larutan etanol standar ke
dalam GC. Tentukan luas puncak standar internal etanol dan n-butanol.
d. Penentuan Alkohol
Dalam sampel dengan metode GC, filtrat sampel dijaga pada suhu 20±0,1 °C.
Larutkan 2 mL sampel dengan 20 mL n-butanol standar internal. Suntikkan
0,5-1 µL dari setiap larutan etanol standar ke dalam GC. Perlakuan yang sama
juga dilakukan pada larutan sampel dalam n-butanol. Luas puncak standar
internal etanol dan n-butanol dihitung.
e. Perhitungan
Plot grafik dari luas puncak etanol luas puncak standar internal terhadap
konsentrasi etanol % V/V (setelah dikoreksi untuk kemurnian) dari hasil yang
diperoleh untuk masing-masing standar kalibrasi. Chempublish Journal Vol. 5
No. 2 (2020) 105-115 109 Grafik harus linier dan harus melewati titik asal.
Hitung koefisien korelasi (r) (untuk akurasi r∼0,99) dan hitung gradien untuk
memberikan faktor F. F adalah perbandingan konsentrasi etanol dengan luas
puncak etanol atau luas puncak standar internal.
f. Validasi
Metode analisis GC, dilakukan dengan menentukan beberapa karakteristik
metode seperti liniearitas, batas deteksi, ketelitian dan ketepatan. Uji linieritas
dilakukan dengan mengukur rasio luas area etanol terhadap nbutanol pada
suatu seri larutan standar etanol dengan konsentrasi 1, 2, 5, 8 dan 10 % (V/V).
Masing-masing larutan sebanyak 0,5-1 µL diinjeksikan ke dalam GC dan
dilakukan penentuan luas puncak etanol dan n-butanol. Masing-masing
perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan. Grafik konsentrasi etanol diplotkan
dengan rasio luas puncak etanol terhadap n-butanol sehingga didapatkan suatu
garis lurus dengan persamaan y = ax + b, dengan r∼0,99 agar memenuhi
parameter linieritas. Batas deteksi ditentukan dari data persamaan regresi

19
sedangkan Ketelitian ditentukan dari simpangan baku dan koefisien variasinya
dan Ketepatan (K) tergantung pada besarnya penyimpangan data dari nilai
ratarata dengan nilai sebenarnya.
g. Menggunakan alkoholmeter
Alat yang digunakan untuk mengukur kadar alkohol pada industri rumah
tangga adalah alkoholmeter atau hidrometer alkohol. Prinsip alkoholmeter
adalah berdasarkan berat jenis larutan, dimana berat jenis larutan etanol
berbanding terbalik dengan kadarnya. Langkah-langkah pengukuran
menggunakan alkoholmeter adalah dengan memasukkan destilat masing-
masing sampel yang mengandung etanol sebanyak 100 mL ke dalam gelas
ukur, kemudian alkoholmeter dicelupkan ke dalam destilat tersebut. Batas
yang tercelup pada permukaan destilat menunjukkan kadar alkohol pada
sampel yang diuji. Uji anova digunakan untuk melihat perbedaan validitas
yang bermakna antara metode GC dan berat jenis
3. Pasca Analitik
Interpretasi hasil:
Kinerja metode GC untuk aplikasi praktis dalam analisis sampel makanan
dan minuman hasil fermentasi ditunjukkan dengan melakukan penentuan kadar
alkohol dalam bir, makanan fermentasi tradisional (poteng ambon dan poteng jaje
tujak) dan minuman fermentasi tradisional (tuak dan brem). Penentuan kadar
etanol sampel makanan fermentasi yang digunakan adalah air yang ada sebagai
hasil fermentasi. Kandungan etanol dari sampel diukur dan hasil yang diringkas
diberikan pada Tabel 1. Akurasi metode GC digunakan untuk menilai
perbandingan dengan hasil yang diberikan oleh produsen bir dan lainnya
digunakan untuk memvalidasi metode yang biasa digunakan pada industri
rumahan dalam memantau kadar etanol produksinya. Pada industri rumahan
dalam menentukan kadar etanol digunakan alkoholmeter. Alkoholmeter atau
hidrometer alkohol ini dapat menentukan kadar etanol didasarkan pada berat jenis
larutan etanol dan air. Berat jenis etanol berbanding terbalik dengan konsentrasi
etanol dalam larutan.

20
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada sampel bir antara kadar yang
tertera dalam kemasan (value declared by the producer) dengan metode GC
diperoleh hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini tidak berbeda jauh
dengan hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan biosensor berbasis
alkohol oksidase terimobilisasi dalam membran polianilin, diperoleh sampel S1
memiliki kadar etanol 4,27±0,03 % (V/V) (Kuswandi et al., 2014). Uji anova
digunakan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan metode GC dan
alkoholmeter. Hasil uji anova menunjukkan bahwa antara metode GC dan
alkoholmeter tidak terdapat perbedaan hasil secara signifikan. Berdasarkan ulasan
di atas, maka metode GC dan alkoholmeter dapat digunakan sebagai alternatif
yang baik dalam penentuan kadar etanol dalam sampel makanan dan minuman
fermentasi sebagai penunjang dalam verifikasi halal produk makanan dan
minuman.

BAB III
SOLUSI
A. SIANIDA

21
a. Pengobatan Keracunan Sianida

Penanganan medis pertama untuk pasien yang diduga keracunan sianida adalah
dengan pemberian oksigen yang dibarengi pemantauan kerja jantung secara intensif.
Tindakan pemasangan selang bantu napas(intubasiendotrakeal) mungkin diperlukan,
tergantung dari beratnyahipoksia. Sedangkan terapi obat-obatan yang diberikan, antara
lain adalah:

 Obat penawar sianida (antidot), seperti hidroksokobalamin dan natrium tiosulfat.


Penggunaan dua jenis obat ini untuk mempercepat proses detoksifikasi, dan
diberikan melalui suntikan pada pembuluhdarah. Antidot dapat diberikan tanpa
menunggu hasil tes darahterhadap orang yang sangat dicurigai keracunan sianida.
 Epinephrine, Digunakan untuk membantu kerja jantung dan pembuluh darah dalam
mengalirkan oksigen.
 Arang aktif, Terapi untuk pasien yang keracunan akibat menelansianida bila
keracunan masih dalam waktu 4 jam.
 Natrium bikarbonat. Digunakan bila terjadi asidosis.
 Obat-obatan anti kejang,seperti lorazepam, midazolam, dan fenobarbital.
 Amil nitrit. Merupakan antidot sementara yang diberikan dengan dihirup.

Perlu diingat bahwa pengobatan akibat paparan racun sianida hanya bisa
dilakukan oleh petugas medis. Namun demikian, Anda bisa melakukan tindakan
pertolongan pertama jika Anda atau orang lain terpapar sianida,seperti:

 Jika terjadi kebakaran, jauhi area tersebut agar Anda tidakmenghirup udara yang
sudah tercemar.
 Segera keluar dari ruangan yang terkontaminasi gas sianida dan cariudara segar. Jika
tidak bisa hingga keluar ruangan, tiarap sedekatmungkin dengan tanah dan lindungi
pernapasan Anda.
 Aliri mata Anda dengan air selama 10-15 menit jika mata terasa panas dan
pandangan kabur.
 Cuci rambut dan tubuh Anda dengan air dan sabun selama 20 menitlalu bilas.

22
 Jika Anda tidak sengaja menelan sianida, jangan meminum sesuatudan jangan
berusaha membuat diri Anda muntah.
 Jika pakaian atau barang yang melekat di tubuh Anda terkenasianida, segera
lepaskan dan masukkan ke dalam kantong plastikyang tertutup, lalu lapisi kembali
dengan kantong plastik.

Untuk menolong seseorang yang terpapar sianida melalui udara atau makanan,
Anda bisa membawanya ke ruang terbuka. Dan bila diperlukan, memberinya teknik
kompresi dada (CPR), namun jangan memberinya napas buatan langsung dari mulut ke
mulut. Penting diketahui, Anda harus berhati-hati menangani orang yang kulit atau
pakaiannya terkena zat sianida. Tindakan terbaik yang bisa Anda lakukan adalah dengan
menghubungi petugas medis agar Anda tidak ikut terkontaminasi.

b. Jika Sianida Terhirup atau Tertelan

Pertolongan pertama untuk seseorang yang menghirup atau menelan sianida sebagai
berikut:

 Berikan oksigen atau bawa ke tempat terbuka dengan udara segar.


 Jika tidak bisa keluar dari tempat paparan, jaga tubuh tetap berada serendah mungkin,
jika memungkinkan tetap sejajar dengan tanah.
 Apabila terjadi kesulitan bernapas atau berhenti bernapas, lakukan CPR khusus
dengan tangan.
 Untuk anak yang terpapar, mulai lakukan CPR yang khusus untuk anak.
 Sementara untuk dewasa, lakukan CPR yang khusus untuk orang dewasa

c. Jika Sianida Terpapar pada Kulit

Penanganan keracunan sianida yang terpapar pada kulit adalah dengan tidak
menyentuh kulit orang tersebut. Hanya petugas dengan pakaian khusus yang bisa
melakukan kontak langsung dengan orang yang terkena paparan. Ini disebabkan karena
kemungkinan terjadinya kontaminasi sekunder. Oleh karena itu, segera hubungi petugas
medis.

23
d. Jika Sianida Terpapar pada Mata

Pertolongan pertama untuk seseorang yang terpapar racun sianida melalui mata
adalah sebagai berikut:

 Lepaskan lensa kontak atau kacamata jika orang yang terpapar mengenakan salah
satu di antaranya.
 Segera irigasi mata dengan air bersih minimal selama 10 menit.
 Masukkan lensa kontak ke dalam kantong plastik untuk kemudian dibuang oleh
petugas.
 Khusus untuk kacamata, bisa kembali digunakan jika telah dicuci dengan sabun
dan air.

Langkah penanganan pertama pada korban keracunan sianida:

 Apabila pakaian atau tubuh terkontaminasi cairan atau larutan yang mengandung
sianida, singkirkan pakaian korban yang terkontaminasi
 Jangan diberi minum atau dibuat muntah
 Jangan melakukan bantuan napas mouth to mouth pada korban
 Evakuasi ke area terbuka untuk mengurangi paparan gas sianida

B. ALKOHOL

Dalam kondisi keracunan alkohol, tidak ada penanganan pertama yang dapat
dilakukan di rumah. Karena kondisi ini merupakan gawat darurat yang membutuhkan
pemantauan dan bantuan alat-alat medis untuk mendukung fungsi tubuh penderita,
sehingga terhindar dari kematian.

a. Perawatan yang dilakukan tenaga medis pada kasus keracunan alkohol adalah:
 Pemantauan yang sangat berhati-hati.
 Penanganan cepat atas kelainan pernapasan.
 Pemberian oksigen, cairan, vitamin, dan cairan gula untuk mencegahkomplikasi
serius dari keracunan alkohol.

24
Untuk keracunan alkohol yang sangat berat, bisa saja dibutuhkan pencucian darah
untuk membuang racun dan zat berbahaya dari tubuh. Dengan demikian, pembuangan
alkohol bisa berlangsung lebih cepat. Perlu diketahui bahwa keracunan alkohol tidak
dapat diatasi dengan minum kopi hitam, mandi air dingin, dan tidur. Justru hal-hal ini
dapat sangat berbahaya.

b. Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya keracunan alkohol, sangat disarankan


untukmemperhatikan hal-hal berikut:

 Hindari mengonsumsi alkohol secara berlebihan.


 Hindari permainan pertaruhan minum banyak alkohol.
 Hindari meminum alkohol dalam perut kosong, dan berhati-hati terhadap produk
rumah tangga yang mengandung alkohol.

Cara Efektif Mengatasi Kecanduan Alkohol:

1. Mencari support system

Dalam mengatasi kecanduan alkohol, support system atau dukungan dari orang
terdekat, seperti keluarga atau sahabat, sangatlah penting. Selain itu, Anda juga perlu
menjauhkan diri dari lingkaran sosial yang dapat menarik Anda untuk kembali
minum alkohol.

2. Menerapkan pola hidup sehat

Selain mencari support system, kebiasaan hidup yang buruk pun harus diubah. Anda
dapat menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, rutin
berolahraga, mengelola stres, dan menerapkan pola tidur yang baik. Kebiasaan ini
akan memudahkan Anda mengatasi kecanduan alkohol.

3. Melakukan kegiatan positif

25
Untuk mengatasi keinginan mengonsumsi minuman beralkohol, Anda dapat
mengalihkannya dengan melakukan kegiatan positif. Lakukan hobi atau aktivitas
yang Anda sukai, seperti berkebun, memancing, atau membaca buku.

4. Minta Bantuan Psikolog

Jika Anda tidak mampu mengatasi kecanduan alkohol ini sendiri, saatnya untuk
menemui psikolog. Masalah kecanduan alkohol dapat diatasi dengan pendekatan
psikologis bersama psikolog.

Psikolog akan membantu dengan beberapa cara mengatasi kecanduan alkohol, seperti
mengubah perilaku yang membuat kecanduan minum alkohol, membangun sistem
pendukung diri yang kuat, dan membantu membangun tujuan hidup baru.

5. Memberikan Diri Motivasi

Motivasi menjadi suatu hal yang perlu ketika ingin berhenti dari kecanduan. Katakan
kepada diri Anda, bahwa terlalu banyak mengonsumsi alkohol dapat membuat
kondisi kesehatan Anda menurun.Ada banyak gangguan kesehatan jika Anda terlalu
banyak mengonsumsi alkohol, seperti munculnya kanker, gagal jantung, diabetes, dan
gangguan saraf otak.

Banyak program yang dapat membantu mengatasi ketergantungan alkohol.


Biasanya program ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mendetoksifikasi dan membersihkan diri dari alkohol untuk menyingkirkan alkohol


dari tubuh Anda.
2. Rehabilitasi untuk mempelajari keterampilan dan perilaku menguasai diri.
3. Konseling untuk membahas isu emosional.
4. Mengikuti kelompok dukungan untuk mencegah kambuh dan mengatur perubahan
gaya hidup.
5. Perawatan untuk masalah kesehatan fisik dan mental terkait dengan alkoholisme.
6. Pengobatan untuk mengendalikan kecanduan.

BAB IV

26
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Racun atau toksikan adalah bahan kimia yang berbahaya bagi organisme hidup
karena efek merugikan pada jaringan, organ, atau proses biologisnya. Setiap bahan kimia
dapat menjadi beracun pada dosis yang di berikan dan jalur pemberiannya. Faktor utama
yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan)
terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk kedalam tubuh, jangka waktu dan
frekuensi pemaparan.
Sianida adalah senyawa yang mengandung gugus siano (CN) yang dikenal
sebagai racun yang mudah terbakar dan mempunyai berat molekul 27,06. Sianida dalam
bentuk hidrogen sianida (HCN) dapat menyebabkan kematian yang sangat cepat jika
dihirup dalam konsentrasi tertentu. Sianida bersifat sangat letal karena dapat berdifusi
dengan cepat pada jaringan dan berikatan dengan organ target dalam beberapa detik.
Sianida dapat berikatan dan menginaktifkan beberapa enzim, terutama yang mengandung
besi dalam bentuk Ferri (Fe3+) dan kobalt. Pada keracunan HCN maka kadar sianida
tertinggi adalah paru-paru yang diikuti oleh hati kemudian otak. Sebaliknya, bila sianida
masuk melalui sistem pencernaan maka kadar tertinggi adalah di hati.
Alkohol adalah senyawa kimia organik dengan kerakteristik khas terdapat gugus
hidroksil (-OH) yang berkaitan dengan salah satu gugus karbon dalam rumus kimia suatu
molekul.sumber alcohol yang umum beredar anatar lain ethanol, methanol, isopropanol,
dan diethylene glikol. Alkohol atau etanol mungkin memiliki efek bervariasi pada setiap
individu sedikit gangguan pada keseimbangan berbicara, penglihatan, waktu bereaksi dan
pendengaran. Ketika alkohol diserap ke dalam aliran darah, maka eliminasi alkohol akan
segera terjadi melalui proses ekskresi dan metabolisme. Sekitar 90% - 98% alkohol yang
dikonsumsikan akan dimetabolisme oleh sistem enzim hati menjadi bentuk
karbondioksida dan air. Sebanyak 2% - 8% diekskresikan melalui paru-paru, urin, saliva,
air mata dan pernafasan. Alkohol juga diketahui dapat diekskresikan melalui air susu.

B. SARAN

27
Anda harus berhati-hati menangani orang yang kulit atau pakaiannya terkena zat
sianida hanya petugas dengan pakaian khusus yang bisa melakukan kontak langsung
dengan orang yang terkena paparan, tindakan terbaik yang bisa Anda lakukan adalah
dengan menghubungi petugas medis agar anda tidak ikut terkontaminasi.
Dalam mengatasi kecanduan alkohol, support system atau dukungan dari orang
terdekat, seperti keluarga atau sahabat, sangatlah penting. Selain itu, Anda juga perlu
menjauhkan diri dari lingkaran sosial yang dapat menarik Anda untuk kembali minum
alkohol. Menerapkan pola hidup sehat. Selain mencari support system, kebiasaan hidup
yang buruk pun harus diubah. Motivasi menjadi suatu hal yang perlu ketika ingin
berhenti dari kecanduan.

DAFTAR PUSTAKA

28
Hermanto, D., Andayani, A., Honiar, R., Marta L., dan Ismillayli, L. 2020. Penentuan
Kandungan Etanol dalam Makanan dan Minuman Fermentasi Tradisional
Menggunakan Metode Kromatografi Gas. Chempublish Journal Vol. 5 No. 2 (2020) 105-
115.

Purwati, Y., Thuraidah, A., Rakhmina, D. 2016. kadar sianida singkong rebus dan Singkong
goreng. Medical Laboratory Technology Journal Vol. 2 (2), 2016, 46-50.

Rahayu, M., Firman, M. (2018). Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik (TLM) :
Toksikologi Klinik. 297-302

Ramdan, Ummy Mardiana, dkk. 2017.  Identifikasi Kadar Sianida Pada Biji melinjo (Gnetum
Gnemon l). 2017. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Vol. 17 No.2 541-545.

29

Anda mungkin juga menyukai