Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN AKHIR KEPERAWATAN GERONTIK DI RW 004

KELURAHAN PAMULANG BARAT


KECAMATAN PAMULANG

OLEH :

ICAH INDRIYANI

NIM. 211030230225

PEMBIMBING :

Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2021/2022
LAPORAN AKHIR KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. S DENGAN
HIPERTENSI DI RW 004 KELURAHAN PAMULANG BARAT
KECAMATAN PAMULANG

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Profesi Ners


Stase Keperawatan Gerontik

OLEH :

ICAH INDRIYANI

NIM. 211030230225

PEMBIMBING :

Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. Atas segala kuasa dan karunia yang
diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tugas stase akhir yang
berjudul “Laporan Akhir Keperawatan Gerontik Pada Ny. S Dengan Hipertensi Di
Rw 004 Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang”.

Dalam menyelesaikan laporan ini saya menyadari bahwa banyak mendapat bantuan
berupa bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Ns. Riris Andrianti, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang.sekaligus Pembimbing Stase
Keperawatan Komunitas
2. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Profesi
Ners
3. Ns. Lukman Handoyo, S.Kep., M.Kep. selaku Koordinator Stase Komunitas,
Gerontik dan Keluarga.
4. Pak RW 004, Pak RT 05 dan RT 01 dan para Kader yang telah telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam melakukan penyuluhan
5. Serta seluruh masyarakat di wilayah RT 01 dan 05 RW 004 yang telah
membantu melancarkan kegiatan stase keperawatan komunitas

Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan laporan ini, saya menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan ini, akhir kata semoga
hasil laporan ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
pada umumnya dan profesi keperawatan khususnya.

Pamulang, 26 Maret 2021

(Icah Indriyani)

ii
DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN 2
BAB II KONSEP MASALAH LANSIA 3
BAB III HASIL PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK 23
BAB IV JUSTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN GERONTIK DAN
PERENCANAAN 36
BAB V IMPLEMENTASI KEPERAWATAN GERONTIK DAN
EVALUASI 40
BAN VI PENUTUP.......................................................................................45
A. KESIMPULAN 45
B. SARAN 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang
terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit
melainkan suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan
deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan
fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan
kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang mengingatkan masalah
kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh proses menua
dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah secara fisik,
biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi (Nies & McEwen, 2007;
Tamher & Noorkasiani, 2019).
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018),
hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam
pada setiap individu dan 1iuret sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala
tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung
berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau
tinnitus dan mimisan.Definisi Hipertensi adalah tekanan darah tinggi adalah
suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara
terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole
konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan
tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan
arteri yang bila berlanjut dapat dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan
kerusakan jantung dan pembuluh darah.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan keperawatan gerontik untuk mengetahui kesehatan yang terjadi pada
lansia diwilayah RW 004 pamulang barat
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menyebutkan dengan benar pengertian hipertensi
b. Menyebutkan bahaya dan dampak hipertensi
c. Menjelaskan cara-cara mengontrol tekanan darah
d. Mampu melakukan senam hipertensi
e. Mengetahui cara menurunkan tekanan darah tinggi dengan obat
tradisional

2
BAB II
KONSEP MASALAH LANSIA

A. Konsep Dasar Lansia


1. Definisi
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang
terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit
melainkan suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan
deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan
fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami
gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang
mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara
individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai macam
masalah, baik masalah secara fisik, biologis, mental maupun masalah sosial
ekonomi (Nies & McEwen, 2007; Tamher & Noorkasiani, 2019).

Menurut Ambarwati (2018) semakin tua umur seseorang, maka akan


semakin menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan
dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya. Meningkatkan ketergantungan
yang memerlukan bantuan orang lain dengan kata lain akan menurunkan
tingkat kemandirian lansia tersebut. Hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah diatas nilai normal. Menurut Nurarif A.H. & Kusuma H.
(2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sekitar 140
mmHg atau tekanan 3iuretic3 sekitar 90 mmHg. Hipertensi merupakan
masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada
penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk
beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai silent
killer (Kemenkes, 2018), orang-orang akan tersadar memiliki penyakit
hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah dan memeriksakan
diri ke pelayanan kesehatan. Gejala yang sering dikeluhkan penderita
hipertensi adalah sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas,

3
gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan kesadaran menurun (Nurarif A.H. &
Kusuma H., 2017).

2. Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun
c. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun

3. Klasifikasi lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003).
e. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,
2003).

4. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif
hingga kondisi maladaptif.

4
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

5. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-
macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya
tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan
pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).

6. Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan
diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses
tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan
lansia adalah sebagai berikut :

5
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara
santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
(Maryam, 2008).

B. Konsep Dasar Masalah Lansia


1. Definisi Hipertensi
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018),
hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-
macam pada setiap individu dan 6iuret sama dengan penyakit lain. Gejala-
gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo,
jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging atau tinnitus dan mimisan.Definisi Hipertensi adalah tekanan
darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal
ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat
darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut
dapat dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung
dan pembuluh darah.

Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg
dan atau tekanan darah 6iuretic6 > 90 mmHg (Udjianti, 2018) Menurut
Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan 6iuretic6 sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya.. Hipertensi merupakan tekanan

6
darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga
kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami hipertensi
apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam
Ardiansyah M., 2018).

2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah
M., 2017) :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90%
tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
1) Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
2) Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause
berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
3) Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan
kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.
4) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.
5) Gaya hidup merokok dan konsumsi 7iureti
Merokok dan konsumsi 7iureti sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu :

7
1) Coarctationaorta
Yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada
aorta tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
2) Penyakit parenkim dan diuretic ginjal.
Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab hipertensi
sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung
membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous
dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan
struktur serta fungsi ginjal.
3) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan
darah akan kembali normal setelah beberapa bulan penghentian oral
kontrasepsi.
4) Gangguan endokrin.
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenalmediate hypertension disebabkan
kelebihan primer 8iuretic88i, kortisol, dan katekolamin.
a) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
b) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah
untuk sementara waktu.
c) Kehamilan dan luka bakar
d) Merokok.
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,

8
peningkatan denyut jantung serta menyebabkan vasokortison
yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia menurut Triyanto


(2014) adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :

1) Elastisitas dinding aorta menurun


2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016),
klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan
9iuretic9 yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis Manifestasi Klinis


No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)

1 Optimal <120 <80

2 Normal 120-129 80-84

3 High Normal 130-139 85-89

Hipertensi

1 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

2 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

3 Grade 3 (berat) 180-209 100-119

9
4 Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210

Sumber : Tambayong dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016).

Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A. 2016)


klasifikasi hipertensi adalah :
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan 10iuretic10 kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
da n 10iuretic10 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan 10iuretic10 lebih besar atau sama dengan 95
mmHg.

4. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor
inibermula saraf simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui 10iuret saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini,neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi
(Smelttzer, 2018).

Pada saat bersamaan dimana sistemsimpatis merangsang pembuluh darah


sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal

10
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan 11iureti lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi 11iur mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi
angiotensin 2, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi 11iuretic1111i oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air di tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mengakibatkan keadaan
hipertensi (Price).

5. Pathway Hipertensi

Stress, Obresitas, Merokok, Konsumsi garam


berlebih, Usia, Jenis kelamin

Hipertensi

Kerusakan Vaskuler Pembuluh darah

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontrisksi

Ganguan Sirkulasi pada jaringan tubuh

Nyeri Akut Gangguan Intoleransi


Perfusi jaringan aktivitas

11
6. Komplikasi Hipertensi
Menurut Ardiansyah, M. (2018) komplikasi dari hipertensi adalah :
a. Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi
pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran
darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami
aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya
aneurisma.
b. Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri 12iureti mengalami arterosklerotik
tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk
thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh
tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka
kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark.
c. Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-
kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke
unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik
dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui
urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga
terjadi edema pada penderita hipertensi kronik. \
d. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi
yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi
disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf
pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian

12
e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan
arteri atau yang sering disebut dengan ateroklorosis dan arterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah).

7. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


a. Pemerikaan Laboratorium.
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagubilita, anemia.
2) BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
3) Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
13iureti DM.
b. CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
1) EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
2) IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
3) Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung

8. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi dibagi menjadi tiga yaitu secara nonfarmakologis,
farmakologi dan pengobatan tradisional. Yaitu :
a. Terapi non farmakologi
merupakan terapi tanpa menggunakan obat,terapi non farmakologi
diantaranya memodifikasi gaya hidup dimana termasuk pengelolaan
stress dan kecemasan merupakan langkah awal yang harus dilakukan.
Penanganan non farmakologis yaitu menciptakan keadaan rileks,
mengurangi stress dan menurunkan kecemasan. Terapi non farmakologi

13
diberikan untuk semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan
tekanan darah dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit lainnya

b. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat obatan yang
dalam kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien
hipertensi seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs), beta blocker,
calcium chanel dan lainnya. Penanganan hipertensi dan lamanya
pengobatan dianggap kompleks karena tekanan darah cenderung tidak
stabil.
c. Pengobatan Tradisional
1) Buah Belimbing
Dwipayanti (2011) melakukan penelitian terhadap efektifitas buah
belimbing pada masyarakat yang menderita Hipertensi di kelurahan
Balongsari Kota Mojokerto, dari hasil penelitian tersebut di
dapatkan bahwa dari sebanyak 30 responden telah didapatkan hasil
rata-rata dari MAP sebelum diberikan terapi buah belimbing sebesar
126,45 mmHg, sedangkan hasil rata-rata MAP setelah diberikan
terapi buah belimbing sebesar 112,78 mmHg. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa adanya penurunan nilai rata-rata MAP
antara pre test dan post test sebesar 13,67 mmHg disebabkan karena
responden telah diberikan terapi buah belimbing.

Pada dasarnya buah belimbing mengandung kadar kalium yang


tinggi serta natrium yang rendah sebagai obat anti hipertensi.
Kandungan kalium (potassium) dalam 1 buah belimbing (127 gram)
adalah sebesar 207 mg. Hal ini menunjukkan bahwa kalium dalam
buah belimbing mempunyai jumlah yang paling banyak dari jumlah
mineral yang ada dalam kandungan 1 buah belimbing (Afrianti,
2010).
Terjadinya penurunan tekanan darah responden disebabkan oleh
karena kandungan buah belimbing yang kaya akan kalium dan
rendah natrium. Dimana dalam hal ini awal mula terjadinya

14
hipertensi adalah melalui terbentuknya Angiostensin I yang diubah
menjadi Angiostensin II oleh ACE (Angiostensin I – Converting
Enzyme) yang memiliki peran dalam menaikkan tekanan darah
melalui 2 aksi utama, yaitu menurunnya cairan intraseluler dan
meningkatnya cairan ekstraseluler dalam tubuh. Namun dengan
pemberian terapi buah belimbing yang tinggi kalium dan rendah
natrium kepada responden yang menderita hipertensi, maka 2 aksi
utama tersebut telah mengalami perubahan arah dari semula.
Dimana dengan tingginya kalium akan mampu menurunkan
produksi atau sekresi hormone 15iuretic1515ic (ADH) dan rasa
haus. Hormon ini bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas
dan volume urine. Dengan menurunnya ADH, maka urine yang
diekskresikan keluar tubuh akan meningkat, sehingga menjadi encer
dengan osmolalitas yang rendah. Untuk memekatkannya, volume
cairan intraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan
dari bagian ekstraseluler. Sedangkan menurunnya konsentrasi NaCl
akan dipekatkan dengan cara menurunkan cairan ekstraseluler yang
kemudian akan menurunkan tekanan darah (Astawan Made, 2018).

