Anda di halaman 1dari 61

KEPERAWATAN GERONTIK

“ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERKEMIHAN”

Disusun Oleh
7B / Kelompok 2 :
1. Novita Sari 1130017041
2. Anik Fatimatur Rusdiyah 1130017166

Dosen Pembimbing :
Rahmadaniar AP S.Kep., Ns.M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapaat menyelesaikan tugas
makalah ini yang bejudul Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Terima kasih saya ucapkan kepada pembimbing atas
bimbingan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik.

Dengan pembahasan berdasarkan pokok bahas Inkontinensia Urine. Kami


menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Dengan kerendahan
hati, kami mengharapkan kritik dn saran yang membangun bagi perbaikan dan
penyempurnaan penulisan makalah kami ini. Semoga hasil dari makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kami maupun pihak yang membutuhkan.

Surabaya, 10 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia 4
2.2 Konsep Inkontinensia Urine 15
2.3 Asuhan Keperawatan Gerontik Secara Teori 22
2.4 Asuhan Keperawatan Inkontinensia Urine 35
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 55
3.2 Saran 55
DAFTAR PUSTAKA 56

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia dalah populasi manusia yang telah mencapai usia 65 tahun.
Hal ini serupa dengan yang ditemukan oleh para ahli gerontology yang
mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan lansia apabila telah mencapai
usia 65 tahun. Lansia sendiri terbagi dalam beberapa tingkatan yaitu lansia
muda dengan rentang usia 65 -74 tahun, lansia pertengahan dengan rentang
usia 75-84 tahun, lansia sangat tua dengan rentang usia 85 tahun ke atas.
(Touhy& jett, 2010) Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia di Indonesia, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan lansia
adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sehingga setiap
penduduk Indonesia yang telah berusia 60 tahun atau lebih telah masuk dalam
kategori lansia. Lansia di Indonesia di klasifikasikan menjadi (1) kelompok
usia prasenilis yaitu berusia 45-59 tahun (2) kelompok usia lanjut yaitu
berusia 60 tahun ke atas (3) kelompok usia risiko tinggi yaitu berusia 70
tahun ke atas ataupun 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan.
Inkontinensia urine merupakan pengeluaran urine secara tidak sadar,
sering pada orang tua dan menyebabkan meningkatnya resiko infeksi saluran
kemih, masalah psikologis, dan isolasi sosial. Inkontinensia cenderung tidak
dilaporkan, karena penderita merasa malu dan juga menganggap tidak ada
yang dapat menolong nya dari penelitian pada populasi lanjut usia dari
masyarakat, didapatkan 75% dari pria dan 12% dari wanita diatas 70 tahun
mengalami inkontinensia urine. Sedangkan mereka yang dirawat di
psikogeriatri 15-50% menderita inkontinensia urine. Inkontinensia dibagi
menjadi inkontinensia akut, dan inkontinensia kronik. (Dumoulin., Smith.
2010).
Inkontinensia akut atau transien bersifat tiba-tiba, biasanya berhubungan
dengan kondisi pengobatan atau pembedahan. Penyebab inkontinensia akut
antara lain mobilitas terbatas, pecal impaction, delirium, infeksi saluran
kemih, DM tak terkontrol, hiperkalsemia pengobatan anti kolinergik/beta

1
adrenergik/alpha loker, diuretic, psikotropic, narkotik atau alkohol. Dalam
proses berkemih secara normal, seluruh komponen sistem saluran kemih
bawah yaitu detrusor, leher buli-buli dan sfingter uretra eksterna berfungsi
secara terkordinasi dalam proses pengosongan maupun pengisian urin dalam
buli-buli. (Dumoulin., Smith. 2010)
Inkontinensia kronik atau persisten dibagi menjadi stress inkontinensia,
urge inkontinensia, overflow inkontinensia dan fungsional dan fungsional
inkontinensia. Stress inkontinensia biasa terjadi pada lansia wanita. Terjadi
akibat peningkatan yang tiba-tiba pada tekanan intraabdmomen akibat adanya
kelemahan otot-otot disekitar uretra karena kehamilan. Kelahiran pervagina,
trauma pembedahan, obesitas dan batuk kronik. Pada pria stress inkontinensia
tidak biasa terjadi tetapi dapat terjadi apabila ada pembedahan prostate dan
terapi radiasi. Urgeinkontinensia pada lansia biasanya dihubungkan dengan
ketidakseimbangan otot detrusor/hiperrefleksia akibat dari cystitis, urethritis,
tumor, batu, juga stroke, dementia dan penyakit parkinson digubungkan
dengan nocturia. (Touhy & Jett, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah :
1.1.1 Bagaimana konsep lansia ?
1.1.2 Bagaimana konsep inkontinensia urine pada lansia ?
1.1.3 Bagaimana asuhan keperawatan gerontik secara teori ?
1.1.4 Bagaimana asuhan keperawatan mengenai inkontinensia urine pada
lansia ?
1.3 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Untuk dapat memahami penyakit inkontinensia urine dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan inkontinensia urine.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep lansia
2. Untuk mengetahui konsep inkontinensia urine pada lansia
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gerontik secara teori

2
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan mengenai inkontinensia
urine pada lansia

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi
Menurut world Health Organisation (WHO), Lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusianyang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. (Nugroho,2008)
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak,
dewasa dan tua (Nugroho, 2008).
2.1.2 Batasan Lansia
Menurut (Nugroho,2008), Batasan lansia yaitu :
1. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
b. Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
c. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
2. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi
menjadi tiga katagori, yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60
tahun ke atas dengan masalah kesehatan.
2.1.3 Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
1. Young Old (usia 60-69 tahun)
2. Middle Age Old (usia 70-79 tahun)
3. Old (usia 80-89 tahun)
4. Very Old (usia 90 tahun keatas)

4
2.1.4 Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017) yaitu:
1. Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia,
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin
perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang
paling tinggi adalah perempuan.
3. Status Pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk
lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus
kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu
lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari
keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus
kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup
perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup
laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan yang berstatus
cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai
umumnya kawin lagi.
4. Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat
berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik,
sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup
dan tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian
besar pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah
tabungan, saudara atau jaminan sosial.

5
5. Pendidikan Terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan
bahwa pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan
sangat sedikit yang bekerja sebagai tenaga professional. Dengan
kemajuan pendidikan diharapkan akan menjadi lebih baik.
6. Kondisi Kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes
RI (2016) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka
kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang
semakin baik.
2.1.5 Perubahan Pada Lansia
Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan
terjadinya banyak perubahan pada lansia yang meliputi :
1. Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung
pada persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia
yang memiliki kegiatan harian atau rutin biasanya menganggap
dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik,
emosi, atau sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap
dirinya sakit. Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa
diantaranya, kulit kering, penipisan rambut, penurunan
pendengaran, penurunan refleks batuk, pengeluaran lender,
penurunan curah jantung dan sebagainya. Perubahan tersebut
tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan
terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus menerus
terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi
kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
2. Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial,
kognitif, dan sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia
biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat keparahannya

6
yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan
kesejahteraan seorang lansia. Status fungsional lansia merujuk
pada kemampuan dan perilaku aman dalam aktivitas harian
(ADL). ADL sangat penting untuk menentukan kemandirian
lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan tanda
penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.
3. Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan
dengan gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan
kadar neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami
gangguan kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif.
Gejala gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan
keterampilan berbahasa dan berhitung, serta penilaian yang buruk
bukan merupakan proses penuaan yang normal.
4. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan
melibatkan proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin
panjang usia seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi
dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang
mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa
pensiun dan perubahan keadaan finansial, perubahan peran dan
hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan fungsional dan
perubahan jaringan sosial.
2.1.6 Permasalahan Lansia
Menurut Suardiman (2011), usia lanjut rentan terhadap berbagai
masalah kehidupan. Masalah umum yang dihadapi oleh lansia
diantaranya:
1. Masalah Ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja,
memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi
lain, usia lanjut dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang
semakin meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi

7
seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial
dan rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya
lebih baik karena memiliki penghasilan tetap setiap bulannya.
Lansia yang tidak memiliki pensiun, akan membawa kelompok
lansia pada kondisi tergantung atau menjadi tanggungan anggota
keluarga.
2. Masalah Sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya
kontak sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan
masyarakat. kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan
perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi seperti
mudah menangis, mengurung diri, serta merengek-rengek jika
bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya kembali seperti
anak kecil.
3. Masalah Kesehatan
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya
masalah kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi
fisik dan rentan terhadap penyakit.
4. Masalah Psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia
kearah kerusakan atau kemrosotan yang progresif terutama aspek
psikologis yang mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif,
dan apatis. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor
psikososial yang paling berat seperti, kematian pasangan hidup,
kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis.
2.1.7 Teori Proses Menua
Menurut (Siti Nur, 2016) teori proses menua yaitu :
1. Teori Biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara
genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi

8
sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah
mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel)
b. Pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory) Di
dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit.
d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus
theory) Sistem immune menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
e. Teori stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f. Teori radikal bebas, Radikal bebas dapat terbentuk dialam
bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g. Teori rantai silang Sel-sel yang tua atau usang , reaksi
kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h. Teori program Kemampuan organisme untuk menetapkan
jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori Kejiwaan Sosial

9
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari lansia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial
dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut
usia.
c. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lansia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada
teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
d. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi
kehilangan ganda (triple loss), yakni :
a. Kehilangan peran
b. Hambatan kontak sosial
c. Berkurangnya kontak komitmen
2.1.8 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan
pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif,
perasaan, sosial dan sexual (Azizah , 2011) :

10
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun.
b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi,
kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan
glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada
kulit dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot
dan sendi.. Kolagen sebagai pendukung utama kulit,
tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi
lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan
sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati
adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan
mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan
mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot:
perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,

11
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan
ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah
massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami
hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi
ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA
Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan
ikat.
e. Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang paru,
udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada
otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks
berkurang.
f. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang
nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun,
rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver
(hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
g. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,
contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

12
h. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
i. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara.
Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
2. Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quotient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
3. Perubahan Mental
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan
ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan
jabatan.

13
h. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan
dengan teman dan famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan
terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.
4. Perubahan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan
kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,
gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama
pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan
hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa
yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu
terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan
kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis
yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga
dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya
kemampuan adaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan
cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan
gangguan obsesif kompulsif, gangguan gangguan tersebut
merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan
dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari
suatu obat.

14
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan
waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri
barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya
terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik
diri dari kegiatan sosial.
f. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan
perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan
bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urin
nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.
Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat
terulang kembali.
2.2 Konsep Inkontinensia Urine
2.2.1 Definisi
Inkontinensia urine adalah berkemih diluar kesadaran, pada waktu
dan tempat yang tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau
sosial. Aspek sosial yang akan dialami oleh lansia antara lain
kehilangan harga diri, merasa terisolasi dan depresi. (Nursalam, 2008)
Inkontinensia urine adalah sering berkemih/ngompol yang tanpa
disadari merupakan salah satu keluhan orang lanjut usia. (Nursalam,
2008) Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan
frekuensi yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah
gangguan kesehatan dan sosial (Nursalam, 2008).
Inkontinensia urine didefinisikan sebagai keluarnya urine yang
tidak terkendali pada waktu yang tidak dikendaki tanpa memperhatikan
frekuensi dan jumlahnya yang mengakibatkan masalah sosial dan
higienis penderitanya (FKUI, 2006).

15
2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi inkontinensia urine menurut (Stanley, 2007) :
1. Inkontinensia stres
Akibat adanya tekanan didalam abdomen, seperti bersin, atau
selama latihan, menyebabkan kebocoran urine dari kandung kemih.
Tidak terdapat aktivitas kandung kemih. Tipe inkontinensia urine
ini sering diderita wanita yang mempunyai banyak anak.
2. Inkontinensia Mendesak (urge incontinence)
Berkemih dapat dilakukan, tetapi orang biasanya berkemih sebelum
sampai ke toilet. Mereka tidak merasakan adanya tanda untuk
berkemih. Kondisi ini terjadi karena kandung kemih seseorang
berkontraksi tanpa didahului oleh keinginan untuk berkemih.
Kehilangan sensasi untuk berkemih ini disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi persarafan yang mengatur perkemihan.
3. Inkontinensia overflow
Seseorang yang menderita inkontinensia overflow akan mengeluh
bahwa urinenya mengalir terus menerus. Hal ini disebabkan karena
obstruksi saluran kemih seperti pada pembesaran prostat atau
konstipasi. Untukpembesaran prostat yang menyebabkan
inkontinensia dibutuhkan tindakan pembedahan. Dan untuk
konstipasinya relatif mudah diatasi.
4. Inkontinensia refleks
Ini terjadi karena kondisi sistem saraf pusat yang terganggu, seperti
demensia. Dalam hal ini, pengosongan kandung kemih dipengaruhi
refleks yang dirangsangoleh pengisian. Kemampuan rasa ingin
berkemih dan berhenti berkemih tidak ada. Penatalaksanaannya
dengan permintaan untuk miksi secara teratur setiap jam atau
dengan menggunakan diapers ukuran dewasa.
5. Inkontinensia fungsional
Pada klien ini mempunyai kandung kemih dan saluran urine yang
utuh dan tidak mengalami kerusakan persarafan yang secara
langsung mempengaruhi sistem perkemihan tersebut. Kondisi ini

16
muncul akibat ketidakmampuan lain yang mengurangi
kemampuannya untuk mempertahankan kontinensia.
2.2.3 Etiologi
Etiologi inkontinensia urine menurut (Dumoulin., Smith. 2010) :
1. Poliuria merupakan kelainan frekuensi buang air kecil karena
kelebihan produksi urin. Pada poliuria volume urin dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal karena gangguan fungsi ginjal
dalam mengonsentrasi urin.
2. Noktoria kondisi sering berkemih pada malam hari disebut dengan
nokturia. Nokturia merupakan salah satu indikasi adanya prolaps
kandung kemih.
3. Gagal jantung kongestif menjadi faktor penyebab produksi urine
meningkat
4. Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia > 50 tahun. Karena
terjadinya penurunan tonus otot pada saluran kemih.
5. Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini
disebabkan oleh:
a. Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan
uretra dan efek akibat dilahirkan dapat mengakibatkan
penurunan otot-otot dasar panggul.
b. Perokok dapat menyebabkan kandung kemih terlalu aktif
karena efek nikotin pada dinding kandung kemih.
c. Minum alkohol dan kafein dapat menyebabkan inkontinensia
urin karena keduanya bersifat diuretik sehingga dapat
meningkatkan frekuensi berkemih.
d. Obesitas Berat badan yang berlebih meningkatkan resiko
terkena inkontinensia urin karena meningkatnya tekanan intra
abdomen dan kandung kemih. Tekanan intra abdomen
menyebabkan panjang uretra menjadi lebih pendek dan
melemahnya tonus otot.
e. Infeksi saluran kemih (ISK) Gejala pada orang yang
mengalami infeksi saluran kemih biasanya adalah peningkatan

17
frekuensi berkemih. Frekuensi berkemih yang semakin banyak
akan menyebabkan melemahnya otot pada kandung kemih
sehingga dapat terjadi inkontinensia urin
2.2.4 Tanda dan Gejala
Tanda – tanda inkontinensia urine menurut (Nursalam. 2008) :
1. Inkontinensia stres
a. Adanya urine menetes dan peningkatan tekanan abdomen
b. Adanya dorongan berkemih
c. Sering miksi
d. Otot pelvis dan struktur penunjang lemah
2. Inkontinensia mendesak
a. Sering miksi
b. Spasme kandung kemih
3. Inkontinensia overflow
a. Aliran urine lemah
b. Merasa menunda atau mengejan
4. Inkontinensia reflek
a. Tidak ada dorongan untuk berkemih
b. Merasa bahwa kandung kemih penuh
c. Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada
interval
5. Inkontinensia fungsional
a. Adanya dorongan berkemih
b. Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan
urine
2.2.5 Patofisiologi
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara
lain (Nursalam, 2008):
1. Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem perkemihan vesika
urinaria (kandung kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal
sekitar 300-600 ml. Dengan sensasi keinginan untuk berkemih
diantara 150-350 ml. Berkemih dapat ditundas 1-2 jam sejak

18
keinginan berkemih dirasakan. Ketika keinginan berkemih atau
miksi terjadi pada otot detrusor kontrasi dan sfingter internal dan
sfingter ekternal relaksasi, yang yang membuka uretra. Pada orang
dewasa muda hampir semua urine dikeluarkan dengan proses ini.
Pada lansia tidak semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml
atau kurang dianggap adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml
mengidentifikasi adanya retensi urine. Perubahan yang lainnya
pada proses penuaan adalah terjadinya kontraksi kandung kemih
tanpa disadari. Wanita lansia, terjadi penurunan produksi estrogen
menyebabkan atrofi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan
mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar.
2. Fungsi otot besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi
kandung kemih. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan
pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam kandung kemih
sampai kapasitas berlebihan. Fungsi sfingter yang terganggu
menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin.
WOC

19
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang inkontinensia menurut (Stanley, 2007) :
1. Urinalisis digunakan untuk melihat apakah ada bakteri, darah dan
glukosa dalam urine.
2. Uroflowmetry digunakan untuk mengevaluasi pola berkemih dan
menunjukkan obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan
mengukur laju aliran ketika pasien berkemih.
3. Cysometry digunakan untuk mengkaji fungsi neuromuskular
kandung kemih dengan mengukur efisiensi refleks otot detrusor,
tekanan dan kapasitas intravesikal, dan reaksi kandung kemih
terhadap rangsangan panas.
4. Urografi eksretorik, disebut juga pielografi intravena, digunakan
untuk mengevaluasi struktur dan fungsi ginjal, ureter, dan kandung
kemih.
5. Voiding cystourethrography digunakan untuk mendeteksi
ketidaknormalan kandung kemih dan uretra serta mengkaji
hipertrofi lobus prostat, struktur uretra, dan tahap gangguan uretra
prostatik stenosis (pada pria).
6. Urterografi retrograde, digunakan hampir secara eksklusif pada
pria, membantu diagnosis struktur dan obstruksi orifisium uretra.
7. Elektromiografi sfingter eksternal mengukur aktivitas listrik
sfingter urinarus eksternal.
8. Pemeriksaan rektum pada pasien pria dapat menunjukkan
pembesaran prostat atau nyeri, kemungkinan menandakan
hipertfrofi prostat jinak atau infeksi. Pemeriksaan tersebut juga
dapat menunjukkan impaksi yang mungkin dapat mentebabkan
inkontinensia.
9. Kateterisasi residu pascakemih digunakan untuk menentukan
luasnya pengosongan kandung kemih dan jumlah urine yang tersisa
dalam kandung kemih.

20
2.2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan inkontinensia urine menurut (Stanley, 2007) :
1. Terapi obat disesuaikan dengan penyebab inkontinensia. Antibiotik
diresepkan jika inkontinensia akibat dari inflamasi yang disebabkan
oleh infeksi bakteri. Obat antikolinergik digunakan untuk
memperbaiki fungsi kandung kemih dan mengobati spasme
kandung kemih jika dicurigai ada ketidakstabilan pada otot
destrusor. Obat antispasmodik diresepkan untuk hiperrefleksia
detrusor aktivitas otot polos kandung kemih. Estrogen baik dalam
bentuk oral, topikal, maupun supositoria, digunakan jika ada
vaginitis atrofik. Inkontinensia stress kadang dapat diterapi dengan
obat antidepresan.
2. Terapi perilaku meliputi latihan berkemih, latihan kebiasaan dan
waktu berkemih, penyegeraan berkemih, dan latihan otot panggul
(latihan kegel). Pendekatan yang dipilih disesuaikan dengan
masalah pasien yang mendasari. Latihan kebiasaan dan latihan
berkemih sangat sesuai untuk pasien yang mengalami inkontinensia
urgensi. Latihan otot panggul sangat baik digunakan oleh pasien
dengan fungsi kognitif yang utuh yang mengalami inkontinensia
stress. Intervensi perilaku umumnya tidak dipilih untuk pasien yang
mengalami inkontinensia sekunder akibat overflow. Teknik
tambahan, seperti umpan biologis dan rangsangan listrik, berfungsi
sebagai tambahan pada terapi perilaku.Latihan kebiasaan,
bermanfaat bagi pasien yang mengalami demensia atau kerusakan
kognitif, mencakup menjaga jadwal berkemih yang tetap, biasanya
setiap 2 sampai 4 jam.
3. Spiral dapat diresepkan bagi pasien wanita yang mengalami
kelainan anatomi seperti prolaps uterus berat atau relaksasi pelvik.
Spiral tersebut dapat dipakai secara internal, seperti diafragma
kontrasepsi, dan menstabilkan dasar kandung kemih serta uretra,
yang mencegah inkontinensia selama ketegangan fisik.

21
4. Toileting terjadwal
5. Penggunaan pada Indwelling kateter, jika retensi urine tidak dapat
dikoreksi secara medis/pembedahan dan untuk kenyamanan klien
terakhir.
2.3 Asuhan Keperawatan Gerontik Secara Teori
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan
peninjauan situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud
menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan
dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan
mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko,
sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia
serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang
berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti data tentang
keluarga dan lingkungan yang ada. (Siti Nur, 2016)
Fokus keperawatan gerontik ada 4 menurut (Siti Nur, 2016) yakni :
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Upaya yang dilakukan adalah memelihara kesehatan dan
mengoptimalkan kondisi lansia dengan menjaga perilaku yang
sehat. Contohnya adalah memberikan pendidikan kesehatan
tentang gizi seimbang pada lansia, perilaku hidup bersih dan
sehat serta manfaat olah raga.
2. Pencegahan penyakit (preventif)
Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit karena proses
penuaan dengan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk
mendeteksi sedini mungkin terjadinya penyakit, contohnya
adalah pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol secara
berkala, menjaga pola makan, contohnya makan 3 kali sehari
dengan jarak 6 jam, jumlah porsi makanan tidak terlalu banyak
mengandung karbohidrat (nasi, jagung, ubi) dan mengatur
aktifitas dan istirahat, misalnya tidur selama 6-8 jam/24 jam.

22
3. Mengoptimalkan fungsi mental.
Upaya yang dilakukan dengan bimbingan rohani, diberikan
ceramah agama, sholat berjamaah, senam GLO (Gerak Latih
Otak) (GLO) dan melakukan terapi aktivitas kelompok,
misalnya mendengarkan musik bersama lansia lain dan menebak
judul lagunya.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Melakukan upaya kerjasama dengan tim medis untuk
pengobatan pada penyakit yang diderita lansia, terutama lansia
yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit, misalnya pada
saat kegiatan Posyandu Lansia.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengkajian pada lansia :
1. Interelasi (saling keterkaitan) antara aspek fisik dan psikososial:
terjadi penurunan kemampuan mekanisme terhadap stres,
masalah psikis meningkat dan terjadi perubahan pada fisik
lansia.
2. Adanya penyakit dan ketidakmampuan status fungsional.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengkajian, yaitu: ruang
yang adekuat, kebisingan minimal, suhu cukup hangat, hindari
cahaya langsung, posisi duduk yang nyaman, dekat dengan
kamar mandi, privasi yang mutlak, bersikap sabar, relaks, tidak
tergesa-gesa, beri kesempatan pada lansia untuk berpikir,
waspada tanda-tanda keletihan.
Pengkajian :
1. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang
ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan
pasien untuk menanggulanginya
2. Riwayat penyakit terdahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.

23
3. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
4. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5. Riwayat pemakaian obat
pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat.
6. Tanda-tanda vital pasien
a. TD : apakah tekanan darah pasien normal atau tidak
b. Nadi : apakah nadi pasien normal atau tidak
c. Suhu : apakah suhu tubuh pasien tinggi atau rendah
d. RR : apakah RR pasien normal atau tidak
e. BB : apakah BB pasien sesuai dengan BB ideal pasien
Data Perubahan Fisik, Psikologis, Psikososial dan Spiritual :
1. Perubahan Fisik
Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi,
perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem
tubuh :
a. Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah,
tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak,
kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau
melemah
b. Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya
katarak. Pupil: kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan
menurun karena proses pemenuaan,
c. Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu
dengar, tinnitus, serumen telinga bagian luar, kalau ada
serumen jangan di bersihkan, apakah ada rasa sakit atau
nyeri ditelinga.

24
d. Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna,
kehangatan), auskultasi denyut nadi apical, periksa adanya
pembengkakan vena jugularis, apakah ada keluhan pusing,
edema.
e. Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet,
anoreksia, mual, muntah, kesulitan mengunyah dan
menelan), keadaan gigi, rahang dan rongga mulut,
auskultasi bising usus, palpasi apakah perut kembung ada
pelebaran kolon, apakah ada konstipasi (sembelit), diare,
dan inkontinensia alvi.
f. Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi
kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan buang
air kecil), frekuensi, tekanan, desakan, pemasukan dan
pengeluaran cairan. Rasa sakit saat buang air kecil, kurang
minat untuk melaksanakan hubungan seks, adanya
kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual.
g. Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat
kelembaban), keutuhan luka, luka terbuka, robekan,
perubahan pigmen, adanya jaringan parut, keadaan kuku,
keadaan rambut, apakah ada gangguan-gangguan umum.
h. Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot,
mengecilnya tendon, gerakan sendi yang tidak adekuat,
bergerak dengan atau tanpa bantuan/peralatan, keterbatasan
gerak, kekuatan otot, kemampuan melangkah atau berjalan,
kelumpuhan dan bungkuk.
2. Perubahan Psikologis, data yang dikaji :
a. Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
d. Bagaimana mengatasi stres yang di alami
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
f. Apakah lansia sering mengalami kegagalan

25
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat,
proses pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan
dalam menyelesaikan masalah
3. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji :
a. Darimana sumber keuangan lansia
b. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang,
c. Dengan siapa dia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
e. Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
f. Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di
luar rumah
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan
fasilitas yang ada
4. Perubahan Spiritual, data yang dikaji :
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan
anak yatim atau fakir miskin.
c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah
dengan berdoa
d. Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
Pengkajian Khusus Pada Lansia : Pengkajian Status Fungsional,
Pengkajian Status Kognitif
1. Pengkajian Status Fungsional dengan Pemeriksaan Index Katz
Tabel 1 : Pemeriksaan kemandirian lansia dengan Index Katz
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah,
ke kamar kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali satu dari fungsi tersebut

26
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu
fungsi tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali berpakaian, ke kamar kecil,dan satu fungsi
tambahan
G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Tabel 1 Index Katz di atas untuk mencocokkan kondisi lansia
dengan skor yang diperoleh.
2. Pengkajian Status Kognitif
a. SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire)
adalah penilaian fungsi intelektual lansia.
Tabel 2 Penilaian SPMSQ
Benar Salah No Pertanyaan
01 Tanggal berapa hari ini ?
02 Hari apa sekarang ?
03 Apa nama tempat ini ?
04 Dimana alamat anda ?
05 Berapa umur anda ?
06 Kapan anda lahir ? (minimal
tahun)
07 Siapa presiden Indonesia
sekarang ?
08 Siapa presiden Indonesia
sebelumnya ?
09 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara
menurun.
TOTAL NILAI
Interpretasi :
Salah 0-3 : Fungsi intelekstual utuh

27
Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
b. MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek
kognitif dari fungsi mental, orientasi,registrasi, perhatian
dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa
Tabel 3 Penilaian MMSE
Nilai Maksimum Pasien Pertanyaan
Orientasi
5 Tahun, musim, tgl,
hari, bulan, apa
sekarang? Dimana
kita (negara bagian,
wilayah, kota ) di RS
mana ? ruang apa
Registrasi
3 Nama 3 obyek (1 detik
untuk mengatakan
masing-masing)
tanyakan pada lansia
ke 3 obyek setelah
Anda katakan. Beri
point untuk jawaban
benar, ulangi sampai
lansia mempelajari ke
3 nya dan jumlahkan
skor yang telah dicapai
Perhatian dan kalkulasi
5 Pilihlah kata dengan 7
huruf, misal kata
“panduan”, berhenti
setelah 5 huruf, beri 1
point tiap jawaban
benar, kemudian
dilanjutkan, apakah
lansia masih ingat
huruf lanjutannya)
Mengingat
3 Minta untuk
mengulangi ke 3 obyek
di atas, beri 1 point
untuk tiap jawaban
benar
Bahasa

28
9 Nama pensil dan
melihat (2 point)
30
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
2.2.2 Diagnosa
Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment” yang berfokus
pada respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan
atau kerentanan (vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok
atau komunitas (NANDA, 2015-2017).
Berdasarkan pengertian tersebut, pengertian dari diagnosis
keperawatan gerontik adalah keputusan klinis yang berfokus pada
respon lansia terhadap kondisi kesehatan atau kerentanan tubuhnya baik
lansia sebagai individu, lansia di keluarga maupun lansia dalam
kelompoknya.

No Diagnosa
1 Kategori :
Fisiologis
Subkategori :
Eliminasi
Diagnosa :
Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan
Ketidakmampuan mengontrol keluaran urine ditandai dengan
mengeluh tidak dapat menahan BAK kurang lebih selama 5
hari (D.0040)
Definisi :
Disfungsi eliminasi urine
Penyebab :
1. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda
gangguan kandung kemih
2. Kelemahan otot pelvis
3. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan
eliminasi
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1. Desakan berkemih
2. Urine menetes
3. Mengompol

29
Objektif :
1. Distensi kandung kemih
2. Berkemih tidak tuntas
Volume residu urine meningkat
2 Kategori :
Fisiologis
Subkategori :
Aktivitas / istirahat
Diagnosa :
Gangguan pola tidur (D.0055)
Definisi :
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.
Penyebab :
1. Hambatan lingkungan
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
Gejala tanda mayor :
Subjektif :
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala tanda minor :
Subjektif :
Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
3 Kategori :
fisiologis
Subkategori :
eliminasi
Diagnosa :
Inkontinensia urin fungsional (D.0044)
Definisi :
Pengeluaran urin tidak terkendali karena kesulitan dan tidak
mampu mencapai toilet pada waktu yang tepat
Penyebab :
1. Ketidak mampuan atau penurunan mengenali tanda-
tanda berkemih
2. Penurunan tonus kandung kemih
3. Hambatan mobilisasi
Gejala tanda mayor :
Subjektif :
1. Mengompol sebelum mencapai atau selama usaha

30
mencapai toilet
Gejala tanda minor :
subjektif :
1. Mengompol diwaktu pagi hari
Mampu mengosongkan kandung kemih lengkap

2.2.3 Intervensi dan Implementasi


Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah lansia. (Siti Nur, 2016)
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik
yang diharapkan dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantuk klien
mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009).
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan
aktivitas pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan (Nettina, 2002).
Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Siti Nur, 2016)

No Diagnosa SLKI SIKI


.
1 Kategori : Tujuan : Manajemen eliminasi
Fisiologis Setelah urine (I.04152)
Subkategori : dilakukan Definisi :
Eliminasi tindakan Mengidentifikasi dan
Diagnosa : keperawatan mengelola gangguan pola
Gangguan eliminasi selama 1x24 jam eliminasi urine
urin berhubungan Kontinensia
dengan Urine (L.04036) Observasi :
Ketidakmampuan Definisi : 1. Identifikasi tanda
mengontrol keluaran Pola kebiasaan dan gejala retensi
urine ditandai dengan buang air kecil atau inkontinensia
mengeluh tidak dapat Ekspetasi : urine
menahan BAK kurang membaik dengan 2. Identifikasi faktor
lebih selama 5 hari kriteria hasil : yang menyebabkan
(D.0040) 1. Kemamp retensi atau
Definisi : uan inkontinensia urine
Disfungsi eliminasi berkemih 3. Monitor eliminasi

31
urine dari skala urine (mis,
Penyebab : 2 (cukup frekuensi,
4. Penurunan meningka konsistensi, aroma,
kemampuan t) volume dan warna)
menyadari menjadi Teraupetik :
tanda-tanda skala 4 1. Catat waktu-waktu
gangguan (cukup dan haluaran
kandung menurun) berkemih
kemih 2. Residu volume 2. Batasi asupan
5. Kelemahan urine setelah cairan, jika perlu
otot pelvis berkemihdari 3. Ambil sampel
6. Ketidakmamp skala 2 (cukup urine tengah
uan meningkat) (midstream) atau
mengkomunik menjadi skala kultur
asikan 4 (cukup Edukasi :
kebutuhan menurun) 1. Ajarkan terapi
eliminasi 3. Frekuensi modalitas
Gejala dan Tanda berkemih penguatan otot
Mayor : dari skala panggul/berkemih
Subjektif : 2 (cukup 2. Ajarkan mengukur
4. Desakan memburu asupan cairan dan
berkemih k) haluaran urine
5. Urine menetes menjadi 3. Anjurkan
6. Mengompol skala 4 mengurangi
Objektif : (cukup minum menjelang
3. Distensi membaik) tidur
kandung
kemih Keterangan :
4. Berkemih 1 : memburuk
tidak tuntas 2 : Cukup
5. Volume residu memburuk
urine 3 : Sedang
meningkat 4 : Cukup
membaik
5 : Membaik
2. Kategori : tujuan : Dukungan tidur
Fisiologis setelah dilakukan (I.05174)
Subkategori : tindakan selama Definisi :
Aktivitas / istirahat 1x24 jam Memfasilitasi siklus tidur
Diagnosa : pola tidur dan terjaga yang teratur
Gangguan pola tidur (L.05045) Observasi
(D.0055) definisi :  Identifikasi pola
Definisi : keadekuatan aktifitas dan tidur
Gangguan kualitas kualitas dan  Identifikasi faktor
dan kuantitas waktu kuantitas tidur pengganggu tidur
tidur akibat faktor ekspetasi :  Identifikasi
eksternal. 1. Keluhan makanan dan
Penyebab : sulit tidur minuman

