Anda di halaman 1dari 11

Buku Ajar Penyakit TBC

February 17, 2016


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TUBERKULOSIS PARU ( TBC )
Disusun dalam rangka Pelatihan Applied Approach Angkatan I
Bagi Dosen Perguruan Tinggi Swasta
Kopertis Wilayah VI
Salatiga, 16 s/d 19 Februari 2016
Oleh :
Siti Nur Solikah, S.Kep.,Ns., M. Kes
AKADEMI KEPERAWATAN INSAN HUSADA SURAKARTA
2016
PRAKATA
Alhamdulilah, puji syukur pada Allah SWT karena penulis dapat menyelesaikan buku
untuk panduan belajar yang berjudul “Asuhan keperawatan pada pasien TBC ”. Buku
ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan perkembangan ilmu keperawatan yang semakin
maju terutama dalam praktik keperawatan dewasa pada kasus pernafasan.
Kita tahu bahwa saat ini banyak sekali angka kejadian penyakit TBC yang berkembang
dimasyarakat sekitar kita oleh karena itu, penulis tergerak hatinya untuk menyusun
buku ini, agar bermanfaat bagi perawat dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan pada pasien TBC. Buku ini diperuntukkan bagi mahasiswa keperawatan,
perawat dipelayanan kesehatan dan dosen keperawatan dalam menyampaikan materinya.
Sebagaimana kita tahu, karakteristik setiap pasien berbeda – beda, sehingga perlu
strategis khusus untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan optimal,
sehingga kita sebagai petugas kesehatan diharuskan bisa memberikan pelayanan yang
optimal kepada pasien secara komprehensip. Buku ini menjelaskan tentang seluk
beluk penyakit TBC dan pelayanan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien TBC.
Tak ada gading yang tak retak , begitulah adanya buku ini. Dengan segala
kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari
para pembaca guna meningkatkan kualitas buku ini di masa yang akan datang. Semoga
sekecil apapun percikan pemikiran yang tersaji dalam buku ini dapat membuka
wawasan para pembaca.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan moril selam penyusunan buku ini. Semoga Allah
wata’ala memberikan rahmat, taufik dan hidayah- Nya kepada kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
PRAKATA………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
BAB II KONSEP PENYAKIT TBC…………………………………… 5
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TBC………………. 20
BAB IV PENUTUP……………………………………………………… 28
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 29
GLOSARIUM……………………………………………………………. 30
INDEKS…………………………………………………………………... 31
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit pada sistem pernafasan merupakan masalah yang sudah umum terjadi di
masyarakat. TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan kematian dengan
urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit
(morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama. Penyakit ini biasanya banyak
terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah
ke bawah. TB paru di Indonesia merupakan penyebab kematian utama dan angka
kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga
setelah India dan China dalam jumlah penderita TB paru di dunia.
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia,
menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang
per tahun (WHO, 2003). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari
kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95%
penderita TB berada di negara-negara berkembang. Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS
di dunia jumlah penderita TB akan meningkat. Hasil survey kesehatan rumah tangga
(SKRT) tahun 2005 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor
3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua
golongan usia dan nomor I dari golongan infeksi. Antara tahun 1979-1982 telah
dilakukan survey prevalensi di 15 propinsi dengan hasil 200-400 penderita tiap
100.000 penduduk.
Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya informasi
berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat penyakit ini
memiliki prevalensi yang besar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk
di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan
lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita
terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik
pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan
kesehatan. Artinya, setiap detik akan ada satu orang yang terinfeksi TB dan setiap
10 detik akan ada satu orang yang meninggal karena penyakit ini. Hal ini
disampaikan oleh dokter Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Tjandra Yoga Aditama, dalam www/yahoo.com.
Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per tahun.
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, penderita TB
kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah. Dari 2005-2008, cakupan penderita
TB Paru dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse
Chemotherapy) atau pengawasan langsung menelan obat jangka pendek/setiap hari baru
mencapai 36% dengan angka kesembuhan 87%. Sebelum strategi DOTS (1989-1994)
cakupannya sebesar 56% dengan angka kesembuhan yang dapat dicapai hanya 40-60%.
