Anda di halaman 1dari 57

Tuberkulosis dengan ISPA dan

Hipertensi pada Pria Usia 49 Tahun


dengan Faktor Risiko Transmisi dari
Keluarga (Merawat Anak-anak
Penderita TB) disertai Riwayat HNP
dan GERD
Oleh :
A i s h a P ut r i Se t i o w a t i
200070200011045

Pembimbing : dr. Nurul Hidayati, M.Sc, Sp. D.L.P

Penguji :
Dr. dr. M o h a m m a d Kuntadi Syamsul Hidayat,
M.Kes., MMR., Sp.OT

Dokter M u d a Stase Dokter Keluarga Periode13 Maret


IDENTITAS
PASIEN
Nama Tn. B

Usia 49 Tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Jl. Mayjend Haryono, No. 1024, Malang

Agama Islam

Pekerjaan Tidak Bekerja

Status Pendidikan SMK

Status Pernikahan Sudah Menikah


ANAMNESI
Keluhan utamaS
: Pasien datang untuk kontrol pengobatan TB.
Riwayat keluhan saat ini
- Pasien datang untuk control mengambil hasil Uji Mantoux dan Uji TCM pada 18 Maret 2023.
- Awal pertama kali datang ke puskesmas dengan keluhan batuk sejak Februari 2023.
- Batuk berdahak. Batuk darah disangkal.
- Pasien juga mengeluh pilek dan hidung tersumbat sejak 2 hari yang lalu
- Tidak ada demam.
- Mual dan muntah tidak ada
- Pasien sering mengeluh keringat dingin di malam hari, nafsu makan normal, tidak mengalami penurunan
berat badan.
- Pasien mengaku merawat kedua anaknya yang menderita TB.
- Setelah sekitar 1 bulanan pasien terus mengalami batuk-batuk, akhirnya keluarga pasien menyarankan
untuk pergi berobat. Pasien akhirnya memeriksakan diri ke Puskesmas Dinoyo.
-
ANAMNESI

S
Di Puskesmas Dinoyo dilakukan pemeriksaan dahak dan hasilnya terinfeksi kuman TB.
• Saat ini pasien mengatakan keluhan batuknya sudah membaik.
• Pasien kadang-kadang masih batuk-batuk kecil.
• Demam (-),
• Sesak (-),
• Nyeri perut (-),
• Nyeri dada (-),
• Mual (-), Muntah (-),
• BAB normal dan BAK berwarna merah.
TIMELINE: Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan memiliki riwayat Pasien datang control dengan keluhan Pasien mengeluh keringat dingin di
sakit syaraf kejepit. nyeri di kaki, tidak bisa berjalan dan dirujuk malam hari, nyeri ulu hati, jari kaki
sakit, sering bersendawa, dengan
ke spesialis syaraf RS UNISMA dengan diagnosis dyspepsia
diagnosis HNP.

2018 12/1/22 19/9/22

Pasien datang control dengan keluhan


Trauma (-), alergi (-), penyakit jantung keringat dingin di malam hari masih
(-), penyakit ginjal (-), penyakit liver (-) sama, nyeri kepala (+), nyeri ulu hati
menjalar ke dada sejak 1 bulan yang
infeksi saluran k e m i h (-), batu saluran lalu, mulut terasa pahit dengan
k e m i h (-), HT (+), D M (-). diagnosis GERD.

23/9/22
ANAMNESI
SRiwayat keluarga
• Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama berupa batuk-batuk lama.
Ayah dan ibu pasien meninggal dan ada riwayat DM (+). Pasien tinggal bersama istri, 2 orang anak yang
menderita TB paru dan TB kelenjar. Pasien tidak paham riwayat penyakit saudara/i nya, ayah dan ibu istri pasien,
kakak dan adik ayah pasien, kakak dan adik ibu pasien, serta kakak dan adiknya orangtua istri pasien.

• Anak pertama pasien, 16 tahun, Riwayat TB Paru, terdiagnosis TB pada Oktober 2021 dan telah selesai
menjalani terapi pada April 2022. Pada Juli 2022, anak pasien mengalami kekambuhan, batuk berulang yang
terus-menerus, penurunan berat badan. Pasien pergi berobat ke RS UM, dengan hasil Uji Mantoux (+) dan Uji
TCM (-) dan dianjurkan dokternya untuk melanjutkan terapi. Hingga saat ini anak masih mejalani terapi. BB anak:
40 kg, TB: 153 cm. IMT: 17,1 kg/m2 (Underweight).

