Oleh :
FITRATUNNISAH (H1A015027)
15-1-2020
Dilakukan pemeriksaan dan
didiagnosis dengan
hipoalbuminemia berat + anuria 24
Ketika bengkak di kaki pasien merasakan semakin
memberat hingga akhirnya dibawa ke RSUD KLU jam + AKI failure.
Di RSUD KLU pasien datang denagn keluhan Di RSUD KLU pasien ditatalaksanai
bengkak, pasien juga mengeluhan tidak BAK sejak 1
dengan O2 NK 2 lpm dan terpasang
hari yang lalu, 2 hari sebelum dibawa ke RSUD KLU
pasien selain mengeluhkan tidak kencing meskipun IVFD NS 0,9 % 3 tpm, pasien
sudah minum cukup banyak, pasien juga kemudian dirujuk ke RSUD NTB
mengeluhkan nyeri pada bagian perut dan terasa
pada 15 Januari 2020
berat saat bernapas
16-1-2020
Riwayat melahirkan
Riwayat Kehamilan
Pasien dikandung ketika ibu pasien berusia 23 tahun. Selama Pasien lahir dari ibu 23 tahun dengan G4P3A0H3.
hamil, ibu pasien tidak rutin memeriksakan kehamilan per
bulannya.
Pasien lahir secara normal di rumah dan dibantu oleh dukun
pada usia kandungan 38 minggu.
ibu pasien hanya melakukan pemeriksaan 3 x selama kehamilan di
Puskesmas, tidak pernah melakukan USG. Saat lahir pasien langsung menangis, tidak ada riwayat
Keluarga pasien tidak mengetahui apakah selama hamil ibu pasien
kebiruan saat lahir.
mendapatkan vaksin. Pasien lahir dengan berat badan 3.500 gram dan panjang
Selama hamil tidak pernah mengidap suatu penyakit berat apapun, badan tidak diketahui namun dikatakan normal.
ibu mengaku tidak memiliki keluhan apapun terhadap Ibu pasien mengaku langsung melakukan inisiasi menyususi
kehamilannya. dini sesaat setelah pasien lahir.
Tidak ada riwayat mengkonsumsi obat tertentu. Ibu pasien Pemberian vitamin K, vaksin hepatitis B dan salep mata
mengaku mengonsumsi zat besi yang diberikan setiap pergi tidak langsung diberikan sesaat setelah pasien lahir karena
kontrol dan selalu habis selama mengandung. pasien lahir di rumah.
Anamnesis
Riwayat Imunisasi
Riwayat Nutrisi
ASI ekslusif diberikan 8 bulan . ASI diberikan
sebanyak 8-10x per hari dengan durasi 5 sampai 10
menit per kali minum ASI
Bubur nasi/nasi lembek dengan lauk diberikan mulai Keluarga pasien mengatakan pasien mendapatkan
usia 8 bulan sebanyak 3-4 kali sehari sebanyak 1 imunisasi lengkap dan rutin mengunjungi posyandu.
mangkuk kecil untuk bayi dan sesekali diberikan buah Pasien juga mengatakan sempat mendapat imunisasi
yang dihaluskan
di sekolah saat pasien SD.
Nasi putih biasa dengan lauk pauk dengan frekuensi 3
kali sehari sebanyak setengah hingga 1 piring sehari
mulai diberikan saat usia 1 tahun hingga saat ini.
Tidak ada perubahan nafsu makan sebelum maupun
saat sakit.