Karena pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak cukup di masa
lalu kemungkinan telah timbul kekebalan kuman TB terhadap OAT (obat anti
tuberkulosis) secara meluas atau multi drug resistance (MDR).
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular.
Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering menyerang
orang-orang yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang bertubuh
lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama
penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak memiliki ventilasi
memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit TBC.
. Seperti yang dikatakan dalam buku Pedoman Nasional Penanggulangan TBC bahwa TBC
adalah merupakan suatu penyakit menular yang membutuhkan terapi jangka panjang
berkisar antara 6-12 bulan. Keadaan ini tentu saja membutuhkan kesabaran,
ketekunan dan kerja sama yang baik dan berkesinambungan antara pasien, keluarga
dan tim pelayanan kesehatan serta masyarakat mengingat banyak kejadian dimana
pasien menghentikan sendiri pengobatan karena kondisi sudah membaik padahal secara
klinis belum sembuh dari penyakit.
Melihat kenyataan di atas, perlunya penanganan serius bagi penderita TBC yang
melibatkan berbagai tenaga kesehatan. Asuhan keperawatan komprehensif sangatlah
penting dalam upaya pencegahan. Komplikasi lebih lanjut seperti: TBC perikarditis,
peritonitis yang dapat menimbulkan kematian akibat penyakit ini, oleh karena itu
besarlah peran perawat dalam mengatasi masalah ini yakni melalui: kegiatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Dengan latar belakang tersebut,
penulis merasa tertarik untuk menyusun materi tentang penyakit TBC ini.
BAB II
KONSEP PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU ( TBC )
TUJUAN INSTRUKSIONAL
UMUM
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, peserta didik mampu memberikan asuhan
keperawatan yang aman dan efektif bagi klien usia dewasa, yang mengalami gangguan
/ perubahan fungsi system pernapasan kususnya penyakit TBC dengan menerapkan teori
dan prinsip-prinsip perawatan pada klien usia dewasa.
KHUSUS
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, diharapkan peserta didik mampu memahami:
1. Pengertian TBC
2. Etiologi TBC
3. Anatomi dan Fisiologi TBC
4. Klasifikasi TBC
5. Patofisiologi dan Pathway TBC
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan TBC
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim
paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis. (Smeltzer &
Bare,2005)
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.(Price
& Wilson,2009)
B. ETIOLOGI
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan
digolongkan dalam basil tahan asam (BTA). (Suyono, et al 2008).
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi dan fisiologi paru – paru dapat dijelaskan sebagai berikut pada gambar 2.1
dibawah ini:
Gambar 2.1 Anatomi Paru-paru
(Sumber : Sylvia, Patofsiologi : Konsep klinis Proses-proses penyakit. EGC)
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbon dioksida sebagai
sisa dari oksidasi keluar dari tubuh, penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi.
Jadi di dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang di tarik dari
udara masuk ke dalam darah CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis . seterusnya
CO2 akan dikeluarkan melalui traktus respiratorus (jalan pernapasan) dan masuk
kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke sarambi
kiri jantung (atrium sinistra) ke aorta ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan
sel-sel), disini terjadi oksidasi (pembakaran) . Sebagian ampas (sisanya) dari
pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk
ke jantung (serambi kanan / atrium dextra) ke bilik kanan (ventrikel dextra) dan
dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya
dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli.
Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa
dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenetalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang
menuju paru-paru (sampai alveoli) pada laring terdapat epiglotis yang berguna
untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakea,
sedangkan sewaktu bernapas epiglotis terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk
ke dalam laring maka kita mendapat serangan batuk, untuk mencoba mengeluarkan
makanan tersebut dari laring.
Selain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-
debu, kotoran dan benda asing. Adanya benda asing / kotoran tersebut memberikan
rangsangan kepada selaput lendir dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin,
kadang terjadi batuk. akibatnya benda asing/kotoran tersebut bisa dikeluarkan
melalui hidung dan mulut. Dari kejadian tersebut diatas udara yang masuk ke dalam
alat-alat pernapasan benar-benar bersih. Berikut ini organ pernafasan pada
manusia:
1. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). didalamnya terdapat
bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, kotoran yang masuk ke dalam
lubang hidung.
Bagian luar hidung terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan
tulang rawan, lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung (konka nasalis) yang berjumlah tiga buah yaitu: konka
nasalis inferior, konka nasalis media dan konka nasalis superior.
