DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 10:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi Rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah keperawatann Gawat Darurat
yang berjudul ‘’Kegawatdaruratan Toksikologi’’. Kami berterimakasih kepada Ns.
M.,Syikir,.S.Kep.,Kep yang telah memberi bimbingan dan dukungan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kami berharap semoga tugas makalah ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan yang
lebih banyak lagi bagi pembaca. Dan kami menyadari tugas makalah ini jauh dari kita sempurna,
tetapi kami berusaha dengan sekuat tenaga dan fikiran untuk menyelesaikan tugas ini dengan
sepenuh hati dan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami dan
dimengerti.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB 2..............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Pengertian toksikologi..........................................................................................................6
B. Prioritas umum untuk untuk pasien keracunan.....................................................................7
C. Mengidentifikasi racun.........................................................................................................8
D. Intervensi Terapeutik untuk keracunan dan overdosis.......................................................11
E. Kegawatdaruratan Toksikologis spesifik............................................................................16
F. Racun yang berasal dari lingkungan/ environmental Poisons............................................27
G. Antidot yang tersedia saat ini..........................................................................................31
h. Pencegahan dan pendidikan............................................................................................31
BAB III..........................................................................................................................................34
PENUTUP.....................................................................................................................................34
A. Kesimpulan.........................................................................................................................34
B. Saran...................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lima zat yang paling sering menimbulkan toksik pada manusia menurut laporan
dari American a cociation of poison control center yaitu analgesik :kosmetik, produk
perawatan pribadi: Zat pembersih rumah tangga: obat pemenang hipnotik/antipsikotik:
dan benda asing/mainan dan lainnya. Lima zat yang paling banyak menjadi penyebab
keracunan pada anak 5 tahun atau kurang adalah kosmetik / produk perawatan pribadi
analgetik Zat pembersih rumah tangga benda asing mainan dan lainnya serta obat-obatan
topikal.
Secara global bidang toksikologi, ilmu racun dan efeknya terhadap organisme
hidup berkembang pesat, dan prakteknya secara rutin berubah sebagaimana semakin
banyak intervensi baru yang lebih baik ditemukan.
Sedangkan di Indonesia sendiri pelapor kasus keracunan dari seluruh rumah
sakit pada tahun 2010 sampai 2014 masih rendah yaitu hanya 13% dari total 2000 Rumah
Sakit. Badan pengawas obat dan makanan (BPOM) Indonesia merespon masalah ini
dengan membangun sentra informasi keracunan nasional (SIKERNAS) dengan tujuan
mengembangkan basis data/database epidemiologis kejadian keracunan nasional. Data-
data tersebut sangat berharga untuk dijadikan bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan nasional. Dikenal dan memberikan informasi gratis pencegahan keracunan
petunjuk pertolongan korban keracunan dan jenis-jenis zat toksik serta efeknya. Juga
memberikan informasi sumber informasi lain berupa leaflet dan artikel. Selain itu, sentra
keracunan atau sikernas juga disebar di 31 Balai POM daerah di seluruh indonesia.
Namun tidak seperti di negara-negara maju ahli kasus yang bertugas untuk menangani
keracunan belum tersedia di semua daerah, penanganan awal keracunan dapat dilaporkan
ke petugas kesehatan di pusat terdekat. Karena kebanyakan pasien yang keracunan tidak
memiliki masalah yang serius maka penting untuk dapat mengenali mereka yang
memiliki risiko paling besar mengalami komplikasi serius dan kematian. (Amelia
kurniati, SK, p et al., 2018)
