Anda di halaman 1dari 25

Referat Diabetik Foot

Oleh : Desri Enmayasari


Pendahuluan
 Gangguan pada kaki, termasuk infeksi, ulserasi, dan gangren, merupakan
indikasi rawat inap paling sering pada pasien diabetes.

 Prevalensi kaki diabetik diperkirakan akan meningkat seiring dengan


bertambahnya usia dan masalah obesitas pada populasi bersamaan
memiliki peranan terhadap terjadinya diabetes tipe II.

 Ulkus diabetik maupun masalah kaki merupakan sebab utama morbiditas,


mortalitas, serta kecacatan penderita diabetes. Dengan adanya
neuropati dan atau iskemia maka trauma yang minimal saja dapat
menyebabkan ulkus pada kulit dan gangguan penyembuhan lukanya
hingga dapat menyebabkan amputasi tungkai bawah.
Definisi

 Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi
kronik diabetes mellitus

 Infeksi kaki diabetik didefinisikan sebagai invasi dan multiplikasi organisme


patogen yang menginduksi respons inflamasi diikuti kerusakan jaringan lunak
atau tulang distal maleolus kaki penderita diabetes
Epidemiologi

 Prevalensi ulkus kaki diabetik berkisar antara 4-10%, dengan prevalensi yang
lebih rendah (1,5-3,5%) pada orang muda dan lebih tinggi (5-10%) pada orang
tua.
 Sekitar 14-24% pasien ulkus kaki diabetik akan memerlukan amputasi, dengan
angka rekurensi 50% setelah tiga tahun.
Faktor Resiko
 Diabetes Melitus
 Pada orang dengan diabetes lebih tinggi risikonya mengalami masalah
pada kaki dikarenakan :
 Adanya neuropati yaitu berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat yang
akan menyababkan pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan
luka yang terjadi karena tidak dirasakan adanya nyeri
 Sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel
pembuluh darah.
 Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi.
 Kebiasaan merokok
 Perilaku : seperti tidak memakai alas kaki, kurang menjaga kebersihan kaki,
dan sebagainya
Etiologi

Beberapa kelainan pada kaki yang dapat memicu terjadinya ulkus kaki
diabetik, anatara lain :
 Kalus
 Kulit melepuh
 Kuku kaki tumbuh ke dalam
 Ibu jari kaki bengkak
 Kulit kaki kering dan pecah
Patofisiologi
DIABETES MELLITUS

Pe nya kit p e m b uluh Ne uro p a ti o to no m Ne uro p a ti pe rife r


da ra h te p i
 Alira n Ind e ra Ge ra k
 Ke ring a t d a ra h ra b a
Sum b a ta n  Alira n
o ksig e n, nutrisi,
 Re so rp si
a ntib io tik Ke hila ng a n
tula ng Atro pi
Kult ke ring , ra sa sa kit
pe c a h Ke rusa ka n
se nd i Ke hila ng a n
Luka sulit
se m b uh Tra um a b a nta la n
Ke rusa ka n le m a k
ka ki
Tum p ua n b e ra t
ya ng b a ru
Sind ro m ja ri b iru INFEKSI ULKUS
Ga ng re n
Ga ng re n m a yo r
AMPUTASI
.

Klasifikasi Wagner untuk kaki diabetik

Derajat 0 Tidak ada lesi terbuka, kulit utuh dan mungkin

  disertai kelainan bentuk kaki

Derajat I Ulkus superficial dan terbatas di kulit

Derajat II Ulkus dalam mengenai tendon dan ligamen

Derajat III Abses yang dalam dengan atau tanpa


ostemoielitis
Dearjat IV
Gangren jari kaki atau kaki bagian distal dengan
 
atau tanpa selulitis
Derajat V
 (terlokalisasi)

Gangren seluruh kaki dan sebagian tungkai


bawah
Diagnosis

Anamnesis
 Penderita DM memiliki keluhan klasik yaitu : poliuri, podipsi dan polifagi

 Anamnesis juga harus dilakukan meliputi aktivitas harian, sepatu yang


digunakan, pembentukan kalus, deformitas kaki, keluhan neuropati, nyeri
tungkai saat beraktivitas atau istirahat , durasi menderita DM, penyakit
komorbid, kebiasaan (merokok, alkohol), obat-obat yang sedang dikonsumsi,
riwayat menderita ulkus/amputasi sebelumnya
Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum penderita dan pemeriksaan lokal pada kaki meliputi


 Inspeksi  adanya deformitas (Hammar toes,claw toes, charcot join), kulit
yang kering, fisura, ulkus, vena-vena yang tampak prominen disertai oedem.
 Palpasi  pulsasi arteri perifer, ankle brachial index, dan capillary refill time
harus diperiksa.
 Pemeriksaan ulkus kaki  meliputi lokasinya, ukuran ulkus, kedalaman,
dasar ulkus dan tepinya. Permukaan ulkus dinilai adakah jaringan granulasi
atau slough serta tanda-tanda inflamasi seperti kemerahan, hangat, nyeri
dan adanya eksudasi
 Pemeriksaan lain yang diperlukan untuk menentukan gangguan vaskuler adalah
ankle brachial index atau toe brachial index. Nilai ABI kurang dari 0,9
menandakan adanya obtruksi vaskuler dan skor yang kurang dari 0,4
menandakan adanya nekrosis jaringan serta merupakan resiko yang siginifikan
terjadinya amputasi.

 ABI dihitung berdasarkan rasio tekanan sistolik ankle dibagi tekanan sistolik
brachial. Dalam kondisi normal, harga normal dari ABI adalah >0,9, ABI 0,71–
0,90 terjadi iskemia ringan, ABI 0,41–0,70 telah terjadi obstruksi vaskuler
sedang, ABI 0,00–0,40 telah terjadi obstruksi vaskuler berat.
Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan laboratorium standar yang diperiksa adalah Darah lengkap, kadar


glukosa darah, glycosylated hemoglobin (HbA1c), serta fungsi hati dan ginjal
sebagai monitoring status metabolik pasien.
 Bila terdapat infeksi maka pemeriksaan kultur mikrobiologi dapat dilakukan
untuk menentukan agen kuman penyebab

 Pemeriksaan foto polos radiologi adalah pemeriksaan imaging yang paling


sering dipilih pada ulkus kaki diabetic. Pemeriksaan ini dapat memberi
informasi adanya perubahan artropati, osteomielitis dan adanya pembentukan
gas pada jaringan lunak. Tetapi bila akumulasi gas minimal maka sulit untuk
menilai adanya perubahan pada jaringan lunak seperti selulitis, fasciitis atau
abses
 CT scan memiliki beberapa keuntungan dibandingkan foto polos, yaitu: lebih
sensitif dan spesifik dalam menilai erosi kortek tulang, adanya sequester, gas
pada jaringan lunak dan kalsifikasi.

 Modalitas pemeriksaan imaging yang paling baik dalam menilai perubahan


pada jaringan lunak dan sumsum tulang penderita kaki diabetik adalah MRI.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya edema dan osteomielitis sebagai
tahap awal dari neuroartropati dengan sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi
(90-100% dan 40-100%).
Tatalaksana

 Tujuan utama pengelolaan ulkus kaki diabetik yaitu untuk mengakses proses
kearah penyembuhan luka secepat mungkin karena perbaikan dari ulkus kaki
dapat menurunkan kemungkinan terjadinya amputasi dan kematian pasien
diabetes.
 Secara umum pengelolaan ulkus kaki diabetic meliputi penanganan iskemia,
debridemen, penanganan luka, menurunkan tekanan plantar pedis (off-
loading), penanganan bedah, penanganan komorbiditas dan menurunkan
risiko kekambuhan serta pengelolaan infeksi
Pengendalian Diabetes (dengan insulin)
 Langkah awal penanganan pasien dengan kaki diabetik adalah dengan
melakukan manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik
karena kebanyakan pasien dengan kaki diabetik juga menderita malnutrisi,
penyakit ginjal kronik, dan infeksi kronis.
Perawatan luka