• Anak kedua, 10 tahun, Riwayat TB kelenjar dengan benjolan yang muncul di bawah ketiak kiri berjumlah 2 buah sejak Juli
2022, kemudian keluarga membawa anak ke RS UM, dilakukan biopsy dan hasilnya terdiagnosis TB Kelenjar sejak Agustus
2022. Dokter memberikan terapi oral minum 1 hari sekali, setiap minum 5 tablet yang dilarutkan ke air, dan control setiap
2 minggu. Hingga saat ini anak masih menjalani terapi. BB anak: 25 kg, TB: 131 cm. IMT: 14,6 kg/m2 (Underweight).
Riwayat pengobatan: OAT : Rifampicin dan Isoniazid.
ANAMNESIS
Riwayat pengobatan
Tahap Waktu Obat Monitor obat
30/8/2022 NAC 3x20mg
Nerofa 1x1
Zinc 1x1
Vit D 500 IU 1x1
PCT 3x500mg

19/9/2022 Antasida 3x1


Ranitidin 2x1

23/9/2022 Scopma 3x1


Ranitidine 2x1
Metoclopramid 3x10
Rujuk poli IPD RS UMM

9/3/2023 Molexdryl 3x2cth


Vit D 1x1
Amoxicillin 3x500mg
Vit D 1x1

Awal 18/3/23 2RHZE sebanyak 14 dosis 1x5 tablet Efek samping obat: potensi urin berwarna merah
Vit B6 1x1
Amlodipin 5mg 0-0-1
Kontrol 31 Maret 2023

31/3/2023 2RHZE sebanyak 28 dosis Efek samping obat: potensi urin berwarna merah
Vit B6 1x3 tab
Kontrol 5 Mei 2023
ANAMNESI
SRiwayat sosial
- Aktivitas keseharian : Untuk sehari-hari pasien hanya berada dirumah saja dan tidak melakukan aktivitas
berat. Pasien sudah tidak bekerja, dulunya pasien adalah seorang tukang bangunan. Pasien sehari-hari
membantu pekerjaan di rumah seperti mencuci piring dan menyapu. Pasien bangun jam 04.00 dan tidur
jam 21.00 setiap hari.
- Internal : pasien mengkonsumsi makanan seimbang sayur, nasi, lauk porsi makanan cukup. Pasien mandi
2x sehari. Pasien tidur 6 hingga 7 jam sehari . Pasien berolahraga hanya jalan pagi.
- Eksternal : pasien sehari-hari tidak bekerja, merokok sejak lama,
- pasien mengatakan interaksi di dalam keluarga baik-baik saja.
- Pasien juga berhubungan baik dengan tetangga samping kanan dan kiri rumah.
- Pasien dulu sering mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh RT setempat, namun sejak sakit, pasien jarang
melakukan interaksi dengan warga sekitar.
- Rumah pasien berdempetan dengan rumah tetangga, dan kurang akses matahari. Rata-rata rumah
disekitar tempat tinggal pasien berdempetan. Jendela di rumah pasien tidak setiap hari dibuka. Di kamar
tidur pasien tidak terdapat jendela dan ventilasi. Pasien memiliki 1 burung dirumahnya.
ANAMNESI
S
Review of system