Diantara konka ini terdapat tiga buah lekukan meatus yaitu meatus superior
(lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah) dan meatus inferior
( lekukan bagian bawah). Meatus-meatus ini lah yang dilewati oleh udara
pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang
ini disebut kona. dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke
atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang di sebut sinus
paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada
rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmoidalis
pada rongga tulang tapis.
Pada sinus etmoidalis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju konka
nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman sel tersebut terutama
terdapat di bagian atas. pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau
reseptor dari saraf penciuman (nerfus olfaktorius).
2. Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain: ke atas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana,
kedepan berhubungan dengan rongga mulut tempat hubungan ini bernama istmus
fausium, ke bawah terdapat dua lubang, kedepan lubang laring, ke belakang lubang
esophagus.
Di bawah selaput lendir jaringa ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel
getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Disebelahnya
terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat
epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di bagian depan faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorok itu dapat di
tutup oleh sebuah empeng tenggorok yang di sebut epiglotis yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi
laring.
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang di bentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku
kuda ( huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar
yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kea rah luar. panjang trakea 9 sampai 11
cm dan di belakang terdiri dari jaringn ikat yang dilapisi oleh otot polos.
sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-
sama dengan udara pernapasan. Yang meisahkan trakea menjadi bronkus kanan dan kiri
disebut karina.
5. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah
dan ke samping ke arah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih
besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6 sampai 8 cincin, mempunyai 3 cabang
bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12
cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil
disebut bronkiolus ( bronkioli). Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi, dan
pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli.
6. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah bagian tubuh yang sebagian besar teridiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli). gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaanya lebih kurang 90 m2. Pada
lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan
dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-
paru kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi menjadi dua: Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, lobus puimo
dektra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobules. paru-paru kiri, terdiri dari puimo sinistra lobus superior dan lobus
inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5
buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah
segemen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen
pada segmen inferior. Tiap – tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan –
belahan yang bernama lobules.
Diantara lobules yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobules terdapat
sebuah bronkiolus. Di dalam lobules bronkiolus bercabang-cabang banyak sekali,
cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap – tiap duktus alveolus berakhir
pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
Latak paru- paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru – paru dibungkus oleh selaput yang
disebut pleuara. Pleura dibagi menajadi: Pleura visceral yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru-paru dan, pleura parietal yaitu selaput yang melapisi
rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (cavum) yang
disebut cavum pleura. Pada keadaan normal kavum plura ini vakum (hampa udara)
sehingga paru-paru dapat kembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan
(eksudat), yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan
gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.
7. Pembuluh darah paru
Sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel kanan yang tebal dindingnya 1/3 dari
tebal ventrikel kiri. Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan
yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan
oleh kontraksi ventrikel kiri. Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah
yang langsung mengalir ke paru-paru dan aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini
adalah darah yang kaya oksigen dibandingkan dengan darah pulmonal yang relative
kekurangan oksigen. Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri.
Arteri pulmonalis membawa darah yang sedikit mengandung oksigen dari ventrikel
kanan ke paru-paru.
Cabang-cabang nya menyentuh saluran-saluran bronchial, sampai ke alveoli halus.
Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler, dan jaringn kapiler itu
menyentuh dinding alveoli (gelembung udara). Jadi darah dan udara hanya dipisahkan
oleh dinding kapiler. Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai
menjadi vena pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorok yang keluar melalui
tampuk paru-paru ke serambi jantung kiri (darah mengandung oksigen), sisa dari
vena pulmonalis ditentukan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang
mencapai vena cava inferior maka dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan
darah ganda.
Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di
dalamnya, kapasitas paru-paru dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi
sedalam-dalamnnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung pada bebrapa
hal: kondisi paru-paru, umur, sikap dan bentuk seseorang.
b) Kapasitas vital yaitu, jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal. Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak
kurang lebih 5 liter. Waktu ekspirasi, di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter
udara pada waktu kita bernapas bisasa. Udara yang masuk ke dalam paru-paru 2.600
cm3 (2,5 liter). Jumlah pernapasan dalam keadaan normal orang dewasa 16-18 kali/
menit. Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari
suatu penyakit, pernapasan bisa bertambah cepat dan sebaliknya.
