Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi
kronik diabetes mellitus
Prevalensi ulkus kaki diabetik berkisar antara 4-10%, dengan prevalensi yang
lebih rendah (1,5-3,5%) pada orang muda dan lebih tinggi (5-10%) pada orang
tua.
Sekitar 14-24% pasien ulkus kaki diabetik akan memerlukan amputasi, dengan
angka rekurensi 50% setelah tiga tahun.
Faktor Resiko
Diabetes Melitus
Pada orang dengan diabetes lebih tinggi risikonya mengalami masalah
pada kaki dikarenakan :
Adanya neuropati yaitu berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat yang
akan menyababkan pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan
luka yang terjadi karena tidak dirasakan adanya nyeri
Sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel
pembuluh darah.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi.
Kebiasaan merokok
Perilaku : seperti tidak memakai alas kaki, kurang menjaga kebersihan kaki,
dan sebagainya
Etiologi
Beberapa kelainan pada kaki yang dapat memicu terjadinya ulkus kaki
diabetik, anatara lain :
Kalus
Kulit melepuh
Kuku kaki tumbuh ke dalam
Ibu jari kaki bengkak
Kulit kaki kering dan pecah
Patofisiologi
DIABETES MELLITUS
Anamnesis
Penderita DM memiliki keluhan klasik yaitu : poliuri, podipsi dan polifagi
ABI dihitung berdasarkan rasio tekanan sistolik ankle dibagi tekanan sistolik
brachial. Dalam kondisi normal, harga normal dari ABI adalah >0,9, ABI 0,71–
0,90 terjadi iskemia ringan, ABI 0,41–0,70 telah terjadi obstruksi vaskuler
sedang, ABI 0,00–0,40 telah terjadi obstruksi vaskuler berat.
Pemeriksaan penunjang
Tujuan utama pengelolaan ulkus kaki diabetik yaitu untuk mengakses proses
kearah penyembuhan luka secepat mungkin karena perbaikan dari ulkus kaki
dapat menurunkan kemungkinan terjadinya amputasi dan kematian pasien
diabetes.
Secara umum pengelolaan ulkus kaki diabetic meliputi penanganan iskemia,
debridemen, penanganan luka, menurunkan tekanan plantar pedis (off-
loading), penanganan bedah, penanganan komorbiditas dan menurunkan
risiko kekambuhan serta pengelolaan infeksi
Pengendalian Diabetes (dengan insulin)
Langkah awal penanganan pasien dengan kaki diabetik adalah dengan
melakukan manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik
karena kebanyakan pasien dengan kaki diabetik juga menderita malnutrisi,
penyakit ginjal kronik, dan infeksi kronis.
Perawatan luka
Debridemen
Debridemen merupakan upaya untuk membersihkan semua jaringan nekrotik, karena
luka tidak akan sembuh bila masih terdapat jaringan nonviable, debris dan fistula.
Tindakan debridemen juga dapat menghilangkan koloni bakteri pada luka.
Saat ini terdapat beberapa jenis debridemen yaitu autolitik, enzimatik, mekanik,
biologik dan tajam.
Debridemen dilakukan terhadap semua jaringan lunak dan tulang yang nonviable.
Tujuan debridemen yaitu untuk mengevakuasi jaringan yang terkontaminasi bakteri,
mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat penyembuhan,
menghilangkan jaringan kalus serta mengurangi risiko infeksi lokal.
Debridemen yang teratur dan dilakukan secara terjadwal akan memelihara ulkus
tetap bersih dan merangsang terbentuknya jaringan granulasi sehat sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan ulkus
menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab.
Bila ulkus memproduksi sekret banyak maka untuk pembalut (dressing)
digunakan yang bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus kering maka
digunakan pembalut yang mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup
lembab, maka dipilih pembalut ulkus yang dapat mempertahankan
kelembaban.