• Head / neck: pusing (-) nyeri/sulit menelan (-) nyeri tenggorokan (-), lemas (-),
mata kabur (-), gangguan telinga (-), ngorok/mengi (-)
• Respirasi: batuk pilek (+), sesak (-), keringat malam (+), demam(-)
• Kardiovaskular: berdebar (-), nyeri dada (-)
• Gastrointestinal: mual muntah (-), nafsu makan turun (-), diare/konstipasi (-), BAB
normal
• Genitouria: BAK berwarna merah (+), retensi (-),
• Musculoskeletal: linu/nyeri di kedua kaki (-), kesemutan (-), edema (-)
PEMERIKSAAN
FISIK
Status Status
gizi
BB : 90 kg
generalis
TD : 154/101 mmHg
TB : 162 cm HR : 105 x/menit, kuat regular
BMI : 34,3 kg/m2 RR : 18 x/menit
(Obesitas) SpO2 : 96% on room air
Suhu : 36,6 C
PEMERIKSAAN
FISIKStatus lokalis
Normosefal, deformitas (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pandangan kabur (-), pupil
Kepala/ bulat isokor 3mm/3mm, refleks cahaya (+), gangguan pendengaran (-), pembesaran KGB (-),
Leher pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP R+2cm H 2O
Thorak
Simetris, retraksi (-),
s
Perkusi : Auskultasi: R h o n chi W h e ezing Ste m Fre m itu s
Pulmo

Dull | Sonor Menurun | Vesicular +| - -| |


-
Sonor | Vesicular | -|- N N
Sonor Sonor Vesicular Vesicular -|- -| | N
-
Cor S1 |S2
Sonor | Vesicular
normal, regular, m u r m u r (-), gallop (-), ictus teraba- di N |N
|- ICS 5 M C L
Abdomen Soefl, bising usus (+) normal, hepatomegali (-), splenomegali (-), shifting dullness
(-)
Extremitas Akral hangat kering merah, Edema (-/-), CRT <2 detik, kesemutan di kedua kaki
(-)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang saat datang ke pelayanan kesehatan:
-Pemeriksaan TCM (17 Maret 2023)  MTB Detected very low
-Pemeriksaan HIV (20 Maret 2023)  Non Reaktif

Pasien perlu dilakukan pemeriksaan penunjang la njut a n. A d a p u n


pemeriksaan yang diusulkan yaitu:
1. X-ray Toraks
2. Kultur sputum
Keluarga Tn. B FAMILY
(49 Tahun)
25 Maret 2023 GENOGRAM
FAMILY
ASSESSMENT

Bentuk keluarga Tahap keluarga


Pasien tinggal bersama istri dan 2 orang • Tahapan keluarga berdasarkan Duvall’s
anak  keluarga inti (nuclear family). Eight Stage Family Life Cycle adalah
tahap V yaitu Family with Teenagers,
karena anak pertama berusia 16 tahun
dan anak kedua berusia 10 tahun.
FAMILY
No. Pertanyaan
APGAR Sering Kadang-kadang Jarang


1. Saya puas karena saya dapat bercerita kepada
keluarga saat saya m emiliki masalah


2. Saya puas d en g a n cara keluarga saya
bermusyawarah u ntu k m e m e c a h k a n masalah

3. Saya puas karena diberikan kesempatan √


b e r t u m b u h sesuai arah k ehidupan
yang saya inginkan

4. Saya puas d en g an kasih sayang yang terjalin √


diantara keluarga saya

5. Saya puas d en g a n keluarga m e m b a g i √


antara waktu pribadi dan w aktu bersama

Total Skor :6
Interpretas :Fungsi Keluarga Kurang Baik (Moderately Functional
i Family).
FAMILY
Resource
SCREEM Patologis

Social Pasien jarang mengikuti kegiatan warga dan jarang bersosialisasi dengan tetangga. Pasien sudah tidak aktif lagi mengikuti
kegiatan sosial di lingkungan sekitar karena
kondisi kesehatan pasien saat ini.

Cultural Pasien dan keluarga adalah orang suku jawa. Tidak ada perbedaan budaya yang -
bermakna.

Religious Pasien dan keluarganya beragama Islam. Ibadah wajib pasien lakukan setiap hari di -
rumah.

Ec o no m i c Pasien hidup di dalam keluarga dengan taraf ekonomi menengah ke bawah. Pasien -Pasien merasa kesulitan mendapatkan
merupakan tukang bangunan dan sekarang tidak bekerja, dan istri pasien hanya pendapatan karena hanya berasal dari istri dan
berjualan gorengan. istri berjualan makanan dan minuman di
pinggir jalan.

Education Tingkat pendidikan pasien adalah tamatan SMK. Istri pasien merupakan tamatan SMP. -Tingkat pemahaman serta kesadaran pasien
dan keluarga tentang kesehatan masih kurang,
khususnya terakit penyakit pasien yaitu TB.
Pasien masih kurang memahami bagaimana
penularan TB, skrinning TB, dan juga dampak
apabila anak-anak pasien terkena TB.

