DENGAN HIPERTENSI
2023
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah tekanan darah persisten di mana tekanan diastol di atas
90 mmHg dan sistol di atas 140 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi di
definisikan sebagai tekanan diastol 90 mmHg dan sistol 160 mmHg. Hipertensi
merupakan risiko morbiditas dan mortalitas prematur, yang meningkat sesuai
dengan peningkatan tekanan diastol dan sistol (Smeltzer & Bare, 2013).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan
kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh
darah arteri. Keadaan tersebut menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk
mengalirkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah aorta. Hal ini dapat
merusak pembuluh darah dan mengganggu aliran darah, bahkan menyebabkan
penyakit serius, hingga kematian (Medika, 2017).
Jadi dapat di simpulkan hipertensi merupakan suatu keadaan kronis yang di
tandai meningkatnya tekanan darah dalam arteri secara persisten diatas 140/90
mmHg.
Seseorang yang menderita hipertensi mempunyai resiko penyakit jantung
dua kali dan penyakit stroke delapan kali dibandingkan orang dengan tensi
normal (Widharto, 2009). Hal ini juga ditegaskan oleh Katzung (2007), bahwa
hipertensi yang menetap akan merusak pembuluh darah ginjal, jantung, dan otak
serta menyebabkan peningkatan gagal ginjal, penyakit koronaria, gagal jantung,
stroke, dan demensia. Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang
tinggi (high case fatality rate) juga berdampak kepada penurunan kualitas hidup
(Sudarmako, 2008). Tata laksana untuk hipertensi adalah secara farmakologis dan
non farmakologis (Sudoyo, 2006). Secara nonfarmakologis salah satunya adalah
olahraga.
Berdasarkan hasil pengkajian data Kesehatan di RW 02 Kp. Sukamaju
Desa pasirhalang, kecamatan cisaruaKabupaten Bandung Barat pada tanggal 3
april sampai 03 mei 2023 didapatkan lansia memiliki penyakit hipertensi maka
mahasiwa Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi membuat Program Studi
Ners melakukan kegiatan olahraga yang dilakukan secara khusus, yaitu olahraga
yang dilakukan secara bertahap dan tidak boleh memaksakan diri, antara lain
senam hipertensi (Armilawati, 2007). Senam hipertensi merupakan olahraga yang
ditunjukkan untuk penderita hipertensi dan usia lanjut untuk mengurangi berat
badan dan mengelola stres (faktor yang mempertinggi hipertensi) yang dilakukan
selama 30 menit dan dilakukan seminggu minimal 2x.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan keperawatan gerontik masyarakat di RW 02 di
pasirhalang agar dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
memperdayakan masyarakat khususnya kader untuk membantu
meningkatkan derajat Kesehatan lanjut usia.
2. Tujuan Khusus
Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik masyarakat,
diharapkan:
a. Mahasiswa dapat mengaplikasikan proses asuhan keperawatan mulai
dari pengkajian, Analisa data dan penentuan masalah. Intervensi,
implementasi dan evaluasi
b. Mahasiswa dapat bekerjasama dengan kader dalam proses
pelaksanaan kegiatan senam hipertensi agar dapat menurunkan
tekanan darah lansia di RW 02 pasirhalang
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan manfaat tentang asuhan keperawatan gerontik
diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan dengan
masalah Kesehatan yang sering terjadi pada lansia.
2. Manfaat praktis
a) Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep Asuhan
Keperawatan Gerontik
b) Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan
gerontik disetiap area pelayanan di masyarakat
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi Lansia
Lanjut usia merupakan proses alami yang terjadi ditandai dengan
perubahan anatomi, fisiologis, serta biokimia terhadap jaringan dan organ yang
mempengaruhi keadaan fungsi tubuhnya (Fatmah, 2010). Lansia atau menua
adalah suatu proses yang dialami dan terjadi dalam sepanjang waktu kehidupan.
Tidak hanya dimulai dari waktu tertentu, tetapi dimulai pada awal kehidupan.
Memasuki penuaan akan mengalami beberapa kemunduran, seperti kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit menjadi kendur, perubahan warna rambut,
beberapa gigi mulai tidak ada, pendengaran mengalami penurunan fungsi,
pengelihatan semakin tidak jelas, pergerakan tubuh menjadi lamban dan postur
tubuh yang tidak proporsional (Nasrullah, 2016).
Pengertian lansia dibedakan menjadi dua macam, yaitu lansia kronologis
(kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis mudah diketahui serta dihitung
sedangkan lansia biologis berdasarkan pada keadaan fungsi tubuhnya (Nasrullah,
2016). Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa lansia / menua adalah suatu
proses yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang merupakan proses alamiah
dan berkesinambungan yang mengalami perubahan anatomi, fisiologis, dan
biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan
jaringan tubuhnya diantaranya perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan yang bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu.
Lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia
yang merupakan proses alamiah dan berkesinambungan yang mengalami
perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau organ yang pada
akhirnya mempengaruhi keadaan jaringan tubuhnya diantaranya perubahan
progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan instrinsik dan bersifat
irreversibel serta menunjukan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.
2. Klasifikasi Lansia
Menurut Nasrullah (2016) menyatakan bahwa terdapat beberapa klasifikasi
lansia berdasarkan pendapat beberapa para ahli diantaranya :
a. Menurut World Health Organization (2014) lansia dikempokan menjadi
4 kelompok diantaranya :
1) Lansia Awal (early elderly) : usia 45 – 59 tahun
2) Lansia (elderly) : usia 60 – 74 tahun
3) Lansia tua (old) : usia 75 – 90 tahun
4) Lansia sangat tua (very old) : usia di atas 90 tahun
b. Departemen Kesehatan RI (2006) menyatakan tiga klasifikasi lansia
yaitu:
1) Virilitas (prasenium): Masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55 – 59 tahun).
2) Usia lanjut dini (senescen): Kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjut dini (usia 60 – 64 tahun).
3) Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degeneratif (usia diatas 65 tahun).
c. Menurut Hurlock (1979), terdapat dua tahapan dalam lanjut usia, antara
lain :
1) Early old age (usia 60 – 70 tahun).
2) Advanced old age (usia 70 tahun ke atas).
Klasifikasi lansia yang akan digunakan adalah berdasarkan pendapat
dari World Health Organization (2014).
3. Tipe Lansia
Menurut Nasrullah (2016) menyatakan bahwa terdapat beberapa tipe yang
ada pada lansia diantaranya adalah :