Anamnesis
Pemeriksaan Mata Inspek Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (+/+)
Fisik Telinga
si
Inspek Bentuk normal, deformitas (-), serumen (-/-), simetris
STATUS LOKALIS si
Hidung Inspek Simetris, deformitas (-), napas cuping hidung (-), rhinorrhea (-), perdarahan (-), deviasi
si septum (-)
Kepala
Mulut Inspek Sianosis sentral (-), mukosa bibir lembab (+), perdarahan (-)
Inspeksi Normocephali, massa (-),
si
persebaran rambut merata dan Leher Inspek Massa (-), peningkatan JVP (-)
berwarna hitam, edema (-), si
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
hematoma (-) Palpasi
Pulmo: vesikuler (+/+) menurun di lapang paru basal dextra dan sinistra, rhonki (-/-),
Pemeriksaan Fisik
STATUS LOKALIS
Palpasi Turgor kulit normal, hepar dan limpa tidak teraba, Akral Hangat Hangat Hangat Hangat
tidak teraba ballotement, undulasi (+) Deformi (-) (-) (-) (-)
tas
Perkusi Timpani seluruh kuadran abdomen
Auskultas Bising usus (+) normal 10x/menit Edema (+) (+) (+) (+)
(uL)
PLT 446000 (↑) 357000 150-400 Trigliserida - 561 <200.00 mg/dL
(10 /uL)
3
Usg
SGOT 84 (↑) - 0-40 U/I
SGPT 255 (↑) - 0-41 U/I Hasil pemerikaan USG abdomen (16-1-
Natrium 135 134 135 – 146 2020)
(mmol/L)
1. Ascites
Kalium 3,0 4,1 3,4 – 5,4 (mmol/L)
2. Efusi pleura bilateral
Klorida
109 106 95 – 108 (mmol/L) 3. Parenchymal kidney disease bilateral
kalsium 4. Hepar, Gall bledder, pancreas, Lien dalam
7,80 7,50 8.60 – 10.30
(mg/Dl) batas normal
Urinalisa
Resume
Subjektif
Pasien laki-laki 12 tahun dengan keluhan bengkak seluruh badan sejak 1 bulan yang lalu sebelum MRS, nyeri perut dan sesak
napas (+), tidak BAK sejak 2 hari SMR, BAK saat ini berwarna seperti teh, (gelap). Demam (-), diare (-). Riwayat demam, batuk,
dan pilek sebelumnya disangkal. Sesak (-), nyeri dada (-).
Objektif
Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 80x/menit, suhu tubuh 37oC, frekuensi nafas 20 kali/menit, saturasi 98% dengan udara ruang.
Gizi baik (kurva CDC),
K/L : Edema palpebral (+/+)
Thoraks : Vesikuler (+/+) menurun di lapang paru basal dextra dan sinistra
Abdomen : Distensi (+), Asites (+)
Ekstresmitas : Edema (+/+), pitting (+)
Laboratorium : hypoalbumin, hematuria, hiperkolesterolemia, proteinuria, hematuria, hipokalemi, hipokalsemi
USG abdomen : ascites, efusi pleura, parenkymal kidney disease
Diagnosis Kerja Planning
Diagnostik : Terapi :
Sindroma nefrotik
Monitoring vital sign Infus D5 ½ NS 6 lpm
AKI st Failure (membaik)
Balance cairan/24 jam Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Hypoalbuminemia Captopril 2 x 12,5 mg
PO
Edema anasarka Prednisone tab 6-5-5
Hipokalemia Inj. Furosemide 2 x 20
mg iv
Hipokalsemia Transfusi albumin
KSR tab 1 x 1
PEMBAHASAN DAN REFLEKSI KASUS
Masalah
Sindrom nefrotik (SN) merupakan kumpulan gejala klinis yang ditandai dengan adanya proteinuria
masif, hipoalbuminemia, edema, dan hiperkolesterolemia. Kelainan tersebut didasari karena adanya
gangguan pada proses filtrasi glomerulus.