B. Rumusan masalah
1. Apa kegawatdaruratan toksikologi?
2. Bagaimana prioritas umum untuk pasien keracunan?
3. Bagaimana mengidentifikasi racun?
4. Bagaimana interfensi toksikologi?
5. Bagaimana kegawatdaruratan toksikologis spesifik?
6. Apa Antidot yang tersedia saat ini?
7. Bagaimana pencegahan dan Pendidikan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Berdasarkan latar belakang diatas pada makalah ini ialah untuk menegtahui
bagaimana kegawatdaruratan toksiklogi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu kegawatdaruratan toksikologi
b. Untuk mengetahui prioritas umum untuk pasien keracunan
c. Untuk mengetahui bagaimana mengidentifikasi racun
d. Untuk mengetahui intervensi toksikologi
e. Untuk mengetahui kegawatdaruratan spesifik
f. Untuk mengetahui Antidot yang tersedia saat ini
g. Untuk mengetahui Pencegahan dan Pendidikan
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian toksikologi
Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefenisikan sebagai kajian
tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia
terhadapa makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga membahas
penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan
terpejannya (exposed) makhluk tadi. (Fitriana, 2019)
Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak diingingkan dari
zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang
penilaian secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpanjang serta
efek yang ditimbulkannya. Efek toksik atau efek yang tidak diingingkan dalam
sisitem biologis tidak akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut
atau produk biotransformasinya mencapai tempat sesuai di dalam tubuh pada
konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik.
(Fitriana, 2019)
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam
memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan
bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat
kurang informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang
mekanisme biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana
zat kimia tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari
sudut telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan
penekanan penekanan pada mekanisme mekanisme efek berbahaya berbahaya zat
kimia itu dan berbagai berbagai kondisi kondisi di mana efek berbahaya itu terjadi
(Dantje T. Sembel, B,agr.sc ., 2015)
Pada umumnya efek berbahaya/efek farmakologik timbul apabila terjadi
interaksi antara zat kimia (tokson atau zat aktif biologis) dengan reseptor. Terdapat
dua aspek yang harus diperhatikan dalam mempelajari interaksi antara zatt kimia
dengan organisme hidup, yaitu kerja farmakon pada suatu organisme (aspek
farmakodinamik/ toksodinamik asppek ini akan lebih detail dibahas pada sub
bahasan kerja toksik. Telah dipostulatkan oleh paracelcius, bahwa sifak toksik suatu
tokson sangat ditentukan oleh dosis (konsentrasi tokson pada reseptornya). Artinya
kehadiran suatu zat yang berpotensi toksik di dalam suatu organisme belum tentu
menghasilkan juga keracunan.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari
dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu
respons yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik.
Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk
hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons. (Dantje T. Sembel,
B,agr.sc ., 2015)
B. Prioritas umum untuk untuk pasien keracunan
Berikan perawatan suportif dasar dan advanced (lanjutan) (fisiologi dan psikologis)
yang diperlukan. Perhatikan jalan nafas, pernapasan, dan sirkulasi (Airway, breathing and
circulation/ ABC) kedekuatan jalan nafas sangat penting pada pasien dengan perubahan
status mental secara khusus:
1. Berikan oksigen tambahan jika diperlukan
2. Berikan terapi intravena dan infus ringer laktat atau normal salin
3. Berikan nalokson 0,4-2 mg dapat melalui intravena , endotracheal, intramuskular,
subkutan, intraosseous, atau sublingual, jika pasien di duga terekspos opioid.
4. Periksa kadar glukosa darah dan impuls dektorasa 50% pada 50 ml (25 g) intravena
jika diperlukan untuk mempertahankan normoglycemia
5. Pantau urine output
6. Periksa gas darah arteri sesuai indikasi
7. Lakukan monitoring secara serial kadar elektrolit, tanda-tanda vital, dan pernapasan,
jantung, dan, status neurologis
8. Periksa riwayat eksposur
a. Bahan atau zat apa yang Terekspos pasien?
b. Kapan exposure terjadi apakah ini akut atau kronis?
c. Apa rute paparannya?
d. Apakah saat ini tanda-tanda atau gejala keracunan?
e. Berapa banyak zat yang terlibat?
f. Apakah eksposur disengaja atau tidak disengaja?
g. Apakah pasien memiliki riwayat paparan terhadap racun sebelumnya?
h. Pengobatan apa yang diberikan sebelum pasien tiba di pelayanan darurat?
i. Berapa umur pasien?
j. Bagaimana riwayat medis pasien (terutama jantung, hati, jiwa dan, gangguan
ginjal)
k. Apakah ada faktor risiko psikologis, sosial, atau lingkungan yang terlibat?
