Disusun Oleh:
Maret 2023
Periode 13 Maret - 9 April 2023
Aisha Putri Setiowati
NIM 200070200011045
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Usia : 49 Tahun
Tempat,Tanggal Lahir : 4 Mei 1974
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Mayjend Haryono No. 1204, Malang
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Pendidikan : SMK
Status Perkawinan : Sudah Menikah
ANAMNESIS
Keluhan Utama / Alasan Kedatangan:
o Pasien datang untuk kontrol pengobatan TB.
Riwayat keluhan saat ini
o Pasien datang untuk control mengambil hasil Uji Mantoux dan Uji
TCM pada 18 Maret 2023. Awal pertama kali datang ke puskesmas
dengan keluhan batuk sejak Februari 2023. Batuk berdahak. Batuk
darah disangkal. Pasien juga mengeluh pilek dan hidung tersumbat
sejak 2 hari yang lalu dan tidak ada demam. Mual dan muntah
tidak ada. Pasien sering mengeluh keringat dingin di malam hari,
nafsu makan normal, tidak mengalami penurunan berat badan.
Pasien mengaku merawat kedua anaknya yang menderita TB.
Setelah sekitar 1 bulanan pasien terus mengalami batuk-batuk,
akhirnya keluarga pasien menyarankan untuk pergi berobat. Pasien
akhirnya memeriksakan diri ke Puskesmas Dinoyo. Pasien datang
dengan mengambil hasil uji dahak TCM dan Uji Mantoux karena
ada riwayat kontak erat dengan pasien TB yaitu anak pertama TB
Paru. Di Puskesmas Dinoyo dilakukan pemeriksaan TCM dan Uji
Mantoux dan hasilnya terinfeksi kuman TB. Saat ini pasien
mengatakan keluhan batuknya sudah membaik. Namun, pasien
kadang-kadang masih batuk-batuk kecil. Demam (-), Sesak (-),
Nyeri perut (-), Nyeri dada (-), Mual (-), Muntah (-), BAB warna
merah (+) dan BAK dalam batas normal.
Keadaan Baik
umum
Kesadaran GCS 456, Compos mentis
Tanda-tanda TD : 154/101 mmHg
vital Nadi : 105x/min, reguler, kuat angkat
RR : 18x/min
Suhu : 36,6oC
SpO2 : 96% on RA
Kepala/Leher Normosefal, deformitas (-), konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), pandangan kabur (-), pupil bulat
isokor 3mm/3mm, refleks cahaya (+), gangguan
pendengaran (-), pembesaran KGB (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), JVP R+2cm H2O
Thoraks Cor
Inspeksi : Iktus tidak tampak
Palpasi : Iktus teraba ICS V MCL sinistra
Perkusi : Tidak terdapat pembesaran jantung
Auskultasi : S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Simetris, retraksi (-)
Statis : D=S
Dinamis : D=S
Palpasi Stem Fremitus
Ant Post
N N
NN NN
NN NN
Perkusi
Ant Post
DS DS
SS SS
SS SS
Auskultasi
Ant Post
V V
VV VV
VV VV
Rh: Ant Post
+- +-
-- --
-- --
Wh: Ant Post
-- --
-- --
-- --
Abdomen Soefl, bising usus (+) normal, shifting dullness (-),
hepatomegaly (-), traubes space timpani, hepatojugular
reflux (-)
Ekstremitas Akral hangat kering merah, Edema (-/-), CRT <2 detik,
kesemutan di kedua kaki (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang saat datang ke pelayanan kesehatan:
- Pemeriksaan TCM (17 Maret 2023) MTB Detected very low
- Pemeriksaan HIV (20 Maret 2023) Non Reaktif
FAMILY ASSESSMENT
Family genogram
o Nama keluarga adalah Keluarga Tn. Budi Didik
25 Maret 2023
DM DM
Menikah th 2005
Ny. W
Kakak 1 Pasien Suami kakak 1 Tn. A
c Ny. R
Ny. T
Istri Suami Suami
55 thn Kakak 2 Pasien Pasien, 49 Ny. R, Istri pasien Adik Pasien
kakak 2 Kakak 3 Adik
53 thn kakak 3 thn 41 thn 47 thn
Pasien Pasien
51 thn
Anak 2 Pasien,
10 thn
An. M An. N
An. P An. T Anak 1
An. S An. R An. B An. Y An. F An. K
Pasien, 16 thn
Keterangan :
Bentuk keluarga
O Pasien tinggal bersama istri dan 2 orang anak keluarga inti (nuclear
family).