8. Proses terjadinya pernapasan
Terdiri dalam dua bagian yaitu inspirasi dan ekspirasi. Bernapas berarti melakukan
inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus.
Bernapas merupakan gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Reflex
bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak dalam sumsum penyambung
(medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau
mempercepat napasnya, ini berarti bahwa reflex bernapas juga dibawah pengaruh
korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam
darah dan kekurangan dalam darah. Inspirasi terjadi bila mukulus diafragma telah
mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah mendapat rangsangan kemudian
mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarakan antara
sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar
maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di
dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi
cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada
menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau
pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaaan tekanan antara rongga pleura dan
paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu orang bernapas, rangka dada terbesar bergerak,
pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang
lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan.
Pernapasan perut. Jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini
dinamakan pernapasan perut. Jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka
ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, karena tulang rawannya
tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur
mengendap di dalamnya dan ini banyak ditemukan pada pria. (Syaifuddin, 2006).
D. PATOFISIOLOGI
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri
dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga
dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan bagian
tubuh lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan
banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil dan jaringan normal,
sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan
bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah
mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif. Granuloma diubah menjadi
massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan
(bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini
dapat mengalami kalsifikasi, memebentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman,
tanpa perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau respon inadekuat system imun, maupun karena infeksi ulang dan
aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan
seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan
penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak
mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut. (Smeltzer & Bare, 2005).
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan
klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberculosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :
a. TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain
positif)
b. TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain
meragukan)
(Suyono, et al 2008)
F. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan mungkin
tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.bila timbul infeksi
aktif klien biasanya memperlihatkan gejala :batuk purulen produktif disertai nyeri
dada, demam (biasanya pagi hari), malaise, keringat malam, gejala flu, batuk
darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan. (Corwin, 2005).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Darah : lekosit sedikit meninggi, LED meningkat
2. Sputum : BTA dilakukan untuk memperkuat diagnosa TB aktif dan memperkirakan
tingkat infeksinya, ini dilakukan selama dalam 3 hari berturut-turut. Pada BTA
positif ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman dalam satu sediaan, dengan
kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.
3. Tes tuberculin : tes ini dikatakan positif jika indurasi lebih dari 10 – 15 mm.
4. Rontgent : Foto thorak PA tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan
batas tidak jelas; pada kavitas berupa cincin; pada kalsifikasi tampak bercak
padat dengan densitas tinggi.
5. Broncografi : pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkus dan paru.
6. Pemeriksaan serologi : ELISA, Mycodot, untuk mendeteksi antibody IgG specific
terhadap basil TB.
7. Pemeriksaan PA : pemeriksaan biopsy pada kelenjar getah bening superficial
leher, yang biasanya didapatkan hasil limfadenitis pada klien TB. (Smeltzer &
Bare,2005)
H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah eradikasi cepat
M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Jenis dan dosis OAT :
a. Isoniazid (H)
Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek samping yang
mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi
ikterus, pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus
membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada
keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.
b. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten). Efek samping
rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam, trombositopenia. Rifampisin dapat
menyebabkan warna merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus
diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi cemas. Warna merah
tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya.
c. Pirazinamid (P)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana
asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis, atralgia.
d. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan
kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan
pendengaran.
e. Ethambutol (E)
Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau, maupun optic
neuritis.
2. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat jaringan paru
yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk
mengangkat polip granulomatosa tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru yang
rusak.
3. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis, mempertahankan
status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum susu yang telah dilakukan
pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan
pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.
4. Prioritas keperawatan TB
Mempertahankan oksigenasi adekuat, mencegah penyebaran infeksi, mendukung perilaku
mempertahankan kesehatan, meningkatkan strategi koping efektif, memberi informasi
tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.( Long, 2008)
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Penyakit TBC bias menular dan menyerang siapa saja.
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbon dioksida sebagai
sisa dari oksidasi keluar dari tubuh, penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi.
Proses respirasi dimulai dari hidung, faring, laring, trakea , bronkus dan paru-
paru. Paru-paru merupakan sebuah bagian tubuh yang sebagian besar teridiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli). gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel.
Proses terjadinya pernapasan terdiri dalam dua bagian yaitu inspirasi dan
ekspirasi. Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian,
teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak reflek yang terjadi
pada otot-otot pernapasan. Reflex bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang
terletak dalam sumsum penyambung (medulla oblongata).
Klasifikasi tuberculosis ada tiga yaitu: tuberkulosis paru, bekas tuberculosis
paru dan tuberkulosis paru tersangka. Tanda dan gejala penyakit TBC secara umum
adalah: batuk purulen produktif disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari),
malaise, keringat malam, gejala flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan
dan penurunan berat badan.
Tujuan pengobatan tuberkulosis adalah eradikasi cepat pada M. tuberculosis untuk
mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya komplikasi. Jenis dan dosis OAT
meliputi: Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (P), Streptomisin (S) dan
Ethambutol (E). Pembedahan dilakukan jika pengobatan tidak berhasil.
Pencegahan yaitu dengan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil
tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum
susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat
bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang penyakit TBC!
2. Sebutkan tanda dan gejala penyakit TBC
3. Sebutkan klasifikasi TBC
4. Sebutkan pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan pada pasien TBC
5. Jelaskan proses pernafasan yang terjadi pada tubuh kita
6. Sebutkan jenis obat yang digunakan pada pengobatan TBC
1. Long, B.C. 2008. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process
approach. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran. (Buku asli
diterbitkan tahun 1989)
2. Price, S.A. & Wilson, L.M. 2007.Pathophysiology: Clinical concept of disease
processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC.
3. Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R..2009. Medical – surgical nursing. Alih
bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika. (Buku asli diterbitkan tahun 1999).
4. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2005. Brunner and Suddarth’s textbook of medical–
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC. (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)
5. Suyono, S, et al. 2008. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TBC
TUJUAN INSTRUKSIONAL
UMUM
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, peserta didik mampu memberikan pelayanan
praktik asuhan keperawatan yang komprehensip pada pasien usia dewasa, yang
mengalami gangguan / perubahan fungsi system pernapasan kususnya penyakit TBC
dengan menerapkan teori dan prinsip -prinsip perawatan pada klien usia dewasa.
KHUSUS
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini , diharapkan peserta didik mampu memberikan
asuhan keperawatan yang meliputi kegiatan :
1. Pengkajian keperawatan
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan meliputi:
1. Aktifitas/istirahat
Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, sulit tidur atau demam pada malam
hari, menggigil, berkeringat.
Takikardia, takipnea/dispnea, kelelahan otot, nyeri, sesak(tahap lanjut).
2. Integritas ego
Stress lama, perasaan tidak berdaya/ tidak ada harapan.
Menyangkal (pada tahap dini), ansietas, ketakutan.
3. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat badan.
Turgor kulit buruk, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
4. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada karena batuk berulang.
Perilaku distraksi, berhati-hati pada area sakit, gelisah.
5. Pernafasan
Batuk (produktif/tidak produktif), nafas pendek.
Peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan paru tidak simetri, perkusi paru
pekak dan penurunan fremitus, deviasi tracheal.
6. Keamanan
Adanya kondisi penekanan imun, demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi social
Perasaan isolasi/penolakan, perubahan peran.
(Doengoes, 2007)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain b.d
virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan pathogen.
2. Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret kental, upaya batuk buruk.
3. Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar kapiler,
penurunan permukaan efektif paru.
4. Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
5. Hiperthermia b.d proses peradangan.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan penyakit
b.d kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
(Doengoes, 2007)
C. INTERVENSI
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain b.d
virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan pathogen.
Tujuan : klien dapat mengidentifikasi tindakan untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi.
Kriteria hasil : klien menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang aman.
Intervensi :
a. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infekasi melalui droplet
b. Identifikasi orag lain yang beresiko (anggota keluarga/teman)
c. Anjurkan klien untuk batuk / bersin pada tisu dan menghindari meludah
d. Lakukan tindakan isolasi sebagai pencegahan
e. Pertahankan teknik aseptic saat melakukan tindakan perawatan
f. Kaji adanya tanda-tanda klinis proses infeksi
g. Identifikasi adanya factor resiko terjadinya infeksi ulang
h. Beritahu klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan yang tuntas
i. Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis
2. Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret kental, upaya batuk buruk.
