Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, Juni 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR............................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3

1. Latar Belakang ......................................................................................................3

2. Rumusan Masalah..................................................................................................4

3. Tujuan....................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5

1. Defenisi Bahan Kimia Beracun (Toxic) ...............................................................5

2. Sifat- Sifat Racun.................................................................................................7

3. Gejala Klinis Keracunan Bahan Kimia................................................................10

4. Diagnosa Keracunan Bahan Kimia.......................................................................11

5. Penanggulangan dan Pencegahan Keracunan Bahan Kimia ................................13

BAB III KESIMPULAN....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia hidup dalam lingkungan zat kimia. Perkiraan menunjukkan bahwa terdapat
lebih dari 60.000 zat kimia yang umum digunakan dan dikatakan bahwa kira-kira 500 zat
kimia baru setiap tahun masuk ke pasaran untuk dikomersilkan. Polusi telah sejajar dengan
kemajuan teknologi. Industrialisasi dan kreasi pusat kota-kota besar telah menimbulkan
kontaminasi dari udara, air dan tanah. Penyebab utama polusi berhubungan dengan produksi
dan penggunaan energi, produksi dan penggunaan zat-zat kimia industri dan peningkatan
aktivitas pertanian.
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek-efek yang merusak dari zat-zat kimia
dan fisika pada semua sitem kehidupan. Walaupun demikian, dalam bidang biomedis, ahli
toksikologi terutama mempelajari efek-efek samping pada manusia sebagai akibat dari
pemaparan obat dan zat kimia lain maupun memperlihatkan keamanan atau kerusakan yang
berkaitan dengan penggunaan zat tersebut.
Di masa kini sering terjadi masalah keracunan mulai dari kecelakaan wisata,
kecelakaan kerja atau kecelakaan rumah tangga sampai usaha bunuh diri, pembunuhan
perorangan bahkan pembunuhan massal. Penanggulangan masalah ini cukup rumit karena
beberapa faktor, yaitu kurangnya informasi tentang zat penyebab keracunan karena korban
tidak sadar atau enggan untuk berbicara dan faktor ketersediaan antidotum racun yang belum
semuanya tersedia, serta terkadang antidotumnya sendiri merupakan bahan toksik, oleh
karena itu penatalaksanaan keracunan seringkali bersifat suportif dan simptomatis.
Kecepatan dan ketepatan penanganan intoksikasi (keracunan) sangatlah penting agar
penderita dapat segera dikelola dan diobati sesuai dengan besar masalah sehingga
penderita tersebut tidak mengalami komplikasi yang lebih berat maupun kematian. Akan
tetapi pada kenyataanya sering kita jumpai penanganan kasus keracunan mendapat kesulitan
karena penyebab yang sukar diketahui atau banyak organ yang mengalami kerusakan akibat
zat/bahan penyebab.

3
Setiap keadaan yang menunjukkan kelainan multisistem dengan penyebab yang tidak
jelas harus dicurigai kemungkinan keracunan, misalnya bila ditemukan penurunan tingkat
kesadaran mendadak, gangguan napas, pasien psikiatri dengan manifestasi berat, anak remaja
dengan sakit dada, aritmia yang mengancam nyawa atau pekerja yang menunjukkan gejala
klinis di lingkungan kerja yang mengandung bahan kimia, asidosis metabolik yang sukar
dicari penyebabnya, tingkah laku aneh ataupun kelainan neurologis dengan kausa yang sukar
diketahui.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa defenisi bahan kimia beracun?
b. Apa saja sifat- sifat racun ( neurotoksik, hepatoksik, nefrotoksik, hematoksik, dan
sistematik)?
c. Bagaimana gejala klinis keracunan bahan kimia?
d. Bagaimana diagnosa keracunan bahan kimia?
e. Bagaimana cara penanggulangan keracunan bahan kimia?

1.3 Tujuan
f. Mengetahui tentang bahan kimia beracun
g. Mengetahui sifat- sifat racun ( neurotoksik, hepatoksik, nefrotoksik, hematoksik, dan
sistematik).
h. Mengetahui gejala klinis keracunan
i. Mengetahui diagnosa keracunan bahan kimia
j. Mengetahui cara penanggulangan keracunan bahan kimia.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1 Defenisi Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Bahan Kimia Beracun (Toxic) adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh
karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.

Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar
keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung
mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat
juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan
menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam
tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat
Tingkat Keracunan Bahan Beracun

Untuk mengetahui toksisitas bahan dikenal LD50, semakin rendah LD50 suatu bahan,
maka makin berbahaya bagi tubuh dan sebaliknya

Racun super: 5 mg/kgBB atau kurang, contoh: Nikotin


Amat sangat beracun: (5-50 mg/kgBB), contoh: Timbal arsenat
Amat beracun: (50-500 mg/kgBB), contoh: Hidrokinon
Beracun sedang: (0.5-5 g/kgBB), contoh: Isopropanol
Sedikit beracun: (5-15 g/kgBB), contoh: Asam ascorbat
Tidak beracun: (>15 g/kgBB), contoh: Propilen glikol

Faktor Yang Menentukan Tingkat Keracunan

1. Sifat Fisik bahan kimia

Bentuk yang lebih berbahaya bila dalam bentuk cair atau gas yang mudah terinhalasi dan
bentuk partikel bila terhisap, makin kecil partikel makin terdeposit dalam paru-paru

2. Dosis (konsentrasi)

Semakin besar jumlah bahan kimia yang masuk dalam tubuh makin besar efek bahan
racunnya

3. Lamanya Pemajanan

Gejala yang ditimbulkan bisa akut, sub akut dan kronis

5
4. Interaksi bahan kimia

Aditif : efek yang timbul merupakan penjumlahan kedua bahan kimia ex.
Organophosphat dengan enzim cholinesterase
Sinergistik : efek yang terjadi lebih berat dari penjumlahan jika diberikan sendiri2 ex.
Pajanan asbes dengan merokok
Antagonistik : bila efek menjadi lebih ringan

5. Distribusi

Bahan kimia diserap dalam tubuh kemudian didistribusikan melalui aliran darah sehingga
terjadi akumulasi sampai reaksi tubuh

6. Pengeluaran

Ginjal merupakan organ pengeluaran sangat penting, selain empedu, hati dan paru-paru

7. Faktor Tuan Rumah (Host)

Faktor genetik
Jenis kelamin : pria peka terhadap bahan kimia pada ginjal, wanita pada hati
Faktor umur
Status kesehatan
Hygiene perorangan dan perilaku hidup

Macam-Macam Bahan Kimia Beracun


1. Logam/metaloid

Pb(PbCO3) : Syaraf, ginjal dan darah


Hg (organik&anorganik) : Saraf dan ginjal
Cadmium : Hati, ginjal dan darah
Krom : Kanker
Arsen : Iritasi kanker
Phospor : Gangguan metabolisme

2. Bahan pelarut

Hidrokarbon alifatik (bensin, minyak tanah) : Pusing, koma


Hidrocarbon terhalogensisasi(Kloroform, CCl4): Hati dan ginjal
Alkohol (etanol, methanol): Saraf pusat, leukemia, saluran pencernaan
Glikol : Ginjal, hati, tumor

3. Gas beracun

Aspiksian sederhana (N2,argon,helium): Sesak nafas, kekurangan oksigen


Aspiksian kimia asam cyanida(HCN), Asam Sulfat (H2SO4), Karbonmonoksida (CO),
Notrogen Oksida (NOx): Pusing, sesak nafas, kejang, pingsan
6
4. Karsinogenik

Benzene : Leukemia
Asbes : Paru-paru
Bensidin : Kandung kencing
Krom : Paru-paru
Naftilamin : Paru-paru
Vinil klorida : Hati, apru=paru, syaraf pusat, darah

5. Pestisida

Organoklorin : Pusing, kejang, hilang


Organophosphat : Kesadaran dan
Karbamat : kematian
Arsenik

Bahan-Bahan Kimia Umum Yang Sering Menimbulkan Racun

Bahan kimia umum yang sering menimbulkan keracunan adalah sebagai-berikut :

Golongan pestida, yaitu organo klorin, organo fosfat, karbamat, arsenik.