2) Buah Timun
Dalam penelitian Sonia (2019), dengan mengkonsumsi mentimun
dapat menurunkan tekanan darah. Buah mentimun mengandung
15iuretic15 yang sangat terbukti dalam menghalangi reaksi oksidasi
kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah mengental,
sehingga mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh
darah serta kandungan saponin yang dapat meningkatkan absorpsi
senyawa-senyawa diuretikum (natrium, klorida dan air) di tubulus
distalis ginjal, juga merangsang ginjal untuk lebih aktif hal ini yang
mampu menurunkan tekanan darah. Sifat 15iuretic pada mentimun
yang terdiri dari 90% air mampu mengeluarkan kandungan garam
dari dalam tubuh. Mineral yang kaya dalam buah mentimun mampu
mengikat garam dan dikeluarkan melalui urin.

15
3) Daun Salam
Daun salam mengandung senyawa diuret, saponin, dan vitamin C.
Tanin bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga
menghambat penyerapan lemak. Sedangkan saponin berfungsi
mengikat kolesterol dengan asam empedu sehingga menurunkan
kadar kolesterol. Kandungan vitamin C di dalamnya membantu
reaksi hidroksilasi dalam pembentukan asam empedu, akibat reaksi
itu meningkatkan ekskresi kolesterol. Mengkonsumsi 15 lembar
daun salam dengan cara di rebus dalam 2 gelas sampai tersisa satu
gelas. Angkat, lalu saring. Minum 2 kali sehari masing-masing ½
gelas dinilai dapat menurunkan tekanan darah (Setiawan, 2019).

4) Daun Seledri
Dalam penelitian Muzakar dan Nuryanto (2018), dengan
mengkonsumsi daun seledri mampu menurunkan tekanan darah.
Pada 100 gram seledri terkandung 344 mg kalium. Didalam tubuh
kalium berfungsi sebagai 16iuretic yaitu merangsang pengeluaran
cairan dalam tubuh yang diikat oleh garam. Selain itu, kandungan
apiin dalam seledri, berperan sebagai diuretic (memperlancar air
kencing yaitu membantu kerja ginjal dalam mengeluarkan cairan
dan garam dari dalam tubuh, berkurangnya cairan dalam darah akan
menurunkan tekanan darah.

5) Buah Wortel
Dalam penelitian Nurdin dkk (2020), dengan mengonsumsi buah
wortel dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Buah wortel
memiliki kandungan sebagai obat anti hipertensi kandungan
mineral yang tertinggi dari wortel adalah kalium sebesar 320 mg
100 gram yang berfungsi menjaga kesiembangan air dalam tubuh
dan membantu menurunkan tekanan darah tinggi. Karena kalium
bersifat diuretic yang kuat sehingga membantu menurunkan
tekanan darah. Mengonsumsi 100 – 500 gram buah wortel dengan
air matang secukupnya. Kemudia di blender sampai halus kemudia

16
disaring. Minum jus wortel dua kali sehari secara rutin dapat
menurunkan tekanan darah tinggi.

9. Pencegahan Hipertensi
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap
hipertensi. Pada umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika
dirinya atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.
Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila hipertensinya
tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup sehari-
hari. Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat
baik agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Usaha
pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya
tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang
ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi,
harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure),
antara lain dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.

C. Konsep Dasar Senam Hipertensi


1. Pengertian Senam Hipertensi
Senam adalah suatu bentuk latihan jasmnai yang sistematis, teratur dan
terencana dengan melakukan Gerakan-gerakan yang spesifik untuk
mendapatkan manfaat bagi tubuh (Mudjiono, 2010).

2. Tujuan Senam Hipertensi


Mengurangi berat badan dan mengelola stress serta menurunkan tekanan
darah

3. Mekanisme Senam Hipertensi


Untuk menurunkan tekanan darah senam hipertensi merupakan olahraga
yang salah satunya bertujuan untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan
oksigen kedalam otot-otot dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot
jantung. Dengan senam atau berolahraga kebutuhan oksigen dalam sel akan
meningkat untuk proses pembentukan energi. Sehingga terjadi peningkatan
denyut jantung. Sehingga curah jantung dan isi sekuncup bertambah.

17
Dengan demikian tekanan daraha akan meningkat. Setelah beristirahata
pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang dan aliran darah akan turun
sementara waktu, sekitar 30-120 menit kemjdian akan Kembali pada
tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan olahraga secara rutin dan
terus menerus, maka penurunan tekanan darah akan lebih elastis.
Mekanisme penurunan tekanan darah setelah berolahraga adalah karena
olahraga dapat merileksasikan pembuluh-pembuluh darah tekanan darah
akan menurun (Mahardani, 2010).

4. Strategi Pelaksanaan Senam Hipertensi


a. Persiapan
1) Klien diberikan tindakan senam hipertensi
2) Posisikan klien untuk berdiri
3) Ruangan yang tenang dan kondusif
4) Ruangan cukup dan luas

b. Pelaksanaan
1) Jalan DiTempat

18
2) Tepuk Tangan

3) Tepuk Jari

4) Jalin Tangan

19
5) Adu Jari Kelingking

6) Adu Ibu Jari

7) Ketuk Pergelangan Tangan

20
8) Tekan Jari-Jari

9) Buka Dengan Mengepal

10) Menepuk Punggung Tangan Dan


Bahu

21
11) Menepuk Punggung Dekat
Pinggang

12) Menepuk Paha

13) Menepuk Betis

22
BAB III
HASIL PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA ADAPTASI TEORI MODEL CAROL


A MILLER

Nama wisma : Tanggal Pengkajian : 02 maret 2022

1. IDENTITAS KLIEN :
Nama : Ny. S
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Jl. DR Setia Budi RT005/004, Pamulang Barat
Tanggal datang :- Lama Tinggal di Panti: -
2. DATA KELUARGA :
Nama : Ny. S
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat asal : Jl. DR Setia Budi RT005/004, Pamulang Barat Telp: -

3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :


Keluhan utama:
Mempunyai riwayat
hipertensi
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan: mengkonsumsi obat hipertensi

Obat-obatan:
amplodipine 5mg
4. AGE RELATED CHANGES(PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : ✓
Perubahan BB : ✓