Tahap keluarga
o Tahapan keluarga berdasarkan Duvall’s Eight Stage Family Life
Cycle adalah tahap V yaitu Family with Teenagers, karena anak
pertama berusia 17 tahun dan anak kedua berusia 10 tahun.
Family APGAR
Skor
Hampir
Hampir Kadang-
No Item Penilaian Tidak
Selalu kadang
pernah
(2) (1)
(0)
1 Adaptation
Saya merasa puas karena saya
dapat meminta pertolongan
kepada keluarga saya ketika
saya menghadapi permasalahan
2 Partnership
Saya merasa puas dengan cara
keluarga saya membahas
berbagai hal dengan saya dan
berbagi masalah dengan saya
3 Growth
Saya merasa puas karena
keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan-keinginan
saya untuk memulai kegiatan
atau tujuan baru dalam hidup
saya
4 Affective
Saya merasa puas dengan cara
keluarga saya mengungkapkan
kasih sayang dan menanggapi
perasaan-perasaan saya, seperti
kemarahan, kesedihan, dan cinta
5 Resolve
Saya merasa puas dengan cara
keluarga saya dan saya berbagi
waktu bersama
Skor total : 6
Family SCREEM
Resource Patologis
Social Pasien jarang mengikuti kegiatan
warga dan jarang bersosialisasi
dengan tetangga
Cultural Pasien dan keluarga adalah orang
suku jawa. Tidak ada
perbedaan budaya yang bermakna
Religious Pasien dan keluarganya beragama
Islam. Ibadah wajib pasien
lakukan setiap hari di rumah.
Economic Pasien hidup di dalam keluarga Pasien merasa
dengan taraf ekonomi menengah kesulitan mendapatkan
ke bawah. Pasien merupakan pendapatan karena
tukang bangunan dan sekarang hanya berasal dari istri
tidak bekerja, dan istri pasien dan istri berjualan
hanya berjualan gorengan. makanan dan minuman
di pinggir jalan.
Education Tingkat pendidikan pasien Tingkat pemahaman
adalah tamatan SMK. Istri pasien serta kesadaran pasien
merupakan tamatan SMP. dan keluarga tentang
kesehatan masih
kurang, khususnya
terakit penyakit pasien
yaitu TB. Pasien masih
kurang memahami
bagaimana penularan
TB, skrinning TB, dan
juga dampak apabila
anak-anak pasien
terkena TB.
Medical Pasien memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada dengan baik
karena sudah memiliki kartu
BPJS sehingga pasien jika
mengalami masalah kesehatan
cepat berobat ke Puskesmas
Dinoyo.
Budaya
Komunitas
Gaya Hidup
Pasien merokok dan jarang berolahraga.
Personal Behavior
Keluarga
Pasien tinggal bersama istri, dan 2
Pasien masih sering tidak
orang anak dengan TB. Lingkungan Psiko Sosio
menggunakan masker meskipun
terdiagnosis TB. Ekonomi
Kondisi ekonomi pasien golongan
. menengah kebawah. Pasien merasa
Body stress karena kondisi keuangannya.
Pria, usia 49 tahun
dengan TB Paru.
Mind Pekerjaan
Pengetahuan pasien Pasien saat ini
tentang penyakitnya tidak bekerja.
masih kurang.