Medical Pasien memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada dengan baik karena sudah -
memiliki kartu BPJS sehingga pasien jika mengalami masalah kesehatan cepat berobat
ke Puskesmas Dinoyo.
FAMILY COPING
SCORE
Pad a pasien didapatkan Family coping score dengan nilai 4
yang me nunj ukk an bahw a pasien d an keluarga sudah mau
untuk berpartisipasi dalam membantu pasien berobat, namun
sesekali harus diingatkan oleh provider kesehatan
MANDALA
OF
HEALTH
DIAGNOSIS HOLISTIK

&

INTERVENSIKOMPREHENSIF
DIAGNOSIS HOLISTIK INTERVENSI KOMPREHENSIF
Aksis 1 - Aspek PATIENT CENTERED
Personal
Alasan Kedatangan Alasan Kedatangan
Pasien datang untuk control Pasien di monitor apakah pengobatan dilakukan rutin dan memberi
mengambil hasil Uji Mantoux dan Uji edukasi bahwa pengobatan harus dilakukan sampai selesai hingga
TCM pada 18 Maret 2023. pasien dinyatakan sembuh.

Kekhawatiran Kekhawatiran
Pasien saat ini khawatir jika penyakit TB Menjelaskan kepada pasien bahwa potensi penularan TB bisa dicegah
yang dialaminya menular ke orang-orang dengan cara pasien diobati sampai sembuh dan pasien mematuhi perilaku
disekitarnya. untuk cegah transmisi yaitu dengan etika batuk dan memakai masker.

Persepsi Persepsi
Pasien menduga batuknya disebabkan karena Membenarkan pemahaman pasien bahwa penyakit TB yang dideritanya menular
ketularan anaknya yang terdiagnosis TB paru . melalui kontak erat dengan anaknya yang terinfeksi TB sehingga persepsi pasien
benar.
DIAGNOSIS HOLISTIK INTERVENSI KOMPREHENSIF
Aksis 1 - Aspek PATIENT CENTERED
Personal

Harapan Harapan

Pasien berharap bisa sembuh dari penyakitnya dan Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit TB ini dapat sembuh

tidak ada anggota keluarga yang terinfeksi bakteri apabila pasien dan keluarga patuh minum obat dan mau

TB. menyelesaikan pengobatan sampai pasien dinyatakan sembuh.

Upaya Upaya
Pasien datang untuk berobat terkait keluhan Mengapresiasi upaya pasien karena sudah berusaha berobat ke
yang dideritanya. dokter.
DIAGNOSIS HOLISTIK INTERVENSI KOMPREHENSIF
PATIENT CENTERED
Aksis 2 - Aspek Biomedis Aksis 2 - Aspek Biomedis
Diagnosis kerja Tuberkulosis

- Tuberkulosis Paru Terapi Non Farmakologis :


- Pasien disarankan untuk menjalankan pola hidup sehat, memakai
ISPA masker di rumah atau diluar rumah, melalukan etika batuk yang benar.
- Hipertensi
Terapi Farmakologis :
Diagnosis banding 18 Maret 2023 
- Pneumonia Pasien mendapatkan OAT Kategori 1 2RHZE dalam KDT sebanyak 14
- Bronkiolitis dosis, 1 x 5 tablet.
Pasien juga diberikan Vit. B6 1x1 tab, dan Amlodipin 5 mg 0-0-1.
- Bronkitis akut Pasien disuruh kontrol kembali tanggal 31 Maret 2023.
- Penyakit paru obstruktif
kronis 31 Maret 2023  pasien mengambil OAT kembali sesuai tanggal
kontrol dan mendapatkan 28 dosis, 1 x 5 tablet beserta Vit. B6.
Pasien disuruh kontrol kembali tanggal 5 Mei 2023.
DIAGNOSIS HOLISTIK INTERVENSI KOMPREHENSIF
Aksis 2 - Aspek Biomedis Aksis 2 - Aspek Biomedis