Debridemen
 Debridemen merupakan upaya untuk membersihkan semua jaringan nekrotik, karena
luka tidak akan sembuh bila masih terdapat jaringan nonviable, debris dan fistula.
Tindakan debridemen juga dapat menghilangkan koloni bakteri pada luka.
 Saat ini terdapat beberapa jenis debridemen yaitu autolitik, enzimatik, mekanik,
biologik dan tajam.
 Debridemen dilakukan terhadap semua jaringan lunak dan tulang yang nonviable.
Tujuan debridemen yaitu untuk mengevakuasi jaringan yang terkontaminasi bakteri,
mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat penyembuhan,
menghilangkan jaringan kalus serta mengurangi risiko infeksi lokal.
 Debridemen yang teratur dan dilakukan secara terjadwal akan memelihara ulkus
tetap bersih dan merangsang terbentuknya jaringan granulasi sehat sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan ulkus
 menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab.
 Bila ulkus memproduksi sekret banyak maka untuk pembalut (dressing)
digunakan yang bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus kering maka
digunakan pembalut yang mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup
lembab, maka dipilih pembalut ulkus yang dapat mempertahankan
kelembaban.
 Disamping bertujuan untuk menjaga kelembaban, penggunaan pembalut juga
selayaknya mempertimbangkan ukuran, kedalaman dan lokasi ulkus. Untuk
pembalut ulkus dapat digunakan pembalut konvensional yaitu kasa steril yang
dilembabkan dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern yang tersedia saat
ini
Penanganan bedah
 Jenis tindakan bedah tergantung dari berat ringannya ulkus kaki diabetik
 Tindakan bedah profilaktif diindikasikan untuk mencegah terjadinya ulkus atau
ulkus berulang pada pasien yang mengalami neuropati dengan melakukan
koreksi deformitas sendi, tulang atau tendon.
 Bedah kuratif diindikasikan bila ulkus tidak sembuh dengan perawatan
konservatif, misalnya angioplasti atau bedah vaskular. Osteomielitis kronis
merupakan indikasi bedah kuratif.
 Bedah emergensi adalah tindakan yang paling sering dilakukan, dan
diindikasikan untuk menghambat atau menghentikan proses infeksi, misalnya
ulkus dengan daerah infeksi yang luas atau adanya gangren gas. Tindakan
bedah emergensi dapat berupa amputasi atau debridemen jaringan nekrotik
Penanganan komorbiditas
 Diabetes merupakan penyakit sistemik multiorgan sehingga komorbiditas lain
harus dinilai dan dikelola melalui pendekatan tim multidisiplin untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Komplikasi kronik lain baik mikro maupun
makroangiopati yang menyertai harus diidentifikasi dan dikelola secara
holistik. Kepatuhan pasien juga merupakan hal yang penting dalam
menentukan hasil pengobatan.
Pengelolaan infeksi
 Infeksi pada ulkus kaki diabetik merupakan faktor pemberat yang turut
menentukan derajat agresifitas tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan
kaki diabetik. Pengelolaan infeksi ini juga berhubungan dengan pemberian
antibiotic pada pasien. Dasar utama pemilihan antibiotik dalam
penatalaksanaan kaki diabetik yaitu berdasarkan hasil kultur sekret dan uji
sensitivitas.
 Tampaknya semakin buruk keadaan infeksi, semakin banyak pula jenis kuman
gram negatif. Pada infeksi kaki yang memburuk, sebaiknya diberikan melalui
IV
 Regimen antibiotik sebagai tatalaksana empirik harus mencakup antibiotik
yang aktif melawan golongan Stafilokokus dan Streptokokus.
 Dua kelompok kombinasi yang dianggap baik yaitu kombinasi aminoglikosida,
ampisilin dan klindamisin atau sefalosporin dan kloramfenikol.
Kesimpulan

Ulkus kaki diabetik adalah salah satu komplikasi kronis dari penyakit
diabetes melitus berupa luka pada permukaan kulit kaki penderita diabetes
disertai dengan kerusakan jaringan bagian dalam atau kematian jaringan, baik
dengan ataupun tanpa infeksi, yang berhubungan dengan adanya neuropati dan
atau penyakit arteri perifer pada penderita diabetes melitus. Ulkus kaki diabetic
dapat dicegah dengan melakukan skrining dini serta edukasi pada kelompok
berisiko tinggi, dan penanganan penyebab dasar seperti neuropati, penyakit
arteri perifer dan deformitas.
Daftar Pustaka
1. Bandyk, D.F. 2019. The Diabetic Foot : Pathophysiology, Evaluation and Treatment. pp. 1-21
S0895-7967(19)30011-0

2. Naemi, R., Chockalingam, N., Lutale, J.K., Abbas, Z.G. 2020. Predicting the Risk of Future
Diabetic Foot Ulcer Occurance : a prospective cohort study of patient with diabetes in Tanzania.
BMJ Open Diabetes Research and Care. 2020;8:e001122

3. Foley, M.B., Blanchette, V. 2020. Multidiciplinary Management of Diabetic Foot Ulcer in Primary
Cares in Quebec : Can We Do Better?. Journal of Multidiciplinary Healthcare. 2020:13 381–385

4. Langi, Y.A. 2015. Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu. Jurnal Biomedik, Volume
3, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 95-101

5. Soelistijo, S.A., et al. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia.

6. Hutagalung, M.B., Eljatin, D.S., Awalita,. Sarie, V.P., Sianturi, G.D., Santika, G.F. 2019. Diabetic
Foot Infection : Diagnosis dan Tatalaksana. Vol 46 no. 6
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai