INTOKSIKASI SIANIDA
PERIODE
22 November 2021 – 19 Desember 2021
Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. Etty Kurnia, SpF
LABORATORIUM/SMF FORENSIK
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
INTOKSIKASI SIANIDA
PERIODE
22 November 2021 – 19 Desember 2021
Disusun oleh:
Menyetujui
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3
2.1 Definisi..........................................................................................................................3
2.2 Etiologi dan Epidemiologi..............................................................................................4
2.3 Asal Paparan..................................................................................................................5
2.4 Patomekanisme.............................................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis..........................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan kedokteran forensik...............................................................................10
2.8 Diagnosis.....................................................................................................................13
2.9 Tatalaksana.................................................................................................................14
2.10 Prognosis...................................................................................................................16
2.11 Komplikasi.................................................................................................................16
BAB III KESIMPULAN................................................................................................17
BAB IV LAPORAN KASUS..........................................................................................18
PRO YUSTISIA....................................................................................................................22
VISUM ET REPERTUM..............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................24
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Perubahan warna merah muda pucat pada bagian Trachea…………….12
Gambar 4.3 . Perubahan warna merah muda cerah pada permukaan paru dan
parenkim serta mukosa bronkus…………………………………………………………….20
Gambar 4.4 Perubahan warna merah muda cerah pada perikardium.........................20
Gambar 4.5 Perubahan warna merah muda cerah pada ureter dan vena..................20
Gambar 4.6 Transanal Hemorrhoidal Dearterialization...............................................30
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kadar Gas dalam udara lingkuangan dan lama inhalasi terhadap kecepatan
timbulnya gejala ……………………………………………………………………7
v
DAFTAR SINGKATAN
CN : Sianida
met-Hb : met-Hemoglobin
vi
BAB I
PENDAHULUAN
digunakan sebagai alat untuk pembunuhan massal, upaya bunuh diri, dan sebagai
senjata perang. Pada tahun 1978, terdapat minumah rasa buah dimana minuman
tersebut mengandung potassium sianida dan menjadi salah satu agen penyebab
bunuhh diri massal para anggota People’s Temple di Jonestown, Guyana. Selama
perang Dunia II, para Nazi menggunankan sianida sebagai agen genosida dalam
kamar gas. Terdapat laporan tahunan yang dilaporkan oleh National Poison Data
System dan American Association of Poison Control Centers, dimana selama tahun
2007 terdapat 247 kasus paparan kimia sianida di Amerika Serikat. Jumlah kasus
tersebut yang dilaporkan dianggap relative kecil karena masih banyak kematian yang
sering tidak dilaporkan. Meskipun demikian, jumlah kasus yang kecil ini tidak
memberikan intervensi secara cepat pada kasus keracunan sianida (Culnan, 2018)
(Parker-Cote,2018).
1
1. Untuk memahami definisi dari intoksikasi sianida
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Keracunan sianida adalah kondisi saat seseorang secara tanpa sengaja maupun
sengaja menghirup atau menelan sianida, yang berakibat pada munculnya keluhan sulit
bernapas, kejang, hilang kesadaran, atau henti jantung. Tanda dan gejala tersebut bisa
memburuk dalam waktu yang cepat, dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sianida
atau (CN) merupakan racun yang sangat toksik. Sianida adalah senyawa kimia dari
kelpmpok Siano, yang terdiri dari 3 buah atom karbon yang berikatan dengan nitrogen
(C=N), dan dikombinasi dengan unsur-unsur lain seperti kalium atau hydrogen. Kata
“sianida” sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti “biru” yang mengacu pada
hydrogen sianida yang disebit Blausaure (blue acid). Pada takaran kecil saja, garam
sianida sudah mampu untuk menimbulkan kematian pada seseorang dengan sangat
cepat. Sianida telah lama digunakan, yaitu semenjak ribuan tahun yang lalu, bahkan
banyak digunakan pada saat perang dunia pertama. Efek yang ditimbulkan oleh
sianida sangat cepat, dimana dapat menimbulkan kematian dalam hitungan menit saja.
Terdapat banyak bentuk sianida. Sianida dapat terbentuk secara alami maupun dibuat
oleh manusia dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan cepat.
Hidrogen sianida (HCN) merupakan cairan jernih bersifat asam; dapat larut
dalam air, alcohol dan eter; mudah menguap pada suhu ruangan, mudah terbakar dan
memiliki titik beku yaitu 14C. Dalam bentuk cairan HCN dikenal sebagai asam prussit
3
atau asam hidrosianik, dimana cairan ini tidak berwarna. HCN memiliki aroma khas
yaitu seperti bau almond yang pahit. HCN digunakan pada sintesis kimia dan fumigasi
Gudang-gudang kapal untuk membunuh tikus, dimana dapat dibuat dengan jalan
Bentuk lainnya ialah garam sianida atau Kalium sianida (KCN) digunakan pada
proses pengerasan besi serta baja, pada proses penyepuhan emas dan perak serta
pada fotografi dan Ca-Cyanimida sebagai pupuk penyubur. Kalium sianida berbentuk
Sianida dalam dosis rendah juga bisa didapatkan dari biji tumbuh-tumbuhan
terutami dari bijin-bijian gang berasal dari genus prunus yang memiliki kandungan
glikosida sianogenetik atau amigladin; seperti singkong liar, umbi-umbian liar, dan ceri
liar. Sianida juga dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang.
mulai dari nyeri kepala, mual, muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat
hingga tidak sadarkan diri, dan apabila tidak dengan segera ditangan dengan baik
prognosi dari terapi yang diberikan sangat bergantung dari lamanya kontak dengan zat
ini.
struktur alam paparan industry, paparan medis seperti natrium nitroprusida, dan
sianida ialah kebakaran domestik. Sianida juga digunakan dalam sejumlah aplikasi
industry seperti produksi cedera electroplating, fotografi, pembuatan plastic dan karet,
dan pestisida. Sodium nitroprusside, obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi
4
darurat, megandung lima kelompok sianida per-molekul. Tingkat racun sianida
pada manusia dari tahun 1993-2000. Dari jumlah tersebut, hanya 2,5% yang berakibat
fatal. Api merupakan sumber paparan sianida yang paling umum di negara-negara
industry seperti Amerika Serikat. Sekitar 35% dari semua korban kebakaran akan
memiliki tingkat racun sianida dalam darah mereka pada presentasi untuk perawatan
medis. Terdapat laporan tahunan yang dilaporkan oleh National Poison Data System
dan American Association of Poison Control Centers, dimana selama tahun 2007
terdapat 247 kasus paparan kimia sianida di Amerika Serikat (Giebułtowicz, 2017)
(Hamad, 2016).