Diagnosis kerja ISPA


Terapi Non Farmakologis :
- Memperbanyak istirahat dan konsumsi air putih
- Tuberkulosis Paru - Mengonsumsi minuman lemon hangat atau madu, untuk meredakan
- ISPA batuk
- Berkumur dengan air hangat yang diberi garam jika mengalami sakit
- Hipertensi tenggorokan
- Menghirup uap dari semangkuk air panas yang telah dicampur dengan
minyak kayu putih atau mentol, untuk meredakan hidung tersumbat
Diagnosis banding - Memosisikan kepala lebih tinggi ketika tidur dengan menggunakan
- Pneumonia bantal, untuk melancarkan pernapasan
- Bronkiolitis
Terapi Farmakologis
- Bronkitis akut • Pasien tidak menerima pengobatan ISPA, sebaiknya diusulkan untuk obat
- Penyakit paru obstruktif simtomastis seperti :
• Ibuprofen atau paracetamol untuk meredakan demam dan nyeri otot,
kronis • Diphenhydramine dan pseudoephedrine untuk mengatasi pilek dan
hidung tersumbat,
• Guaifinesin untuk meredakan batuk
• Antibiotik untuk mengatasi ISPA yang disebabkan oleh bakteri
DIAGNOSIS HOLISTIK INTERVENSI KOMPREHENSIF
Aksis 2 - Aspek Biomedis Aksis 2 - Aspek Biomedis
Hipertensi
Diagnosis kerja
Terapi Non Farmakologis :
Perbaikan gaya hidup:
• Menurunkan berat badan bila mengalami kelebihan berat badan
- Tuberkulosis Paru (overweight) atau obesitas, dan menjaga berat badan dalam batas ideal
- ISPA • Mengonsumsi makanan sehat, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran
- • Membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak dalam makanan sehari-hari
Hipertensi • Mengurangi konsumsi garam, atau membatasi asupan garam paling
banyak 1 sendok teh per hari
Diagnosis banding • Memperbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga
- • Berhenti merokok dan menghindari asap rokok
Pneumonia • Mengurangi konsumsi minuman berkafein
- Bronkiolitis • Melakukan terapi relaksasi untuk meredakan stres, seperti yoga atau
- Bronkitis akut meditasi

- Penyakit paru obstruktif Terapi Farmakologis :


kronis 18 Maret 2023  Pasien diberikan Amlodipin 5 mg 0-0-1
DIAGNOSIS HOLISTIK INTERVENSI KOMPREHENSIF
Aksis 3 - Faktor risiko internal
PATIENT CENTERED
Genetik

Keluarga pasien tidak ada ya n g Aksis 3 - Faktor risiko internal


m e n g a l a m i keluhan serupa seperti
yang dialami oleh pasien

Gaya Hidup/ Perilaku


Perilaku/ gaya hidup: Menyarankan kepada pasien untuk mencegah
• Pasien tidak rutin menggunakan masker
terutama di lingkungan sekitar rumah. Saat penularan TB berulang dengan memakai masker dan etika batuk yang
ini pasien hanya menggunakan masker jika
akan pergi ke tempat tertentu, seperti ke benar.
Puskesmas dan ke Pasar.

Kondisi Biologis Biologis: menyarankan pasien untuk menurunkan berat badan


karena kondisi obesitas pada pasien dapat menurunkan sistem
● Pasien adalah seorang laki-laki
imun dan mengonsumsi obat anti hipertensi secara rutin agar
berusia 49 t a hu n d e n g a n status
gizi obesitas dan menderita
tetap terkontrol.
hipertensi.
DIAGNOSIS HOLISTIK INTERVENSI KOMPREHENSIF
PATIENT CENTERED
Aksis 3 - Faktor Risiko Internal Aksis 3 - Faktor Risiko Internal

Kondisi Psikologis Psikologis:


Pasien stress dalam beberapa bulan • Meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan dan
terakhir. Hal ini kemungkinan karena kondisi
ekonomi yang bermasalah berupaya tetap mengembangkan fungsi kepala keluarga.
• Pasien diminta untuk segera mencari alternatif pekerjaan agar
dapat tetap bekerja untuk meningkatkan kondisi ekonomi
keluarga, sehingga dapat mengurangi stress.
DIAGNOSIS HOLISTIK INTERVENSI KOMPREHENSIF
PATIENT CENTERED
Aksis 4 - Faktor Risiko Eksternal Aksis 4 - Faktor Risiko Eksternal