32
7. Hambatan dari skala  Identifikasi obat
lingkungan 2 cukup tidur yang
8. Kurang meningka dikonsumsi
kontrol tidur t menjadi Terapeutik
9. Kurang privasi skala 4  Modifikasi
10. Restraint fisik cukup lingkungan
11. Ketiadaan menurun  Batasi waktu tidur
teman tidur 2. Keluhan siang,jika perlu
12. Tidak familiar sering  Fasilitas
dengan terjaga menghilangkan
peralatan tidur dari skala stres sebelum tidur
Gejala tanda 2 cukup  Tetapkan jadwal
mayor : meningka tidur rutin
Subjektif : t menjadi  Lakukan prosedur
6. Mengeluh sulit skala 4 untuk
tidur cukup meningkatkan
7. Mengeluh menurun kenyamanan
sering terjaga 3. Keluhan Edukasi
8. Mengeluh tidak
 Jelaskan
tidak puas puas tidur
pentingnya tidur
tidur dari skala
cukup selama sakit
9. Mengeluh pola 2 cukup
 Anjurkan menepati
tidur berubah meningka
kebiasaan waktu
10. Mengeluh t menjadi
tidur
istirahat tidak skala 4
cukup cukup  Anjurkan
Gejala tanda minor : menurun menghindari
Subjektif : keterangan : makanan /
1. Mengeluh 1 : memburuk minuman yang
kemampuan 2 : Cukup mengganggu tidur
beraktivitas memburuk
menurun 3 : Sedang
4 : Cukup
membaik
5 : Membaik
3. Kategori : Tujuan : Latihan berkemih
fisiologis Setelah (I.04149)
Subkategori : dilakukan Definisi :
eliminasi intervensi selama Mengajarkan suatu
Diagnosa : 1x24 jam kemampuan melakukan
Inkontinensia urin Inkontinensia eleminasi urine
fungsional (D.0044) urin fungsional Observasi
Definisi : (L.04036)  Periksa kembali
Pengeluaran urin tidak Definisi : penyebab
terkendali karena Kemampuan gangguan berkemih
kesulitan dan tidak untuk  Monitor pola dan
mampu mencapai mengontrol kemampuan
toilet pada waktu yang buang air kecil berkemih

33
tepat Ekspetasi : Terapeutik
Penyebab : 1. Nokturia  Hindari
4. Ketidak dari skala penggunaan kateter
mampuan atau 2 cukup indwelling
penurunan meningka  Siapkan area toilet
mengenali t menjadi yang aman
tanda-tanda skala 4  Sediakan peralatan
berkemih cukup yang dibutuhkan
5. Penurunan menurun dekat dan mudah
tonus kandung 2. Residu dijangkau
kemih volume Edukasi
6. Hambatan urine  Jelaskan arah-arah
mobilisasi setelah menuju kamar
Gejala tanda berkemih mandi/atau toilet
mayor : dari skala pada pasien dengan
Subjektif : 2 cukup gangguan
2. Mengompol meningka penglihatan
sebelum t menjadi  Anjurkan intake
mencapai atau skala 4 cairan adekuat
selama usaha cukup untuk mendukung
mencapai menurun output urine
toilet 3. Distensi  Anjurkan eliminasi
Gejala tanda minor : kandng normal dengan
subjektif : kemih beraktivitas dan
2. Mengompol dari skala olahraga sesuai
diwaktu pagi 2 cukup kemampuan
hari meningka
3. Mampu t menjadi
mengosongkan skala 4
kandung cukup
kemih lengkap menurun
keterangan :
1 : memburuk
2 : Cukup
memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup
membaik
5 : Membaik

2.2.4 Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah

34
ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan
mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak,
dkk., 2011)
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang
tampilkan. (Siti Nur, 2016)
2.4 Asuhan Keperawatan Inkontinensia Urine Pada Lansia
Ny.A umur 55 tahun datang ke RSI A Yani Surabaya diantar keluarga. Ny.
A mengatakan sering kencing tanpa disadari (ngompol). Ny. A mengatakan
tidak bisa menahan jika sudah terasa ingin BAK. Frekuensi berkemih tiap
hari 16-19x/hari, kurang lebih selama 5 hari. Ny. A juga mengatakan saat
dia bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit air kencing. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan data TB dan BB Ny. A adalah 160 cm, 50 kg,
TD 110/70 mmHg, Nadi 78x/menit, repirasi 18x/menit dan suhu 36,3˚C,
output 2100cc. Terdapat Terdapat distendi kandung kemih.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa :

35
NIM :
Tanggal Pengkajian :

1. PENGKAJIAN
A. Data Biografis Klien
Nama : Ny. A
Umur : 55 tahun
Alamat : Jl. Smea
Jenis kelamin :  Laki-laki  Perempuan
Kriteria umur : Middle  Elderly  Old  Very old
Status perkawinan :  Menikah  Tidak menikah  Janda  Duda
Agama : Islam  Protestan  Hindu  Budha
Suku :  Jawa  Madura  Lainnya,
_______________________
Pendidikan :  Tidak tamat SD  Tamat SD SMP
 SMA  PT  Buta huruf
Lama di panti :  ≤ 1 tahun  1-3 tahun  ≥ 3 tahun
Sumber pendapatan:
 Ada, jelaskan: suami dari Ny. A mengatakan bekerja swasta sehingga
kebutuhan sehari-hari di dapatkan dari suaminya dan anak-anak
Ny. A masih sekolah.
 Tidak ada, jelaskan: _______________________________________
Riwayat pekerjaan : ______________________________________
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini:
 Nyeri dada  Pusing  Batuk  Demam
 Sesak napas  Gatal  Diare  Nyeri sendi
 Jantung berdebar  Penglihatan kabur
Lainnya: Ny.A mengatakan sering mengompol

Keluhan yang dirasakan tiga bulan terakhir:


 Nyeri dada  Pusing  Batuk  Demam
 Sesak napas  Gatal  Diare  Nyeri sendi
 Jantung berdebar  Penglihatan kabur
Lainnya: Ny. A mengatakan tidak ada keluhan selama 3 bulan terakhir
Penyakit saat ini:
 Sesak napas/PPOK  Nyeri sendi/rematik  Diare
 Penyakit kulit  Penyakit jantung  Penyakit mata
 Diabetes mellitus  Hipertensi
Lainnya: Inkontinensia Urine

Kejadian penyakit tiga bulan terakhir:


 Sesak napas/PPOK  Nyeri sendi/rematik  Diare
 Penyakit kulit  Penyakit jantung  Penyakit mata
 Diabetes mellitus  Hipertensi

36
Lainnya: Ny. A mengatakan tidak ada kejadian penyakit selama tiga bulan
terakhir

C. Status Fisiologis
Pemeriksaan tanda-tanda vital dan status gizi:
TD = 110/70 mmHg
N = 78 kali/menit
Suhu = 36,3 °C
RR = 18 kali/menit
TB = 160 cm
BB = 50 kg
IMT = 19,53 (Normal)

Pemeriksaan fisik
1. Kepala
 Bersih  Kotor
Kerontokan rambut :  Ya  Tidak
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan

2. Mata
Sklera :  putih icterus  merah  perdarahan
Konjungtiva :  pucat merah muda
Pupil :  isokor  anisokor  miosis  midriasis
Strabismus :  Ya  Tidak
Riwayat katarak:  Ya Tidak
Fungsi penglihatan: Keadaan mata normal, Ny.A dapat melihat tulisan yang
dibawa perawat pada jarak jauh maupun jarak dekat untuk dilakukan pemeriksaan
cuman kadang sekali ada sedikit nyeri dan pandangan menjadi kabur.
Peradangan: Ny. A tidak memiliki keluhan apa-apa, dibagian mata keadaan
normal
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan pada bagian mata