Tujuan : mempertahankan jalan nafas adekuat
Kriteria hasil : klien dapat mengeluarkan secret tanpa bantuan, menunjukkan
perilaku memperbaiki bersihan jalan nafas
Intervensi :
a. Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan irama, kedalaman, penggunaan
otot aksesori
b. Kaji kemempuan klien untuk mengeluarkan sputum/batuk efektif
c. Berikan posissi semi atau fowler tinggi
d. Bantu klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif
e. Bersihkan secret dari mulut/trachea, lakukan penghisapan jika perlu
f. Pertahankan asupan cairan 2500 ml per hari
g. Kolaborasi pemberian obat agen mukolitik, bronkodilator
3. Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar kapiler,
penurunan permukaan efektif paru.
Tujuan : klien tidak menunjukkan gejala distress pernafasan
Kriteria hasil : rentang AGD dalam batas normal, tidak ada dispnea
Intervensi :
a. Kaji dispnea, takipnea, peningkatan upaya bernafas, terbatasnya ekspansi dada
dan kelemahan
b. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, perubahan warna kulit
c. Tingkatkan tirah baring/batasi aktifitas, bantu ADL
d. Kolaborasi pemberian oksigen dan pengawasan AGD
4. Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
Tujuan : klien bebas dari tanda malnutrisi
Kriteria hasil : BB naik,
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi, turgor kulit, integritas mukosa oral, berat badan dan
kekurangan BB, kemampuan menelan, riwayat mual, muntah, diare
b. Pastikan pola diet yang disukai atau tidak disukai klien
c. Berikan diit tinggi protein dan karbohidrat dalam porsi kecil tetapi sering
d. Awasi masukan/pengeluaran dan perubahan BB secara periodik
e. Berikan perawatan mulut setiap hari
f. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan kesukaan klien, kecuali
kontraindikasi
g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
5. Hiperthermia b.d proses peradangan.
Tujuan : mempertahankan suhu tubuh normal
Intervensi :
a. Pantau suhu tubuh klien, perhatikan menggigil/diaforesis
b. Pantau suhu lingkungan dan ventilasi
c. Batasi penggunan pakaian atau linen tebal
d. Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol
e. Anjurkan untuk mempertahankan masukan cairan adekuat untuk mencegah dehidrasi
f. Kolaborasi pemberian antipiretik
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan penyakit
b.d kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
Tujuan : klien memahami proses penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria hasil : klien melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien untuk belajar, tingkat partisipasi
b. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan klien ke perawat (hemoptisis, nyeri
dada, demam, sulit bernafas)
c. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus untuk klien (jadwal obat)
d. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, efek samping dan alasan pengobatan
lama
e. Anjurkan klien untuk tidak merokok dan minum alcohol
f. Berikan inforamasi mengenai proses penyakit, prognosis, cara pencegahan dan
penularan ( Carpenito, 2000 )
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pernafasan meliputi kegiatan:
1. Pengkajian system pernafasan
2. Penentuan diagnose keperawatan
3. Perencanaan keperawatan
Kasus :
Bp. B usia 54 tahun datang ke klinik kesehatan dengan keluhan sesak nafas, batuk
berdahak dan disertai darah, pasien juga mengeluh pusing, sering batuk pada malam
hari kurang lebih sudah satu bulan, pasien mengatakan tidak nafsu makan dan berat
badanya turun drastis 6 kg dalam satu bulan. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan
TD : 110/80 mmHg, Nadi: 80 x/mnt, S: 38 derajat Celsius, dan RR : 28x/mnt.
Perintah:
Berdasarkan kasus tersebut diatas buatlah asuhan keperawatan pada Bp. B dengan
TBC!
Carpenito,L.J.2000. Handbook of Nursing Diagnosis 8th Edition. (Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Edisi 8).Alih bahasa : Monica Ester,Skp.Jakarta : EGC.
Doengoes, M.E. 2007. Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans:
Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M.
Jakarta: EGC.