Transmisi: adanya transmisi dari anak pasien karena tinggal satu rumah. • Transmisi: Melakukan terapi kepada seluruh anggota keluarga
Ekonomi: Kondisi ekonomi pasien golongan menengah kebawah. Pasien merasa yang terkena TB.
stress karena kondisi keuangannya. • Ekonomi: Mendorong pasien untuk membangun hubungan
Lingkungan Sosial: - relasi atau networking dengan lingkungan tetangga sekitar
Lingkungan Budaya: - untuk mendapat support social.
Lingkungan Fisik: Pasien tinggal di daerah yang jarak antar rumah warganya • Lingkungan Fisik: merekayasa kondisi rumah yang mempunyai

sempit dan penduduknya padat. Dinding rumah pasien kanan-kiri berhimpitan ventilasi dan pencahayaan matahari yang kurang, salah satunya

langsung dengan rumah tetangganya. Di lingkungan rumah pasien, sinar dengan membuat atap baru dengan menggunakan fibre glass

matahari tidak langsung menembus rumah warga-warganya. Kamar pasien bening.

sendiri tidak memiliki jendela dan ventilasi.


Lingkungan Kimia: -
Lingkungan Biologi: -
DIAGNOSIS HOLISTIK INTERVENSI KOMPREHENSIF
PATIENT CENTERED

Aksis 5 - Derajat Aksis 5 - Derajat Fungsional


Fungsional
Pasien disarankan untuk tetap menjaga kondisinya
Derajat Fungsional 1
dan rutin mengkonsumsi obat TB sampai pengobatan
Pasien termasuk d al am derajat
fungsional skala 1 dikarenakan pasien selesai dan dinyatakan sembuh.
masih bisa melakukan pekerjaan sehari-sehari
seperti sebelum sakit (membersihkan rumah,
mencuci, memasak, mengurus anak). Pasien
masih bisa mandiri dalam melakukan
perawatan diri.
FAMILY
• FOCUSED
Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penyakit TB ini merupakan penyakit yang bisa ditularkan
dari manusia ke manusia lain lewat udara melalui percik renik atau droplet nucleus berukuran sangat
kecil yang keluar ketika seorang yang terinfeksi TB paru atau TB laring batuk, bersin, atau bicara.
Sehingga keluarga harus menggunakan masker saat berada di dalam rumah.
• Memberitahu keluarga pasien tentang etika batuk yang benar untuk mencegah penularan bakteri TB
dan mendorong penggunaan masker.
• Memberitahu pasien dan keluarga pasien tentang etika batuk yang benar dengan cara menutut mulut
dan hidung menggunakan lengan bagian dalam, menutup mulut dan hidung dengan tissue,
membuang tissue ke tempat sampah, dan selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
• Mendukung pengobatan pasien yaitu seluruh anggota keluarga yang terdiagnosis TB harus rutin
meminum obat hingga selesai dan dinyatakan sembuh, tidak boleh putus obat karena dapat
menyebabkan efek resistant.
FAMILY
• Menjelaskan FOCUSED
kepada keluarga pasien bahwa seluruh anggota keluarga di dalam satu rumah
merupakan kontak erat dengan pasien TB, sehingga harus dilakukan skrinning TB meskipun tidak ada
gejala yang muncul pada anggota keluarga lainnya. Apabila hasil skrinning menunjukkan terinfeksi
bakteri TB, maka akan diobati dengan obat TB juga. Apabila keluarga tidak mau dilakukan skrinning
maka penularan infeksi TB akan terus berlanjut dan membahayakan orang-orang sekitar.
• Mengedukasi kepada keluarga pasien untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
COMMUNITY
• Melakukan ORIENTED
advokasi kepada sekolah untuk tidak memberikan izin kepada anak pasien yang
menderita TB untuk masuk sekolah selama masa infeksius agar tidak menularkan ke orang lain.
• Bekerja sama dengan stakeholder atau pihak organisasi warga setempat atau RT/RW atau
membuat tim kader pelatihan terkait penyuluhan penyakit Tuberkulosis, pemantauan pada
warga setempat yang terinfeksi TB, melakukan skrining untuk seluruh anggota rumah di
keluarga tersebut yang terduga terinfeksi TB atau sudah terdiagnosis TB.
• Aktivasi peran puskesmas unuk penanggulangan TB di lingkungan setempat sebagai
penanggung jawab TB. Puskesmas harus tetap aktif menjaga keluarga tersebut agar tidak
tertular ke lingkungan sekitar.
• Optimalisasi peran RT/RW dan warga setempat untuk pencegahan transmisi daerah tempat
tinggal pasien.
ANALISIS
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
ANALISIS PENEGAKAN
DIAGNOSIS