3. Hidung
Keadaan hidung normal,bersih, tidak ada memar, simetris kanan dan kiri, tidak
ada benjolan pada hidung kanan maupun kiri.
Peradangan: tidak ada peradangan pada hidung Ny. A
Fungsi penghidung : keadaan hidung Ny. A normal
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan pada bagian hidung

4. Mulut dan tenggorokan


Keadaan mulut dan tenggorokan Ny. A normal, lidah bersih, gigi ada yang
berlubang, tidak ada lesi, mukosa bibir lembab, tidak ada benjolan, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid pada tenggorokan pasien
Peradangan: tidak ada peradangan

37
Kesulitan mengunyah :  Ya  Tidak
Kesulitan menelan :  Ya  Tidak
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan pada mulut dan tenggorokan pasien

5. Telinga
 Bersih  Kotor
Peradangan: tidak ada peradangan
Fungsi pendengaran: keadaan telinga pada Ny.A normal
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan pada telinga pasien

6. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid :  Ya  Tidak
JVD : tidak ada
Refleks (spesifik): adanya refleks fisiologis

7. Thoraks
Bentuk dada :  simetris  tidak simetris
Suara napas tambahan
 wheezing lokasi : ___________________
 ronchi lokasi : ___________________
 Tidak ada
Suara jantung
 normal, S1 S2 tunggal
 lainnya, ______________________________
Keluhan :  Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________

8. Abdomen
Bentuk simetris, bising usus normal, tidak ada pembesaran limfa
Rectum : keadaan abdomen Ny. A normal, tidak ada hemoroid pada
abdomen
BAB : 1x sehari Konsistensi : padat
 diare konstipasi  feses berdarah  tidak terasa 
lavament  kesulitan  melena  colostomy  wasir 
pencahar
 tidak ada masalah
 alat bantu, tidak ada
 diet khusus, rendah garam rendah lemak
BAK : 15-18 x/menit

9. Genitalia
Payudara :  simetris  asimetris  tidak ada benjolan
 bersih  kotor, _________________________________________
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan pada bagian genitalia pasien

38
10. Integumen
bersih  kotor, _________________________________________
Warna kulit :  ikterik  cyanosis  pucat
 kemerahan  pigmentasi sawo matang
Akral :  hangat  panas
 dingin basah  dingin kering
Turgor :  Baik cukup  buruk/menurun
Keluhan :  Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan pada bagian integumen pasien

11. Ekstremitas
Kemampuan pergerakan sendi:  bebas terbatas
Parese :  ya  tidak
Paralise :  ya  tidak
Kekuatan otot : 4|4|4|4

Postur tubuh : tegap


Deformitas :  ya  tidak
Tremor :  ya  tidak
Edema :  ya  tidak
Alat bantu :  tidak  ya, ______________________________

D. Status Kesehatan
Keluhan utama :
Ny. A mengatakan sering BAK yang tidak terkontrol selama 5 hari

Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan:


Ny. A mengatakan tidak mengerti penyebab dari penyakitnya ini, yang Ny. A
ketahui adalah karena faktor usianya dan sering kecapekan. Dan untuk
mengatasinya Ny. A hanya meminum obat yang diberikan oleh puskesmas.

Penggunaan obat-obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan

- - -

E. Pengkajian Psikososial
Hubungan dengan orang lain dalam wisma:
 Tidak kenal  Sebatas kenal Mampu interaksi  Mampu bekerja
sama
Hubungan dengan orang lain di luar wisma di dalam panti:

39
 Tidak kenal  Sebatas kenal  Mampu interaksi  Mampu bekerja
sama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya di dalam panti:
 Selalu  Sering  Jarang  Tidak
pernah
Stabilitas emosi:
 Labil  Stabil  Irritable  Datar
Jelaskan: sejauh ini Ny. A mampu berinteraksi dengan baik kepada keluarga,
tetangga, maupun orang – orang disekitarnya.
Motivasi penghuni panti:  Kemampuan sendiri  Paksaan
Frekuensi kunjungan keluarga:
 1 kali/bulan  2 kali/bulan  Tidak pernah

F. Pengkajian Fungsional
1. Masalah emosional
Pertanyaan tahan 1
a) Apakah klien mengalami susah tidur? Tidak
b) Ada masalah atau banyak pikiran? Ada
c) Apakan klien murung atau menangis sendiri? Tidak
d) Apakah klien sering was-was atau khawatir? Tidak

2. Tingkat kerusakan intelektual


Dengan menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire),
ajukan beberapa pertanyaan pada daftar di bawah ini!
Benar Salah No Pertanyaan
 1 Tanggal berapa hari ini?
 2 Hari apa sekarang?
 3 Apa nama tempat ini?
 4 Dimana alamat ini?
 5 Berapa umur anda?
 6 Kapan anda lahir?
 7 Siapa presiden Indonesia?
 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
 9 Siapa nama ibu anda?
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru secara menurun
Jumlah = Benar 6
Salah 4
Interpretasi:
Salah 0-3 = fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 = fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 = fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 = fungsi intelektual kerusakan berat
3. Identifikasi aspek kognitif
Dengan mengunakan MMSE (Mini-Mental State Examination)
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien

40
Menyebutkan dengan benar
Tahun : 2020 (benar)
Musim : hujan (benar)
1 Orientasi 5 5
Tanggal : 17 (benar)
Hari : Selasa (benar)
Bulan : Agustus (benar)
Dimana kita sekarang kita berada?
Negara : Indonesia (benar)
Provinsi : Jawa Timur (benar)
2 Orientasi 5 5
Kabupaten/kota : Surabaya (benar)
Panti :-
Wisma : -
Sebutkan 3 nama objek (misal: kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab:
3 Registrasi 3 2
Kursi : (benar)
Meja : (benar)
Kertas : (benar)
Meminta klien berhitung mulai dari
100 kemudian kurangi 7 sampai 5
tingkat.
Perhatian Jawaban :
4 dan 5 2 1. 93
kalkulasi 2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
Minta klien untuk mengulang ketiga
5 Mengingat 3 3 objek pada poin ke-2 (tiap poin nilai
1)
6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukkan benda
tersebut)
Minta klien untuk mengulang kata
berikut:
“ tidak ada, dan, jika atau tetapi)
Klien menjawab:
7 Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
Ambil kertas ditangan anda, lipat
dulu dan taruh dilaci.
1. Ambil kertas ditangan anda
2. lipat
3.dan taruh dilaci
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai perintah
nilai satu poin.
“tutup mata anda”

41
Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar
Total Nilai 30 24
Interpretasi:
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat

G. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan


Kebiasaan merokok:
 > 3 batang sehari  < 3 batang sehari  Tidak merokok

1. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi


Frekuensi makan:
 1x/hari  2x/hari  3x/hari  Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan:
 1 porsi dihabiskan  < 1/2 porsi yang dihabiskan
 1/2 porsi yang dihabiskan  Lain-lain, ___________________________
Makanan tambahan:
 Dihabiskan  Tidak dihabiskan  Kadang-kadang dihabiskan

2. Pola pemenuhan cairan


Frekuensi minum:
 < 3 gelas/hari  > 3 gelas/hari
Jika jawaban > 3 gelas/hari, alasan:
 Takut kencing malam hari  Persediaan air minum terbatas
 Tidak haus  Kebiasaan minum sedikit
Jenis miuman:
 Air putih  Kopi  Teh  Susu  Lainnya, ________

3. Pola kebiasaan tidur


Jumlah waktu tidur:
 < 4 jam  4-6 jam  > 6 jam
Gangguan tidur berupa:
 Insomnia  Sulit mengawali
 Sering terbangun  Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur:
 Santai  Keterampilan
 Diam saja  Ibadah/kegiatan keagamaan

4. Pola eliminasi alvi


Frekuensi BAB:  1x/hari  2x/hari  Lainnya, __________________
Konsistensi : padat
Gangguan BAB:

42
 Inkotinensia alvi  Konstipasi  Diare  Tidak ada

5. Pola eliminasi urin


Frekuensi BAK:  1-3x/hari  4-6x/hari  > 6x/hari
Berapa Lama Keluhan dirasakan :Ny.A mengatakan kurang lebih 5 hari
Jumlah cairan yang keluar : 2100cc
Kebiasaan BAK dimalam hari : Ny. A mengatakan biasanya terbangun dan BAK
dimalam hari
Nyeri saat berkemih : Ny. A mengatakan jika BAK mengalami nyeri
Frekuensi saat berkemih : Ny. A mengatakan kandung kemih terasa penuh
Warna urine : kuning
Gangguan BAK :
 Inkotinensia urine  Retensi urine  Lainnya, ____________________

6. Pola aktivitas
Kegiatan produktif lansia yag sering dilakukan:
 Membantu kegiatan dapur  Berkebun
 Pekerjaan rumah tangga  Keterampilan tangan

7. Pola perawatan diri


Kebiasaan mandi
 1x/hari  2x/hari  3x/hari  < 1x/hari
Memakai sabun :  Ya  Tidak
Sikat gigi :  1x/hari  2x/hari  Tidak pernah
Menggunakan pasta gigi :  Ya  Tidak
Berganti pakaian bersih : 1x/hari  > 1x/hari  Tidak ganti

Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)


Nilai
No Jenis Aktivitas Penilaian
Bantuan Total
1. Makan 0 10 10
2. Minum 0 10 10

43
3. Berpindah dari kursi roda ke 0 15 15
tempat tidur dan sebaliknya.
4. Kebersihan diri: cuci muka, 0 5 5
menyisir, aktivitas di kamar mandi
(toiletting).
5. Mandi 0 5 5
Berjalan di jalan yang datar (jika
tidak mampu berjalan lakukan
dengan kursi roda).
6. Naik turun tangga 0 5 5
7. Berpakaian termasuk mengenakan 0 15 15
sepatu 10 10
8. Mengontrol defekasi 0 10 10
9. Mengontrol berkemih 0 10 10
10. Olahraga/ latihan 0 10 10
11. Rekreasi/ pemanfaatan waktu 0 10 10
luang
Total Nilai 100 100
Keterangan: Mandiri
Masing- masing indikator penilaian memiliki rentang nilai 5-10
Interpretasi:
60 : Ketergantungan penuh
65-125 : Ketergantunagn ringan
120 : Mandiri

H. Pengkajian Lingkungan
1. Pemukiman
Luas bangunan : 6x20
Bentuk bangunan :
 Permanen  Petak  Asrama  Paviliun
Jenis bangunan :
 Permanen  Semi permanen  Non permanen
Atap rumah :
 Genting  Seng  Ijuk  Kayu  Asbes
Dinding :
 Tembok  Kayu  Bambu  Lainnya, __________________
Lantai :
 Semen  Ubin  Keramik  Tanah  Lainnya, ________
Kebersihan lantai :  Baik  Kurang
Ventilasi :  < 15% luas lantai  15% luas lantai
Pencahayaan :  Baik  Kurang
Pengaturan penataan perabot:  Baik  Kurang
Kelengkapan alat rumah tangga:  Lengkap  Tidak Lengkap

2. Sanitasi
Penyediaan air bersih (MCK) :
 PDAM  Sumur  Sungai  Lainnya, ___________________

44
Penyediaan air minum :
 Air rebus sendiri  Air biasa tanpa rebus  Beli air kemasan
Pengelolaan jamban:  Bersama  Pribadi  Kelompok  Lainnya, __
Jenis Jamban :
 Leher angsa  Cemplung tertutup  Cemplung terbuka
 Lainnya, _______
Jarak dengan sumber air:  < 10 meter  > 10 meter
Sarana pembuangan air limbah:  Lancar  Tidak lancar
Pembuangan sampah :
 Ditimbun  Dibakar  Didaur ulang
 Di buang sembarang tempat  Di kelola dinas
Polusi udara :
 Pabrik  Rumah Tangga  Industri  Lainnya, ____________
Pengelolaan binatang pengerat :
 Dengan racun  Dengan alat  Lainnya, ___________

3. Fasilitas
Peternakan :  Ada Tidak Jenis: __________________
Perikanan :  Ada Tidak Jenis: __________________
Sarana olahraga :  Ada  Tidak Jenis: __________________
Taman :  Ada  Tidak Jenis: __________________
Ruang pertemuan :  Ada  Tidak Jenis: __________________
Sarana hiburan. :  Ada  Tidak Jenis: Tv
Saran ibadah :  Ada  Tidak Jenis: __________________

4. Keamanan dan transportasi


Sistem keamanan lingkungan :  Ada  Tidak
Penannggulangan kebakaran :  Ada  Tidak
Penanggulangan bencana :  Ada  Tidak
Kondisi jalan masuk panti :
 Rata  Tidak rata  Licin  Tidak licin
Transportasi yang dimiliki :
 Mobil  Sepeda motor  Lainnya, ______________________

5. Komunikasi
Sarana komunikasi :  Ada  Tidak
Jenis komunikasi yang digunakan dalam panti:
 Telepon  Kotak surat  Fax  Lainnya, ______________
Cara penyebaran informasi :
 Langsung  Tidak langsung  Lainnya, _______________________

Pengkajian status fungsional, kognitif, afektif, dan sosial


1. Indeks KATZ (pengkajian status fungsional)
INDEKS KATZ
Skor Kriteria

45
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
A
berpakaian dan mandi.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu
B
dari fungsi tersebut.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
C
dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
D
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
E
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
F
mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G.
Kesimpulan : Skor B. Ny.A mampu beraktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut.

2. Depresi Beck, berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejala dan


sikap yang berhubungan dengan depresi.
Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia, di mana saya tidak dapat
menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya
1 Saya merasa sedih atau galau.
0 Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu dapat
membaik tidak
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seorang (orang tua, suami,
istri).
2 Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan.
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0 Saya tidak merasa gagal.
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya merasa tidak puas.

46
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu yang
baik.
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan
diri sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
peduli pada mereka semuanya.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha membuat keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanent dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada
sebelumnya
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan
sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu

47
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Intepretasi:
0-4 = depresi tidak ada atau minimal
5-7 = depresi ringan
8-15 = depresi sedang
>16 = depresi berat
Kesimpulan:
Ny. A dengan skor 6 yaitu depresi ringan

3. Skala Depresi Geriatik Yesavage, dengan penilaian jika jawaban


pertanyaan sesuai indikasi di nilai poin 1 (nilai 1 poin untuk setiap respon
yang cocok dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan). Nilai 5 atau
lebih dapat menandakan depresi.
Skala Depresi Geriatik Yesavage, bentuk singkat
1. Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda? ( 1 )
2. SudakahAnda mengeluarkan aktivitas dan minat Anda? ( 1 )
3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong? ( 1 )
4. Apakah Anda sering bosan? ( 1 )
5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu? ( 1 )
6. Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda? ( 1 )
7. Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu? ( 1 )
8. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah setiap waktu malam hari, dari pada
pergi dan melakukan sesuatu yang baru? ( 1 )
9. Apakah Anda merasa bahwa Anda mempunyai lebih banyak masalah dengan
ingatan Anda dari pada yang lainnya? ( 1 )
10. Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini? ( 1 )
11. Apakah Anda merasa Saya sangat tidak berguna dengan keadaan Anda
sekarang? ( 1 )
12. Apakah Anda merasa penuh berenergi? ( 1 )
13. Apakah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada harapan? ( 1 )
14. Apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada Anda?
( 1 )

4. Pengkajian status sosial


Status sosial lansia dapat diukur menggunakan APGAR keluarga. Penilaian: jika
pertanyaan-pertanyaan yang dijawab “selalu” (poin 2), “kadang-kadang” (poin 1),
“hampir tidak pernah” (poin 0).
APGAR Keluarga
No Uraian Skor
Fungsi
.
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 2
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu

48
pada waktu sesuatu menyusahkan saya.
Saya puas denga cara keluarga (teman-teman) 2
2. Hubungan saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya.
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya 1
3. Pertumbuhan menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru.
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 1
saya mengekspresikan afek dan berespons
4. Afeksi
terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih,
dan mencintai.
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan 1
5. Pemecahan
menyediakan waktu bersama-sama.
Total Nilai 7
Intepretasi:
<3 = disfungsi berat
4-6 = disfungsi sedang
≥6 = fungsi baik
Kesimpulan:
Ny. A memiliki total 7 yaitu fungsi baik

