Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


KERACUNAN OBAT DAN OVER DOSIS

DISUSUN OLEH :

HERNA PRAMUDIYAN
NIM : 2215142013594

DOSEN :
Ns. RENY CHAIDIR, S.kep.,M.kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER UNIVERSITAS


MOHAMMAD NATSIR BUKITTINGGI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
berkat dan rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Keracunan Obat
Dan Over Dosis ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kegawat
daruratan. Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Ns. RENY CHAIDIR, S.kep.,M.kep
selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah keperawatan gawat darurat ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Institut Teknologi
dan Kesehatan Muhammadiyah Kalimantan barat. Kamimenyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan.

Payakumbuh, 10 November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1

C. Tujuan ...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................3

2.1. Keracunan........................................................................................3
2.2. Overdosis........................................................................................14
BAB III Asuhan Keperawatan Teoritis............................................................20

3.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Overdosis.....20


3.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

Keracunan Obat..............................................................................29
BAB IV Evidance Based Nursing....................................................................38

A. Question............................................................................................38
B. Problem.............................................................................................38
C. Evidence ...........................................................................................38
D. Patofisiologi.......................................................................................39
E. Implementasi......................................................................................39
F. Literatur..............................................................................................40

BAB V PENUTUP...........................................................................................41
A. Kesimpulan........................................................................................41
B. Saran..................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan manfaat
yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia terutama
di bidang Kesehatan. Keracunan adalah salah satu masalah Kesehatan yang semakin meningkat
baik di negara maju maupun negara berkembang. Angka yang pasti tdari kejadian keracunan di
Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun banyak dilaporkan kejadian keracunan
di beberapa rumah sakit, tetapi angka tersebut tidak menggambarkan kejadian yang
sebenarnya di masyarakat.

Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena beberapa faktor
sepertinya miss use (salah penggunaan), miss dose (salah dosis), salah pemberian obat, dan
lain-lain yang sifatnya tidak disengaja dan disengaja. Sedangkan alergi obat adalah suatu reaksi
yang ditimbulkan oleh tubuh akibat pemberian seyawa asing.

Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keacunan akibat
obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkotika dalam jumlah banyak dengan rentang
waktu yang singkat, biasanya digunakan bersamaan dengan putaw, pil, heroin digunakan
bersamaan alkohol atau menelan obat tidur dan obat penenag.

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia
yang menimbulkan efek merugikan pada pengonsumsi obat tertentu. Obat adalah zat apapun
yang menyebabkan peruabahan fisiologi atau psikologi organisme saat dikonsumsi.obat-
obatan biasanya dibedakan dari makanan dan zat yang menyediakan nutrisi. Konsumsi obat dapat
dilakukan dengan cara injeksi, ihalasi, absorpsi, melalui kulit atau disolusi dibawah lidah

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keracunan?
2. Apa yang dimaksud dengan overdosis?
3. Apa etiologi keracunan dan overdosis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu keracunan.
2. Untuk mengetahui apa itu overdosis.
3. Untuk mengetahui etiologi keracunan dan overdosis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Keracunan

1. Definisi

Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap kedalam kulit misalnya dari tanaman
atau tersuntikkan dari serangan serangga dan biasa menyebabkan penyakit kerusakan dan
kadang-kadang kematian. Keracunan adalah salah satu kasus darurat yang paling sering terjadi
pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Bagian terbesar dari kasus ini adalah menelan racun.
Keracunan merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam tubuh baik melalaui
saluran pencernaan saluran pernapasan atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan
timbul gejala klinis.

Anak dapat mengalami keracunan oleh beberapa hal seperti produk-produk


pembersih, vitamin, obat-obatan, alkohol, cat dan tanaman. Keracunan merupakan
masalah serius karena dapat menyebabkan anak meninggal dunia. Dari data statistik diketahui
bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia secara umum adalah akibat
paparan pestisida, obat-obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif, alkohol dan beberapa racun
alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan beberapa tanaman beracun
lainnya

2. Etiologi

Ada beberapa macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain:

a. Bahan kimia umum (Chemical toxicants) yang terdiri dari berbagai golongan seperti pestisida
(organoklorin, organofosfat, karbamat), golongan gas (nitrogen, metana, karbon monoksida,
klor), golongan logam (timbal, posfor, air raksa, arsen), golongan bahan organic
(akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol dan alkohol).

b. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup (Biological toxicants) misalnya sengatan
serangga, gigitan ular berbisa, gigitan anjing dll.
c. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri (Bacterial toxicants) misalnya Bacillus cereus,
Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll.

d. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan (Botanical toxicants) misalnya jamur amnita,
jamur psilosibin, oleander, kecubung dll.

3. Manifestasi Klinis

Banyak sekali gejala dan tanda-tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau tanda dari
suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang yang telah mengalami
keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala keracunan. Gejala-gejala
keracunan tersebut secara umum dapat berupa gejala non-spesifik dan spesifik, namun
kadang kadang sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya dengan melihat gejala gejala
saja. Perlu dilakukan tindakan untuk memastikan telah terjadi keracunan dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ini dapat dilakukan
melalui pemeriksaan periodik urin, tinja, darah, kuku, rambut dan lain-lain.

Pada umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada anak saat keracunan adalah sebagai
berikut:

a. Anak merasa ingin muntah,dimana anak muntah tanpa sebab yang jelas.

b. Ada luka bakar di bibir atau mulut anak.

c. Anak sulit untuk dibangunkan.

d. Anak mengalami kesulitan pernafasan.

e. Anak mengalami sakit perut.

f. Anak menalami serangan sakit yang mendadak


4. Patofisiologi

Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu faktor bahan kimia,
mikroba, toksin, dan lain-lain. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler
sistemik sehingga terjadi penurunan fungsi-fungsi organ dalam tubuh. Biasanya akibat
dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung, gangguan pernapasan,
gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk racun ke dalam tubuh.
Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka gangguan utama akan terjadi pada saluran
pencernaan. Bila masuk melalui jalan nafas maka yang terganggu adalah pernafasannya dan bila
melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu.

Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat racun tersebut terhadap
tubuh. Mual dan muntah terjadi disebabkan karena adanya iritasi pada lambung
sehingga asam lambung meningkat. Makanan yang mengandung bahan kimia beracun
(IFO) dapat menghambat atau menginaktivasi enzim tubuh yaitu kolinesterase (KhE). Dalam
keadaan normal, KhE ini bekerja untuk menghidrolisis arachnoid (Akh) dengan jalan mengikat
Akh-KhE yang bersifat inaktivasi. Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan
IFO-KhE lebih banyak terjadi, maka akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat-tempat
tertentu, sehingga timbul gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan dan pada akhirnya akan
menimbulkan efek muskarinik, nikotinik, dan SSP (menimbulkan stimulasi dan kemudian depresi
SSP).

5. Klasifikasi Keracunan

a. Keracunan Hidrokarbon

Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak tanah, bensin,
minyak cat (tinner dan minyak untuk korek api). Gejala klinik terutama terjadi sebagai akibat dari
iritasi pulmonal dan depressi susunan saraf pusat.