9. Berikan obat penawar/antidot yang sesuai (jika tersedia).
10. Berikan pendidikan kepada pasien, keluarga, dan orang lain yang penting bagi
pasien untuk mencegah terulangnya kejadian di masa yang akan datang?
C. Mengidentifikasi racun
Toxidrome adalah sekumpulan gejala toksik yang disebabkan oleh obat atau jenis
racun kelas tertentu. pasien dengan keracunan yang tidak diketahui penyebabnya,
pengenalan dini toxidrome akan memungkinkan petugas kesehatan gawat darurat untuk
secara cepat memulai pengobatan yang tepat. tabel 30-1 merangkum toxidromes umum
yang dapat membantu dalam identifikasi racun. tabel 30-2 berisi beberapa petunjuk
diagnostik lainnya untuk mengidentifikasi racun yang tidak diketahui.
1. Toxidrome Antikolinergik
a. Termasuk anthistamin, anthidepresan cyclobenzaprine, obat penyakit parkinsom,
antispasmodik mydriatics, dan tanaman tertentu (misalnya, jimsomeoud)
b. Tanda dan gejala meliputi :
1) Peningkatan tekanan darah, denyut jantung
2) Midriasis, penurunan bising usus, membran mukus kering, wajah
kemerahan/flushing, retensi urine, agitasi, delirium, dan halusinasi
3) Untuk membantu mengingat gunakan HOT berisi lonjakan (Hipertamia),
RED seperti buah (flushing), DRY berarti sebagai tulang, BLINU berarti
kelelawar (midriasis), MAD sebagai permarak (delirium, halusinasi).
2. Toxidrome Kolinergik
a. Termasuk organofosfat dan insektisida karbon physoastigmine, pilocarpine dan
nikotin
b. Kombinasi dari efek muskarinik dan nikotinik (tabel 30-31)
3. Toxidrome sedatif
a. Termasuk etanol dan benzodiazepin
b. Tanda dan gejala meliputi :
c. Penurunan tekanan darah, denyut jantung, dan pernapasan
d. Normothermic sampai hipotermia
e. Sistem saraf pusat (SSP) depresi, penurunan bising usus, hiporefleksia, dan
ataksia
4. Toxidrome Opioid
a. Termasuk opiat dan narkotika
b. Tanda dan gejala meliputi :
c. Penurunan tekanan darah, denyut jantung tingkat pernapasan dan suhu
d. Depresi SSP, miosis, hiporefleksia.
e. Respons cepat untuk nalokson
5. Toxidrome simpatomimetik
f. Termasuk kokain, amfetamin, dan stimulan lainnya
g. Tanda dan gejala meliputi :
h. Peningkatan tekanan darah, denyut jantung pernapasan dan suhu
i. Eksitasi CNS, tremor, kejang, hyperreflexia, midriasis dan diaphoresis.
Induksi Emesis
Meskipun induksi emesis ini merupakan penanganan yang diandalkan, namun peran sirup
ipecac dalam pengelolahan protein keracunan telah menurun segara signifikan dalam
beberapa tahun iterakhir. Penggunaan rutin sirup ipecac tidak lagi direkomendasikan
beberapa efek samping yang serius dari ipecac meliputi :
a. Risiko aspirasi
b. Menyebabkan muntah dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
c. Meningkatkan risiko perdarahan hemoragit serta gangguan cairan dan elektrolit
yang sangat berat
Sirup ipecac hanya tidak begitu efektif dalam mengosongkan perut, dan penggunaannya
berkaitan dengan berbagai kontradiksi dan komplikasi. Emesis dapat memperlambat
pemberian karbon secara signifikan, namun, ada kondisi yang jarang terjadi di mana
ipecac dapat dianggap sesuai dan sebagai hasilnya, obat Ini masih tersedia di atas meja
dan di rumah sakit di seluruh Amerika Serikat.
