“Toksisitas Sianida”
Disusun Oleh:
Suci Nursita (18330001)
Amma makhdoroh (18330008)
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan tugas makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
keilmuan bagi siapapun yang membacanya, Demikianlah maklah ini disusun sebagai tugas
UAS pada mata kuiah Toksikologi. Kami selaku penyusun makalah ini memohon saran dan
kritik yang membangun kepada para membaca,utamanya dosen terkait dengan materi
makalah ini untuk penyempurnaan penyusunan makalah berikutnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi sianida?
2. Bagaimana klasifikasi sianida?
3. Bagaimana mekanisme Toksisitas sianida?
4. Bagaimana toksikokinetik dan toksikodinamik sianida?
5. Bagaimana penatalaksanaan toksisitas sianida?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami Definisi sianida
2. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi sianida
3. Untuk mengetahui dan memahami mekanisme toksisitas sianida
4. Untuk mengetahui dan memahami toksikokinetik dan toksikodinamik sianida
5. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan toksisitas sianida
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bila kita membuka botol wadah yang berisi KCNdi dalam laboratorium kita akan
membau gas HCN dengan contoh reaksi seperti di atas tersebut. Adanya air disekitar
ruangan tidak cepat membentuk HCN, kecuali bila kita menghirup udara di sekitar
ruangan tersebut, sehingga reaksi pembentukan gas HCN akan terjadi.
Hubungan antara Konsentrasi HCN di Udara dengan Efek Bila Seseorang
Menghirup Gas Tersebut
3
Konsentrasi Efek
300 Kematian dengan cepat
200 Mati dalam waktu 10 menit
150 Mati setelah 30 menit
120-150 Sangat berbahay (fatal) setelah 30-60 menit
50-60 Dapat bertahan selama 20 menit- 1 jam
tanpa pengaruh
20-40 Gejala ringan setelah beberapa jam
Keracunan sianida akut merupakan kasus yang paling sering dilaporkan sendiri (70%
dalam 1 seri) (Ferryal, 2006). Gejala yang ditimbulkan oleh keracunan zat kimia sianida
bermacam-macam; mulai dari rasa nyeri pada kepala, mual muntah, sesak nafas, dada
berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak sadar dan apabila tidak segera ditangani
dengan baik akan mengakibatkan kematian. Penatalaksaan dari korban keracunan ini harus
cepat, karena prognosis dari terapi yang diberikan juga sangat tergantung dari lamanya
kontak dengan zat toksik tersebut (Harry, 2006). Dalam pemeriksaan forensik, diagnosis
keracunan sianida pada orang hidup terutama tergantung dari riwayat kontak dengan racun
sianida atau yang dicurigai sumber racun sianida dan gejala serta tanda yang
diperlihatkan pasien. Sementara pada postmortem pembuktiannya melalui pemeriksaan dari
jaringan-jaringan yang dilalui oleh sianida sesuai dengan rute masuknya ke dalam tubuh
(Idries, 1997).
4
berbentuk CN‒ (Kyle 1988). Reaksi antara ion sianida dan air ditunjukkan oleh dalam
reaksi di bawah ini (Smith and Mudder 1991):
Bentuk sianida sederhana biasanya digunakan dalam leaching emas. Sianida sederhana
dapat larut dalam air dan terionisasi secara cepat dan sempurna menghasilkan sianida
bebas dan ion logam (Kyle 1988, Smith and Mudder 1991)
3. Kompleks sianida
Kompleks sianida termasuk kompleks dengan logam kadmium, tembaga, nikel, perak,
dan seng (Smith and Mudder 1991). Kompleks sianida ketika terlarut menghasilkan HCN
dalam jumlah yang sedikit atau bahkan tidak sama sekali (Kyle 1988) tergantung pada
stabilitas kompleks tersebut. Kestabilan kompleks sianida bervariasi danbergantung pada
logam pusat (Smith and Mudder 1991). Kompleks lemah seperti kompleks dengan
sianida dengan seng dan kadmium mudah terurai menjadi sianida bebas. Kompleks
sedang lebih sulit terurai dibanding kompleks lemah dan meliputi kompleks sianida
dengan tembaga, nikel, dan perak. Sedangkan kompleks kuat seperti kompleks sianida
dengan emas, besi, dan kobalt cenderung sukar terurai menghasilkan sianida bebas.