Engram,B. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan medical bedah. Vol 1. EGC. Jakarta.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Semakin tahun derajat kesehatan masyarakat dituntut untuk selalu meningkat, namun
kondisi kenyataan yang ada saat ini tidak seperti yang diharapkan, penyakit TBC
masih menyerang masyarakat kalangan ekonomi menengah kebawah. Penyakit TBC
merupakan penyakit yang menular sehingga penyakit ini menjadi prioritas penanganan
bagi tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonsia. Buku ini penting dimiliki oleh tenaga kesehatan baik mahasiswa
keperawatan, dosen maupun perawat yang bekerja dipelayanan kesehatan.
SARAN
Buku ini jauh dari sempurna, penulis selalu mencoba memperbaiki kuantitas dan
kualitas isi buku, untuk itu penulis membuka saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan buku ini.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,L.J.2000. Handbook of Nursing Diagnosis 8th Edition. (Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Edisi 8).Alih bahasa : Monica Ester,Skp.Jakarta : EGC.
Corwin, E.J. 2005. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U.
Jakarta: EGC.
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C.2007. Nursing care plans:
Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M.
Jakarta: EGC.
Engram,B. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan medical bedah. Vol 1. EGC. Jakarta
Long, B.C. 2008. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process
approach. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran.
Price, S.A. & Wilson, L.M. 2007.Pathophysiology: Clinical concept of disease
processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC.
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R 2009. Medical – surgical nursing. Alih bahasa
: Setyono, J. Jakart Salemba Medika.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2005. Brunner and Suddarth’s textbook of medical–
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC.
Suyono, S, et al. 2008. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
.
GLOSARIUM
Anatomi: ilmu yang membahas tentang bentuk organ
Alveolus: tempat pertukaran udara didalam paru – paru
Bronchus: cabang tenggorokan merupakan cabang dari trakhea
Bronchografi: pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkus dan paru BTA:
bakteri tahan asam
Diagnosa keperawatan: masalah pasien dalam keperawatan
Etiologi : penyebab terjadinya uatu penyakit dalam hal ini TBC
Epitel: jaringan paling atas
Endotel : jaringan paling dalam
Faring tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat di
dasar tengkorak
Fisiologi: Ilmu yang membahas tentang fungsi tubuh
Gram positif : jenis bakteri an aerob
Intervensi : perencanaan dalam pemberian asuhan keperawatan
Klasifikasi: pengelompokan penyakit TBC
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak
di bagian depan faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam
trakea di bawahnya
Morbiditas: angka kelahiran
Mortilitas: angka kematian
Mycobacterium tuberculosis : bakteri penyebab penyakit TBC termasuk dalam jenis
bakteri gram positif yang bias hidup dan berkembang didalam paru
Paru – paru: organ pada dada untuk melakukan respirai
Patofisiologi : Alur proses terjadinya suatu penyakit
Pemeriksaan serologi: pemeriksaan darah lengkap yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan
Pengkajian keperawatan:upaya wawancara pada pasien untuk mendapatkan data maslah
pasien sebagai acuan dalam memberikan pelayanan pada pasien
Rontgen: pemeriksaan paru dengan cara foto pada paru
Sputum : dahak yang dihasilkan dari saluran nafas
Tes tuberculin: suatu tes yang dilakukan untuk mengetahui seseorang menderita TBC
atau tidak dilakukan injeksi secara intracutan
Trachea: batang tenggorokan merupakan saluran nafas atas
.
INDEKS

A
Asuhan keperawatan 21
Anatomi dan fisiologi 5
B
Bakteri 5
Broncografi 14
D
Diagnosa keperawatan 22
E
Etiologi 5
Ethambuthol 16
F
Faring 8
H
Hidung 8
I
Intervensi keperawatan 22
Izoniazid 23
Imunisasi BCG 20
K
Klasifikasi 13
Komplikasi 14
M
Manifestasi Klinis 14
Morbiditas 1
Mortilitas 1
P
Patofisiologi 13
Paru – paru 12
Pembuluh darah paru 13
Pemeriksaan fisik 21
Penatalaksanaan 19
Pengobatan 19
Pengkajian keperawatan 21
Pemeriksaam penunjang 14
Pemeriksaan serologi 14
Pirazinamid 15
R
Rontgen 14
Rifampisin 15
S
Streptomicin 15
Sputum 14
T
Tubercolusis 5
Trachea 9
Tes tuberculin 14

https://sitinur80.wordpress.com/2016/02/17/buku-ajar-penyakit-tbc/

Anda mungkin juga menyukai