Teori
Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga sering dikenal dengan Basil
Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB sering ditemukan menginfeksi parenkim paru dan
menyebabkan TB paru, namun bakteri ini juga memiliki kemampuan menginfeksi organ tubuh lainnya (TB
ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ ekstra paru lainnya (PNPK, 2020).

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Nomor HK.01.07/MENKES/755/2019.
TEORI
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan
pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud adalah
KASUS
pemeriksaan mikroskopis, tes cepat molekuler TB, dan biakan. Anamnesis:
Pasien terdiagnosis TB paru sejak 17 Maret 2023.
A. Pemeriksaan TCM  penegakan diagnosis TB, dengan menggunakan amplifikasi Pasien mengeluh batuk lebih dari 2 minggu dan
polymerase chain reaction (PCR) real-time multiplex. Metode ini dapat mengidentifikasi sering mengeluh keringat dingin di malam hari. Di
bakteri berdasarkan teknik DNA molekular, sensitivitas mencapai 98%, terutama dalam Puskesmas Dinoyo dilakukan pemeriksaan dahak
mendeteksi resistensi rifampisin. Pemeriksaan yang menggunakan RNA ribosom dan
dan hasilnya terinfeksi kuman TB.
PCR DNA ini dapat selesai dalam waktu 24 jam.
Pemeriksaan Penunjang: (17 Maret 2023 di PKM
B. Tes tuberkulin kulit atau tes Mantoux  screening TB, dilakukan dengan
Dinoyo)
menginjeksi purified protein derivate (PPD) Uji TCM (+)
• Pasien dengan risiko paparan rendah (pasien yang tidak memiliki risiko terpapar TB) Uji Mantoux (+)
memiliki hasil Mantoux positif  indurasi pada kulit ukuran 15 mm.
• Pasien dengan risiko sedang (pasien yang berasal dari negara endemik TB, tenaga
kesehatan, dan sebagainya)  hasil Mantoux positif bila indurasi berukuran >10 mm.
• Pasien dengan risiko tinggi (pasien dengan HIV positif, riwayat TB, dan kontak erat
dengan pasien TB lain)  hasil Mantoux positif bila indurasi berukuran >5 mm.
• Pembacaan hasil dilakukan 48–72 jam setelah injeksi 0,1 ml PPD secara intradermal.
Suntikan akan menimbulkan gelembung kulit pucat berdiameter 6–10 mm.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Tuberkulosis. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Nomor HK.01.07/MENKES/755/2019.
ANALISIS PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Teori
Gejala klinis TB paru (Kemenkes, 2019) Kasus
Gejala penyakit TB tergantung pada lokasi lesi,
sehingga dapat
- Pasien terdiagnosis TB paru sejak 17 Maret 2023. Pasien
menunjukkan manifestasi klinis sebagai berikut:
mengeluh batuk lebih dari 2 minggu dan sering mengeluh
1. Batuk ≥ 2 minggu
2. Batuk berdahak keringat dingin di malam hari. Setelah sekitar 1 bulanan pasien
3. Batuk berdahak dapat bercampur darah terus mengalami batuk-batuk, akhirnya keluarga pasien
4. Dapat disertai nyeri dada menyarankan untuk pergi berobat. Pasien akhirnya
5. Sesak napas
memeriksakan diri ke Puskesmas Dinoyo. Di Puskesmas Dinoyo
Dengan gejala lain meliputi :
dilakukan pemeriksaan dahak dan hasilnya terinfeksi kuman TB.
1. Malaise
2. Penurunan berat badan
3. Menurunnya nafsu makan
4. Menggigil
5. Demam Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor
6. Berkeringat di malam hari
HK.01.07/MENKES/755/2019.
ANALISIS PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Teori Kasus
Faktor risiko TB (Kemenkes, 2019)
Terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengalami penyakit TB, kelompok
RPK:
tersebut adalah : Anak 1, 16 tahun, Tb paru
1. Orang dengan HIV positif dan penyakit Anak 2, 10 tahun, Tb kelenjar
imunokompromais lain.
2. Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam
jangka waktu panjang. Pasien merawat anaknya yang
3. Perokok menderita TB paru dan TB
4. Konsumsi alkohol tinggi kelenjar.
5. Anak usia <5 tahun dan lansia Pasien merokok sejak lama.
6. Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit
TB aktif yang infeksius.
7. Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi
tuberkulosis (contoh: lembaga permasyarakatan, fasilitas
perawatan jangka panjang)
8. Petugas kesehatan

