Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMAKOLOGI

TUBERCULOSIS 

DISUSUN OLEH:

UFU RINDANG (O1A1 19 054)


WD. INDAH ARUM M. (O1A1 19 058)
AJENG SEKAR KINASIH (O1A1 19 063)
ANISA YUKI FEBRIANTI (O1A1 19 070)
HAFIZHAH (O1A1 19 087)
INDAH RAHYUNI (O1A1 19 090)
MUH. ASRUN (O1A1 19 096)
NI’MATUZZUHRA (O1A1 19 104)
NOFITA PERMATASARI (O1A1 19 106)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Farmakologi  yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan
berpengetahuan.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu,
kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalahini,sehinggadapatbermanfaatbagisiapapun yang membacarnya.

Waalaikumsallam Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kendari, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Pengertian Tuberkulosis (TBC)......................................................................................3
B. Patofisiologi Penyakit TBC.............................................................................................3
C. Mikrobiologi Penyakit TBC............................................................................................4
D. Faktor-Faktor Risiko Seseorang Penderita TBC.............................................................5
E. Tanda Dan Gejala Penyakit TBC....................................................................................5
F. Terapi Non Farmakologi Dan Farmakologi Penderita TBC...........................................5
1. Terapi Non farmakologi..............................................................................................5
2. Farmakologi.................................................................................................................6
G. Farmakologi (Obat, Golongan, Bentuk Sediaan, Dosis, Mekanisme Kerja, dan Efek
Samping).................................................................................................................................6
1. Etambutamol................................................................................................................6
2. Rifampisin...................................................................................................................7
3. Isoaniazid.....................................................................................................................7
4. Pirazinamida................................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
A. Kesimpulan.....................................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun
diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati
urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara
dengan masalah TBC terbesar di dunia.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan


bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada
tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global
Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru
pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk.
Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakanmenimpa 140.000 penduduk tiap
tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.

Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali
satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita harus waspada sejak dini &
mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari TBC?


2. Bagaimana patofisiologi penyakit TBC?
3. Bagaimana mikrobiologi penyakit TBC?
4. Apa faktor-faktor risiko seseorang penderita TBC?
5. Bagaimana tanda dan gejala penyakit TBC?
6. Bagaimana terapi non farmakologi dan farmakologi penderita TBC?
7. Bagaimana farmakologi (obat,golongan,dosis,mekanisme kerja,efek samping,dan
bentuk sediaan)?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC.


2. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit TBC.
3. Untuk mengetahuimikrobiologi penyakit TBC.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor risiko seseorang penderita TBC.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit TBC.
6. Untuk mengetahui terapi non farmakologi dan farmakologi penderita TBC.
7. Untuk mengetahui farmakologi (obat,golongan,dosis,mekanisme kerja,efek
samping,dan bentuk sediaan)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam, yang ditularkan melalui
udara (airborne). Pada hampir semua kasus, infeksi uberkulosis didapat melalui
inhalasipartikel kuman yang cukup kecil (sekitar 1-5 jum). Droplet dikeluarkan
selama batuk, tertawa, atau bersin. Nuklcus yang terinfeksi kemudian terhirup oleh
individu yang rentan (hospes). Sebelum infeksi pulmonari dapat terjadi, organisme
yang terhirup terlebih dahulu harus melawan mekanisme pertahanan paru dan masuk
jaringan paru.

B. Patofisiologi Penyakit TBC

Infeksi primer. Pertama kali klien terinfeksi oleh tuberkulosis disebut sebagai
"infeksiprimer” dan biasanya terdapat pada apeks paru atau dekat pleura lobus bawah.
Infeksiprimer mungkin hanya berukuran mikroskopis, dan karenanya tidak tampak
pada fotoronsen. Tempat infeksi primer dapat mengalami proses degenerasi nekrotik
(perkejuan)tetapi bisa saja tidak, yang menyebabkan pembentukan rongga yang terisi
oleh massabasil tuberkel seperti koju, sel-sel darah putih yang mati, dan jaringan paru
nekrotik.Pada waktunya, material ini mencair dan dapat mengalir ke dalam
percabangantrakheobronkhial dan dibatukkan. Rongga yang terisi udara tetap ada dan
mungkinterdeteksi ketika dilakukan ronsen dada.