1) Irritasi pulmonal: Batuk, sesak, retraksi, tachipneu, cyanosis, batuk darah dan udema
paru. Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua lapangan paru,
effusi pleura atau udema paru.
2) Depressi (Central Nervous System) CNS: Terjadi penurunan kesadaran mulai dari
apatis sampai koma, kadang-kadang disertai kejang.

3) Gejala-gejala (Gastrointestinal) GI Tract: Mual, muntah, nyeri perut dan diare.

b. Keracunan Makanan

1) Keracunan Jamur

Keracunan setelah makan jamur yang disebut belakangan ini dapat saja terjadi. Ada
jamur yang mengandung racun amanitin dan muskarin.

a) Racun tersebut bekerja sangat cepat dan menyebabkan:

(1) Rasa mual

(2) Muntah

(3) Sakit perut

(4) Mengeluarkan banyak ludah dan keringat

(5) Diplopia (pengelihatan ganda)

6) Miosis (pupil mengkerut)

(7) Bradikardi sampai konvulsi

(8) Manitin dapat menyebabkan disfungsi hepatoseluler dan ginjal.

b) Pengobatan

(1) Pemberian cairan secara oral

(2) Secara intravena antropin sebanyak 0,02 mg/kgBB.

2) Keracunan Makanan Kaleng

Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum yang sering terdapat dalam makanan
kaleng yang rusak atau tercemar kuman tersebut. Gejala klinik:

a) Mata kabur, refleks cahaya menurun atau negatif, midriasis (pelebaran pupil) dan
kelumpuhan otot-otot mata.
b) Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik.

c) Dysphagia, dysarthria.

3) Keracunan Jengkol

Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam jengkolat di tubuli, ureter dan
uretra. Keluhan terjadi 5-12 jam sesudah makan jengkol. Gejala klinik:

a) Sakit pinggang.

b) Nyeri perut.

c) Muntah.

d) Kencing sedikit-sedikit dan terasa sakit.

e) Hematuria, oliguria sampai anuria dan kencing bau jengkol.

f) Dapat terjadi gagal ginjal akut.

4) Keracunan Ketela Pohon (Singkong)

Dapat terjadi karena ketela pohon yang mengandung cyanogenic unamarine


(mengandung HCN (Hidrogen Sianida). Gejala klinis:

a) Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat menyebabkan kematian dengan
cepat.

b) Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak.

c) Pernafasan cepat dengan bau khas.

d) Kejang, lemas, berkeringat, mata menonjol dan midriasis.

e) Mulut berbusa bercampur darah.

f) Warna kulit merah bata (pada orang kulit putih) dan sianosis.

5) Keracunan Makanan yang Terkontaminasi

Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang tercemar oleh kuman, parasite,
virus maupun bahan kimia. Kuman-kuman yang dapat menyebabkan keracunan bahan
makanan ialah Staphilococcus, Salmonella, Clostridium Botulinum, E. Coli, Proteus,
Klebsiella, Enterobacter dll. Percemar makanan biasanya melalui lalat, udara, kotoran rumah
tangga dan terutama melalui juru masak yang menjadi pembawa kuman. Kuman yang masuk
kedalam makanan cepat memperbanyak diri dan memproduksi toksin. Akibat keracunan
tergantung dari virulensi, banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidak tahan panas.

c. Keracunan Obat-Obatan

1) Salisilat

Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak.


Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah:

a) Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik dengan rasa yang disukai
anak-anak ditambah dengan gencarnya usaha promosi melalui media massa.

b) Penggunaan obat-obatan yang mengandung salisilat secara berlebihan oleh orang tua
yang tidak mengetahui bahaya salisilat.

c) Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga yang murah.

2) Asetaminofen

Manifestasi klinis terjadi dalam empat tahap:

a) Periode awal (2-4 jam setelah tertelan): mual, muntah, berkeringat, pucat.

b) Periode laten (24-36 jam): pasien membaik.

c) Keterlibatan hepatik (dapat berakhir sampai 7 hari dan permanen): nyeri di


kuadran kanan atas, ikterik, konfusi, stupor, abnormalitas koagulasi.

d) Pasien tidak meninggal pada tahap hepatik dan akan membaik secara bertahap.

3) Aspirin

Manifestasi klinis:

a) Keracunan akut: mual, disorientasi, muntah, dehidrasi, diaphoresis, hyperpnea,


hiperpireksia, oliguria, tinnitus, koma, kejang.
b) Keracunan kronis: sama dengan diatas tetapi awaitan samar (sering dikaburkan dengan
penyakit yang sedang diobati), dehidrasi, koma, dan kejang dapat lebih hebat,
kecenderungan perdarahan.

d. Keracunan Bahan Kimia

1) Keracunan Arsen

Lebih dari 20 abad yang lalu arsen digunakan baik oleh orang Yunani maupun Roma
untuk pengobatan maupun sebagai racun. Pada saat ini tidak banyak obat mengandung
arsen, akan tetapi kadang-kadang dipakai pada pembuatan beberapa herbisida dan
peptisida. Arsen dapat juga ditemukan sebagai hasil sampingan dari peleburan timah,
seng, dan logam lainnya.

a) Gejala klinis keracunan akut: Dalam 1 jam setelah menelan arsen sudah timbul:

(1) Rasa tidak enak dalam perut.

(2) Bibir terasa terbakar.

(3) Sukar menelan Kemudian disusul dengan.

(4) Sakit lambung dengan muntah-muntah dan diare berat.

(5) Adakalanya terdapat pula: oliguria sampai anuria, kejang otot dan rasa haus

b) Gejala klinis keracunan kronis:

(1) Otot-otot lemah.

(2) Gatal-gatal.

(3) Pigmentasi.

(4) Keratosis kulit dan edema.

c) Pengobatan:

(1) Pencegah berlanjutnya masukan dan penyerapan arsen.

(2) Infus cairan jika ada tanda-tanda renajatan hipovolemik.


(3) Pemberian antidotum seperti dimercarpol (3mg/kgBB i.m setelah 4 jam sampai
sakit perut hilang dan fesesnya hitam karena norit).

2) Keracunan Asam Basa

Zat asam kuat seperti asam sulfat,asam klorida dan zat basa kuat seperti KOH,
NaOH banyak dipakai sebagai bahan kimia untuk keperluan rumah tangga, seperti
pembersih porselen, bahan anti sumbat saluran air, pembasmi serangga, maupun
untuk memasak seperti cuka bibit.

a) Gejala: zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa dan disebut bahan
korosif. Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian tubuh yang terkena, seperti
kulit dan mata jika tersiram, saluran pernafasan jika terhirup, saluran pencernaan seperti
kulit mukosa mulut, esofagus, lambung jika terminum

b) Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk jaringan granulasi yang akan
menyebabkan stiktura dan stenosis, sehingga menimbulkan kesukaran menelan. Untuk
menghindarkan kejadian ini maka pada keracunan demikian tindakan cepat dan tepat
sangat penting.

e. Keracunan Insektisida

Walaupun tujuan pemakaian insektisida itu untuk membasmi berbagai macam serangga
seperti kecoa dan sebagainya. Bahan- bahan demikian dapat pula membunuh manusia.
Dengan demikian jika barang tersebut tidak disimpan di tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak-anak, maka kejadian keracuan baik melalui kontak maupun inhalasi
dan minum tidak dapat dihindarkan. Untuk menanggulangi kejadian keracunan insektisida
tidak mudah karena bahan kimia yang dipergunakan oleh tiap produsen tidak sama.