Golongan gas, yaitu Nitrogen (N2), Metana (CH4), Karbon Monoksida (CO),
Hidrogen Sianida (HCN), Hidrogen Sulfida (H2S), Nikel Karbonil (Ni(CO)4), Sulfur
Dioksida (SO2), Klor (Cl2), Nitrogen Oksida (N2O; NO; NO2), Fosgen (COCl2),
Arsin (AsH3), Stibin (SbH3).
Golongan metalloid/logam, yaitu timbal (Pb), Posfor (P), air raksa (Hg), Arsen (As),
Krom (Cr), Kadmium (Cd), nikel (Ni), Platina (Pt), Seng (Zn).
Golongan bahan organic, yaitu Akrilamida, Anilin, Benzena, Toluene, Xilena, Vinil
Klorida, Karbon Disulfida, Metil Alkohol, Fenol, Stirena, dan masih banyak bahan
kimia beracun lain yang dapat meracuni setiap saat, khususnya masyarakat pekerja
industri.
2.2.2 Racun berdasarkan organ target bisa bersifat :
Neurotoksik (meracuni saraf)
Hepatoksik ( meracuni liver/hati)
Nefrotoksik (meracuni ginjal)
Hematotoksik( meracuni darah)
Sistemik (meracuni seluruh fungsi tubuh)

1. NEUROTOKSIK ( Meracuni Syaraf )

Neurotoksin adalah racun metabolisme yang menyerang sel-sel saraf (neuron) yang

mengatur kegiatan tubuh. Contohnya Pb, Hg yang bisa membunuh sel-sel saraf dan

7
menyebabkan kerusakan pad asaraf permanen. Eter, kloroform, anestesi, DDT dan aldrin

juga mengganggu sel saraf. Organofosfat (malathion dll) dan karbamat menghambat

acetylcholinesterase, enzim yang mengatur sinyal transmisiantara syaraf sel dan jaringan atau

organ.

2. HEPATOTOKSIK (Meracuni Hati )

Hati adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh.

Organ ini terlihat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan .

Jenis zat yang belakangan ini biasanya dapat mengalami detoksifikasi, tetapi banyak

toksikan dapat dibioaktifkan dan menjadi lebih toksik

Obat hepatotoksik adalah obat yang dapat menyebabkan kelainan pada hepar. Saat ini

tercatat 63.000 bahan yang dipakai sebagai obat, 11.500 bahan di antaranya dipakai dalam

campuran makanan. Semua ini merupakan tantangan system biologis manusia. Hepar

sebagai organ penting dalam metabolisme obat, harus bekerja keras untuk menjinakkan dan

mengekskresi bahan/obat, khususnya metabolitnya yang tidak berguna, yang justru dapat

mengganggu hepar. Kerusakan pada hepar seringkali sulit dibedakan dengan gejala hepatitis

lain. Sampai saat ini belum ada tes khusus untuk kepastian diagnosa. Pada dasarnya, obat

dianggap sebagai penyebab kerusakan hepar kalau :

a) Obat tersebut telah dikenal selalu mengakibatkan gangguan

hepar, dan ini dapat dibuktikan pada binatang percobaan.

b) Obat tersebut menyebabkan gangguan pada hepar yang segera menyembuh bila obat

dihentikan, serta timbul ganggu- an hepar bila diberikan obat lagi. Bahan ini sering

mempunyai dosis hepatotoksik tidak tentu.

3. NEFROTOKSIK ( Meracuni Ginjal )

Urin adalah jalur utama ekskresi sebagian besar toksikan. Akibatnya, ginjal

mempunyai volume aliran darah yang tinggi, mengkonsentrasikan toksikan pada filtrate

8
membawa toksikan melalui tubulus, dan mengaktifkan toksikan tertentu. Karenanya, ginjal

adalah sasaran organ utama dari efek toksik.

Nefrotoksikan dan Tempat Kerjanya

Kelompok utama nefrotoksikan adalah logam berat, antibiotic,analgesic, dan

hidrokarbon berhalogen tertentu. Semua bagian nefron secara potensial dapat dirusak oleh

efek toksikan. Beratnya beberapa efek beragam dari satu perubahan biokimia atau lebih

sampai kematian sel, dan efek ini dapat muncul sebagai perubahan kecil pada fungsi

ginjalatau gagal ginjal total.