Disamping bertujuan untuk menjaga kelembaban, penggunaan pembalut juga
selayaknya mempertimbangkan ukuran, kedalaman dan lokasi ulkus. Untuk
pembalut ulkus dapat digunakan pembalut konvensional yaitu kasa steril yang
dilembabkan dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern yang tersedia saat
ini
Penanganan bedah
Jenis tindakan bedah tergantung dari berat ringannya ulkus kaki diabetik
Tindakan bedah profilaktif diindikasikan untuk mencegah terjadinya ulkus atau
ulkus berulang pada pasien yang mengalami neuropati dengan melakukan
koreksi deformitas sendi, tulang atau tendon.
Bedah kuratif diindikasikan bila ulkus tidak sembuh dengan perawatan
konservatif, misalnya angioplasti atau bedah vaskular. Osteomielitis kronis
merupakan indikasi bedah kuratif.
Bedah emergensi adalah tindakan yang paling sering dilakukan, dan
diindikasikan untuk menghambat atau menghentikan proses infeksi, misalnya
ulkus dengan daerah infeksi yang luas atau adanya gangren gas. Tindakan
bedah emergensi dapat berupa amputasi atau debridemen jaringan nekrotik
Penanganan komorbiditas
Diabetes merupakan penyakit sistemik multiorgan sehingga komorbiditas lain
harus dinilai dan dikelola melalui pendekatan tim multidisiplin untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Komplikasi kronik lain baik mikro maupun
makroangiopati yang menyertai harus diidentifikasi dan dikelola secara
holistik. Kepatuhan pasien juga merupakan hal yang penting dalam
menentukan hasil pengobatan.
Pengelolaan infeksi
Infeksi pada ulkus kaki diabetik merupakan faktor pemberat yang turut
menentukan derajat agresifitas tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan
kaki diabetik. Pengelolaan infeksi ini juga berhubungan dengan pemberian
antibiotic pada pasien. Dasar utama pemilihan antibiotik dalam
penatalaksanaan kaki diabetik yaitu berdasarkan hasil kultur sekret dan uji
sensitivitas.
Tampaknya semakin buruk keadaan infeksi, semakin banyak pula jenis kuman
gram negatif. Pada infeksi kaki yang memburuk, sebaiknya diberikan melalui
IV
Regimen antibiotik sebagai tatalaksana empirik harus mencakup antibiotik
yang aktif melawan golongan Stafilokokus dan Streptokokus.
Dua kelompok kombinasi yang dianggap baik yaitu kombinasi aminoglikosida,
ampisilin dan klindamisin atau sefalosporin dan kloramfenikol.
Kesimpulan
Ulkus kaki diabetik adalah salah satu komplikasi kronis dari penyakit
diabetes melitus berupa luka pada permukaan kulit kaki penderita diabetes
disertai dengan kerusakan jaringan bagian dalam atau kematian jaringan, baik
dengan ataupun tanpa infeksi, yang berhubungan dengan adanya neuropati dan
atau penyakit arteri perifer pada penderita diabetes melitus. Ulkus kaki diabetic
dapat dicegah dengan melakukan skrining dini serta edukasi pada kelompok
berisiko tinggi, dan penanganan penyebab dasar seperti neuropati, penyakit
arteri perifer dan deformitas.
Daftar Pustaka
1. Bandyk, D.F. 2019. The Diabetic Foot : Pathophysiology, Evaluation and Treatment. pp. 1-21
S0895-7967(19)30011-0
2. Naemi, R., Chockalingam, N., Lutale, J.K., Abbas, Z.G. 2020. Predicting the Risk of Future
Diabetic Foot Ulcer Occurance : a prospective cohort study of patient with diabetes in Tanzania.
BMJ Open Diabetes Research and Care. 2020;8:e001122
3. Foley, M.B., Blanchette, V. 2020. Multidiciplinary Management of Diabetic Foot Ulcer in Primary
Cares in Quebec : Can We Do Better?. Journal of Multidiciplinary Healthcare. 2020:13 381–385
4. Langi, Y.A. 2015. Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu. Jurnal Biomedik, Volume
3, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 95-101
5. Soelistijo, S.A., et al. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia.
6. Hutagalung, M.B., Eljatin, D.S., Awalita,. Sarie, V.P., Sianturi, G.D., Santika, G.F. 2019. Diabetic
Foot Infection : Diagnosis dan Tatalaksana. Vol 46 no. 6
Terimakasih