Yang tergolong senyawa turunan sianida adalah SCN‒ (tiosianat), CNO‒ , dan NH3
(amonia) yang biasanya dihasilkan dari sianidasi, degradasi alami dan pengolahan limbah
mengandung sianida (Smith and Mudder 1991).
2.3 Mekanisme Toksisitas Sianida
5
Masuknya sianida ke dalam tubuh tidak hanya melewati saluran pencernaan
tetapi dapat juga melalui saluran pernafasan, kulit dan mata. Yang dapat menyebabkan
keracunan tidak hanya sianida secara langsung tetapi dapat pula bentuk asam dan garamnya,
seperti asam hidrosianik sekitar 2,500 –5 ,000 mg.min/m3 dan sianogen klorida sekitar
11,000 mg.min/m3.
Jika sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil maka sianida
akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan melalui urin. Selain itu,
sianida akan berikatan dengan vitamin B12. Tetapi bila jumlah sianida yang masuk ke dalam
tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidakakan mampu untuk mengubah sianida menjadi
tiosianat maupun mengikatnya dengan vitamin B12.
Ketika kita kontak dengan racun, maka kita disebut terpejani racun. Efekdari suatu
pemejanan, sebagian tergantung pada berapa lama kontak dan berapa banyak racun yang
masuk dalam tubuh, sebagian lagi tergantung pada berapa banyak racun dalam tubuh
yang dapat dikeluarkan. Selama waktu tertentupemejanan dapat terjadi hanya sekali atau
beberapa kali. Pada dasarnya setelah zat beracun masuk kedalam tubuh, suatu ketika dapat
terdistribusi kedalam cairan ekstrasel dan intrasel. Berdasarkan atas sifat dan tempat
kejadiannya, mekanisme aksi toksik zat kimia dibagi menjadi dua, yakni mekanisme luka
intrasel dan ekstrasel. Setelah diketahui kadar sianida yang masuk ketubuh dalam dosis besar,
maka sianida menjadi toksik. Sianida menjadi toksik bila berikatan dengan trifalen Fe. Tubuh
yang mempunya lebih dari 40 sistem enzim dilaporkan menjadi inaktif oleh sianida. Yang
paling nyata dari hal tersebut ialah non aktif dari dari sistem enzim sitokrom oksidase yang
terdiri dari sitokrom a-a3 komplek dan sistem transport elektron. Jika sianida mengikat enzim
komplek tersebut, transport elektron akan terhambat yaitu transport elektron dari sitokrom a3
ke molekul oksigen di blok. Sebagai akibatnya akan menurunkan penggunaan oksigen oleh
sel dan mengikut racun PO2.
Sianida dapat menimbulkan gangguan fisiologik yang sama dengan kekurangan
oksigen dari semua kofaktor dalam sitorom dalam siklus respirasi. Sebagai akibat tidak
terbentuknya kembali ATP selama proses itu masih bergantung pada sitokrom oksidase
yang merupakan tahap akhir dari proses phoporilasi oksidatif. Selama siklus metabolisme
masih bergantung pada sistem transport elektron, sel tidak mampu menggunakan oksigen
sehingga menyebabkan penurunan respirasi serobik dari sel. Hal tersebut menyebabkan
6
histotoksik seluler hipoksia. Bila hal ini terjadi jumlah oksigen yang mencapai jaringan
normal tetapi sel tidak mampu menggunakannya. Hal ini berbeda dengan keracunan CO
dimana terjadinya jaringan hipoksia karena kekurangan jumlah oksigen yang masuk. Jadi
kesimpulannya adalah penderita keracunansianida disebabkan oleh ketidakmampuan
jaringan menggunakan oksigen tersebut.