seperti plastic pasti akan melepaskan sianida. Rokok juga memiliki kandungan sianida,
para perokok pasif ditemukan sekitar 0,06µg/mL sianida dalam darah, sedangkan pada
perokok aktif ditemukan sekitar 0,17µg/mL sianida dalam darah. Hidrogen sianida
sangat mudah diabsorbsi oleh paru, gejala keracunan dapat timbul dalam hitungan
detik hingga menit. Ambang batas minimal HCN diudara ialah sekitar 2-10 ppm (part
per million), tetapi angka ini belum dapat memastikan konsentrasi sianida yang
berbahaya bagi lingkungan sekitarnya. Selain itu, bisa juga terjadi gangguan pada
saraf-saraf sensoris pernafasan juga sangat terganggu. Berat jenis HCN lebih ringan
dari udara. Anak-anak yang terpapar HCN dengan kadar sama seperti orang dewasa
5
Paparan HCN dapat menimbulkan iritasi pada mata dan kulit. Muncul segera
disebabkan kecelakaan pada saat bekerja sehingga cairan sianida kontak dengan kulit
Sebagian keracunan terjadi melalui jalur ini. Anak-anak sering menelan racun
secara tidak sengaja dan orang dewasa kadang bunuh diri dengan cara menelan
racun. Saat racun tertelan dan mulai mencapai lambung, racun dapat melewati dinding
usus dan masuk kedalam pembuluh darah, semakin lama racun tinggal didalam usus
maka jumlah yang masuk ke pembuluh darah juga semakin besar dan keracunan yang
terjadi semakin parah. Apabila HCN tertelan, tidak perlu melakukan rangsangan untuk
muntah pada korban, dikarenakan sianida sangat cepat berdifusi dengan jaringan
2.4 Patomekanisme
Ketika seseorang terpapar racun sianida secara inhalasi, kulit, maupun oral,
baik sianida yang terbuang dari sisa pembakaran plastic yang mengandung karbon
dan nitrogen, ataupun sianida yang terlepas dari asap rokok, maka sianida tersebut
akan cepat diabsorbsi oleh tubuh. Sianida cepat diabsorbsi nelalui saluran
pencernaan, cyanogen dan uap HCN diabsorbsi melalui pernapasan HCN cair akan
diabsorbsi melalui kulit tetapi gas HCN lambat, namun pada nitril organic
sianida akan masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai CN bebas dan tidak dapat
enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal, terutama sitokrom oksidase dengan
6
mengikat bagian ferric heme group dari oksigen yang dibawa oleh darah. Selain itu
sianida juga secara reflex merangsang pernapasan dengan bekerja pada ujung saraf
Maka dengan begitu proses oksidasi- reduksi dalam sel tidak dapat
berlangsung dan oksi-Hb tidak dapat berlangsung dan oksi-HB tidak dapat berdisosiasi
Sianida dioksida dalam tubuh menjadi sianat dan sulfosianat dan dikeluarkan
dari tubuh melalui urin. Takaran toksin peroral untuk HCN ialah 60-90 mg sedangkan
takaran toksik untuk KCN ialah 200 mg. Kadar gas sianida dalam udara lingkungan
dan lama inhalasi akan menentukan kecepatan timbul gejala dan kematian
jam
100 ppm Sangat berbahaya dalam 1 jam
Tabel 2.1. Kadar Gas dalam udara lingkuangan dan lama inhalasi terhadap kecepatan timbulnya
gejala
7
Pada pemeriksaan fisik setelah kematian akan ditemukan adanya lebam mayat
berwarna merah terang, disebabkan darah vena kaya akan oksi-Hb. Namun ada pula
yang menyebutkan karena terdapat Cyan-met-Hb. Warna lebam yang merah terang
tidak selalu ditemukan pada kasus keracunan sianida, ditemukan pula kasus kematian
yang disebabrkan sianida dengan warna lebam mayat berwarna biru kemerahan,livid.
Hal ini bergantung pada keadaan dan derajat dari keracunan. Akan tercium bau
almond yang patognomonik pada keracunan CN, kemudian pada saat menekan dada
mayat akan keluar gas dari mulut serta hidung. Pada saat dilakukan pembedahan
mayat juga tercium bau almond yang khas pada saat dilakukaan pembukaan rongga
dada, perut, dan otak serta lambung (apabila racun melalui mulut). Darah, otot dan
organ-organ tubuh dapat berwarna merah terang. Kemudian hanya akan ditemukan
Apabila korban menelan garam alkali sianida, ditemukan kelainan pada mukosa
lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan yang disebabkan karena
terbentuknya hematin alkali pada perabaan mukosa licin layaknya sabun. Korosi dapat
menyebabkan perforasi yang dapat terjadi antemortal atau postmortal (Huzar, 2013)
8
Toksin Sianida
Perfusi oksidatif
Histotoksi hipoksia
Hipoksia jaringan
Meninggal
kurang dari 1 menit setelah mengjirup dan dalam beberapa menit setelah
mengonsumsi racun tersebut, Awal dari manifestasi ialah secara neurologis yang
berupa kecemasan, sakit kepala, serta pusing. Kemudian kemungkinan pasien tidak
dapat memfokuskan mata serta terjadi midiriasis yang dapat disebabkan oleh hipoksia.