Perubahan nafsu makan : ✓

Masalah tidur : ✓

Kemampuan ADL : ✓
KETERANGAN : Perubahan yang dialami lansia hanya kelelahan dan masalah tidur

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : ✓
Pruritus : ✓

23
Perubahan pigmen : ✓

Memar : ✓

Pola penyembuhan lesi : ✓

KETERANGAN : Masalah integument yang dialami lansia hanya perubahan pigmen

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : ✓
Pembengkakan kel. limfe : ✓

Anemia : ✓
KETERANGAN : Tidak ada masalah Hematopoetic

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : ✓
Pusing : ✓

Gatal pada kulit kepala : ✓

KETERANGAN : Masalah kepala yang dialami lansia sakit kepala dan pusing

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan penglihatan : ✓
Pakai kacamata : ✓

Kekeringan mata : ✓

Nyeri : ✓

Gatal : ✓

Photobobia : ✓

Diplopia : ✓

Riwayat infeksi : ✓

KETERANGAN : Masalah mata yang dialami lansia hanya perubahan


pengelihatan mata (terdapat bitnik yang mengganggu
pengelihatan), dan lansia menggunakan kacamata

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : ✓
Discharge : ✓

Tinitus : ✓

Vertigo : ✓

Alat bantu dengar : ✓

Riwayat infeksi : ✓

Kebiasaan membersihkan telinga : ✓

Dampak pada ADL : Tidak ada dampak pada ADL


KETERANGAN : Tidak ada masalah pada pendengaran

24
7. Hidung sinus

Ya Tidak
Rhinorrhea : ✓
Discharge : ✓

Epistaksis : ✓

Obstruksi : ✓

Snoring : ✓
Alergi : ✓

Riwayat infeksi : ✓

Keterangan : Tidak ada masalah pada hidung sinus lansia

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : ✓
Kesulitan menelan : ✓

Lesi : ✓

Perdarahan gusi : ✓

Caries : ✓

Perubahan rasa : ✓

Gigi palsu : ✓

Riwayat Infeksi : ✓

Pola sikat gigi : Pola sikat gigi baik


KETERANGAN : Tidak masalah pada mulut dan tenggorokan

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : ✓
Nyeri tekan : ✓

Massa : ✓

KETERANGAN : Masalah pada leher lansia hanya ada kekakuan

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : ✓
Nafas pendek : ✓

Hemoptisis : ✓

Wheezing : ✓

Asma : ✓

KETERANGAN : Tidak ada masalah pada pernafasan

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : ✓

25
Palpitasi : ✓

Dipsnoe : ✓

Paroximal nocturnal : ✓

Orthopnea : ✓

Murmur : ✓

Edema : ✓
KETERANGAN : Tidak ada masalah kardiovaskular pada lansia

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : ✓
Nausea / vomiting : ✓

Hemateemesis : ✓

Perubahan nafsu makan : ✓

Massa : ✓

Jaundice : ✓

Perubahan pola BAB : ✓

Melena : ✓

Hemorrhoid : ✓

Pola BAB : Terdapat perubahan pola BAB pada lansia


KETERANGAN : Pada masalah gastrointestinal lansia hanya ada perubahan BAB

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : ✓
Frekuensi : 8 x sehari
Hesitancy : ✓
Urgency : ✓

Hematuria : ✓

Poliuria : ✓

Oliguria : ✓

Nocturia : ✓

Inkontinensia : ✓

Nyeri berkemih : ✓

Pola BAK : 6 x sehari


KETERANGAN : Tidak ada masalah pada pola perkemihan

14. Reproduksi (laki-laki)


Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
26
Perubahan gairah sex :
Impotensi :

Reproduksi (perempuan)
Lesi : ✓
Discharge : ✓

Postcoital bleeding : ✓
Nyeri pelvis : ✓

Prolap : ✓

Riwayat menstruasi : Menoupause


Aktifitas seksual : ✓

Pap smear : ✓
KETERANGAN : Ny. S sudah memasuki masa menopause

15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : ✓
Bengkak : ✓

Kaku sendi : ✓

Deformitas : ✓

Spasme : ✓

Kram : ✓
Kelemahan otot : ✓

Masalah gaya berjalan : ✓

Nyeri punggung : ✓

Pola latihan : Tidak ada


Dampak ADL : Berjalan Santai
KETERANGAN : Ny. S mengalami nyeri sendi, kaku sendi, kelemahan otot,
masalah gaya berjalan, dan nyeri punggung

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : ✓
Seizures : ✓

Syncope : ✓

Tic/tremor : ✓

Paralysis : ✓

Paresis : ✓

Masalah memori : ✓

KETERANGAN : Ny. S mengeluh sakit kepala

27
5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :
Psikososial YA Tidak
Cemas : ✓
Depresi : ✓

Ketakutan : ✓

Insomnia : ✓
Kesulitan dalam mengambil keputusan : ✓
Kesulitan konsentrasi : ✓

Mekanisme koping : ........ddalam menghadapi masalah lansia bermain dengan cucunya

Persepsi tentang kematian: Merasa cemas dan belum siap menghadapi kematian
Dampak pada ADL : ADL tidak dibantu olah anggota keluarga
Spiritual
• Aktivitas ibadah : Ibadah shalat 5 waktu dan mengikuti pengajian ibu-ibu

• Hambatan : Terasa nyeri pada bagian persendian

KETERANGAN : Ny. S mampu melakukan kegiatan sehari-hari tanpa dibantu

6. LINGKUNGAN :

• Kamar : Bersih, terang, ada ventilasi dan tidak berbau

• Kamar mandi : Bersih, tidak licin dan berkeramik

• Dalam rumah.wisma : Bersih, terang, ventilasi ada, berkeramik

• Luar rumah : Bersih, tidak ada kendang, terdapat tanaman dan tempat sampah

28
7. ADDITIONAL RISK FACTOR
Riwayat perilaku (kebiasaan, pekerjaan, aktivitas) yang mempengaruhi kondisi saat ini :
Kebiasaan pola hidup yang tidak sehat, pola makan tidak baik dan jarang olahraga

8. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL : Ketergantungan sedang


2. AspekKognitif : Gangguan kognitif sedang
3. Tes Keseimbangan : >30 detik
4. GDS : 4 (tidak depresi)
5. Status Nutrisi : Moderate Nutrional Risk
6. Fungsi social lansia : 7 (fungsi baik)
7. Hasil pemeriksaan Diagnostik :

No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil


Diagnostik Pemeriksaan

1 Tekanan Darah 02-03-2022 170/90 mmHg

2 Asam Urat 02-03-2022 5,5 mg/dl

3 GDS 02-03-2022 113mg/dl

29
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Skor Skor
yang
didapat
1 Makan 0 = tidak mampu 10
5 = dengan bantuan (memotong makanan, mengoleskan
selai, dll atau membutuhkan menu makanan tertentu, misal
makanan cair, bubur)
10 = mandiri
2 Mandi 0 = dependen 5
5 = mandiri
3 Berpakaian 0 = dependen 10
5 = butuh bantuan
10 = mandiri (mengancingkan, memakai resleting,
menalikan renda/tali)
4 Berhias 0 = butuh bantuan dalam perawatan pribadi 5
5 = mandiri (mencuci wajah. Keramas, gosok gigi,
bercukur)
5 Kontrol Bowel (BAB) 0 = inkontiensia/ membutuhkan bantuan enema untuk BAB5 10
= sesekali BAB tidak sadar (occasional accident)
10 = Kontrol BAB baik
6 Kotrol Bladder (BAK) 0 = inkontiensia atau memakia kateter dan tidak mampu 10
merawat kateter dan baik
5 = sesekali BAK tidak sadar (occasional accident)
10 = Kontrol BAK baik
7 Penggunaan toilet 0 = Tidak mampu 10
(mencuci, menyeka, 5 = butuh bantuan, tetapi bisa melakukan sesuatu dengan
menyiram) mandiri
10 = mandiri
8 Naik turun tangga 0 = Tidak mampu 5
5 = dengan bantuan
10 = mandiri
9 Mobilisasi di permukaan 0 = tidak mampu mobilisasi atau berjalan/kursi roda < 45,72m 10
datar (50 yard)
5 = mandiri dengan kursi roda > 45,72 m (50 yard), mampu
memosisikan kursi roda di pojok ruangan
10 = berjalan dengan bantuan 1 orang > 45,72 m (50 yard)
15 = berjalan mandiri (mungkin dengan bantuan alat,
pegangan) sejauh > 45,72 m (50 yard)
10 Berpindah ( dari kursi ke 0 = tidak mampu berpindah, tidak dapat duduk dengan 15
tempat tidur dan seimbang
sebaliknya 5 = dengan bantuan lebih banyak (1 aau 2 orang yang
membantu)
10 = dengan bantuan lebih sedikit
15 = mandiri
TOTAL SKOR 90

30
Interpretasi : Ketergantungan Sedang
0-20 = ketergantungan total 21-60 = Ketergantungan berat
61-90 = ketergantungan sedang91-99 = ketergantungan ringan
100 = mandiri
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)

2. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status
Exam)Nama :
Tgl/Jam:

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2022
Hari : Kamis (Jumat)
Musim : Hujan
Bulan : Maret
Tanggal : 03
2 Orientasi 5 5 Dimanasekarangkitaberada ?
Negara: Indonesia
Panti : Rumah
Propinsi : Banten
Wisma/Kamar : Sendiri
Kabupaten/kota : Tangerang Selatan
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, piring,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi ✓ 2). Piring ✓ 3). Kertas ✓
4 Perhatian dan 5 1 Meminta klien berhitung mulai dari 100 kemudia
kalkulasi kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 ✓ 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada
poin ke- 2 (tiap poin nilai = 1)
1)Kursi 2)Piring 3)Kertas
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut).
1). Buku
2). Pulpen
3). Minta klien untuk mengulangi kata berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab : Jika ✓
Minta klien untuk mengikuti perintah berikutyang
terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda5).
Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah yang dituliskan di kertas
nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”

31
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30 22

Interpretasi hasil : Gangguan Kognitif Sedang


24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : gangguan kognitif sedang

3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 03-03-2022 1 menit
2 03-03-2022 2 menit
3 04-03-2022 1 menit
Rata-rata Waktu TUG : >30 detik

Interpretasi hasil : Diperkirakan mebutuhkan bantuan

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6
bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:2007:
Podsiadlo & Richardson:1991)
4. GDS
Pengkajian Depresi

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0

2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0

3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0

4. Anda sering merasa bosan 1 0 1

5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 1

8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0

7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0

32
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 1
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 4

(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi : Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
Kesimpulan : 4 (tidak depresi)

5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators Score Pemeriksaan


1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2 2
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 0

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0


beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga 2 0
tidak dapat makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 0

7. Lebih sering makan sendirian 1 0

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1 0


atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 0
terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 2
belanja, memasak atau makan sendiri
Total score 4
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)

33
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk
Kesimpulan: Moderate Nutrional Risk

6. Fungsi sosial lansia


APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SCORE


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga ADAPTATION 2
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHIP 1
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH 1
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 2
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 1
meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor : 7 TOTAL 7
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab: 1).
Selalu : skore 2). Kadang-kadang : 13).
Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi : Fungsi Baik
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

Tangerang Selatan, maret 2022

(Icah Indriyani)

34
BAB IV
JUSTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN GERONTIK DAN
PERENCANAAN

ANALISA DATA
No. Tanggal Data Diagnosa
keperawatan
1 02-03-2022 Data Subjektif: Penurunan
- Ny. S mengatakan mempunyai Kapasitas Adaptif
Riwayat hipertensi Intrakranial
- Ny. S mengatakan biasa Berhubungan
menggunakan obat amplodipine dengan Hipertensi
5mg namun tidak teratur Intrakranial
- Ny. S mengatakan sering sakit kepala Idiopatik ditandai
- Ny. S mengatakan sudah minum obat dengan TD: 170/90
namun terkadang sakit kepala nya mmhg
datang lagi. (D.0066)
- Ny. S mengatakan bahwa ia memiliki
sakit darah tinggi