Lingkungan Fisik
Biologi Manusia Lingkungan tempat tinggal
Pasien obesitas pasien berada di lingkungan
dan hipertensi.. yang padat penduduk. Di dalam
kamar pasien tidak ada jendela
dan ventilasi. Kedua anak
pasien terdiagnosis TB Paru
dan TB Kelenjar
Biosphere
DIAGNOSIS HOLISTIK
o Aksis 1 - Aspek Personal:
Alasan kedatangan : Pasien datang untuk kontrol mengambil hasil Uji
Mantoux dan Uji TCM pada 18 Maret 2023.
o Persepsi :
Pasien menduga batuknya disebabkan karena ketularan anaknya yang
terdiagnosis TB paru.
o Harapan :
Pasien berharap bisa sembuh dari penyakitnya dan tidak ada anggota
keluarga yang terinfeksi bakteri TB.
o Kekhawatiran :
Pasien saat ini khawatir jika penyakit TB yang dialaminya menular ke
istrinya dan orang-orang disekitarnya.
o Upaya :
Pasien datang untuk berobat terkait keluhan yang dideritanya.
1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam sehingga sering dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA).
Sebagian besar kuman TB sering ditemukan menginfeksi parenkim paru dan
menyebabkan TB paru, namun bakteri ini juga memiliki kemampuan menginfeksi
organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan
organ ekstra paru lainnya (PNPK, 2020).
1.2 Epidemiologi
Jumlah kasus terbanyak adalah pada regio Asia Tenggara (44%), Afrika
(25%) dan regio Pasifik Barat (18%). Terdapat 8 negara dengan jumlah kasus TB
terbanyak yang mencakup dua pertiga dari seluruh kasus TB global yaitu India
(26%), Indonesia (8,5%), Cina (8,4%), Filipina (6%), Pakistan (5,7%), Nigeria
(4,4%), Bangladesh (3,6%), dan Afrika Selatan (3,6%). Sebanyak 8,2% kasus TB
adalah HIV positif. Pada tahun 2019, diperkirakan sebanyak 3,3% dari TB Paru
kasus baru dan 18% dari TB Paru dengan riwayat pengobatan TB sebelumnya
merupakan TB multidrug-resistant atau rifampicin-resistant (TB MDR/RR)
dengan jumlah absolut sebanyak 465.000 (400.000 – 535.000) kasus TB
MDR/RR baru (PNPK, 2020).
a. Pemeriksaan TCM
Uji TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB,
dengan menggunakan amplifikasi polymerase chain reaction (PCR) real-time
multiplex. Metode ini dapat mengidentifikasi bakteri berdasarkan teknik DNA
molekular. Pemeriksaan ini merupakan tes diagnostik yang cepat dengan
sensitivitas mencapai 98%, terutama dalam mendeteksi resistensi rifampisin.
Pemeriksaan yang menggunakan RNA ribosom dan PCR DNA ini dapat selesai
dalam waktu 24 jam.
Pasien datang untuk control hasil uji TCM dan uji mantoux dengan
hasil positif, yang didukung dengan gejala klinis. Pasien terkena TBC karena
adanya sumber infeksi yakni pasien merawat anaknya yang menderita TB paru
dan TB kelenjar, sehingga terjadi kontak yang bersifat terus-menerus karena
tinggal dalam satu rumah.
Satu batuk dapat memproduksi hingga 3,000 percik renik dan satu kali
bersin dapat memproduksi hingga 1 juta percik renik. Sedangkan, dosis yang
diperlukan terjadinya suatu infeksi TB adalah 1 sampai 10 basil. Kasus yang
paling infeksius adalah penularan dari pasien dengan hasil pemeriksaan sputum
positif, dengan hasil 3+ merupakan kasus paling infeksius. Pasien dengan hasil
pemeriksaan sputum negatif bersifat tidak terlalu infeksius. Kasus TB ekstra paru
hampir selalu tidak infeksius, kecuali bila penderita juga memiliki TB paru.
Individu dengan TB laten tidak bersifat infeksius, karena bakteri yang
menginfeksi mereka tidak bereplikasi dan tidak dapat melalukan transmisi ke
organisme lain (PNPK, 2020).
Orang dengan kondisi imun buruk lebih rentan mengalami penyakit TB
aktif dibanding orang dengan kondisi sistem imun yang normal. 50- 60% orang
dengan HIV-positif yang terinfeksi TB akan mengalami penyakit TB yang aktif.
Hal ini juga dapat terjadi pada kondisi medis lain di mana sistem imun mengalami
penekanan seperti pada kasus silikosis, diabetes melitus, dan penggunaan
kortikosteroid atau obat-obat imunosupresan lain dalam jangka panjang.
1.4. Faktor risiko TB (Kemenkes, 2019)
Terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami penyakit TB, kelompok tersebut adalah :
1. Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain.
2. Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka waktu
panjang.
3. Perokok
4. Konsumsi alkohol tinggi
5. Anak usia <5 tahun dan lansia
6. Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang infeksius
7. Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberculosis (contoh: lembaga
permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka panjang)
8. Petugas kesehatan
1.7.1 TB Kelenjar
Gejala konstitusional hanya terjadi pada 33%-85% pasien. Sekitar 57%
pasien tidak menunjukan adanya gejala sistemik, seperti tanpa didasari adanya
demam, namun terkadang terdapat subfebril, Pada keadaan tertentu ditemukannya
demam yang tinggi pada orang dewasa sehingga diperlukan pemeriksaan foto
toraks untuk menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe dileher.
Diagnosis ditegakkan melalui aspirasi jarum halus dan biopsi kelenjar.
Pada biopsi dapat ditemukan inflamasi granulomatous kaseosa dengan sel
Langerhans.
Gejala klinis:
- Tidak nyeri tekan.
Pembesaran kelenjar dengan perabaan keras atau padat serta multiple dan
berhubungan satu sama lain
- Tanda-tanda radang yang minimal
Terdapat pengkejuan seluruh kelenjar sehingga melunak seperti abses. Gejala lain
seperti nyeri sekitar 4.7%, demam 2.91% , dan penurunan berat badan 5.1% .
Keterangan alur:
1. Prinsip penegakan diagnosis TB:
a. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan
pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud adalah
pemeriksaan mikroskopis, tes cepat molekuler TB dan biakan.
b. Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan
pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopis.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks
saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru,
sehingga dapat menyebabkan terjadi over diagnosis ataupun under diagnosis.
d. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis.
Jika tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian antibiotik, pasien perlu
dikaji faktor risiko TB. Pasien dengan faktor risiko TB tinggi maka pasien dapat
didiagnosis sebagai TB Klinis.
Faktor risiko TB yang dimaksud antara lain:
1) Terbukti ada kontak dengan pasien TB
2) Ada penyakit komorbid: HIV, DM
3) Tinggal di wilayah berisiko TB: Lapas/Rutan, tempat penampungan pengungsi,
daerah kumuh, dll.
1.10 Skrinning TB
Resiko rendah
Berisiko tinggi
Ini adalah tes skrining tuberkulosis yang lebih spesifik dan sama
sensitifnya dengan tes Mantoux. Tes ini menguji tingkat sitokin inflamasi,
terutama interferon gamma. Keuntungan Quantiferon, terutama pada mereka yang
sebelumnya divaksinasi dengan vaksin BCG, antara lain, tes ini memerlukan
pengambilan darah tunggal, sehingga tidak perlu kunjungan berulang untuk
menginterpretasikan hasil. Selain itu, pemeriksaan tambahan seperti skrining HIV
dapat dilakukan (setelah persetujuan pasien) pada pengambilan darah yang sama.
Kelemahan Quantiferon meliputi biaya dan keahlian teknis yang diperlukan untuk
melakukan tes.
Batuk kronis
Penurunan berat badan
Demam dan keringat malam
Riwayat kontak
Berstatus HIV
Batuk berdarah
Prinsip Pengobatan TB :
Obat anti-tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB.
Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut dari bakteri penyebab TB.
Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:
a. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
b. Diberikan dalam dosis yang tepat
c. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (pengawas
menelan obat) sampai selesai masa pengobatan.
d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
2RHZE / 4 RH
Pada fase intensif pasien diberikan kombinasi 4 obat berupa Rifampisin (R),
Isoniazid (H), Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) selama 2 bulan dilanjutkan
dengan pemberian Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan pada fase
lanjutan. Pemberian obat fase lanjutan diberikan sebagai dosis harian (RH) sesuai
dengan rekomendasi WHO.
Pasien dengan TB-SO diobati menggunakan OAT lini pertama. Dosis OAT lini
pertama yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Dosis OAT lini pertama untuk pengobatan TB-SO
Sputum BTA positif pada akhir fase intensif mengindikasikan beberapa hal
berikut ini:
a. Supervisi yang kurang baik pada fase inisial dan ketaatan .pasien yang buruk.
b. Kualitas OAT yang buruk.
c. Dosis OAT dibawah kisaran yang direkomendasikan.
d. Resolusi lambat karena pasien memiliki kavitas besar dan jumlah kuman yang
banyak
e. Adanya penyakit komorbid yang mengganggu ketaatan pasien atau respons
terapi.
f. Penyebab TB pada pasien adalah M. tuberculosis resistan obat yang tidak
memberikan respons terhadap terapi OAT lini pertama.
Bila hasil sputum BTA positif pada bulan kelima atau pada akhir
pengobatan menandakan pengobatan gagal dan perlu dilakukan diagnosis cepat
TB MDR sesuai alur diagnosis TB MDR. Pada pencatatan, kartu TB 01 ditutup
dan hasil pengobatan dinyatakan “Gagal”. Pengobatan selanjutnya dinyatakan
sebagai tipe pasien “Pengobatan setelah gagal”. Bila seorang pasien didapatkan
TB dengan galur resistan obat maka pengobatan dinyatakan “Gagal” kapanpun
waktunya.
Hasil pengobatan ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan pada akhir pengobatan, seperti pada Tabel 2.
Efek tidak diinginkan dari OAT dapat diklasifikasikan menjadi efek mayor
dan minor. Pasien yang mengalami efek samping OAT minor sebaiknya
melanjutkan pengobatan dan diberikan terapi simtomatik. Pada pasien yang
mengalami efek samping mayor maka paduan OAT atau OAT penyebab
sebaiknya dihentikan pemberiannya.
Tata laksana efek samping dapat dilihat pada Tabel 3. Efek samping dibagi
atas 2 klasifikasi yaitu efek samping berat dan ringan. Bila terjadi efek samping
yang masuk ke dalam klasifikasi berat, maka OAT dihentikan segera dan pasien
dirujuk ke fasilitas yang lebih tinggi.
Sekitar 50-60% anak kecil yang tinggal dengan pasien TB paru dewasa
dengan BTA sputum positif, akan terinfeksi TB. Kira-kira 10% dari jumlah
tersebut akan mengalami sakit TB. Infeksi TB pada anak kecil berisiko tinggi
menjadi TB diseminata yang berat (misalnya TB meningitis atau TB milier)
sehingga diperlukan pemberian kemoprofilaksis untuk mencegah sakit TB.
2. Tuberkulosis Laten
2.1 Definisi
Data menunjukkan hanya 10% TB laten menjadi TB aktif disebut juga proses
reaktivasi. Proses reaktivasi TB laten menjadi penyakit TB lebih berisiko terjadi
pada kelompok berikut:
1. Infeksi HIV
5. Pasien dengan riwayat TB aktif tidak berobat atau berobat tidak adekuat
termasuk pasien yang pada foto toraks terlihat fibrotik
7. Pasien yang telah dilakukan operasi gastrektomi atau bypass usus halus.
1. Hasil uji kepekaan obat kasus indeks (sumber penularan, jika diketahui)
2. Penyakit lain yang menyertai
3. Kemungkinan adanya interaksi obat
Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA adalah infeksi yang terjadi di
saluran pernapasan, baik saluran pernapasan atas maupun bawah. Infeksi ini dapat
menimbulkan gejala batuk, pilek, dan demam (Nabovati, E., et al. (2021).