kesadaran, kejang, dan koma. Tanda awal keracunan sianida pada system respirasi ini
antara lain pernapasan yang cepat dan dalam. Terjadinya perubahan respirasi
disebabkan oleh adanya stimulai pada kemoreseptor perifer dan sentral pada batang
otak, dalam upaya mengatasi hipoksia jaringan. Kemudian sianida juga memiliki efek
9
palpitasi, diaphoresis, pusing atau kemerahan. Pasien juga akan mengalami
peningkatan curah jantung dan tekanan darah yang disebabkan oleh adanya
penurunan kemampuan inotropic jantung, sianuda juga menekan nodus sinoatrial (SA
dapat terjadi dalam beberapa menit. Korban sering mengeluhkan rasa terbakar pada
kerongkongan dan lidah, sesak nafas, hipersalivasi, mual, muntah, sakit kepala,
Kemudian dapat ditemukan sianosis pada muka, busa keluar dari mulut, nadi
cepat dan lemah, pernapasan cepar kadang-kadang tidak teratur, pupil dilatasi dan
refleks melambat, udara pernapasan dapat berbau almond, kemudian dari muntahan
tercium bau almond. Menjelang kematian, sianosis leih nyata dan timbul kedut oto-otot
kerongkongan, pusing dan terjadi kelemahan pada ekstremitas cepat timbul dan
Korban akan tampak pucat, keringat dingin, pusing, rasa tidak enak pada perut,
mual dan kolik, rasa tertekan pada dada dan sesak napas. Keracunan kronis CN dapat
10
menyebabkan goiter dan hipotiroid, akibat terbentuk sulfosianat. Calcium cyanimide
keracunan berupa sakit kepala, vertigo, sesak nafas dan meninggal akibat
Pemeriksaan luar
Tercium bau almond yang patognomonik untuk keracunan CN, dapat tercium
dengan menekan dada korban sehingga akan keluar bau gas dari mulut dan hidung.
Bau ini harus segera dapat ditentukan dikarenakan indera penciuman kita cepat
Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut dan lebam mayat berawarna
merah terang dikarenakan darah vena kaya akan oksi-Hb. Warna lebam yang merah
terang tidak selalu ditemukan pada keracunan sianida ditemukan pula kasus kematian
akibat sianida dengan warna lebam mayat biru kemerahan, livid. Hal ini tergantung
Pemeriksaan dalam.
11
Pada pemeriksaan dalam tercium bau almond yang khas pada saat membuka
rongga dada, perut dan otak serta lambung (bila racun melalui mulut). Darah, otot dan
organ-organ tubuh dapat berwarna merah terang. Selanjutnya hanya ditemukan tanda-
Pada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat ditemukan kelainan pada
mukosa lambung yaitu korosi dan berwarna merah kecoklatan karena terbentuk
hematin alkali pada perabaan mukosa licin seperti sabun. Korosi dapat menyebabkan
perforasi lambung yang dapat terjadi pasa saat antemortal atau postmortal (Baud,
2007)
Gambar 2.4. Perubahan warna, beberapa erosi dan perdarahan petekie pada mukosa epiglotis.
12
Gambar2.5. Perubahan warna merah muda pucat pada bagian Trachea
2.8 Diagnosis
Hingga saat ini belum terdapat gold standart untuk diagnosis keracunan
sianida. Namun terdapat beberapa metode yang dugunakan untuk diagnosis kasus
a. Mengamati tanda dan gejala klinis spesifik dari keracunan sianida, termasuk
13
bau almond pahit yang merupakan karakteristik dari sianida. Temuan tanda-
tanda dan gejala spesifik ini dianggap memiliki nilai prediksi diagnostic yang
tinggi, Namun, banyak juga kasus keracunan sianida yang tidak berbabu
keracunan akut sianida bila kadar sianida serumnya >0.5 mg/L. Namun kadar
keparahan, hal ini terkait dengan waktu paruh eliminasi sianida yang sangat
terkait tingkat keparahan adalah kadar laktat serum. Pasien dengan kadar
laktar serum >8 mmol/L bisa dikatakan mengalami keracunan akut sianida dan
tekanan parsial PO2 yang menandakan terjadinya asidosis laktat (Jillian, 2011)
membiarkan hingga lembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah
tetes. Uji positif bila terbentuk warna ungu. Kertas saring dicelupkan ke dalam
larutan HJO3 1%, kemudian kedalam larutan kanji 1 % dan keringkan. Setelah
itu kertas saring dipotong-potong seperti kertas lakmus. Kertas ini dipakai
14
untuk pemeriksaan masal pada para pekerja yang diduga kontak dengan CN.
lidah.Uji positif bila warna berubah menjadi biru. Hasil uji berwarna biru muda
darah korban, bila positif maka warna akan berubah menjadi merah terang
2.9 Tatalaksana
(0,2 ml) tiap 5 menit. Hentikan pemberian apabila tekanan darah sistolik kurang dari 80
mmHg. Berikan terapi oksigen dengan 100% oksigen untuk menjaga PO2 dalam darah
agar tetap tinggi, dapat juga menggunakan oksigen hiperbarik. Resusitasi mulut ke
sesegera mungkin dengan kecepatan 2,5 hinga 5 ml per-menit. Pemberian nitrit akan
mengubah HB menjadi met-HB dan akan mengikat CN menjadi sianmet-Hb dan berat
badan korban. Kadar met-Hb tidak boleh melebihi 40% karena met-Hb tidak dapat
mengangkut O2. Bila kadar met-Hb melebihi 40% maka berikan reduktor misalnya
ampul (0,2 ml dalam waktu 3 menit) tiap 5 menit. Bilas lambung harus ditunda sampai
setelah diberikan antidotum nitrit dan tiosulfat. Bilas lambung dengan Na-tiosulfat 5%
dan sisakan 200 ml (10 mg) dalam tabung. Dapat juga dengan menggunakan K
15
permanganate 0,1% atau H2O2 3% yang diencerkan 1 hingga 5 kali, atau dengan
menggunakan 2 sendok teh karbon aktif atau universe antipode dalam 1 gelas air dan
kemudian kosongkan lambung dengan cara dimuntahkan atau bilas lambung. Berikan
sama seperti pada pengobatan keracunan CN yang diinhalasi. Selain nitrit, dapat juga
mengubah Hb menjadi met-Hb dan met-Hb yang terbentuk pada pemberian metilen biri
ini ternyata tidak dapat bereaksi dengan CN dikarenakan sebab yang masih belum
diketahui. Bila korban keracunan akut dapat bertahan hidup selama 4 jam maka
biasananya akan sembuh. Terkadang terdapat gejala sisa berupa kelainan neurologis
2.10 Prognosis
Sianida adalah salah satu racun mematikan yang paling cepat diketahui
beberapa jam; Oleh karena itu, pengobatan cepat diperlukan pada pasien (O’brien,
2011)
2.11 Komplikasi
komplikasi yang mungkin dialami oleh orang yang selamat dari keracunan sianida
parah adalah Parkinson atau bentuk lain dari gejala sisa neurologis. Ganglia basal
gejala yang tidak jelas seperti sakit kepala, rasa tidak normal, muntah, nyeri dada, dan
16
kecemasan. Namun komplikasi lebih lanjut dari keracunan sianida ialah kematian .