4. HEMATOTOKSIK ( Meracuni Darah )

Hematoksik adalah racun yang membunuh sel-sel darah merah dan mencegah

pembekuan mengakibatkan pendarahan internal dan eksternal.

Hemotoksin ialah yang memusnahkan sel darah merah (yakni, ia memnyebabkan

hemolisis), mengganggu koagulasi darah dan dengan itu mengganggu pembekuan darah , dan

menyebabkan degenerasi organ dan kerusakan jaringan. Istilah hemotoksin sedikit banyak

merupakan nama yang tidak padan karena toksin yang merusakkan darh (hemo) juga

merusakkan jaringan jaringan lain . kecederaan akibat tindakan hemotoksin lazimnya sangat

sakit dan boleh mendatangkan kerusakan kekal, dan dalam keseterusnya, membawa kepada

kematian. Kehilangan anggota yang terlibat berkemunginan berlaku maupun mangsa

mendapat rawatan segera.

5. SISTEMIK ( Meracuni seluruh fungsi tubuh )

Racun bersifat sistemik adalah racun yang meracuni seluruh fungsi tubuh. Efek

sistemik terjadi hanya setelah toksikan diserap dan tersebar ke bagian lain tubuh. Pada
9
umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau beberapa organ saja. Organ seperti itu

dinamakan organ sasaran. Kadar toksikan dalam organ sasaran tidak selalu yang paling

tinggi. Contohnya, organ sasaran metil merkuri adalah SSP, tetapi kadar metil merkuri di hati

dan ginjal jauh lebih tinggi. Atau organ sasaran DDT adalah SSP, tetapi DDT terkumpul di

jaringan lemak.

2.2.3 Gejala Klinis

Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi nafas dan denyut jantung mungkin
dapat membantu penegakkan diagnosis pada pasien dengan penurunan kesadaran. Beberapa
gambaran klinis yang dapat menunjukkan bahan penyebab keracunan:
Gambaran Klinis Kemungkinan Penyebab
Pupil pin point Opiod
Frekuensi nafas turun Organofosfat, karbamat insektisida,
klonidin, fenotiazin
Sianosis Obat depresan SSP
Hipersalivasi Organofosfat, karbamat insektisida
Gejala ekstrapiramidal Fenotiazin, haloperidol
Nistagmus, ataksia, tanda serebelar Antikonvulsan (fenitoin)
Bradikardia Penghambat beta, digoksin, opioid,
klonidin
Hipertermi & takikardi, asidosis Salisilat
metabolic
Seizures Antidepresan trisiklik, antikonvulsan
Abdominal cramp, diare, takikardi, Organofosfat insektisida, alcohol,
halusinasi opiate, benzodiazepin

2.2.4 Diagnosis

Untuk membantu penegakkan diagnosis maka diperlukan autoanamnesis dan


aloanamnesis yang cukup cermat serta diperlukan bukti-bukti yang diperoleh di tempat
kejadian. Selanjutnya pada pemeriksaan fisik harus ditemukan dugaan tempat masuknya
racun yang dapat melalui berbagai cara yaitu inhalasi, per oral, absorpsi kulit dan mukosa atau
parenteral, hal ini penting diketahui karena berpengaruh pada efek kecepatan dan lamanya
(durasi) reaksi keracunan. Beberapa ciri tertentu dapat pula membentu menegakkan diagnosa:
Karakteristik Bau Racun
10
Bau Penyebab
Aseton Isopropil alcohol, Aseton
Almond Sianida
Bawang Putih Arsenik, Selenium, Talium
Telur Busuk Hidrogen Sulfida, Merkaptan

Karakteristik Warna Racun


Warna Urin Penyebab
Hijau/Biru Metilen Biru
Kuning-Merah Rifampisin, Besi (Fe)
Coklat Tua Fenol, Kresol
Butiran Keputihan Primidon
Coklat Mio/Haemoglobinuria

Penilaian keadaan klinis yang paling awal adalah status kesadaran. Alat ukur kesadaran
yang paling sering digunakan adalah GCS (Glasgow Coma Scale). Apabila pasien tidak sadar
dan tidak ada keterangan apapun (alloanamnesis) maka diagnosis keracunan dapat dilakukan
pereksklusionam dan semua penyebab penurunan kesadaran, seperti pada keadaan
meningoensefalitis, trauma, perdarahan subarakhnoid atau intrakranial, subdural/ekstradural
hematom, hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, uremia dan ensefalopati.