2.3.1 Analisa Data


Nama Klien : Ny. A
Umur : 55 tahun

49
Diagnosa Medis : Inkontinensia Urine

No Tanda dan Gejala Penyebab Diagnosa


.
1 Ds : Ketidakmampuan Gangguan
- Ny. A mengatakan mengontrol keluaran Eliminasi Urine
sering BAK kurang urine
lebih selama 5 hari
- Ny. A mengatakan
mengeluh tidak bisa
mengontrol BAK nya Inkontinensia
Do : overflow
- Ny. A tampak gelisah
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 78x/menit Inkontinensia urine
S : 36,3˚C
RR : 18x/menit
BB : 50 kg
- Output : 2100cc
- Ny. A tampak lesu
- Ny. A selalu BAK
dimalam hari
- Ny. A mengalami nyeri
saat BAK
- Ny. A mengalami
inkontinensia kurang
lebih selama 5 hari
- Urine berwarna kuning

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Nama Klien : Ny. A
Umur : 55 tahun
Diagnosa Medis : Inkontinensia Urine

No Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan Ketidakmampuan
mengontrol keluaran urine ditandai dengan mengeluh tidak dapat
menahan BAK kurang lebih selama 5 hari (D.0040)

2.3.3 Intervensi Keperawatan

50
No Diagnosa SLKI SIKI
.
1 Kategori : Tujuan : Manajemen eliminasi
Fisiologis Setelah urine (I.04152)
Subkategori : dilakukan Definisi :
Eliminasi tindakan Mengidentifikasi dan
Diagnosa : keperawatan mengelola gangguan pola
Gangguan eliminasi selama 1x24 jam eliminasi urine
urin berhubungan Kontinensia
dengan Urine (L.04036) Observasi :
Ketidakmampuan Definisi : 4. Identifikasi tanda
mengontrol keluaran Pola kebiasaan dan gejala retensi
urine ditandai dengan buang air kecil atau inkontinensia
mengeluh tidak dapat Ekspetasi : urine
menahan BAK kurang membaik dengan 5. Identifikasi faktor
lebih selama 5 hari kriteria hasil : yang menyebabkan
(D.0040) 4. Kemamp retensi atau
Definisi : uan inkontinensia urine
Disfungsi eliminasi berkemih 6. Monitor eliminasi
urine dari skala urine (mis,
Penyebab : 2 (cukup frekuensi,
7. Penurunan meningka konsistensi, aroma,
kemampuan t) volume dan warna)
menyadari menjadi Teraupetik :
tanda-tanda skala 4 4. Catat waktu-waktu
gangguan (cukup dan haluaran
kandung menurun) berkemih
kemih 5. Residu volume 5. Batasi asupan
8. Kelemahan urine setelah cairan, jika perlu
otot pelvis berkemih dari 6. Ambil sampel
9. Ketidakmamp skala 2 (cukup urine tengah
uan meningkat) (midstream) atau
mengkomunik menjadi skala kultur
asikan 4 (cukup Edukasi :
kebutuhan menurun) 4. Ajarkan terapi
eliminasi 6. Frekuensi modalitas
Gejala dan Tanda berkemih penguatan otot
Mayor : dari skala panggul/berkemih
Subjektif : 5. Ajarkan mengukur
2 (cukup
7. Desakan asupan cairan dan
berkemih memburu haluaran urine
8. Urine menetes k) 6. Anjurkan
9. Mengompol menjadi mengurangi
Objektif : skala 4 minum menjelang
6. Distensi (cukup tidur
kandung membaik)
kemih
7. Berkemih
Keterangan :

51
tidak tuntas 1 : memburuk
8. Volume residu 2 : Cukup
urine memburuk
meningkat 3 : Sedang
4 : Cukup
membaik
5 : Membaik

2.3.4 Catatan Perkembangan

52
No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi TTD
Dx
1 11-11- 08.00 Mengidentifikasi S : pasien
tanda dan gejala
2020 mengatakan
retensi atau
inkontinensia urine sebelumnya tidak
R/ : pasien
mengetahui tanda
mengatakan sudah
mengetahui tanda dan dan gejala
gejala inkontinensia
inkontinensia urine.
urine (Faktor usia,
Penurunan Produksi O:
estrogen pada wanita
pasien terlihat masih
dan Infeksi Saluran
Kemih) bingung untuk
memahami faktor
dan gejala
inkontinensia urine
-skala yang
didapatkan yaitu 4
(cukup meningkat)
-Jumlah cairan yang
keluar : 2100cc
TTV :
- TD : 110/80mmHg
- N : 80x/menit
- S : 36,5 C
- RR : 18x/menit
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan pada
memonitor eliminasi
urine
08.20 Mengidentifikasi
faktor yang
menyebabkan retensi
atau inkontinensia

53
urine
R/ : pasien dan
keluarganya
mengetahui faktor
inkontinensia
(termasuk penurunan
produksi estrogen dll)
08.45 Memonitor eliminasi
urine (mis, frekuensi,
konsistensi, aroma,
volume dan warna)
R/ : pasien dan
keluarganya
mengukur volume
cairan urine
(mengukur urine saat
BAK dan menulis
jumlah urine)

BAB 3

54
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Lanjut usia dalah populasi manusia yang telah mencapai usia 65 tahun.
Hal ini serupa dengan yang ditemukan oleh para ahli gerontology yang
mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan lansia apabila telah mencapai
usia 65 tahun. Lansia sendiri terbagi dalam beberapa tingkatan yaitu lansia
muda dengan rentang usia 65 -74 tahun, lansia pertengahan dengan rentang
usia 75-84 tahun, lansia sangat tua dengan rentang usia 85 tahun ke atas.
(Touhy& jett, 2014).
Inkontinensia urine adalah berkemih diluar kesadaran, pada waktu dan
tempat yang tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau sosial.
Aspek sosial yang akan dialami oleh lansia antara lain kehilangan harga diri,
merasa terisolasi dan depresi. (Nursalam, 2008)
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritis maupun saran yang bersifat
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

55
Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Darmojo & Martono, (2006). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba
Medika
Dumoulin., Smith. (2010,November 9). Pelvic Floor Muscle Training Versus No
Treatment, Or Inactive Control Treatments, For Urinary Incontinence
In Women. Cochrane Database Of Systematic, hal.2-3
Kholifah, Siti Nur dan Wahyu Widagdo. 2016. Keperawatan Keluarga dan
Komunitas. Jakarta Selatan : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI
Mubarak, W.I dkk.2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2, Teori dan Aplikasi
Dalam Praktik Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas,
Gerontik dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi 10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Nettina, 2002, Pedoman Praktek Keperawatan, EGC, Jakarta.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan gerontik dan geriatri. Jakarta : EGC
Nugroho. (2012). Keperawatan gerontik & geriatrik, edisi 3. Jakarta : EGC
Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan System
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry, 2009. Fundamental Keperawata. Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika
Ratnawati, E 2017. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press
Suardiman, S. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sudoyo A, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI; 2006
Stanley. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontic. Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

56
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Touhy, & Jett. (2010). Ebersole And Hess Gerontological Nursing Healthy Aging
(vol.3). St. Louis,Missouri, Unitade State America: Elsevier

LEMBAR PERTANYAAN
Nama moderator : Desita Intan (Kel. 3)

57
Waktu Presentasi : 17 November 2020
Jam : 16.00-17.05
1. Nama Mahasiswa : Windha Setyo 1130017077
Apakah efektif bila intervensinya menggunakan latihan kegel pada
lansia terhadap penurunan inkontinensia urin ?
Jawaban :
Efektif, Menurut jurnal yang berjudul Peningkatan kemampuan berkemih
melalui senam kegel bagi lansia di kendari pada Maret tahun 2020
menyatakan hasil bahwa jika lansia melakukan senam kegel secara rutin,
memiliki efek positif dimana lansia mengalami peningkatan kemampuan
buang air kecil dengan benar dan penurunan terjadinya keluarnya air seni
secara spontan tanpa disadari (mengompol)

2. Robbi Atus 1130017026


Bagaimana cara kalian menjelaskan kepada lansia yang mengalami
gangguan sistem perkemihan ? Mengingat pola berfikirnya tidak
seperti dulu lagi.
Jawaban :
Dengan melakukan pendekatan kepada pasien pada saat kita melakukan
anamese kepada pasien, menjelaskan tanda dan gejalanya dengan pasien
beserta keluarganya.

3. Luluk Atun M 1130017064


Pada diagnosa ada defisit nutrisi, kenapa kelompok mengambil
diagnosa tersebut dan apa alasannya ?
Jawaban :
Karena lanisa memerlukan nutrisi agar imun tubuhnya terpenuhi,
contohnya pemberian obat disesuaikan penyebab penyakitnya, terapi
perilaku (senam kegel), toileting terjadwal dan penggunaan indwelling
kateter

58

Anda mungkin juga menyukai