1) Gejala: yang sensitif ialah sistem saraf pusat sehingga terdapat:

a) Tremor

b) Kejang

c) Koma

d) Paralisis
2) Tindakan:

a) Bilas lambung untuk mengeluarkan racun yang belum diserap.

b) Beri luminal atau diazepam.

c) Kirim secepatnya ke rumah sakit untuk dimonitor dan pengobatan selanjutnya.

6. Penatalaksanaan

a. Mencegah/Menghentikan Penyerapan Racun

1) Racun melalui mulut (ditelan/tertelan)

a) Encerkan racun yang ada di lambung dengan air susu dan norit.

b) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara dimuntahkan
dan bilas lambung.

2) Racun melalui melalui kulit atau mata

a) Pakaian yang terkena racun dilepas.

b) Cuci/bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam
cuka/bicnat encer).

c) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.

3) Racun melalui inhalasi

a) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.

b) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan
menggunakan metode mouth to mouth.

4) Racun melalui suntikan

a) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal
masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit.

b) Beri epinefrin 1/1000 dosis:0,3-0,4 subkutan/im.

c) Beri kompres dingin di tempat suntikan.


b. Mengeluarkan Racun yang Telah Diserap

1) Diuertik: Lasix, mannitol

2) Dialisa

3) Transfusi exchang

c. Pengobatan Simptomatis/Mengatasi Gejala

1) Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi: RJP

2) Gangguan sistem susunan saraf pusat:

a) Kejang: beri diazepam atau fenobarbital.

b) Udem otak: beri mannitol dan dexametason.

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi yang diakibatkan oleh keracunan sebagai berikut:

a. Henti nafas.

b. Henti jantung.

c. Korosi esofagus/trakea jika substansi penyebabnya teringesti.

d. Syok, sindrom gawat pernafasan akut.

e. Edema serebral, konvlusi

2.2. Konsep Dasar Overdosis

1. Definisi

Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat
obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan
rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil,
heroin digunakan Bersama alcohol atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat
(luminal) atau obat penenang (valium, xanax, mogadon/BK).
NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat/bahan adiktif
lainnya adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan
fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Kegawatdaruratan NAPZA adalah
suatu keadaan yang mengancam kehidupan seseorang akibat penggunaan zat/obat
yang berlebihan (intoksikasi/over dosis) sehingga dapat mengancam kehidupan,
apabila tidak dilakukan penanganan dengan segera.

2. Klasifikasi NAPZA

NAPZA dapat dibagi ke dalam beberapa golongan, yaitu:

a. Narkotika

Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun sintetis yang dapat
menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangi hilang rasa atau
nyeri dan perubahan kesadaran yang menimbulkan ketergantungna akan zat tersebut secara
terus menerus. Contoh narkotika yang terkenal adalah seperti ganja, heroin, kokain, morfin,
amfetamin, dan lain- lain. Narkotika menurut UU No. 22 tahun 1997 adalah zat atau obat
berbahaya yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi
sintesis yang dapat menyebabkan penurunan maupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantung.
Golongan narkotika berdasarkan bahan pembuatannya adalah:

1) Narkotika alami yaitu zat dan obat yang langsung dapat dipakai sebagai narkotik tanpa
perlu adanya proses fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa
langsung dipakai dengan sedikit proses sederhana. Bahan alami tersebut umumnya
tidak boleh digunakan untuk terapi pengobatan secara langsung karena terlalu berisiko.
Contoh narkotika alami yaitu seperti ganja dan daun koka.

2) Narkotika sintetis adalah jenis narkotika yang memerlukan proses yang bersifat
sintesis untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang
rasasakit/analgesik.Contohnya yaitu seperti amfetamin, metadon,dekstropropakasifen,
deksamfetamin, dan sebagainya. Narkotika sintetis dapat menimbulkan dampak
sebagai berikut:

a) Depresan: membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri.

b) Stimulan: membuat pemakai bersemangat dalam beraktivitas kerja danmerasa


badan lebih segar.

c) Halusinogen: dapat membuat si pemakai jadi berhalusinasi yang mengubah perasaan


serta pikiran.

3) Narkotika semi sintetis yaitu zat/obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi,
dan lain sebagainya seperti heroin, morfin, kodein, dan lain-lain.

b. Psikotropika

Menurut Kemenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah zat atau


obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Zat yang tergolong dalam psikotropika adalah stimulansia yang membuat
pusat syaraf menjadi sangat aktif karena merangsang syaraf simpatis. Termasuk dalam
golongan stimulant adalah amphetamine, ektasy (metamfetamin), dan fenfluramin.
Amphetamine sering disebut dengan speed, shabu-shabu, whiz, dan sulph. Golongan
stimulan lainnya adalah halusinogen yang dapat mengubah perasaan dan pikiran sehingga
perasaan dapat terganggu. Sedatif dan hipnotika seperti barbiturat dan benzodiazepine
merupakan golongan stimulan yang dapat mengakibatkan rusaknya daya ingat dan kesadaran,
ketergantungan secara fisik dan psikologis bila digunakan dalam waktu lama.

c. Zat Adiktif Lainnya

Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal maupun
campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung
dan tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif,
dan iritasi. Bahan- bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan termasuk ke dalam
narkotika dan psikoropika, tetapi mempunyai pengaruh dan efek merusak fisik
seseorang jika disalahgunakan. Adapun yang termasuk zat adiktif ini antara lain: minuman
keras (minuman beralkohol) yang meliputi minuman keras golongan A (kadar ethanol 1%
sampai 5%) seperti bir, green sand, minuman keras golongan B (kadar ethanol lebih dari 5%
sampai 20%) seperti anggur malaga, dan minuman keras golongan C (kadar ethanol lebih dari
20% sampai 55%) seperti brandy, wine, whisky. Zat dalam lkohol dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari bila kadarnya dalam darah mencapai 0,5% dan hampir semua akan
mengalami gangguan koordinasi bila kadarnya dalam darah 0,10% (Marviana dkk. 2000). Zat
adiktif lainnya adalah nikotin, votaile, dan solvent/inhalasia.

3. Klasifikasi Kegawatdaruratan NAPZA

Berikut ini adalah jenis-jenis kegawatdaruratan NAPZA: Yang dimaksud dengan


intoksikasi (Over Dosis) adalah kondisi fisik dan prilaku abnormal akibat penggunaan
zat yang dosisnya melebihi batas toleransi tubuh.

a. Intoksikasi/Over Dosis Opioida

Intoksikasi opioida ditunjukkan dengan adanya tanda dan gejala penurunan


kesadaran, (stupor sampai koma), pupil pinpoint (dilatasi pupil karena anoksia akibat
overdosis), pernapasan kurang dari 12x/menit sampai henti napas, ada riwayat pemakaian
opioida (needle track sign), bicara cadel, dan gangguan atensi atau daya ingat.
Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya
euforia awal yang diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor atau
gangguan fungsi sosial dan fungsi pekerjaan selama atau segera setelah pemakaian
opioid. Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

b. Ketergantungan NAPZA (Withdrawl/Sindrome Putus Zat)

Ketergantungan atau yang disebut dengan withdrawl adalah suatu kondisi cukup
berat yang ditandai dengan adanya ketergantungan fisik yaitu toleransi dan
sindrome putus zat. Sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa
menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau
menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala pemutusan
zat.
4. Penatalaksanaan

Berhubungan dengan intoksikasi dapat mengancam nyawa, maka walaupun tidak


dijumpai adanya kegawatan maka setiap kasus intoksikasi harus diperlakukan seperti
pada keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian terhadap tanda vital
seperti tanda jalan napas, pernapasan sirkulasi dan penurunan kesadaran harus
dilakukan secara cepat dan seksama sehingga tindakan resusitasi tidak terlambat dimulai.
Berikut ini adalah urutan resusitasi seperti yang umumnya dilakukan.

a. A = Airway Support

Faktor utama yang membuat klien tidak sadar adalah adanya sumbatan di jalan napas klien,
seperti lidah, makanan ataupun benda asing lainnya. Lidah merupakan penyebab utama
tertutupnya jalan napas pada klien tidak sadar karena pada kondisi tidak sadar itulah lidah
klien akan kehilangan ototnya sehingga akan terjatuh kebelakang rongga mulut.
Hal ini mengakibatkan tertutupnya trakhea sebagai jalan napas. Sebelum diberikan
bantuan pernapasan, jalan napas korban harus terbuka.

Tekhnik yang dapat dilakukan penolong adalah cross- finger (silang jari), yaitu
memasukkan jari telunjuk dan jempol menyentuh gigi atau rahang klien. Kemudian
tanpa menggerakkan pergelangan tangan, silangkan kedua jari tersebut dengan Gerakan
saling mendorong sehingga rahang atas dan rahang bawah terbuka. Periksa adanya benda
yang menyumbat atau berpotensi menyumbat. Jika terdapat sumbatan, bersihkan dengan
teknik finger-sweep (sapuan jari) dengan menggunakan jari telunjuk yang terbungkus
kassa (jika ada). Ada dua maneuver yang lazim digunakan untuk membuka jalan
napas, yaitu head tilt / chin lift dan jaw trust.

Head tilt atau chin lift: Teknik ini hanya dapat digunakan pada klien pengguna NAPZA
tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan teknik
ini adalah:

1) Letakkan tangan pada dahi klien (gunakan tangan yang paling dekat denga dahi korban).

2) Pelan-pelan tengadahkan kepala klien dengan mendorong dahi kearah belakang.


3) Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang dari dagu
korban.

4) Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan sampai mulut klien
tertutup.

5) Pertahankan posisi ini.

Jaw trust: Teknik ini dapat digunakan selain teknik diatas. Walaupun teknik ini
menguras tenaga, namun merupakan yang paling sesuai untuk klien pengguna NAPZA
denag cedera tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan teknik ini adalah:

1) Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua sisi kepala
korban. Letakkan tangan dikedua sisi kepala korban.

2) Cengkeram rahang bawah korbsn pada kedua sisinya. Jika korban anak-anak,
gunakan dua atau tiga jari dan letakkanpada sudut rahang.

3) Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah korban keatas. Hal ini
menarik lidah menjauhi tenggorokan.

4) Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik bibir bagian
bawah denagn kedua ibu jari.

b. B = Breathing Support

Bernafas adalah usaha seseorang yang dilakukan secara otomatis. Untuk menilai
secara normal dapat dilihat dari pengembangn dada dan berapa kali seseorang bernafas
dalam satumenit. Frekuensi/ jumlah pernafasan normal adalah 12-20x /menitpada klien
deawasa. Pernafasan dikatakan tidak normal jika terdapat keadaan terdapat tanda-tanda
sesak nafas seperti peningkata frekuensi napas dalam satu menit, adanya napas
cuping hidung(cuping hidung ikut bergerak saat bernafas), adanya penggunaan otot-
otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot perut),warna kebiruan pada
sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan, tidakada gerakan dada, tidak ada suara napas, tidak
dirasakan hembusan napas dan klien dalam keadaan tidak sadar dan tidak bernapas. Breathing
support atau kesiganisasidarurat adalah penilainstatus pernapasan klien untuk mengetahui
apakah klien masih dapat bernapas secara spontan atau tidak. Prinsip dari melakukan
tindakanini adalah dengan cara melihat, mendengar dan merasakan (Look,Listen and Feel
(LLF)). Lihat, ada tidaknya pergerakan dada sesuai dengan pernapasan. Dengar, ada tidaknya
suara napas (sesuai irama) dari mulut dan hidung klien. Rasakan, dengan pipi penolong
adatidaknya hembusan napas (sesuai irama) dari mulut dan hidung korban. Lakukan
LLF dengan waktu tidak lebih dari 10 detik. Jika terlihat pergerakan dada, terdengar
suara napas dan terasa hembusan napas klien, maka berarti klien tidak menglami henti napas.
masalah yang ada hanyalah penurunan kesadaran.dalam kondisi ini, tindakanterbaik yang
dilakukan perawat adalah mempertahankan jalan napas tetap terbuka agan ogsigenisasi klien
tetap terjaga dan memberikanposisi mantap. Jika korban tidak bernapas, berikan 2 kali bantuan
pernapasan dengan volume yang cukup untuk dapat mengembangkan dada. Lamanya
memberikan bantuan pernapasan sampai dada mengembang adalah 1detik. Demikian halnnya
berlaku jika bantuan pernapasan diberikan malalui mulut ke mulut ke sungkup muka.

Hindari pemberian pernapasan yang terlalu banyak dan terlalu kuat karena akan
menyebabkan kembung (distensi abdomen) dan dapat menimbulan komplikasi padaparu-
paru. Jika memakai sungkupwajah, maka biasanya terdapat lubang khusus untuk
memasukkan oksigen. Ketika oksigen telah tersedia, maka berikan aliran oksigen sebanyak
10-12 liter/menit.

c. C = Circulation Support

Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dankompresi dada luar yang
diberikan pada klien yang mengalami hentijantung. Selain itu untuk mempertahankan
sirkulasi spontan danmempertahankan sistem jantung paru agar dapat berfungsi
optimaldilakukan bantuan hidup lanjut (advance life support). Jika tindakanini dilakukan
dengan cara yang salah maka akan menimbulkanpenyulit- penyulit seperti patah
tulang iga, atau tulang dada,perdarahan rongga dada dan injuri organ abdomen.

Sebelum melakukan RJP pada klien perawat harus memastikanbahwa klien dalam keadaan
tidak sadar, tidak bernapas dan arterikarotis tidak teraba. Cara melakukan pemeriksaan
arteri karotisadalah dengan cara meletakkan dua jari diatas laring (jakun). Lalugeser jari
penolong ke arah samping dan hentikan disela-sela antaralaring dan otot leher. Setelah itu
barulah penolong merasakan denyutnadi. Perabaan dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Overdosis

A. Pengkajian

1) Survei primer

Sebelumnya terlibat terjadi biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi


mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui kekuargan, dan lain-lain. Instansi
pemerintah misalnya demikian pula BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap
campur tangan ini. Kegiatan yang dilakukan seputar pemberian informasi melalui
berbagai bentuk materi KTE yang dittunjukkan kepada remaja langsung dan keluarga.

B1: Napas, kaji pernafasan klien. Apakah klien mengalami gangguan dalam pernapasan.

B2:Darah, kaji apakah terjadi pendarahan yang menyumbat jalan napas dan cek tekanan darah
pasien.

B3: Otak, kaji apakah klien mengalami gangguan pada proses berpikir.

B4: Kandung kemih, kaji apakah ada yang terjadi kerusakan pada daerah ginjal hal ini
disebabkan berlebihan karena keasaman obat tersebut.

B5: Usus, kaji intake dan output pasien.

A) Dukungan jalan napas

Pada klien dengan berlebihan yang perlu diperhatikan adalah ada tidaknya sumbatan pada
jalan napas penting seperti lidah. Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas
pada klien tidak sadar karena pada kondisi ini lidah klien akan terjatuh kebelakang rongga
mulut. Hal ini akan mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas.
Sebelumnya diberikan bantuan pernapasan, jalan napas harus terbuka. Teknik yang dapat
digunakan adalah kross jari (silang jari). Jika terdapat sumbatan bersihkan dengan teknik
sapuan jari (sapuan jari).
Gambar 3.1. Silang Jari

Gambar 3.2. Sapu Jari

Gambar 3.3. Kepala Tsakit Angkat Dagu


Gambar 3.4. Rahang Tkarat

B) Dukungan pernapasan

Setelah itu pasti bahwa jalan napas seorang pria, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan penisaian status pernapasan klien, apakah masih bernapas atau
tidak. Teknik yang digunakan adalah LIHAT, MENDENGARKAN Dan MERASA
(LLF). LLF dilakukan tidak lebih dari 10 menit, jika klien masih bernapas, tindakan yang
dilakukan adalah bertahankan jalan napas agar-agar tetap terbuka, jika klien tidak
bernapas, berikan 2 X bantuan pernapasan dengan volume yang cukup.

C) Dukungan sirkulasi Sirkulasi mendukung adalah pemberita sebuah ukuran buatan


dan kompresi dada luar yang diberikan pada klien yang mengalami henti jantung. Syadi
dalam itu untuk mempertahankan Sirkulaya spontan dan mempertahankan saudara
perempuan M jantung paru agar-agar dapat berfungsi optimal dilakukan bantuan hidup
lanjut keluar (maju kehidupan mendukung).

D) Disabilitas Pemantauan staini neurologis Secara cepat meliputi titingkatan kesadaran dan
GCS, dan mengukur reaksi murid serta tanda-tanda vital.

e) Paparan Lakukan pengkajian dari kepala hingga ujung kaki.

F) Follekamu Kateter Pemasangan kater pada klien berlebihan biasanya dilakukan untuk
melakukan perhitungan keseimbangan cairan.

G) Tabung lambung Salah satu penatalak sanaan yang bisa dilakukan adalah kumbah
lambung yang bertujuan untuk membersihkan lambung serta menghilangkan racun
dari dalam lambung. Prosedur kumbah lambung :
 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Membawa alat dekat pasien
 Atur posisi pasien dalam sikap fowler bila sadar
 Pasang sampiran
 Pasang pengalas: satu dibawah dagu klien yang dipentingkan di bagian punggung
dan duduk kamu diletoke pada sisi dimana ember diletakkan
 letakkan ember di atas kain pel di bawahTT
 Perawat mencuci tangan dan memasang sarung tangan
 Ambil selang tiba langsung dan keluarkan udara dari dalam selang
 Selang diukur dari epigastrika mulut ditambah dari mulut kebawah telinga (40-45 cm)
kemudian diberikan tanda
 digunakan selang yang telah diklem perlahan-lahan ke dalam lambung melalui mulut
 Pastikan apakah selang lambung benar-benar telah masuk ke dalam lambung dengan
cara memasukkan pangkalnya ke dalam udara dan klem dibuka. Jika tidak ada
gelembung udara yang keluar maka selang sudah masuk ke dalam lambung.
menyarankan jika ada udara yang keluar berarti sonde dimasukkan ke paru-paru
 Atur posisi pasien, berbaring tanpa bantal dengan kepala lebih rendah
 Kosongkan isi lambung dengan cara berbicara dan mengarahkan sonde ke dalam
bara.
 Jepit selang dan pasang corong paya pangkal selang lambut / muntahan besar
(100 cc), tinggi corong/muncrat + 30 cm diatas lambung, kemudian menuangkan
cairan perlahan-lahan + 500 cc ke dalam corong yang sedikit dimiringkan sambil klem
dibuka.
 Sebelum cairan terakhir dalam corong/muncrat habis, cairan yang masuk tadi
keluarkan kembali dengan cara berbicara corong dan menuangkan kedalsaya bara
(jangan juga rendah agar-agar selaput lendir lambung tidak terhisap masuk ke
dalam selang lambung
 Lakukan berulang-ulang sampai cairan yang keluartampak jernih kemudian pangkal
selang lambung.
 Keluarkan selang lambung perlahan-lahan dengan cara menarik sonde berlahan-
lahan, kemudian selang + corong dimasukkan dalam kom.
 Beri udara untuk kumur kepada klien, kemudian mulut dan sekitarnya dibersihkan
dengan tisu
 Angka pengalas dan rapikan klien
 Bersih kan alat-alat dan perawat cuci tangan

H) Pemantau jantung lakukan pemantauan peningkatan menghitung jantung, peningkatan


tekanan darah dan kerusakan sistem kardiovaskular R. Setelah utama survei dan
campur tangan krisis selesai, perawat harus mengkaji riwayat pasien:

A: alergiya (jika pasien tidak dapat memberikan informasi perawat bisa menanyakan
keluarga atau teman dekat tentang riwayat alergi pasien)
M: Pengobatan (overdosis obat: ekstasi)
P: Masa lalu medis sejarah (riwayat medis lalkamu misalnya masalah kardiovaskuler atau
pernapasan
aku: Asupan oral terakhir (obat terakhir yang dikonsumsi ekstasi)
E: Peristiwa (kejadian kelebihannya obat, dekskripsi gejala, keluhan utama, dan
mekanisme berlebihan)

2). Survei Sekunder

Pada saat penggunaan sesudahnya terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan


(perlakuan). Fase ini meliputi: fase penerimaana wal (intialintek) antara 1-3 hari dengan
melakukan pemeriksaan fisik dan mental dan fase detoksifikasi dan terapi komplikasi
medis, antara 1-3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-
bahan adiktif secara bertahap. Tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan
tindakan melakukan Dari kepala hingga ujung kaki.