3.1 Penyebab ISPA
Rhinovirus
Respiratory syntical viruses (RSVs)
Adenovirus
Parainfluenza virus
Virus influenza
Virus Corona
Sementara itu, beberapa jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan ISPA adalah:
Streptococcus
Haemophilus
Staphylococcus aureus
Klebsiella pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Chlamydia
Selain kontak langsung dengan percikan liur penderita, virus juga dapat
menyebar melalui sentuhan dengan benda yang terkontaminasi atau berjabat
tangan dengan penderita (Nabovati, E., et al. (2021).
Gejala ISPA berlangsung antara 1–2 minggu. Pada sebagian besar kasus,
penderita gejala akan mereda setelah minggu pertama (Nabovati, E., et al. (2021).
Batuk
Bersin
Hidung tersumbat
Pilek
Demam
Mudah lelah
Sakit kepala
Nyeri menelan
Mengi
Pembesaran kelenjar getah bening
Sementara itu, gejala ISPA yang terjadi di saluran pernapasan bawah antara
lain:
Batuk berdahak
Sesak napas
Demam (Nabovati, E., et al. (2021).
4. HIPERTENSI
Hipertensi atau darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah berada
pada angka 130/80 mmHg atau lebih. Pada kondisi normal, tekanan darah orang
dewasa adalah 120/80 mmHg. Artinya, tekanan sistoliknya adalah 120 mmHg dan
diastoliknya 80 mmHg (Al-Makki, A., et al., 2022).
Oleh karena itu, hipertensi perlu segera ditangani. Setelah tekanan darah
kembali normal pun, perlu terus dilakukan pemantauan dan bahkan penggunaan
obat rutin agar tekanan darah selalu terkontrol (Al-Makki, A., et al., 2022).
Sementara itu, hipertensi sekunder adalah jenis tekanan darah tinggi yang
disebabkan oleh berbagai kondisi atau penyakit lain, dan bisa terjadi secara
mendadak, termasuk pada anak-anak (Al-Makki, A., et al., 2022)..
Kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan hipertensi sekunder antara lain:
Penyakit ginjal
Hipertiroidisme
Penyakit jantung bawaan
Kelainan bawaan pada pembuluh darah
Penyalahgunaan NAPZA
Penggunaan obat-obat tertentu, seperti dekongestan, pil KB, atau
kortikosteroid
Sleep apnea
Kecanduan alcohol (Al-Makki, A., et al., 2022).
Hipertensi juga bisa dipicu oleh emosi. Contoh yang paling sering
ditemukan adalah white coat hypertension, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
rasa takut atau cemas saat menjalani tes kesehatan. Hipertensi ini hanya terjadi
saat pemeriksaan di klinik atau rumah sakit oleh dokter, perawat, atau tenaga
kesehatan, dan akan kembali normal ketika pasien di rumah (Al-Makki, A., et al.,
2022).
Tekanan darah tinggi dikenal dengan istilah the silent killer atau penyakit
yang membunuh secara diam-diam. Hal ini karena sering kali hipertensi tidak
menimbulkan gejala atau tidak disadari sampai tekanan darah sudah sangat tinggi
atau hipertensi sudah menimbulkan komplikasi.
Kondisi ini mana tekanan darah sudah sangat tinggi disebut krisis
hipertensi, yaitu ketika tekanan darah sudah mencapai 180/120 mmHg atau lebih.
Gejala yang dapat muncul ketika tekanan darah terlalu tinggi adalah:
Jika pasien sudah dipastikan menderita hipertensi, dokter akan mencari tahu
penyebab tekanan darah tinggi dan mendeteksi kerusakan organ yang mungkin
terjadi akibat kondisi ini. Beberapa pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan
untuk memeriksa tekanan darah tinggi adalah:
Perbaikan gaya hidup mencakup hal-hal yang perlu dilakukan pasien hipertensi
dalam kehidupannya sehari-hari untuk menurunkan darah tinggi dan menjaga
tekanan darahnya tetap normal.