(Benner, 2009)
17
BAB III
KESIMPULAN
Sianida atau (CN) merupakan racun yang sangat toksik. Sianida adalah salah
menyebabkan kematian dalam beberapa menit hingga beberapa jam. Hidrogen sianida
(HCN) merupakan cairan jernih bersifat asam; dapat larut dalam air, alcohol dan eter;
mudah menguap pada suhu ruangan, mudah terbakar dan memiliki titik beku yaitu
14C. Gejala yang ditimbulkan bermacam-macam mulai dari sakit kepala, mual,muntah,
sesak nafas, jantung berdebar, selalu berkeringat dan bisa sampai tidak sadar. Korban
dapat terpapar sianida baik secara inhalasi, kontak langsung melalui kulit dan mata,
18
BAB IV
LAPORAN KASUS
Seorang wanita berusia 70 tahun ditemukan terengah-engah di tempat tidurnya
layanan medis darurat, pria itu memulai resusitasi jantung paru. Pada saat kedatangan
staf darurat, wanita itu menunjukkan henti jantung. Manuver resusitasi dilakukan oleh
layanan darurat dan pada saat ini sang suami menemukan sebotol sianida di wastafel
dapur dan memberi tahu dokter yang ada. Terapi penawar racun dengan 5 g
laboratorium yang dikenal karena depresi dan di masa lalu dia telah mengungkapkan
memerintahkan otopsi medico-legal dan analisis toksikologi, seperti yang biasa terjadi
PEMBAHASAN KASUS
19
Gambar 4.1. Hipostasis merah cerah berkembang di bagian punggung tubuh.
Pada otopsi, organ-organ dan jaringan difus menunjukkan warna merah muda
terang, yang terutama jelas pada aspek batin dari kulit kepala, dura mater, aspek
visceral dari perikardium dan pleura, yang trakeobronkial mukosa, ureter dan
urothelium yang warna cerah seperti itu juga menjadi ciri cairan tubuh yang terkumpul.
adalah edema paru dan serebral sedang. Pada histologi mukosa lambung
Gambar 4.2. Perubahan warna merah muda cerah pada bagian dalam kulit kepala.
20
Gambar 4.3. Perubahan warna merah muda cerah pada permukaan paru dan parenkim serta mukosa
bronkus.
Gambar 4.5. Perubahan warna merah muda cerah pada ureter dan vena.
21
Dalam kasus keracunan sianida yang tidak disengaja (terutama karena
menghirup asap) atau bahkan dalam kasus keracunan sianida bunuh diri (terutama
karena tertelan), pasien dapat menjalani perawatan medis darurat dan rawat
inap. Dalam kasus keracunan fatal, otopsi mediko-legal sering dipesan dan ahli
patologi forensik, selain perubahan patologis akibat keracunan, juga harus menangani
sianida yang ideal: ia memiliki aksi yang cepat, menetralkan sianida tanpa
yang besar, aman untuk digunakan pada korban penghirupan asap, aman tidak
berbahaya bila diberikan kepada pasien yang tidak keracunan, dan mudah
(vitamin B12), zat tidak beracun yang diekskresikan dalam urin. Karena tidak ada efek
samping utama yang dilaporkan, terapi ini dapat diberikan dalam kasus dugaan
keracunan sianida dalam perawatan pra-rumah sakit, juga untuk pasien di mana
keracunan sebenarnya hanya diduga dan konfirmasi analitis akan tersedia hanya pada
fase selanjutnya
22
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR
TERAKREDITASI SNARS ED I INTERNASIONAL
PRO YUSTISIA
VISUM ET REPERTUM
No. : B/13/X/2021
yang meninggal dunia dengan dugaan karena : . bunuh diri akibat keracunan sianida
Korban diketemukan meninggal di : .apartemen
HASIL PEMERIKSAAN : -----------------------------------------------------------------------------------------------
PEMERIKSAAN LUAR : -----------------------------------------------------------------------------------------------
1. Keadaan jenazah : Jenazah seorang perempuan, umur lebih kurang tujuh puluh
tahun, tanpa label.