B. Diagnosis keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif dan intoksikasi


2. Pola napas tidak efektif bd depresi susunan syaraf pusat
3. Gangguan perfusi jaringan perifer bd penurunan konsentrasihemoglobin dalam
darah
4. Kekurangan volumecairan bdkehilangan cairanaktif (konsumsipsikotropika yang
berlebihan secara terus menerus)
5. Resiko kesusahan pernafasan bd asidosis metabolikk

C. Intervensi perawatan

Diagnosa 1

Tujuan: Pasien menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif

Kriteria: Setelah dilakukan tindakan pembunuhan selama 2x24 jam, pasien menunjukkan
kemudahan bernapas, pergerakan sumbatan keluar dari jalan napas

Intervensi:

1. Kaji frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan


2. Pengisapan jalan napas: mengeluarkan rahasia dari jalan napas dengan
memasukkan sebuah kater pengisap ke dalam jalan napas oral dan/atau trakea
3. Auskultasi baraksasa dada depan dan belakang untuk mengetahui penurunan atau
ketiadaan ukuran dan adanya suara tidak pastambahan
4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada dahak, seperti warna,
karakter jumlah dan bau
5. Konsultasikan dengan tim medias dalam pemberian oksigen, jika perlu

Diagnosa 2

Tujuan: Pasien menunjukkan pola pernapasan efektif

Kriteria: Setelah dilakukan tindakan pembedahan selama 1x24 jam, pasien menunjukkan status
pernapasan: status ventilasi dan pernapasan yang tidak tergangguan, kedalaman inspirasi dan
kemudahan bernapas

Intervensi:

1. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernafasan


2. Pantau pola pernapasan
3. Auskultasi suara napas, perhatikan daerah menurun/tidak adanya luasnya dan adanya suara
napas tambahan
4. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola
pernapasan

Diagnosa 3

Tujuan: Keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil ekstremitas untuk
mempertahankan fungsi jaringan.

Kriteria: Setelah dilakukan tindakan Pembekuan suhu 1x24 jam,hidrasi, warna kulit, nadi perifer,
teka-tekinan darah, dan pengisian wadah baik dan lancar dan dalam batas normal

Intervensi:

1. Kaji terhadap sirkulasi periferpasien(nadiperifer, busung,warna,suhu dan pengisisan ulang


kaca pada ekstremitas)
2. Manajemen sensasi perifer
3. Ajarkan pasien/ keluarga tentang : menghindari suhu ekstrem pada ekstremitas
4. Kolaborasi: berikan obat antitrombosit atau antikoagulan

Diagnosa 4

Tujuan: Pengembalian volume cairan klien

Kriteria: Setelah dilakukan tindakan hidrasi 1x24 jamadekuat dan status nutrisi ade kuat maupun
keseimbangan cairan pasien dalam batas normal

Intervensi:

1. Pantau cairan elektrolit pasien (intake/output)


2. Manajemen cairan (timbang berat badan, ttv,pemasukan/keluaran)
3. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus
4. Kolaborasi: laporkan dan katat hal luaran kurang/lebih dari batas normal dan berikan terapi
IV sesuai program.

Diagnosa 5

Tujuan: Pasien mempertahankan pernapasannya secara efektif.


Kriteria: Setelah dilakukan tindakan pembedahan selama 1 x 24jam, pasien bebas dari sianosis dan
tanda – tanda syok.

Intervensi:

1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan


2. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya (semi/fowleR)
3. Anjurkan pasien melakukan latihana napas dalsaya
4. Kolaborasi : pemberian oksigen (non rebirthing) R : mempertahankan pernapasan pasien

3.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Keracunan Obat

A. PENGKAJIAN

1. Survei Primer

Penatalaksanaan awal pasien koma, kejang, atau perubahan keadaan mental lainnya harus
mengikuti cara pendekatan yang sama tanpa memandang jenis racun penybab. Usaha
untuk membuat diagnosistoksikologi khusus hanya memperlambat penggunaan Tindakan
suportif yangmerupakan bentuk dasar “ABCD” pada pengobatan keracunan.

Pertama, saluran napas (A) harus dibersihkan dan muntah atau beberapa gangguan
lain dan, bila diperlukan, suatu alat yang mengalirkan napas melalui oral atau dengan
memasukkan pipa endotrakea. Pada kebanyakan pasien, penempatan pada posisi sederhana
dalam posisi decubitus lateral cukup untuk menggerakkan lidah yang kaku (flaccid) keluar
dan saluran napas. Pernapasan (B) yang adekuat harus diuji dengan mengobservasi dan
mengukur gas darah arteri. Pada pasein dengan insufisiensi pernapasan harus dilakukan
intubasi dan bentilasi mekanik.Siekulasi (C) yang cukup harus diuji dengan mengukur denyut
nadi, tekanan darah, urin yang keluar, dan evaluasi perfusi perifer. Alat untuk intravena harus
dipasang dan darah diambil untuk penentuan serum glukosa dan untuk pemeriksaan rutin lainnya.

Pada waktu ini, setiap pasien dengan keadaan mental yang berubah harus diberi larutan
dekstrosa pekat (D). Orang dewasa diberikan larutan dekstrosa sebanyak 25 g (50 mL
larutan dekstrosa 50 % secara intravena).Dektrosa ini harus diberikan secara rutin, karena
pasien koma akibat hipoglikemia yang dengan cepat dan ireversibel akan ekhilangan sel-sel
otak.Pasien hipoglikemia mungkin tampak sebagai pasien keracunan dan tidak ada metode yang
cepat dan dapat dipercaya untuk membedakannya dan pasien keracunan. Pada umumnya
pemberian glukosa tidak berbahaya sementara menunggu hasil pemeriksaan gula draah.
Pada wkatu ini, pasien alkoholikatau malnutrisi juga harus diberi 100 mg tiamin
intramuscular untuk mencegah timbulnya sindrom Wernicke.

Antagonis narkotik nalokson (Narcan) dapat diberikan dengan dosis0,4-2 mg intravena.


Nalokson akan memulihkan pernapasan dan depresi sistem saraf pusat akibat semua jenis obat
narkotika. Ada manfaatnya untuk mengingat bahwa obat-obat ini menimbulkan kematian
terutama akibat depresi pernapasan; karena itu, bila bantuan pernapasan dan pembebasan saluran
pernapasan telah diberikan, nalokson mungkin tidak diperlukan lagi.Antagonis benzo diazepin
flumazenil bermanfaat pada pasien dengan kecurigaan takar lajak benzo diazepin, tetapi
tidak boleh digunakan bilaterdapat riwayat kejang atau takar lajak antidepresan trisiklik, dan
obat initidak boleh digunakan sebagai pengganti penatalaksanaan saluran napassecara
hati-hati.

Penatalaksanaan keracunan memerlukan suatu pengetahuan tentangbagaimana


mengobati hipoventilasi, koma, syok, kejang, dan psikosis.Pertimbangan toksikokinetik
yang mendetil titik banyak artinya bila fungsi-fungsi vital tidak dipertahankan. Hipoventilasi
dan koma memerlukanperhatian khusus pada penatalaksanaan saluran napas. Gas darah arteri
harussering diperiksa, dan aspirasi isi lambung harus dicegah. Penatalaksanaancairan dan elektrolit
mungkin kompleks. Monitoring berat badan, tekananvena sentral, tekanan yang mendesak
kapiler paru, dan gas darah arteridiperlukan untuk memastikan pemberian cairan
mencukupi tetapi tidakberlebihan. Dengan tindakan suportif yang tepat untuk koma, syok,
kejang,dan agitasi, umumnya memberikan harapan hidup bagi pasien keracunan

2. Survei Sekunder

Setelah dilakukan intervensi awal yang esensial, dapat dimulai evaluasi yang terinci untuk
membuat diagnosis spesifik. Hal ini meliputi pengumpulan riwayat yang ada dan melakukan
pemeriksaan fisik singkat yang berorientasi pada toksikologi. Penyebab koma lainnya
atau kejang seperti trauma pada kepala, meningitis, atau kelainan metabolisme harus dicari
dan diobati.
a. Riwayat: Pernyataan dengan mulut tentang jumlah dan jenis obat yang ditelan dalam
kedaruratan toksik mungkin tidak dapat dipercayai.Bahkan anggota keluarga, polisi, dan
pemadam kebakaran atau personil paramedis harus ditanyai tintuk menggambarkan lingkungan
di mana kedaruratan toksik ditemukan dan semua alat suntik, botol-botol kosong, produk
rumah tangga, atau obat-obat bebas di sekitar pasien yang kemungkinan dapat meracuni pasien
harus dibawa ke ruang gawat darurat.

b. Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan yang cepat harus dilakukan dengan penekanan pada
daerah yang paling mungkin memberikan petunjuk kearah diagnosis toksikologi. Hal ini
termasuk tanda-tanda vital, mata dan mulut, kulit, abdomen, dan sistem saraf.

1) Tanda-tanda vital.

Evaluasi dengan teliti tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan
suhu tubuh) merupakan hal yang esensial dalam kedaruratan toksikologi. Hipertensi dan
takikardia adalah khas pada obat-obat amfetamin, kokain, fensiklidin, nikotin,dan
antimuskarinik. Hipotensi dan bradikardia, merupakan gambaran karakteristik dan
takar lajak narkotika, kionidin, sedatif-hipnotik dan beta bloker. Takikardia dan
hipotensi sering terjadi dengan antidepresan trisiklik, fenotiazin, dan teofihin. Pernapasan
yang cepat adalah khas pada amfetamin dan simpatomimetik lainnya, salisilat,
karbon monoksida dan toksin lain yang menghasilkan asidosis metabolik.
Hipertermia dapat disebabkan karena obat-obat simpatomimetik, antimuskarinik.
salisilat danobat- obat yang menimbulkan kejang atau kekakuan otot.Hipotermia
dapat disebabkan oleh takar lajak yang berat dengan obat narkotik, fenotiazin, dan obat
sedatif, terutama jika disertai dengan pemaparan pada lingkungan yang dingin atau
infus intravena pada suhu kamar.

2) Mata.

Mata merupakan sumber informasi toksikologi yang berharga. Konstriksi pupil


(miosis) adalah khas untuk keracunan narkotika, klonidin, fenotiazin, insektisida
organofosfat dan penghambat kolines terase lainnya, serta koma yang dalam akibatobat
sedatif. Dilatasi pupil (midriasis) umumnya terdapat pada amfetamin, kokain,
LSD, atropin, dan obat antirnuskarinik lain. Nistagmus riorizontal dicirikan pada
keracunan dengan fenitoin,alkohol, barbiturat, dan obat seclatit lain. Adanya
nistagmushorizontal dan vertikal memberi kesan yang kuat keracunan fensiklidin.
Ptosis dan oftalmoplegia merupakan gambaran karakteristik dari botulinum.

3) Mulut.

Mulut dapat memperlihatkan tanda-tanda luka bakar akibat zat-zat korosif. atau jelaga
dan inhalasi asap. Bau yang khas dan alkohol, pelarut hidrokarbon. Paraldehid atau
amonia mungkin perlu dicatat. Keracunan dengan sianida dapat dikenali oleh
beberapa pemeriksa sebagai bau seperti bitter almonds. Arsen danorganofosfat telah
dilaporkan menghasilkan bau seperti bau bawang putih

.4) Kulit.

Kulit sering tampak merah, panas, dan kering pada keracunan dengan atropin dan
antimuskarinik lain. Keringat yang berlebihan ditemukan pada keracunan dengan
organofosfat,nikotin, dan obat- obat simpatomimetik. Sianosis dapat disebabkan oleh
hipoksemia atau methemoglohinemia. Ikterus dapat memberi kesan adanya nekrosis
hati akibat keracunan asetaminofen atau jamur A manila phailoides.

5) Abdomen.

Pemeriksaan abdomen dapat menunjukkan ileus, yangkhas pada keracunan dengan


antimuskarinik, narkotik, dan obat sedatif. Bunyi usus yang hiperaktif, kram perut, dan
diare adalah umum terjadi pada keracunan dengan organofosfat, besi, arsen,teofihin,
dan A.phalloides.

6) Sistem saraf.

Pemeriksaan neurologik yang teliti adalah esensial.Kejang fokal atau defisit


motorik lebih menggambarkan lesi struktural (seperti perdarahan intrakranial akibat
trauma) daripada ensefalopati toksik atau metabolik. Nistagmus, disartria, dan
ataksia adalah khas pada keracunan fenitoin, alkohol, barbiturat,dan keracunan sedatif
lainnya. Kekakuan dan hiperaktivitas otot umum ditemukan pada metakualon,
haloperidol, fensiklidin (PCP),dan obat-obat simpatomimetik. Kejang sering
disebabkan oleh takar lajak antidepresan trisiktik, teotilin, isoniazid, dan fenotiazin. Koma
ringan tanpa refleks dan bahkan EEG isoelektrik mungkin terlihat pada koma yang dalam
karena obat narkotika dan sedatif-hipnotik, dan mungkin menyerupai kematian otak.

c. Pemeriksaan diagnostic

1. Pemeriksaan laboratorium.

Laboratorium rutin (darah, urin, feses, lengkap) tidak banyak membantu.

2. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum (N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit serum (termasuk
kalsium (N: 9-11 mg/dl).

3. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.

4. Pemeriksaan EKG. Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena
sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus
bradikardi, takikardi supra ventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler,
asistol,disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada
keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik,hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia,
gangguan elektrolit darah,hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis.

2. Pola nafas tidak efektif b/d distress pernafasan.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (anoreksia, mual
dan muntah), kesulitan menelan.

4.Defisit volume cairan b/d muntah, diare.

5.Hambatan mobilitas fisik b/d paralisis, ketidakmampuan otot berkontraksi.

6.Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik


C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Setelah dilakukan tindakan 1) Lakukan pengkajian nyeri secara


keperawatan1x 24 jam diharapkan komprehensif termasuk lokasi, durasi
nyeri berkurang, menghilang frekuensi,karakteristik, kualitas dan factor
dengan kriteria hasil: presipitasi
Pain level, dibuktikan dengan 2) Observasi reaksi nonverbal dari
respon nonverbal pasien ketidaknyamanan
menunjukkan tidak ada nyeri, 3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
tanda vital dalam batas normal, dan menemukan dukungan
tidak ada masalah pola tidur, 4) Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri berkurang. mempengaruhi nyeri seperti suhu
Pain control, dibuktikan dengan ruangan,pencahayaan dan kebisingan
pasien dapat melakukan teknik 5) Kurangi faktor presipitasi nyeri
nonfarmakologis untuk 6) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
mengurangi nyeri menentukan intervensi
7) Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi:
napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
8) Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
9) Tingkatkan istirahat
10) Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
11) Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama kali
2 Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor vital sign
keperawatan 1x 24 jam 2) Identifikasi kebutuhan insersijalan nafas
diharapkan pola nafas menjadi buatan
efektif dengan kriteria hasil: 3) Posisikan pasien untukmemaksimalkan
NOC : Status Pernapasan : ventilasi
Pertukaran Gas tidak akan 4) Monitor status respirasi: adanya suara nafas
terganggu dibuktikan dengan : tambahan
Kesadaran composmentis, TTV 5) Kolaborasi dengan tim medis: pemberian
menjadi normal, pernafasan oksigen
menjadi normal yaitu tidak
mengalami nafas Dangkal