Beberapa hal yang akan dianjurkan oleh dokter untuk penderita darah tinggi
adalah:
INTERVENSI KOMPREHENSIF
Patient centered
Aspek 1 : Aspek Personal
o Alasan kedatangan: Pasien di monitor apakah pengobatan
dilakukan rutin dan memberi edukasi bahwa pengobatan harus
dilakukan sampai selesai hingga pasien dinyatakan sembuh.
o Kekhawatiran: Menjelaskan kepada pasien bahwa potensi
penularan TB bisa dicegah dengan cara pasien diobati sampai
sembuh dan pasien mematuhi perilaku untuk cegah transmisi yaitu
dengan etika batuk.
o Persepsi: Membenarkan pemahaman pasien bahwa penyakit TB
yang dideritanya menular melalui kontak erat dengan anaknya
yang terinfeksi TB sehingga persepsi pasien benar.
o Harapan: Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit TB ini
dapat sembuh apabila pasien dan keluarga patuh minum obat dan
mau menyelesaikan pengobatan sampai pasien dinyatakan sembuh.
o Upaya: Mengapresiasi upaya pasien karena sudah berusaha
berobat ke dokter.
Terapi Farmakologis
Pasien tidak menerima pengobatan ISPA, sebaiknya diusulkan untuk obat
simtomastis seperti :
Ibuprofen atau paracetamol untuk meredakan demam dan nyeri otot,
Diphenhydramine dan pseudoephedrine untuk mengatasi pilek dan hidung
tersumbat,
Guaifinesin untuk meredakan batuk
Antibiotik untuk mengatasi ISPA yang disebabkan oleh bakteri
o Terapi Tuberculosis Paru
Terapi Farmakologis
b. Tahap lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa-sisa kuman yang
masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persisten sehingga pasien dapat
sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. Durasi tahap lanjutan selama 4
bulan.
Panduan OAT untuk pengobatan TB-SO di Indonesia adalah 2RHZE/4RH.
Untuk menunjang kepatuhan berobat, paduan OAT lini pertama telah
dikombinasikan dalam obat Kombinasi Dosis Tetap (KDT). Untuk fase lanjutan
yaitu KDT RH yang berisi Rifampisin 150 mg + Isoniazid 150 mg diberikan
setiap hari (Kemenkes RI, 2019). Jumlah tablet KDT yang diberikan dapat
disesuaikan dengan berat badan pasien. BB pasien 90kg, sehingga pada tahap
lanjutan pasien mendapatkan terapi OAT 4RH yaitu Rifampicin 150 mg dan
Isoniazid 150 mg dalam 3 kali seminggu, selama 4 bulan. Pasien kontrol setiap 2
minggu sekali.
o Terapi Hipertensi
Terapi Farmakologis
Pasien diberikan tablet Amlodipin 5 mg diminum 1x sehari diminum setiap
malam sebelum tidur.
Family focused
o Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penyakit TB ini
merupakan penyakit yang bisa ditularkan dari manusia ke manusia
lain lewat udara melalui percik renik atau droplet nucleus
berukuran sangat kecil yang keluar ketika seorang yang terinfeksi
TB paru atau TB laring batuk, bersin, atau bicara. Sehingga
keluarga harus menggunakan masker saat berada di dalam rumah.
o Memberitahu pasien dan keluarga pasien tentang etika batuk yang
benar dengan cara menutut mulut dan hidung menggunakan
lengan bagian dalam, menutup mulut dan hidung dengan tissue,
membuang tissue ke tempat sampah, dan selalu mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir serta mendorong penggunaan
masker.
o Mendukung pengobatan pasien yaitu seluruh anggota keluarga
yang terdiagnosis TB harus rutin meminum obat hingga selesai dan
dinyatakan sembuh, tidak boleh putus obat karena dapat
menyebabkan efek resistant.
o Mengedukasi kepada keluarga pasien untuk selalu menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat.
o Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa seluruh anggota
keluarga di dalam satu rumah merupakan kontak erat dengan
pasien TB, sehingga harus dilakukan skrinning TB meskipun tidak
ada gejala yang muncul pada anggota keluarga lainnya. Apabila
hasil skrinning menunjukkan terinfeksi bakteri TB, maka akan
diobati dengan obat TB juga. Apabila keluarga tidak mau
dilakukan skrinning maka penularan infeksi TB akan terus
berlanjut dan membahayakan orang-orang sekitar.