Data Objektif:
- Kesadaran : composmentis
- Keadaan Umum : Sedang
- Hasil pemeriksaan :
TD: 170/90 mmhg
- Ny.S Tampak gelisah

2. 02-03-2022 Data Subjektif: Nyeri akut


- Ny. S mengatakan nyeri pada berhubungan
bagian kepala dengan agen
- Ny. S mengatakan tengkuk leher pencedera
terasa berat seperti tertindih beban fisiologis
berat (hipertensi)
- Ny.S mengatakan sulit untuk tidur ditandai dengan
- Ny.S mengatakan nyeri skala 6 mengeluh nyeri
pada kepala
Data Objektif: bagian belakang
- Keadan umum composmentis (D.0077)
- Klien tampak meringis
- Klien tampak memegang
kepalanya
- Klien tampak gelisah
- Hasil TTV:
- TD: 170/90 mmhg
- N: 102 x/ menit

35
- Pengkajian nyeri
P: hipertensi
Q: seperti tertindih beban berat
R: di kepala bagian belakang
S: skala 4 (sedang)
T: hilang timbul

3. 02-03-2022 DS : Defisit Pengetahuan


- Ny. S mengatakan tidak paham Tentang Hipertensi
tentang penyakit yang dialami nya Berhubungan
- Ny. S mengatakan kurang denagn Kurang
mendapatkan informasi tentang terpapar Informasi
penyakit yang dialami nya. Ditandai dengan
- Ny. S mengatakan sering merasa klien menanyakan
pusing tapi tidak memeriksa tekanan tentang penyakitnya
darahnya dan merasa bingung
- Ny. S mengatakan tidak mengontrol (D.0111)
pola makannya.

DO :
- Ny. S tampak bingung saat dilakukan
anamnesa mengenai penyakit yang
dialaminnya
- Pemeriksaan Fisik didapatkan :
Kesadaran : CM
Keadaan Umum : Sedang
TD : 170/90mmHg
N : 102x/mnt
RR : 19x/mnt
Suhu :36.5oC

Prioritas Masalah :
1. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial Berhubungan dengan Hipertensi
Intrakranial Idiopatik ditandai dengan TD: 170/90 mmhg (D.0066)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (hipertensi) ditandai
dengan mengeluh nyeri pada kepala bagian belakang (D.0077)
3. Defisit Pengetahuan Tentang Hipertensi Berhubungan denagn Kurang terpapar
Informasi Ditandai dengan klien menanyakan tentang penyakitnya dan merasa
bingung (D.0111)

36
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi


keperawatan kriteria hasil
1. Penurunan Setelah Pemantauan Tanda Vital
Kapasitas Adaptif dilakukan (I.020660)
tindakan Observasi
Intrakranial
keperawatan 1. Monitor tekanan darah
Berhubungan selama 3 kali 2. Monitor nadi (frekuensi,
dengan Hipertensi kunjungan kekuatan, irama)
diharapkan 3. Monitor pernafasan
Intrakranial
kapasitas (frekuensi dan kedalaman)
Idiopatik ditandai adaptif 4. Monitor oksimetri nadi
dengan TD: 170/90 intrakranial 5. Monitor tekanan nadi (selisih
meningkat TDS dan TDD)
mmhg (D.0066)
dengan kriteria 6. Identifikasi penyebab
hasil : perubahan tanda vital
- Sakit kepala Terapeutik
menurun (5) 7. Atur interval pemantauan
- Gelisah sesuai kondisi pasien
menurun (5) 8. Dokumentasikan hasil
- Tekanan darah pemantauan
membaik (5) Edukasi
- Tekanan nadi 9. Jelaskan tujuan dan prosedur
membaik (5) pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri (l.08238)
berhubungan dilakukan Observasi
dengan agen tindakan 1. Identifikasi nyeri
pencedera keperawatan ,krakteristik,durasi,frekuensi,
fisiologis selama 3 kali kualitas, intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
(hipertensi) kunjungan
3. Identifikasi respon nyeri non
ditandai dengan diharapkan verbal
mengeluh nyeri nyeri akut 4. Identifikasi faktor yang
pada kepala bagian berkurang memperberat dan
belakang dengan kriteria memperingan nyeri
hasil : 5. Identifikasi pengaruh nyeri
L.08066 terhadap kualitas hidup

37
- Keluhan nyeri 6. Monitor efek samping
menurun (5) penggunaan analgetik
- Meringis
menurun (5)
Terapeutik
- Gelisah
7. Berikan Teknik
menurun (5) nonfarmakologis untuk
- Tekanan mengurangi rasa nyeri
darah (senam hipertensi)
membaik (5) 8. Fasilitasi istirahat dan tidur
9. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemiliham strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
10. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
11. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
12. Anjurkan memotitor nyeri
secara mandiri
13. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
14. Ajakrkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Defisit Setelah Edukasi kesehatan (l.12383)
Pengetahuan dilakukan Observasi
tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan
Tentang Hipertensi kemampuan menerima
keperawatan
Berhubungan selama 3 kali informasi
2. Identifikasi faktor-faktor
denagn Kurang kunjungan
yang dapat meningkatkan
diharapkan dan menurunkun motivasi
terpapar Informasi
tingkat perilaku hidup bersih dan
Ditandai dengan pengetahuan sehat
klien menanyakan meningkat Terapeutik
dengan kriteria 3. Sediakan materi dan media
tentang
hasil : pendidikan kesehatan
penyakitnya dan L.12111 4. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
merasa bingung - Perilaku
5. Berikan kesepakatan untuk
(D.0111) sesuai anjuran bertanya
meningkat (5) Edukasi

38
- Kemampuan 6. Jelaskan faktor risiko yang
menjelaskan dapat mempengaruhi
pengetahuan kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup sehat
tentang suatu
dan bersih
topik 8. Ajarkan strategi yang dapat
meningkat (5) digunakan untuk
- Perilaku meningkatkan perilaku hidup
sesuai dengan bersih dan sehat
pengetahuan
meningkat (5)
- Pertanyaan
tentang
masalah yang
dihadapi
membaik (5)

39
BAB V
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN GERONTIK DAN EVALUASI

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S


Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD
Tanggal Keperawatan
Minggu Penurunan Pemantauan Tanda Vital S:
Kapasitas (I.020660)
20 maret - Ny. S mengatakan
Adaptif Observasi biasa menggunakan
2022 Intrakranial
1. Memonitor tekanan darah obat amplodipine 5mg
Berhubungan
(H : 150/90mmHg) tetapi tidak rutin
dengan - Ny. S mengatakan
Hipertensi 2. Memonitor nadi
sering sakit kepala
Intrakranial (frekuensi, kekuatan, - Ny. S mengatakan
Idiopatik irama) sudah minum obat
ditandai (H : 98x/m) namun terkadang sakit
dengan TD: 3. Memonitor pernafasan kepala nya datang lagi.
170/90 mmhg - Ny. S mengatakan
(frekuensi dan bahwa ia memiliki sakit
(D.0066)
kedalaman) (H : 21x/m) darah tinggi
4. Mengidentifikasi
penyebab perubahan O:
tanda vital (H : tidak
- Kesadaran :
minum obat dengan composmentis
teratur) - Keadaan Umum :
Terapeutik sedang
5. Dokumentasikan hasil - Hasil pemeriksaan :
pemantauan TD: 150/90 mmHg
Nadi : 98x/m
Edukasi
RR : 21x/m
6. Menjelaskan tujuan dan - Ny.S Tampak gelisah
prosedur pemantauan (H:
Untuk mengetahui
A : Masalah Belum
kondisi secara berkala)
Teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
Pemantauan Tanda
Vital (I.020660)
Observasi
1. Monitor tekanan
darah

40
2. Monitor nadi
(frekuensi, kekuatan,
irama)
3. Monitor pernafasan
(frekuensi dan
kedalaman)
4. Identifikasi penyebab
perubahan tanda vital
Terapeutik
5. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

Minggu Nyeri akut Manajemen nyeri (l.08238) S:


berhubungan Observasi
20 maret - Ny. S mengatakan
dengan agen 1. Mengidentifikasi nyeri nyeri pada bagian
2022 pencedera ,krakteristik,durasi,frekue kepala
fisiologis nsi, kualitas, intensitas - Ny. S mengatakan
(hipertensi) nyeri. tengkuk leher terasa
ditandai (H : Nyeri seperti berat seperti tertindih
dengan tertekan beban berat di beban berat
mengeluh tekuk leher) - Ny.S mengatakan
nyeri pada 2. Mengidentifikasi skala sulit untuk tidur
kepala bagian nyeri (H : nyeri skala 5) - Ny.S mengatakan
belakang 3. Mengidentifikasi faktor nyeri skala 5
yang memperberat dan
memperingan nyeri (H :
saat beraktivitas) O:
- Kesadaran :
Terapeutik composmentis
4. Memberikan Teknik - Keadaan Umum :
nonfarmakologis untuk Sedang
mengurangi rasa nyeri - Klien tampak
(H : mengajarkan senam meringis
hipertensi) - Klien tampak
Edukasi memegang kepalanya
5. Menjelaskan strategi - Klien tampak gelisah
meredakan nyeri (H : - Hasil TTV:
mengajarkan teknik tarik - TD: 150/90 mmhg
nafas dalam) - N: 98 x/ menit
- Pengkajian nyeri
P: hipertensi

41
Q: seperti tertindih
beban berat
R: di bagian tengkuk
leher
S: skala 5 (sedang)
T: hilang timbul

A : Masalah Teratasi
Sebagian

P : Lanjutkan Intervensi
Manajemen nyeri
(l.08238)
Observasi
1. Identifikasi skala
nyeri
2. Identifikasi respon
nyeri non verbal
Terapeutik
3. Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (senam
hipertensi)
Edukasi
4. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Minggu Defisit Edukasi kesehatan (l.12383) S :
Pengetahuan Observasi
20 maret - Ny. S mengatakan
Tentang 1. Mengidentifikasi paham tentang
2022 Hipertensi kesiapan dan kemampuan penyakit yang dialami
Berhubungan menerima informasi (H : nya
denagn Kurang klien siap mendengarkan) - Ny. S mengatakan
terpapar Terapeutik sudah mendapatkan
Informasi
2. Menyediakan materi dan informasi tentang
Ditandai
media pendidikan penyakit yang dialami
dengan klien
kesehatan nya.
menanyakan
(H : leaflet) - Ny. S mengatakan
tentang
3. Memberikan kesepakatan sudah tahu cara
penyakitnya
untuk bertanya mengontrol pola
dan merasa
Edukasi makannya.
bingung
(D.0111) 4. Menjelaskan faktor risiko
yang dapat mempengaruhi O :
kesehatan (H : resiko
yang dapat di ubah seperti - Ny. S sudah mengerti
diet garam, olahraga) saat dilakukan

42
5. Mengajarkan perilaku anamnesa mengenai
hidup sehat dan bersih (H: penyakit yang
mengajarkan senam dialaminnya
hipertensi) - Pemeriksaan Fisik
didapatkan :
Kesadaran : CM
Keadaan Umum :
Sedang
TD : 150/90mmHg
N : 98x/mnt
RR : 21x/mnt
Suhu :36.5oC