3 Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor intake dan output


keperawatan selama 1 x 24 jam makanan/cairan dan hitung masukan
pemenuhan nutrisi dapat kalori perhari sesuai kebutuhan
adekuat/terpenuhi dengan kriteria 2) Kaji kebutuhan nutrisi parenteral
hasil: 3) Pilih suplemen nutrisi sesuaikebutuhan
Status Gizi Asupan Makanan 4) Bantu pasien memilih makanan yang lunak
dan Cairan ditandai pasien nafsu dan lembut
makan meningkat, mual dan 5) Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai
muntah hilang,pasien tampak batas diet yang dianjurkan
segar Kolaborasikan pemberian anti emesissesuai
Status Gizi; Nilai Gizi terpenuhi indikas
dibuktikan dengan BB
meningkat, BB tidak turun
4 Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor intake dan output, karakter serta
keperawatan selama 1x24 jam jumlah feses
diharapkan kebutuhan cairan 2) Observasi kulit kering berlebihandan
terpenuhi dengan kriteria hasil: membran mukosa, penurunan turgor kulit
a. Tidak adanya tanda-tanda 3) Anjurkan klien untuk meningkatkan
dehidrasi Vital sign dalam batas asupan cairan peroral
normal Kolaborasi pemberian cairan paranteral sesuai
indikasi

5 Setelah dilakukan tindakan 1) Tentukan batasan pergerakan sendi dan


keperawatan selama 1x24 jam efeknya terhadap fungsi sendi
diharapkan kemampuan mobilitas 2) Monitor lokasi dankecenderungan adanya
fisik meningkat dengan kriteria nyeri dan ketidaknyamanan selama
hasil: pergerakan/aktivitas
a. Kekuatan otot meningkat 3) Lakukan latihan ROM pasif atau ROM
b. Tidak ada kaku sendi dengan bantuan, sesuai indikasi
Dapat bergerak dengan mudah 4) Jelaskan pada pasien atau keluarga
manfaat dan tujuan melakukan latihan
sendi.
Dukung pasien untuk melihat gerakan tubuh
sebelum memulai latihan.

6 Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi adanya pembatasan klien dalam


keperawatan selama 1x24 jam melakukan aktivitas
diharapkan klien dapat memenuhi 2) Kaji adanya fakor yang menyebabkan
kebutuhan dirinya dengan kelelahan
kriteria hasil :
a. Ketidaknyamanan setelah 3) Monitor nutrisi dan sumber energi yang
beraktivitas berkurang adekuat
Dapat memenuhi kebutuhan 4) Bantu klien dalam memenuhi
sehari- hari. kebutuhannya
Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari
-hari.
BAB IV

EVIDANCE BASED NURSING

Judul : ” RESUSITASI PADA PASIEN INTOKSIKASI METHANOL ’’

A. Question
Apakah tindakan resusitasi pada pasien intoksikasi methanol sudah efektif dalam
penanganan pertolongan pertama pada pasien ?
B. Problem
Setelah tertelan methanol sangat cepat diabsorbsi, dengan puncak didalam
darah dicapai dalam 30-60 menit, terdapat beberapa laporan kasus dengan puncak 8
jam setelah tertelan dalam jumlah besar. Pada pasien ini gejala awal muncul setelah
6 jam konsumsi alkohol campuran. Gejala awal berupa pusing dan pandangan kabur
(Wood, D.M and Wyncool D.L, 2014).
Beberapa jam kemudian pasien mengalami penurunan kesadaran muntah-
muntah, dan sesak nafas. Tekanan darah pasien turun, saturasi menurun, nadi
meningkat Pada pemeriksaan fisik didapatkan pupil yang mengalami midriasis,dan
penurunan reflex terhadap cahaya. Produksi urine juga menurun. Pada pasien
ditemukan tanda tanda stress ulcer , Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
hyperkalemia, akut kidney injuri asidosis metabolik berat.

C. Evidence Based
Prinsip dasar pengobatan keracunan methanol adalah resusitasi awal, dukungan
terhadap kardiopulmonar, koreksi asidosis, cegah pembentukan toksin metabolik, dan
percepat pembuangan komposisi induk dan toksin hasil metabolic (Wood, D.M and
Wyncool D.L, 2014) . Pada pasien keracunan alkohol campuran terutama methanol dan
ethanol gejala dapat muncul lambat, gejala awal tersering berupa nyeri kepala dan
penurunan penglihatan yang seiring dengan berjalanya waktu terbentuknya toksin hasil
metabolisme yang memperberat. Pada keracunan methanol jika gejala masih ringan
sebaiknya diberikan penghambat metabolisme berupa ethanol atau fomepizol, jika gejala
sudah memberat lakukan bantuan hemodinamik dan cardiorespirasi, penghambat
metabolik, koreksi asidosis, bila perlu lakukan hemodialisa.
D. Patofisiologi

E. Implementasi for nursing


Prinsip dasar pengobatan keracunan methanol adalah resusitasi awal, dukungan terhadap
kardiopulmonar, koreksi asidosis, cegah pembentukan toksin metabolik, dan percepat
pembuangan komposisi induk dan toksin hasil metabolic (Wood, D.M and Wyncool D.L,
2014) .
F. Literatur
 Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resusitasi (CPR) adalah
upaya mengembalikan fungsi nafas dan atau sirkulasi yang berhenti oleh berbagai
sebab dan boleh membantu memulihkan kembali kedua-dua fungsi jantung dan
paru ke keadaan normal. Bantuan hidup dasar (BHD) atau basic life support (BLS)
termasuk mengenali jika terjadinya serangan jantung, aktivasi respon sistem gawat
darurat, dan defibrilasi dengan menggunakan defibrillator.
 Gejala neurologis akibat toksin methanol berupa nyeri kepala, vertigo, pusing
sampai kejang. Saraf penglihatan dan retina merupakan jaringan yang sangat
sensitif terhadap toksin asam formik. Gejala keracunan di mata dapat berupa
photopobia atau penglihatan kabur atau seperti melihat awan dengan temuan klinis
berupa papil edema, nystagmus dan nonreaktif midriasi ketika kerusakan permanen
terjadi(Wood, D.M and Wyncool D.L, 2014) .
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keracunan obat bisa terjadi jika dosis obat yang dikonsumsi salah atauberlebihan. Sedangkan
overdosis adalah pemberian atau penggunaan obatdengan dosisi yang salah yang dapat
menyebabkan kerusakan hati dengangejala kehilangan nafsu makan, mual, kelelahan,
muntah, pucat, danberkeringan yang bisa berujung pada kematian.

B. Saran

Jika menjumpai keluarga atau orang yang sedang mengalami keracunanatau overdosis segera
lakukan pertolongan pertama dan panggil bantuanuntuk segera membawa korban ke pusat
pelayanan kesehatan.
DAFAT PUSTAKA

Berman, Audrey. 2015. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb.

Jakarta: EGC

Kisanto, Annia.2015. Panduan Lengkap Pertolongan Pertama pada Darurat

Klinis. Yogyakarta: Araska

Katzung, BG. 2019. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika

Satono. 2018. Racun dan Keracunan cetakan 1. Jakarta: Widya Medika

Anda mungkin juga menyukai