2. Arang Aktif (Charcoal Activated)
Baru-baru ini, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan arang aktif saja
setara atau bahkan lebih unggul mengobati keracunan daripada pengobatan modalitas dan
kombinasi lainnya. Namun, belum ada penelitian yang menunjukkan hasil yang baik
secara signifikan terhadap peningkatan outcome pasien.
Arang aktif yang diberikan melalui mulut atau Nasogastric Tube (NGT),
memiliki keuntungan karena meminimalkan tindakan invasif relatif mudah untuk dikelola
dan aman untuk anak-anak serta orang dewasa. Arang aktif menyerap dan mengikat zat
yang paling sering tertelan kontradiksi tertentu dalam penggunaan arang aktif adalah
sebagai berikut.
a. Menelan agen korosif atau hidrokarbon
b. Penurunan atau tidak ada bising usus (kontraindikasi relatif)
c. Racun yang tidak terkait dengan arang, seperti besi, timah, dan Ilium
- Carbamazepine - digoxin
- Dapsone - phenytoin
- Phenobarbital - Salicylates
- Ouinine - Sustained-relase
preparations
- Theophylline - Tricyclic antidepressants
Parasetamol
Parasetamol merupakan suatu bentuk zat metabolit dari phenacetin. Overdosis
parasetamol yang tidak disengaja secara konsisten merupakan penyebab utama kegagalan
hati akut3. Obat ini ditemukan dalam berbagai jumlah dalam berbagai jumlah dalam lebih
dari 200 jenis diantaranya untuk mengurangi rasa sakit, tidur, batuk, dan pilek.
Metabolik toksik dari parasetamol menghancurkan hepatosit, mengakibatkan
nekrosis hati dan kerusakan hati yang parah. Hepatotoksisitas terjadi jika seseorang
menelan parasetamol lebih dari 140mg / kg. Pasien dengan riwayat penyalahgunaan
alkohol atau penyakit hati lainnya memiliki risiko toksitas parasetamol yang lebih tinggi.
Salisilat
Dengan munculnya jenis analgesik yang lain, jumlah keracunan salisilat mengalami
penurunan selama 20 tahun terakhir. Pemberian aspirin dan salisilat lainnya dapat
menimbulkan berbagai gangguan pada sistem organ, termasuk saraf pusat, hematologi,
kardiovaskular, dan sistem pencernaan. Salisilat juga mempengaruhi keseimbangan asam-
basa dan status elektrolit. Manajemen overdosis salisitas cukup rumit sehingga konsultasi
dengan ahli toksikologi medis atau dokter di SIKERNAS sangat dianjurkan.
4. Tanda dan gejala keracunan
a. Takipnea dan takikardia
b. mual, muntah dan sakit perut
c. diaphoresis, demam dan dehidrasi
d. tinitus
e. hipoglikemia dan ketidakseimbangan elektrolit
f. perubahan status mental atau kejang
g. Gastritis hemoragik
h. kelainan koagulasi
5. Intervensi Terapeutik
a. Berikan perawatan suportif dasar dan advanced (lanjutan) sesuai indikasi
b. Jaga Keseimbangan cairan dan urine output melalui pemberian cairan intravena
c. koreksi cairan dan ketidakseimbangan elektrolit (cairan yang diberikan mungkin
dalam jumlah besar)
d. Berikan secara hati-hati pada pasien dengan edema paru
e. Inkubasi endotrokeal yang mungkin diperlukan
f. Pertimbangkan WBI. Pengosongan lambun masih bisa efektif beberapa jam Setelah
paparan jika proses mengonsumsi pil berlapis sentrik
g. Arang aktif memiliki afinitas tinggi pada asperindosis multipel arang aktif mungkin
efektif.
h. Ulangi pengukuran kadar salisilat setiap 6-24 jam
i. Alkalinasi dengan natrium bikarbonat baik, dalam membantu penatalaksanaan asidosis
dan peningkatan ekskresi salisilat.
j. Berikan pengobatan konvensional untuk hipoglikemia, Kijang, dan edema paru.
k. Hipertermia biasanya reda dengan dehidrasi dan hemodifikasi suhu ruangan
(pendingin eksternal).
l. Hemodialisis mungkin diberikan dalam kasus-kasus keracunan yang parah dan pada
pasien dengan gagal ginjal. Hemodialisis dapat memperbaiki gangguan cairan dan
elektrolit dan menghilangkan salisilat dalam darah.
-. Hemodialisis dapat diindikasikan dalam situasi berikut :
-. Kadar salisilat >75 mg/ dl
-. Fungsi ginjal menurun
-. Asidosis signifikan.
-. Gangguan cairan atau elektrolit berat
1. Antidepresan trisiklik
Antidepresan trisiklik merupakan protein berikatan tinggi dan larut dalam lemak. Hal
ini menyebabkan timbulnya kadar serum rendah yang tidak sebenarnya, zat ini tidak
mampu dihilangkan dengan dialisis, dan paruh eliminasinya Panjang. kondisi pasien
juga tidak cukup stabil untuk menjalani dialisis, jika memang diperlukan. onsetnya
cepat dan gejala dapat mencapai puncaknya segera setelah 60 menit sejak paparan.
Tiga jenis manifestasi toksik yang biasanya muncul pada overdosis antidepresan
trisiklik, adalah sebagai berikut:
a. kardiotoksisitas: penurunan hasil konduksi jantung
b. kompromi adrenergik: stimulasi alpha-adrenergik blok, dan jumlah katekolamin
berkurang.
c. Aktivitas antikolinergik: meskipun gejalanya dominan gejalanya dominan,
gejalaantikolinergik berdampak kecil terhadap morbiditas dan mortalita
12. Tanda dan gejala Keracunan
a. Efek antikoli
b. mual dan muntah
c. Tachydysrhythmias, interval PR memanjang, QRS Kompleks melebar, QT
memanjang, blok jantung, dan asistol
d. Hipotensi
e. Sinkop, kejang, dan koma berikan sesuai indikasi
f. serum antidepresan trisiklik secara klinis tidak berguna untuk kondisioverdosis
Efek Antikolinergik
Perifer Efek pada CNS
Penglihatan kabur Kecemasan
Penurunan motilitas usus Kebingungan
Dilatasi pupil Delirium
Mulut kering Disorientasi
Kulit kering Halusinasi
Demam Gangguan memori terbaru
Kulit kemerahan/flushed Inkoherensi bicara
Peningkatan denyut Paranoid
jantung Gerakan-gerakan tanpa tujuan
Sekresi berkurang
Retensi urine
a. Lakukan bilas lambung intubasi endok trakea biasanya dianjurkan sebelum lavage
Karena omset gejala toksik yang cepat.
b. Pertimbangkan untuk memberikan beberapa dosis arang aktif (periksa dulu
apakah ada ileus).
c. Pertimbangkan agen katarsis untuk melakukan penurunan motilitas khusus yang
disebabkan obat.
d. pantau destrimia jantung secara kontinyu karena hal ini dapat menjadi parah dan
mematikan.
e. Berikan natrium bikarbonat intravena. Alkolosis ringan dapat mengurangi insiden
distrik jaga PH serum antara 7,45 dan 7,55.
f. Kelola hipotensi dengan cairan isotonik dan dopamin atau norepien yang
diperlukan.
g. Berikan benzodiazepine jika kejang.
2. Digoxin
Digoxin diserapkan untuk pengobatan gagal jantung. Di goxim juga diberikan untuk
menurunkan respon ventrikel pada suprafentrikular talkikardi tertentu. Digitalis
bekerja dengan memperlambat konduksi nodus antriover dan meningkatkan
kontraktilitas efek inotropik positif penggunaan obat jantung lain secara bersamaan
dan biotik atau adanya hipoklemia dapat meningkatkan kejadian toksitas ringan pada
pasien yang menerima dosis terapi. Setelah paparan akut, gejala dapat mencapai
puncak dalam waktu 30 menit atau hingga 12 jam kemudian.
13. Tanda dan Gejala Keracunan
a. Disritmia, terutama bradikardi
b. Hiperklemia
c. Anoreksia, mual, dan muntah
d. Perubahan status mental atau gangguan penglihatan lihat tabel 30-5 untuk
informasi lebih lanjut.
14. Intervensi Terapeutik
a. Berikan perawatan suportif dasar dan advanced (lanjutan) sesuai indikasi.
b. Cek tingkat serum kuantitatif digoxin secara dan 6 jam Setelah paparan aku titik
kadar digozin yang lebih tinggi tidak akan memberikan dampak baik.
Tabel 30-5 Tanda dan gejala Toksitas digitalis
Toksitas ringan Toksitas berat
Anoreksia Penglihatan kabur
Bradikardi Delirium
Kebigungan Diare
Sakit kepala Disorientasi
Malaise Halusinasi
Mual dan muntah Blok sinoatrial dan atrioventrikular
Kontraksi ventrikel prematur Fibirilasi ventrikel
Gangguan visual Takikardi ventrikular
4. keracunan
Hipoksia
a. Kejang
b. Asidosis metabolik
c. Hipotensi
d. Disritmia
e. Henti napas
Zat Distilat Petrol (Petroleum Distillates)
Minyak tanah, cairan dalam korek, minyak mineral, cat fiture, terpentin, bensin, dan
banyak insektisida mengandung distilat petrol. Komplikasi biasanya terjadi karena
aspirasi atau masalah paru-paru lainnya. Aspirasi hidrokarbon menghasilkan depresi
SSP sementara atau aksitas. Kulit, usus, dan paru-paru mudah menyerap produk
destilat petrol, seperti halnya pestisida.
Arsenik, Timah ensefalofi, emas Dimercaprol Logam berat menghambar enzim yang
mengandung sulfidril: produk dari cheleted
mercatide yang bersifat sedikit beracundan
lebih mudah daripada logam berat.
Fenotiazin Depenhidramin Depehidramin hati-hati pada orang dengan
paparan obat yang diakibatkan obat.
Benzodiazepin Flumazenil gunakan hati-hati pada orang dengan paparannobat
yang tudak diketahui. Kejang dapat terjadi
dengan efek berlawanan dari benzodiazepi, pada
pengguna kronis tertutana dengan antidepresan
trislik atau kokain keracunan.
Nirit dan anastesi lokal Methylene blue Methylene blue reduktor yang mengubah
methemoglobin menjadi hemoglobin.
Sulfonilurea (agen hipoglimek oral) Octreotide merangsang pelepasan insulin dari sel-sel pulau
beta pankreas. Gunakan untuk overdosis tahan api
untuk pemberian glukosa
Parasetamol N-aceptylycysteine N-aceptylycysteine adalah pengganti glutathione
yang ,encegah pembetukan metabolok perantara
yang beracun. Lebih baik jika diberikan dalam
waktu 8 jam setelah paparan tetapi dapat juga
diberikan sampai 24 jam.
Tricylcic Sodium bicarbonate selain dikontaminasi lambung, natrium
bikarbonat adalah intervensi yang paling baik
uuntuk penatalaksanaan overdosis.
(Amelia kurniati, SK, p et al., 2018)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak diingingkan dari zat-zat
kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian
secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpanjang serta efek yang
ditimbulkannya. Efek toksik atau efek yang tidak diingingkan dalam sisitem biologis
tidak akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk
biotransformasinya mencapai tempat sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan
lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik.
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam
memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan
bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat
kurang informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang
mekanisme biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana
zat kimia tersebut berbahaya.
B. Saran
Sebagai perawat dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan perawat harus lebih
tanggap dalam mengidentifikasi kasus kegawatdaruratan ini dan dapat memberikan
tindakan yang cepat, tepat kepada pasien. Lebih serinh membaca dan menelaah
jurnal terbaru akan sangan membantu pemahaman perawat dalam penanganan pasien
dengan kegawatdaruratan toksikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia kurniati, SK, p, M., Yanny Trisyani, SK, p, MN, P., & Siwi Ikaristi Maria Theresia, Ns,
M. (2018). keperawatan gawat darurat dan bencana sheehy (C. Belinda B. Hammond,
MSN,RN,CEN (ed.)).