Community oriented
o Melakukan advokasi kepada sekolah untuk tidak memberikan izin
kepada anak pasien yang menderita TB untuk masuk sekolah
selama masa infeksius agar tidak menularkan ke orang lain.
o Bekerja sama dengan stakeholder atau pihak organisasi warga
setempat atau RT/RW atau membuat tim kader pelatihan terkait
penyuluhan penyakit Tuberkulosis, pemantauan pada warga
setempat yang terinfeksi TB, melakukan skrining untuk seluruh
anggota rumah di keluarga tersebut yang terduga terinfeksi TB atau
sudah terdiagnosis TB.
o Aktivasi peran puskesmas unuk penanggulangan TB di lingkungan
setempat sebagai penanggung jawab TB. Puskesmas harus tetap
aktif menjaga keluarga tersebut agar tidak tertular ke lingkungan
sekitar.
o Optimalisasi peran RT/RW dan warga setempat untuk pencegahan
transmisi daerah tempat tinggal pasien.
HASIL HOME VISIT ( minimal dua kali )
Waktu Keluhan Hasil temuan Saran intervensi
(Hari/Tanggal)
Sabtu, 25 Maret Pasien mengatakan KU: pasien Menyarankan pasien untuk
2023 keluhan batuk sudah tampak sehat tetap melanjutkan OAT yang
membaik, namun GCS: 456 sudah diberikan dengan patuh
TTV: dan tepat waktu.
pasien sesekali masih
TD = 155/101
batuk-batuk kecil. mmHg
N: 85 bpm
RR: 18 rpm
SpO2: 98% on
RA
Rh -/- Wh -/-
Adigun R, Singh R. Tuberculosis. [Updated 2023 Jan 2]. In: StatPearls [Internet].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441916/
Boudville DA, Joshi R, Rijkers GT. Migration and tuberculosis in Europe. J Clin
Disease. 2014;18(9):1019–1025.
Escombe AR, Moore DA, Gilman RH, Pan W, Navincopa M, Ticona E, et al. The
2008;5(9):e188.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK344406/
conditions in the littoral region of Cameroon. BMC Pulm Med. 2019 Jan
17;19(1):17.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran., 2020. Tatalaksana Tuberkulosis.
Global Tuberculosis Incidence and the First Milestone of the WHO End
Singh M, Mynak ML, Kumar L, Mathew JL, Jindal SK. Prevalence and risk
Childhood. 2005;90(6):624–628.
Sri, Wahyuni Deni., Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Karakteristik Individu
Telly Rosalina Paat, Yozua Toar Kawatu, Anselmus Kabuhung. Faktor Risiko
2013.
McAdam AJ, Milner DA, Sharpe AH. Infectious diseases. In: Kumar V, Abbas
AK, Aster JC. Robbins and Cotran pathologic basis of disease. 9th ed.
Raviglione MC. Tuberculosis. In: Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL,
Fitzgerald DW, Sterling TR, Haas DW. Mycobacterium tuberculosis. In: Bennett
JE, Dolin R, Blaser MJ, eds. Mandell, Douglas, and Bennett’s principles
2985–3005.
Murray PR, Rosenthal KS, Pfaller MA. Medical microbiology. 8th ed.
HK.01.07/MENKES/755/2019.
children with tuberculosis in Sindh, Pakistan,” BMC Infect. Dis., vol. 19,
Oparil, S., et al. (2018). Hypertension. Nature Reviews Disease Primers, 4, pp.
18014.
(Hypertension).
(Hypertension).
Mayo Clinic (2022). Diseases & Conditions. High Blood Pressure
(Hypertension).
Medscape (2022). Hypertension Guidelines. WebMD (2021). Tests for High Blood
Pressure.