Pemeriksaan Penunjang

Sampel yang dikirim ke laboratorium adalah 50 ml urin, 10 ml serum, bahan muntahan


dan feses.
Pemeriksaan Radiologi
Bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui inhalasi atau dugaan adanya
perforasi lambung
Laboratorium Klinik

Analisis Gas Darah Interpretasi


Asidosis Respiratorik Hipoventilasi, retensi CO2
mungkin akibat antidepresan
SSP
Alkalosis Respiratorik Hiperventilasi mungkin sebagai

11
respon hipoksia, injuri obat atau
injuri SSP
Alkalosis Metabolik Jarang terjadi akibat keracunan,
sebagai akibat hilangnya asam
atau kelebihan alkali
Asidosis Metabolik Sering terjadi keracunan bila
berat waspada keracunan
etanol, methanol/etilen glikol
Anion Gap Tinggi Metformin, isoniazid, salisilat,
sianida

Pemeriksaan fungsi hati, ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena
selain berguna untuk mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadikan
sebagai dasar diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan parasetamol
atau makanan yang mengandung asam jengkol. Pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu dan darah perifer lengkap juga harus dilakukan.
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus bradikardi, sinus
takikardi, takikardi supraventikular dan takikardia ventrikular.

2.2.5 Upaya Penangulangan dan pencegahan Dalam Mengatasi Keracunan Bahan


Kimia

Upaya Preventif
1. Membudidayakan tanaman air berupa eceng gondok dan tumbuhan berongga lainnya
untuk mengurangi kadar logam berat (Pb atau Hg) di wilayah perairan.
2. Mengurangi penggunaan bahan tambahan TEL atau mengganti TEL dengan MTBE
yang lebih ramah terhadap lingkungan.
3. Menggunakan masker saat berkendaraan untuk meminimalisir masuknya logam-logam
atau gas-gas beracun dalam tubuh melalui pernafasan.

Upaya Kuratif
1. Penggunan penawar racun alami berupa air kelapa dan madu yang dicampur dengan
kuning telur. Penawar racun alami ini tidak mempunyai efek samping dan biasanya
digunakan untuk mengatasi kadar racun yang masih tergolong rendah.
2. Jika langkah pertolongan pertama masih belum cukup maka sebaiknya ditangani
secara medis dengan dibawa ke dokter atau rumah sakit.
12
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Bahan Kimia Beracun (Toxic) adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam
tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.
Racun berdasarkan organ target bisa bersifat: neurotoksik (meracuni saraf), hepatoksik
(meracuni liver/hati), nefrotoksik (meracuni ginjal), hematotoksik( meracuni darah),
sistemik (meracuni seluruh fungsi tubuh)
Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi nafas dan denyut jantung
mungkin dapat membantu penegakkan diagnosis pada pasien dengan penurunan
kesadaran.
Diagnosa dapat dilakukan dengan pemeriksaan radiologi, EKG, dan laboratorium.

13
Cara penanggulan dan pencegahan dapat dilakakuan dengan dua upaya yaitu dengan
upaya preventif dan kuratif.

3.2 Saran

Untuk kelengkapan tugas ini, diharapkan para pembaca dapat memberikan saran dan
pendapat yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan tugas ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anton. 2010. Bahan-Kimia-Beracun. Jakarta : Erlangga

Krisna, Dewi. 2006. Bahan-Kimia-Yang-Mudah-Meledak. www.ipb.ac.id. Diakses pada hari

Senin tanggal 9 November 2015 pukul 13.24 WIB.

Sugeng. 2010. Jenis-Dan-Karakteristik-Bahan-Berbahaya-Dan-Beracun-B3. Jakarta : Ganesha

15

Anda mungkin juga menyukai