7
paparan sianida pada pasien. Pada prinsipnya manajemen terapi keracunan sianida bisa
mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi disesuaikan dengan jalur paparan, secara umum bisa dikategorikan
sebagai berikut:
- Inhalasi: pindahkan pasien ke lokasi yang bebas dari asap paparan dan tanggalkan
pakaian pasien.
- Mata dan kulit: tanggalkan pakaian yang terkontaminasi, cuci kulit yang terpapar
dengan sabun dan atau air, irigasi mata yang terpapar dengan air atau salin, lepaskan
lensa kontak
- Saluran pencernaan: jangan menginduksi emesis, arang aktif bisa diberikan bila
pasien dalam keadaan sadar dan masih dalam waktu 1 jam sejak terpapar sianida.
Isolat emesis bisa diberikan untuk membantu pengeluaran hidrogen sianida.
2. Bantuan hidup dasar dan bantuan pertama pada penyakit jantung (Basic Life Support
(BLS)/Advanced Cardiac Life Support (ACLS).
Menurut American Hearth Association Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini
dapat disingkat dengan teknik ABC yaitu airway (membebaskan jalan nafas), breathing
(memberikan nafas buatan), dan circulation (pijat jantung pada kondisi syok). Namun,
pada tahun 2010 tindakan BLS diubah menjadi CAB (circulation, breathing, airway).
Tujuan utama dari BLS adalah untuk melindungi otak dari kerusakan yang ireversibel
akibat hipoksia, karena peredaran darah akan berhenti selama 3-4 menit.
Pada kasus keracunan sianida di mana terjadi penurunan utilisasi, pemberian
oksigen 100% pada pasien dengan masker nonrebreather atau tube endotrakeal bisa
membantu. Hal ini bisa membantu efektifitas penggunaan antidot dengan mekanisme
kompetisi dengan sianida ke sisi ikatan sitokrom oksidase.
3. Terapi antidote
Salah satu kunci keberhasilan terapi keracunan sianida adalah penggunaan antidot
sesegera mungkin dengan pengalaman empiris tanpa harus mengetahui kondisi kesehatan
detail pasien terlebih dahulu. Di Amerika adadua antidot yang telah disetujui oleh FDA
yaitu kit antidot sianida yang sudah digunakan selama puluhan tahun serta
hidroxokobalamin yang disetujui pada tahun 2006. Kit antidot sianida merupakan
8
kombinasi dari 3 jenis antidot yang bekerja sinergis (amyl nitrite, sodium nitrite, dan
sodium thiosulfate). Dalam tabel berikut bisa dilihat perbedaan mekanisme aksi dan dosis
penggunaan ke dua macam antidot tersebut.
Tabel 1. Perbedaan mekanisme aksi dan dosis penggunaan kit antidot sianida dan hidroxokobalamin
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan yang telah digunakan sejak ribuan
tahun yang lalu.Bentuk lain sianida ialah sodium sianida dan potassium sianida
yang berbentuk serbuk dan berwarna putih (WHO, 2004). Dalam pemeriksaan
forensik, diagnosis keracunan sianida pada orang hidup terutama tergantung dari
riwayat kontak dengan racun sianida atau yang dicurigai sumber racun sianida dan
gejala serta tanda yang diperlihatkan pasien.
2. Sianida di alam dapat diklasifikasikan sebagai:
a. Sianida bebas
Sianida bebas adalah penentu ketoksikan senyawa sianida yang dapat
didefinisikan sebagai bentuk molekul (HCN) dan ion (CN‒) dari sianida yang
dibebaskan melalui proses pelarutan dan disosiasi senyawa sianida (Smith and
Mudder 1991).
b. Sianida Sederhana
Sianida sederhana dapat didefinisikan sebagai garam-garam anorganik sebagai
hasil persenyawaan sianida dengan natrium, kalium, kalsium, dan magnesium
(Kjeldsen 1999, Kyle 1988). Sianida sederhana dapat juga didefinisikan sebagai
garam dari HCN yang terlarut dalam larutan menghasilkan kation alkali bebas dan
anion sianida (Smith and Mudder 1991): NaCN ↔ Na+ + CN‒ Ca(CN)2 ↔ Ca2+
+ 2 CN‒ Bentuk sianida sederhana biasanya digunakan dalam leaching
emas.Sianida sederhana dapat larut dalam air dan terionisasi secara cepat dan
sempurna menghasilkan sianida bebas dan ion logam (Kyle 1988, Smith and
Mudder 1991)
c. Kompleks sianida
Kompleks lemah seperti kompleks dengan sianida dengan seng dan kadmium
mudah terurai menjadi sianida bebas.
3. Mekanisme toksisitas sianida Jika sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam
jumlah yang kecil maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan
10
diekskresikan melalui urin.Tetapi bila jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh
dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu untuk mengubah sianida menjadi
tiosianat maupun mengikatnya dengan vitamin B12.Efek dari suatu pemejanan,
sebagian tergantung pada berapa lama kontak dan berapa banyak racun yang masuk
dalam tubuh, sebagian lagi tergantung pada berapa banyak racun dalam tubuh
yang dapat dikeluarkan.Yang paling nyata dari hal tersebut ialah non aktif dari dari
sistem enzim sitokrom oksidase yang terdiri dari sitokrom a-a3 komplek dan sistem
transport elektron.
4. Tokasikokinetik dan toksikodinamik sianida, Dalam darah sianida akan terkonsentrasi
pada sel darah merah dan sedikit di plasma maka dari itu konsentrasi sianida plasma
menggambarkan konsentrasi sianida jaringan Dalam tubuh sianida akan cepat
bereaksi membentuk hydrogen sianida yang mempunyai afinitas kuat terhadap gugus
Fe dari sitokrom a3 atau yang lebih di kenal dengan sitokroom c oksidase, oksidase
terminal, pada rantai transfer electron. Pembentukan ikatan sitokrom c oksidase – CN
yang stabi;l pada mitokondria akan menghambat transfer oksigen dan menghentikan
respirasi selular yang menyebabkan hipoksia sitotoksik.
5. Penatalaksanaan toksisitas sianida, Penanganan pasien keracunan sianida
membutuhkan penegakan diagnosis yang cepat dan tepat, selain itu diperlukan
keputusan klinis yang cepat untuk mengurangi risiko morbiditas dan mortilitas pada
pasien. Tingkat risiko pasien sangat dipengaruhi oleh dosis dan durasi paparan sianida
pada pasien
3.2 Saran
Setelah mengetahui bahaya sianida sebaiknya kita menjauhi sumber-sumber yang dapat
menyebabkan keracunan sianida dan menjauhi penyalahgunaan sianida sebagai tindak
kejahatan. Diharapkan pembaca mencari sumber referensi yang lebih banyak untuk
menambah pengetahuan danwawasan mengenai sianida
11
\
DAFTAR PUSTAKA
Cahyawati, Putu Nita, dkk. 2017 Keracunan Akut Sianida. Wicaksana Jurnal lingkungan dan
pembangunan. vol 1.No 1:80-87
Libertus Tintus H. Skripsi, Dosis Efektif Kombinasi Natrium Tiosulfat dan Natrium Nitrit
sebagai Antidot Keracunan Sianida Akut pada Mencit Jantan Galur Swiss. Yogyakarta.
Yuningsih. 2012. Keracunan Sianida pada Hewan dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Litbang
Pertanian, 31(1).
Pito .M.M,2015,Sianida: Klasifikasi, Toksisitas, Degradasi, Analisis (Studi Pustaka).Manado,
Indonesia
Leybell, Inna. 2018. Cyanide Toxicity Clinical Presentation.
12