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Keputusan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor HK.01.07/MENKES/755/2019.
ANALISIS PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Teori Kasus
Faktor Risiko Utama Lainnya:
Riwayat sosial: pasien
1. Faktor sosial ekonomi: Kemiskinan, kekurangan gizi, perang merupakan seorang pekertja
konstruksi atau tukang
2. Imunosupresi: HIV/AIDS, terapi imunosupresif kronis (steroid, bangunan.
antibodi monoklonal terhadap faktor nekrotik tumor), sistem
kekebalan yang kurang berkembang (anak-anak, gangguan
imunodefisiensi primer)

3. Pekerjaan: Pertambangan, pekerja konstruksi, pneumoconiosis


(silikosis)

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Keputusan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor HK.01.07/MENKES/755/2019.
TEORI
KASUS

Faktor-faktor lain yang memungkinkan terjadinya Tb paru dan Tb RPK: Pasien memiliki dua anak dengan Tb
kelenjar yaitu faktor kondisi lingkungan. paru dan TB kelenjar.

Kondisi rumah seperti ventilasi, pencahayaan, kelembapan dan Pasien tinggal di daerah yang jarak antar
kepadatan hunian juga menjadi salah satu faktor terjadinya rumah warganya sempit dan penduduknya
limfadenitis TB dan TB paru. padat. Dinding rumah pasien kanan-kiri
berhimpitan langsung dengan rumah
Syarat ventilasi rumah yang baik yaitu perbandingan luas ventilasi tetangganya. Di lingkungan rumah pasien,
dengan luas rumah  10% sedangkan tingkat kelembapan rumah yang sinar matahari tidak langsung menembus
rumah warga-warganya. Kamar pasien
baik yaitu minimal 40-70% dengan suhu ideal 18-30C.
sendiri tidak memiliki jendela dan ventilasi.
Adanya transmisi dari anak pasien karena
Pencahayaan rumah yang cukup dapat dikatakan bahwa cahaya yang tinggal satu rumah.
masuk ke dalam rumah tidak kurang ataupun tidak lebih, terutama
cahaya matahari. Kurangnya cahaya matahari yang masuk ke dalam
rumah akan menyebabkan kelembapan yang tinggi sehingga
mendukung berkembangnya berbagai macam bakteri, termasuk
bakteri TB.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Nomor HK.01.07/MENKES/755/2019.
TEORI
KASUS

Faktor-faktor lain yang memungkinkan terjadinya Tb paru dan Tb


kelenjar yaitu faktor orang tua. Tingkat pendidikan pasien adalah tamatan
SMK. Istri pasien merupakan tamatan SMP.
Tingkat pendidikan keluarga berpengaruh dalam memahami suatu Tingkat pemahaman serta kesadaran pasien dan
penyakit. keluarga tentang kesehatan masih kurang,
khususnya terkait penyakit pasien yaitu TB.
Anak yang memiliki orang tua dengan tingkat pengetahuan yang Pasien masih kurang memahami bagaimana
kurang memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk terinfeksi TB. penularan TB, skrinning TB, dan juga dampak
apabila anak-anak pasien terkena TB.
Semakin rendah tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh penderita atau
keluarganya, maka semakin besar pula peluang mereka menjadi
sumber penularan penyakit baik di luar maupun di dalam rumah.

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. