Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR............................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
2. Rumusan Masalah..................................................................................................4
3. Tujuan....................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Setiap keadaan yang menunjukkan kelainan multisistem dengan penyebab yang tidak
jelas harus dicurigai kemungkinan keracunan, misalnya bila ditemukan penurunan tingkat
kesadaran mendadak, gangguan napas, pasien psikiatri dengan manifestasi berat, anak remaja
dengan sakit dada, aritmia yang mengancam nyawa atau pekerja yang menunjukkan gejala
klinis di lingkungan kerja yang mengandung bahan kimia, asidosis metabolik yang sukar
dicari penyebabnya, tingkah laku aneh ataupun kelainan neurologis dengan kausa yang sukar
diketahui.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa defenisi bahan kimia beracun?
b. Apa saja sifat- sifat racun ( neurotoksik, hepatoksik, nefrotoksik, hematoksik, dan
sistematik)?
c. Bagaimana gejala klinis keracunan bahan kimia?
d. Bagaimana diagnosa keracunan bahan kimia?
e. Bagaimana cara penanggulangan keracunan bahan kimia?
1.3 Tujuan
f. Mengetahui tentang bahan kimia beracun
g. Mengetahui sifat- sifat racun ( neurotoksik, hepatoksik, nefrotoksik, hematoksik, dan
sistematik).
h. Mengetahui gejala klinis keracunan
i. Mengetahui diagnosa keracunan bahan kimia
j. Mengetahui cara penanggulangan keracunan bahan kimia.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Kimia Beracun (Toxic) adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh
karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.
Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar
keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung
mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat
juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan
menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam
tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat
Tingkat Keracunan Bahan Beracun
Untuk mengetahui toksisitas bahan dikenal LD50, semakin rendah LD50 suatu bahan,
maka makin berbahaya bagi tubuh dan sebaliknya
Bentuk yang lebih berbahaya bila dalam bentuk cair atau gas yang mudah terinhalasi dan
bentuk partikel bila terhisap, makin kecil partikel makin terdeposit dalam paru-paru
2. Dosis (konsentrasi)
Semakin besar jumlah bahan kimia yang masuk dalam tubuh makin besar efek bahan
racunnya
3. Lamanya Pemajanan
5
4. Interaksi bahan kimia
Aditif : efek yang timbul merupakan penjumlahan kedua bahan kimia ex.
Organophosphat dengan enzim cholinesterase
Sinergistik : efek yang terjadi lebih berat dari penjumlahan jika diberikan sendiri2 ex.
Pajanan asbes dengan merokok
Antagonistik : bila efek menjadi lebih ringan
5. Distribusi
Bahan kimia diserap dalam tubuh kemudian didistribusikan melalui aliran darah sehingga
terjadi akumulasi sampai reaksi tubuh
6. Pengeluaran
Ginjal merupakan organ pengeluaran sangat penting, selain empedu, hati dan paru-paru
Faktor genetik
Jenis kelamin : pria peka terhadap bahan kimia pada ginjal, wanita pada hati
Faktor umur
Status kesehatan
Hygiene perorangan dan perilaku hidup
2. Bahan pelarut
3. Gas beracun
Benzene : Leukemia
Asbes : Paru-paru
Bensidin : Kandung kencing
Krom : Paru-paru
Naftilamin : Paru-paru
Vinil klorida : Hati, apru=paru, syaraf pusat, darah
5. Pestisida
Neurotoksin adalah racun metabolisme yang menyerang sel-sel saraf (neuron) yang
mengatur kegiatan tubuh. Contohnya Pb, Hg yang bisa membunuh sel-sel saraf dan
7
menyebabkan kerusakan pad asaraf permanen. Eter, kloroform, anestesi, DDT dan aldrin
juga mengganggu sel saraf. Organofosfat (malathion dll) dan karbamat menghambat
acetylcholinesterase, enzim yang mengatur sinyal transmisiantara syaraf sel dan jaringan atau
organ.
Hati adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh.
Organ ini terlihat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan .
Jenis zat yang belakangan ini biasanya dapat mengalami detoksifikasi, tetapi banyak
Obat hepatotoksik adalah obat yang dapat menyebabkan kelainan pada hepar. Saat ini
tercatat 63.000 bahan yang dipakai sebagai obat, 11.500 bahan di antaranya dipakai dalam
campuran makanan. Semua ini merupakan tantangan system biologis manusia. Hepar
sebagai organ penting dalam metabolisme obat, harus bekerja keras untuk menjinakkan dan
mengekskresi bahan/obat, khususnya metabolitnya yang tidak berguna, yang justru dapat
mengganggu hepar. Kerusakan pada hepar seringkali sulit dibedakan dengan gejala hepatitis
lain. Sampai saat ini belum ada tes khusus untuk kepastian diagnosa. Pada dasarnya, obat
b) Obat tersebut menyebabkan gangguan pada hepar yang segera menyembuh bila obat
dihentikan, serta timbul ganggu- an hepar bila diberikan obat lagi. Bahan ini sering
Urin adalah jalur utama ekskresi sebagian besar toksikan. Akibatnya, ginjal
mempunyai volume aliran darah yang tinggi, mengkonsentrasikan toksikan pada filtrate
8
membawa toksikan melalui tubulus, dan mengaktifkan toksikan tertentu. Karenanya, ginjal
hidrokarbon berhalogen tertentu. Semua bagian nefron secara potensial dapat dirusak oleh
efek toksikan. Beratnya beberapa efek beragam dari satu perubahan biokimia atau lebih
sampai kematian sel, dan efek ini dapat muncul sebagai perubahan kecil pada fungsi
Hematoksik adalah racun yang membunuh sel-sel darah merah dan mencegah
hemolisis), mengganggu koagulasi darah dan dengan itu mengganggu pembekuan darah , dan
menyebabkan degenerasi organ dan kerusakan jaringan. Istilah hemotoksin sedikit banyak
merupakan nama yang tidak padan karena toksin yang merusakkan darh (hemo) juga
merusakkan jaringan jaringan lain . kecederaan akibat tindakan hemotoksin lazimnya sangat
sakit dan boleh mendatangkan kerusakan kekal, dan dalam keseterusnya, membawa kepada
Racun bersifat sistemik adalah racun yang meracuni seluruh fungsi tubuh. Efek
sistemik terjadi hanya setelah toksikan diserap dan tersebar ke bagian lain tubuh. Pada
9
umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau beberapa organ saja. Organ seperti itu
dinamakan organ sasaran. Kadar toksikan dalam organ sasaran tidak selalu yang paling
tinggi. Contohnya, organ sasaran metil merkuri adalah SSP, tetapi kadar metil merkuri di hati
dan ginjal jauh lebih tinggi. Atau organ sasaran DDT adalah SSP, tetapi DDT terkumpul di
jaringan lemak.
Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi nafas dan denyut jantung mungkin
dapat membantu penegakkan diagnosis pada pasien dengan penurunan kesadaran. Beberapa
gambaran klinis yang dapat menunjukkan bahan penyebab keracunan:
Gambaran Klinis Kemungkinan Penyebab
Pupil pin point Opiod
Frekuensi nafas turun Organofosfat, karbamat insektisida,
klonidin, fenotiazin
Sianosis Obat depresan SSP
Hipersalivasi Organofosfat, karbamat insektisida
Gejala ekstrapiramidal Fenotiazin, haloperidol
Nistagmus, ataksia, tanda serebelar Antikonvulsan (fenitoin)
Bradikardia Penghambat beta, digoksin, opioid,
klonidin
Hipertermi & takikardi, asidosis Salisilat
metabolic
Seizures Antidepresan trisiklik, antikonvulsan
Abdominal cramp, diare, takikardi, Organofosfat insektisida, alcohol,
halusinasi opiate, benzodiazepin
2.2.4 Diagnosis
Penilaian keadaan klinis yang paling awal adalah status kesadaran. Alat ukur kesadaran
yang paling sering digunakan adalah GCS (Glasgow Coma Scale). Apabila pasien tidak sadar
dan tidak ada keterangan apapun (alloanamnesis) maka diagnosis keracunan dapat dilakukan
pereksklusionam dan semua penyebab penurunan kesadaran, seperti pada keadaan
meningoensefalitis, trauma, perdarahan subarakhnoid atau intrakranial, subdural/ekstradural
hematom, hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, uremia dan ensefalopati.
Pemeriksaan Penunjang
11
respon hipoksia, injuri obat atau
injuri SSP
Alkalosis Metabolik Jarang terjadi akibat keracunan,
sebagai akibat hilangnya asam
atau kelebihan alkali
Asidosis Metabolik Sering terjadi keracunan bila
berat waspada keracunan
etanol, methanol/etilen glikol
Anion Gap Tinggi Metformin, isoniazid, salisilat,
sianida
Pemeriksaan fungsi hati, ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena
selain berguna untuk mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadikan
sebagai dasar diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan parasetamol
atau makanan yang mengandung asam jengkol. Pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu dan darah perifer lengkap juga harus dilakukan.
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus bradikardi, sinus
takikardi, takikardi supraventikular dan takikardia ventrikular.
Upaya Preventif
1. Membudidayakan tanaman air berupa eceng gondok dan tumbuhan berongga lainnya
untuk mengurangi kadar logam berat (Pb atau Hg) di wilayah perairan.
2. Mengurangi penggunaan bahan tambahan TEL atau mengganti TEL dengan MTBE
yang lebih ramah terhadap lingkungan.
3. Menggunakan masker saat berkendaraan untuk meminimalisir masuknya logam-logam
atau gas-gas beracun dalam tubuh melalui pernafasan.
Upaya Kuratif
1. Penggunan penawar racun alami berupa air kelapa dan madu yang dicampur dengan
kuning telur. Penawar racun alami ini tidak mempunyai efek samping dan biasanya
digunakan untuk mengatasi kadar racun yang masih tergolong rendah.
2. Jika langkah pertolongan pertama masih belum cukup maka sebaiknya ditangani
secara medis dengan dibawa ke dokter atau rumah sakit.
12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Bahan Kimia Beracun (Toxic) adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam
tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.
Racun berdasarkan organ target bisa bersifat: neurotoksik (meracuni saraf), hepatoksik
(meracuni liver/hati), nefrotoksik (meracuni ginjal), hematotoksik( meracuni darah),
sistemik (meracuni seluruh fungsi tubuh)
Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi nafas dan denyut jantung
mungkin dapat membantu penegakkan diagnosis pada pasien dengan penurunan
kesadaran.
Diagnosa dapat dilakukan dengan pemeriksaan radiologi, EKG, dan laboratorium.
13
Cara penanggulan dan pencegahan dapat dilakakuan dengan dua upaya yaitu dengan
upaya preventif dan kuratif.
3.2 Saran
Untuk kelengkapan tugas ini, diharapkan para pembaca dapat memberikan saran dan
pendapat yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan tugas ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
15