2. Pakaian : memakai pakaian lengkap
3. Lebam jenazah merah berwarna merah cerah terdapat dipunggung tubuh ditekan
hilang. Kaku jenazah belum lengkap diseluruh tubuh.
4. Kepala:
Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
5. Leher:
Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
6. Dada:
23
Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
7. Perut:
Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
8. Pungung:
Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
9. Anggota gerak atas:
Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
10. Anggota gerak bawah:
Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
11. Alat Kelamin:
Jenis kelamin perempuan. ----------------------------------------------------------------------------------------------
12. Dubur:
Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
PEMERIKSAAN DALAM :
Perubahan warna merah muda cerah pada bagian dalam kulit kepala dan
selaput otak
Perubahan warna merah cerah muda cerah pada permukaan paru dan jaringan
dasar serta selaput lendir dalam cabang batang tenggorokan
Perubahann warna merah muda cerah pada lapisan luar dinding jantung
Perubahan warna merah muda cerah pada saluran pipa kencing dan pembuluh
darah vena
Pembengkakan paru dan otak
KESIMPULAN :
Demikian visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah/janji pada waktu
menerima jabatan sebagai dokter.
DOKTER SPESIALIS
FORENSIK
RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG,
24
dr. Aysha Emeraldine
Utama,SpF
NIP.: 200070200011101
25
DAFTAR PUSTAKA
Baskin,S.I., Kelly, J.B., Mallner, B.I., Rockwood, G., Zoltani, C., Chapter 11. Cyanide
Baud, F.J., 2007. Cyanide: critical issues in diagnosis and treatment. Human & experimental
toxicology, 26(3), pp.191-201.
Beasley, D.M.G. and Glass, W.I., 1998. Cyanide poisoning: pathophysiology and
Benner, J. P., Lawrence, D., & Brady, W. (2009). Smoke signals. Recognition and
2510(09)70242-6
Binder, L. and Fredrickson, L., 1991. Poisonings in laboratory personnel and health
15.
Brunel, C., Widmer, C., Augsburger, M., Dussy, F. and Fracasso, T., 2021. Antidote
international, 223(1-3), pp.e10-e12.
Culnan, D. M., Craft-Coffman, B., Bitz, G. H., Capek, K. D., Tu, Y., Lineaweaver, W.
https://doi.org/10.1097/SAP.0000000000001351
Giebułtowicz, J., Rużycka, M., Wroczyński, P., Purser, D. A., & Stec, A. A. (2017).
26
science international, 277, 77–87. https://doi.org/10.1016/j.forsciint.2017.05.018
Graham J, Traylor J. Cyanide Toxicity. [Updated 2021 Feb 17]. In: StatPearls
from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507796
Hamad, E., Babu, K., & Bebarta, V. S. (2016). Case Files of the University of
https://doi.org/10.1007/s13181-016-0533-0
Huzar, T. F., George, T., & Cross, J. M. (2013). Carbon monoxide and cyanide
Jillian, H., 2011, A Review of Acute Cyanide Poisoning With a Treatment Update.
Musshoff, F., Kirschbaum, K.M. and Madea, B., 2011. An uncommon case of a
international, 204(1-3), pp.e4-e7.
Nusbaum, J., & Gupta, N. (2018). Points & Pearls: Emergency department
practice, 20(3), e1–e2.
O'Brien, D. J., Walsh, D. W., Terriff, C. M., & Hall, A. H. (2011). Empiric
https://doi.org/10.1017/S1049023X11006625
27
Parker-Cote, J. L., Rizer, J., Vakkalanka, J. P., Rege, S. V., & Holstege, C. P.
https://doi.org/10.1080/15563650.2018.1435886
https://doi.org/10.1016/j.toxlet.2016.09.012
Vogel, S.N., Sultan, T.R. and Ten Eyck, R.P., 1981. Cyanide poisoning. Clinical
toxicology, 18(3), pp.367-383.
28