Pada kondisi yang lebih berat dapat ditemukan asites, efusi pleura, dan edema genitalia, pada pasien
berdasarkan hasil pemeriksaan USG abdomen didapatkan ascites dan efusi pleura, namun pembengkakan
Acute Kidney Injury (AKI) adalah penurunan cepat (dalam jam hingga 6 minggu) laju filtrasi glomerulus
(LFG) yang umumnya berlangsung reversibel, diikuti kegagalan ginjal untuk mengekskresi sisa
metabolisme nitrogen, dengan/ tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Cedera ginjal akut didefinisikan ketika salah satu dari kriteria berikut terpenuhi :
Serum kreatinin naik sebesar ≥ 0,3 mg/dL atau ≥ 26μmol /L dalam waktu 48 jam
atau
Serum kreatinin meningkat ≥ 1,5 kali lipat dari nilai referensi, yang diketahui atau dianggap telah terjadi
dalam waktu satu minggu
atau
Output urine <0.5ml/kg/hr untuk> 6 jam berturut-turut
Hipokalsemia
Pada SN dapat terjadi hipokalsemia karena : Penggunaan steroid jangka panjang yang menimbulkan
osteoporosis dan osteopenia
Kebocoran metabolit vitamin D2.
Oleh karena itu pada pasien SN yang mendapat terapi steroid jangka lama (lebih dari 3 bulan) dianjurkan
pemberian suplementasi kalsium 250-500 mg/hari dan vitamin D (125-250 IU). Bila telah terjadi tetani, diobati
dengan kalsium glukonas 10% sebanyak 0,5 mL/kgbb intravena.
Kesimpulan
Sindroma nefrotik merupakan kumpulan gejala klinis berupa proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema,
dan hiperkolesterolemia yang paling sering ditemukan pada anak. Diagnosis SN berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien masuk dengan keluhan bengkak sejak 1 bulan yang lalu.
pasien juga dikeluhkan kencing yang pekat, dan susah kencing. Pada pemeriksaan fisik dan penunjang
didapatkan berbagai manifestasi klinis yang mengarah pada sindroma nefrotik beserta bentuk komplikasinya.
Sebagai komplikasi, pasien sindrom nefrotik sangat rentan terhadap infeksi, bila terdapat infeksi perlu
segera diobati dengan pemberian antibiotik. Infeksi yang terutama adalah selulitis dan peritonitis primer. Infeksi
lain yang sering ditemukan pada anak dengan SN adalah pnemonia dan infeksi saluran napas atas karena virus.
Edukasi terhadap pasien dan keluarga juga penting terkait efek samping pengobatan, dan kemungkinan-
kemungkinan dampak yang dapa terjadi karena sindroma nefrotik seperti infeksi, resistensi obat, dan
sebagainya.
Daftar Pustaka
Satinder Kakar, Vishal Kumar, Ramandeep Singh. Latest research progress on acute nephrotic syndrome. J Acute Dis 2017; 6(6): 255-259.
Mallory L. Downie, Claire Gallibois, Rulan S. Parekh & Damien G. Noone
(2017) Nephrotic syndrome in infants and children: pathophysiology and management, Paediatrics and International Child Health, 37:4, 248-258, DOI:
10.1080/20469047.2017.1374003
Tapia C., Bashir K., Nephrotic Syndrome. Statpearls Publishing. 2019. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470444/
Kopač M. Nephrotic Syndrome in Children – Present State and Future Perspectives. Journal of Nephrology Research 2018; 4(1): 139-145 Available from:
URL: http: //www.ghrnet.org/index.php/jnr/article/view/2289
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Konsensus Tata Laksana Sindrom Nefrotik Idiopatik pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kliegman R.M., et al. 2011. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th Ed. Elsevier Saunders.
Rubin R., Strayer. D.S., 2012. Pathology: Clinicopathologic Foundations of Medicine. 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins
Symons, M.S., Eddy A.A. 2003. Nephrotic Syndrome in Childhood. The Lancet, vol. 362, pp. 629-639. [pdf] Available at:
<http://med.stanford.edu/content/dam/sm/pednephrology/documents/secure/Nephrotic-syndrome-Children.pdf> [Accessed on Januari 2020].
Vinen, C.S., dan Oliveira, D.B.G. 2003. Acute glomerulonephritis. Postgraduate Medical Journal, vol. 79, pp. 206-213. [pdf] Available at: <
https://pmj.bmj.com/content/postgradmedj/79/930/206.full.pdf> [Accessed at Januari 2020].
TERIMA KASIH
Questions ?