Sebagian besar tuberkel primer menyembuh dalam periode bulanan dengan


membentuk jaringan parut dan, pada akhirnya, terbentuk lesi pengapuran yang juga
dikenalsebagai tuberkel Ghon. Lesi ini dapat mengandung basil hidup yang dapat
aktif kembali,meski telah bertahun-tahun, dan menyebabkan infeksi sekunder.

Infeksi TB primer menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi terhadap


basiltuberkel dan proteinnya. Respons imun seluler ini tampak dalam bentuk
sensitisasi sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi positif pada tes kulit tuberkulin.

3
Perkembangansensitivitas tuberkulin ini terjadi pada semua sel-sel tubuh 2 sampai 6
minggu setelahinfeksi primer. Dan akan dipertahankan selama basil hidup berada
dalam tubuh.

C. Mikrobiologi Penyakit TBC

Nama Mycobacterism diperkenalkan oleh Lehmann dan Neumann pada


edisipertama dari buku mereka " Atlas of Bacteriology" yang dipublikasikan di
Jerman pada tahun 1896. Nama Mycobacterium berarti bakteri mirip jamur,
disebabkan bakteri ini memiliki karakter tumbuh pelikular seperti jamur pada media
cair, meskipun tidak memiliki hubungan atau kekerabatan dengan jamur (Grange,
1988).

Pada awal publikasi tersebut genus Mycobacterium baru memiliki dua spesies,
yaitu Mycobucterium tuberculosis dan Mycobacterium leprae namun
dalamInternational Journal of Systemic Bacteriology yang dipublikasikan pada 1
Mycobacterinum tubercuilosis secara alamiah resisten (resisten intrinsic) terhadap
banyak antibiotika dan kemoteraupetika seperti lactams, karena memiliki enzim
hidrolitik dan enzim yang dapat memodifikasi obat seperti periplasmic B laktamase
dan aminoglikosida acetyl transferase, serta kemampuan system efflhuxobat. Selain
itu M. tuberculosis memiliki dinding sel sangat hidrofobik yangberakibat rendahnya
cairan pada dinding sel dan permeabilitasnya eksterm akibat kandungan lipid bilayer
yang lebih besar serta kandungan asam mikolat. Hal ini mempengaruhi keterbatasan
penetrasi obat sehingga bakteri kebal terhadap banyak obat. Pada dasarnya,
mekanisme resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap obat anti-TB disebabkan
mekanisme mutasi kromosom secara random pada beberapa gen berbeda dan terjadi
secara spontan (resistensi natural) (Telenti 1998), terutama pada saat basil melakukan
multiplikasi aktif yaitu pada saat aktivasi atau reaktivasi TB. Pada penyakit kronik-
aktif terjadi mutasi gen termasuk regio gen penyandi protein tempat kerja obat, mutasi
spontan akibat kesalahan penataan gen pada saat replikasi DNA aktif, dan kesalahan
atau mutasi dapat berlangsung kumulatif melibatkan beberapa regio gen penyandi
protein tempat kerja obat.

4
D. Faktor-Faktor Risiko Seseorang Penderita TBC

Faktor yang tampaknya mempunyai peran dalam perkembangan TB


menjadipenyakit aktif termasuk:

1. usia lanjut
2. Imunosupresi
3. infcksi HIV
4. mal-nutrisi, alkobholisme dan penyalahgunaan obat
5. adanya keadan penyakit lain (mis.diabetes melitus, gagal ginjal kronis, atau
malignansi
6. predisposisi genetik.

E. Tanda Dan Gejala Penyakit TBC

Tanda dan gejala dari penyakit TBC antara lain :


1. Batuk lama. Bisa lebih dari satu bulan (beberpa referensi menyebutkan setidaknya
dua minggu).
2. Berat hadan nurun tanpa sehab yang jelas
3. Demam lama dan berulang tanpa sebab
4. Hilang selera makan
5. Keringat malam
6. Ada pembesaran kelenjar limfe

F. Terapi Non Farmakologi Dan Farmakologi Penderita TBC

1. Terapi Non farmakologi

Kegiatan pemberian konseling kepada pasien yaitu edukasi dan konseling


mengenai penyakit tuberculosis sebagai pencegahan agar tidak terjadi komplikasi
penyakit tersebut .kegiatan non farmakologi lain untukpencegahan terhadap TB
dengan memberikan edukasi kepada keluarga yangberperan dalam mengingatkan
pasien mengenai rutinitas minum obat . Contoh Konseling yang diberikan kepada

5
penderita TB agar tidak tertular ke orang-orang sekitar seperti pemakaian masker
dan tidak membuang dahak sembarangan .

2. Farmakologi

Dalam upaya mengurangi kejadian timbulnya gejala klinis pada orang


yang terinfeksi M.tuberculosis ,para ahli dalam bidang penyakit tuberculosis
melakukan terapi preventif yang ditujukan untuk kuman tuberkulosis dengan cara
memberikan OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Obat yang digunakan untuk upaya
preventif adalah INH dengan dosis 5mg/kgBB (tidak lebih dari 300 mg) yang
diberikan setiap hari sekurang-kurangnya selama 6 bulan .

G. Farmakologi (Obat, Golongan, Bentuk Sediaan, Dosis, Mekanisme

Kerja, dan Efek Samping)

1. Etambutamol

Golongan :Antibiotik

Bentuk sediaan :Tablet

Dosis :Oral sekaligus 20-25 mg/kh/hari (garam di-


HCL),selalu dalam kombinasi INH .I.v.(infus) 1 dd 15
mg/kg dalam 2jam .

Mekanisme kerja : Penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang


membelah,juga menghindarkan terbentuknya mycolic
acid pada dinding sel .

Efek samping :Neuritis optica (radang saraf mata) yang mengakibatkan


gangguan pengelihatan antara lain kurang tajamnya
pengelihatan dan buta warna terhadap warna merah-
hijau .Etambutol juga dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam plasma akibat penuruinan ekskresinya oleh
ginjal

6
2. Rifampisin

Golongan : Antibiotik

Bentuk Sediaan : Tablet,kapsul dan sirup .

Dosis : Pada TBC oral 1 dd450-600 mg sekaligus pagi hari


sebelum makan .Selalu diberikan dalam kombinasi
dengan INH 300 mg dan untuk 2 bulan pertama
ditambah pula dengan 1,5-2 g pirazinamida setiap hari .
Pada gonore : oral 1 dd 900 mg sekaligus selama 2-3
hari ,pada infeksi lain 2 dd 300 mg a.c profilaksis pada
meningitis 2 dd 10 mg/kg/hari selama 2 hari .

Mekanisme kerja : Perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri RNA-


polymerase ,sehingga sintesa RNA terganggu .

Efek samping : Mengakibatkan penyakit kuning (icterus ) terutama


bila dikombinasikan dengan INH yang juga agak toksis
bagi hati .Obat ini sering juga mengakibatkan gangguan
saluran cerna seperti mual,muntah,sakit ulu hati,kejang
perut, diare, begitu pula gejala SSP dan reaksi
hipersensitasi .

3. Isoaniazid

Golongan : Antibiotik

Bentuk Sediaan : Tablet,sirup dan injeksi

Dosis : Oral/i.m dewasa dan anak-anak 1 dd4-8 mg/kg/hari


atau 1 dd 300-400 mg ,atau sebagai single-dose bersama
rimfampisin ,pagi hari a.c atau sesudah makan bila
terjadi gangguan lambung profilaksis : 5-10 kg/mg/hari

Mekanisme kerja :Terganggunya sintesa mycolic acid yang diperlukan


untuk membangun dinding sel bakteri .

7
Efek samping : Pada dosis normal (200-300 mg sehari) jarang dan
ringan(gatal-gatal,ikterus) ,tetapi lebih sering terjadi
bila dosis melebihi 400 mg adalah polineuritis ,yakni
radang saraf dengan gejala kejang dan gangguan
pengelihatan. Kadang-kadang terjadi kerusakan hati
dengan hepatitis dan ikteris yang fatal.

4. Pirazinamida

Golongan : Antibiotik

Bentuk sediaan : Tablet .

Dosis : Oral 1 dd 30 mg/kg selama 2-4 bulan ,maksimal 2g


sehari, pada meningitis TBC 50 mg/kg/hari .

Mekanisme Kerja : Pengubahannya menjadi asam pirazinat oleh enzim


npyrazinamidase yang berasal dari basil TBC.Begitu
PH dalam makrofag diturunkan, maka kuman yang
berada di “sarang” infeksi yang menjadi asam akan
mati.

Efek samping :Yang sering terjadi dan berbahaya adalah kerusakan


hati dengan ikterus (hepatotoksis),terutama pada dosis
diatas 2 g sehari .Pirazinamida juga dapat menghambat
pengeluaran asam urat sehingga meningkatkan
kadarnya dalam darah (hiperuricemia) dan
menimbulkan serangan encok (gout) . Obat ini dapat
pula menimbulkan gangguan lambung-usus,
fotosensibilisasi dengan reaksi kulit (menjadi merah-
coklat),artralgia,demam,malaise dan anemia.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu :

1. Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis .
2. Proses patofisiolgi TBC yaitu bermula pada infeksi primer pada apeks paru yang
menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi dan memicu adanya respon imun .
3. Mycobacterium berarti bakteri mirip jamur dan memiliki dinding sel sangat
hidrofobik yang berakibat rendahnya cairan pada dinding sel dan
permeabilitasnya eksterm .
4. Faktor-faktor risiko penderita TBC yaitu usia lanjut,imunosupresi,infeksi
HIV,mal-nutrisi,alkoholisme dan penyalahgunaan obat,adanya penyakit lain dan
predisposisi genetik .
5. Tanda dan gejala penyakit TBC yaitu batuk lama,berat badan turun,demam
lama,hilang selera makan,keringat malam,dan pembesaran kelenjar limfe .
6. Terapi non farmakologi yaitu dengan pemberian konseling dan edukasi mengenai
penyakit TBC terhadap penderita TBC dan keluarga . Terapi farmakologi yaitu
dengan cara pemberian OAT (Obat Anti Tuberkulosis) .Obat anti tuberkulosis
yang biasa digunakan untuk mengobati pasien penderita TBC yaitu
etambutamol,rifampisin,isoaniazid dan pirazinamida

B. Saran

Kepada para pembaca kami ucapakan selamat belajar dan manfaatkanlah makalah
ini dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu
ditingkatkan mutunya, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan

9
DAFTAR PUSTAKA

Asih, N. G.Y., christantie, E. (2002). keperawatan Medikal Bedah: KlienDenganGangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC

Djojodibroto, O. (2007). Respitalogi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC

Mertaniasih, N., eko, B. K., deby, k. (2013). Buku Ajar Tuberkolosis:Dianostoik


Mikrobiologis. surabaya: Airlangga

Sembiring, S. (2018). Mengapa Kita Batuk?. Jakarata: Leutika press

Tjay, T. H., kirana, R. (2007).Obat-obat Penting:khasiat, penggunaan dan efek-efek


Sampingnya. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo

Zettira, Z., Merry I.S., (2017). Penatalaksaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendakatann
Kedokteran Keluarga. Jurnal Medula Unila. Vol.7(3)

Anda mungkin juga menyukai