A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi

Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD


Tanggal Keperawatan
Minggu Penurunan Pemantauan Tanda Vital S:
Kapasitas (I.020660)
23 maret - Ny. S mengatakan
Adaptif Observasi biasa menggunakan
2022 Intrakranial
1. Memonitor tekanan darah obat amplodipine 5mg
Berhubungan
(H : 140/80mmHg) tetapi tidak rutin
dengan
2. Memonitor nadi - Ny. S mengatakan
Hipertensi
(frekuensi, kekuatan, sakit kepala
Intrakranial
berkurang
Idiopatik irama)
- Ny. S mengatakan
ditandai (H : 88x/m) sudah minum obat
dengan TD: 3. Memonitor pernafasan namun terkadang
170/90 mmhg
(frekuensi dan sakit kepala nya
(D.0066)
kedalaman) (H : 20x/m) datang lagi.
4. Mengidentifikasi
penyebab perubahan O:
tanda vital (H : tidak - Kesadaran :
minum obat dengan composmentis
teratur) - Keadaan Umum :
Terapeutik sedang
5. Dokumentasikan hasil - Hasil pemeriksaan :
pemantauan TD: 140/80 mmHg
Nadi : 88x/m
Edukasi
RR : 20x/m
6. Menjelaskan tujuan dan - Ny.S sudah tidak
prosedur pemantauan (H: gelisah

43
Untuk mengetahui
kondisi secara berkala) A : Masalah Teratasi
Sebagian

P : Intervensi dihentikan

Minggu Nyeri akut Manajemen nyeri (l.08238) S:


berhubungan Observasi
23 maret - Ny. S mengatakan
dengan agen 1. Mengidentifikasi nyeri nyeri sudah berkurang
2022 pencedera ,krakteristik,durasi,frekue - Ny.S mengatakan
fisiologis nsi, kualitas, intensitas nyeri skala 3
(hipertensi) nyeri.
ditandai (H : nyeri sudah
dengan berkurang) O:
mengeluh 2. Mengidentifikasi skala - Kesadaran :
nyeri pada nyeri (H : nyeri skala 3) composmentis
kepala bagian 3. Mengidentifikasi faktor - Keadaan Umum :
belakang yang memperberat dan Sedang
memperingan nyeri (H : - Klien sudah meringis
saat beraktivitas) - Klien sudah tidak
gelisah
Terapeutik - Hasil TTV:
4. Memberikan Teknik - TD: 140/80 mmhg
nonfarmakologis untuk - N: 88 x/ menit
mengurangi rasa nyeri - Pengkajian nyeri
(H : mengevaluasi senam P: hipertensi
hipertensi) Q: seperti tertindih
Edukasi beban berat
5. Menjelaskan strategi R: di bagian tengkuk
meredakan nyeri (H : leher
menevaluasi teknik tarik S: skala 3 (sedang)
nafas dalam) T: hilang timbul

A : Masalah Teratasi
Sebagian

P : Intervensi dihnetikan

44
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
semakin tua umur seseorang, maka akan semakin menurun kemampuan
fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran sosialnya dan
juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya.
Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain dengan
kata lain akan menurunkan tingkat kemandirian lansia tersebut. Hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal. hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik
sekitar 90 mmHg.

B. Saran
semoga dengan memahami hipertensi pada lansia ini, kita bisa menerapkan dan
membagi ilmu dalam menyelesaikan masalah dan gangguan tidak nyaman ini
dalam kehidupan.

45
DAFTAR PUSTAKA

AHA, 2018. Heart Disease and Stroke Statistics 2018 Update: a Report from the
American Heart Association. [Online] Available at: https://www.heart.org/-
/media/data-import/downloadables/heart-disease and-stroke-statistics-2018--
-at-a-glance-ucm_498848.pdf [Accessed 20 Agustus 2019].

Ambarwati, F. R. (2014) Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Pranama


Ilmu.

Dunlop, D. D., Hughes, S. L. dan Manheim, L. M. (1997) Disability in Activities


of Daily Living Patterns of Change and a Hierarchy of Disability. American
Journal of Public Health, 87 (3), hlm. 2.

Martha, K. (2012). Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Araska.

Nies, M. A. dan McEwen, M. (2007) Community/Public Health NursingPromoting


the Health of Population, 4th-ed. Canada: Saunders Elsevier.

Riskesdas, 2013. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Riset Kesehatan Dasar.

Smeltzer, B. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. EGC.

Tamher, S. dan Noorkasiani. (2009) Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan


Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
LAMPIRAN

FORMAT PENILAIAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN GERONTIK


No. Kriteria Skor (√)
1 2 3 4
1. Fase Persiapan
Alat, Media, keluarga, lingkungan, laporan pendahuluan, dan
mahasiswa sudah siap. Melakukan pre-test jika diperlukan.
2. Fase Orientasi
Mahasiswa memberi salam, memperkenalkan diri, menjelaskan
tujuan.
3. Fase Kerja
• Melakukan implementasi sesuai prosedur yang dituliskan
dalam laporan pendahuluan.
• Menggunakan Bahasa yang mudah di pahami, Teknik
komunikasi yang efektif, mempertahankan kontak mata.
• Melibatkan klien saat intervensi
4. Fase Terminasi
• Melakukan evaluasi dengan tepat
• Merencanakan tindak lanjut dari intervensi yang
dilaksanakan
Jumlah
TOTAL

Keterangan :
1 = Jauh Dari Kriteria
2 = Hampir Mendekati Kriteria
3 = Mendekati Kriteria
4 = Sesuai Dengan Kriteria

Nilai = (TOTAL SKOR X 6 )+4


LAMPIRAN

FORMAT PENILAIAN RESPONSI KEPERAWATAN GERONTIK


No Kriteria Skor (√)
1 2 3 4
1. Mampu menjelaskan asuhan yang telah dilaksanakan (sesuai
dengan video, LP, dan askep yang dibuat).
2. Mampu menjelaskan proses degenerative yang terjadi pada
lansia sesuai masalahnya serta konsekuensi fungsionalnya
3. Mampu menjelaskan rasional tindakan yang telah dilaksanakan
dengan berbasis pada data dan fakta ilmiah
4. Mampu menjelasakan pengaruh dari tindakan yang diberikan
pada kualitas hidup lansia
Jumlah
TOTAL

Keterangan :
1 = Jauh Dari Kriteria
2 = Hampir Mendekati Kriteria
3 = Mendekati Kriteria
4 = Sesuai Dengan Kriteria

Nilai = (TOTAL SKOR X 6 )+4

Anda mungkin juga menyukai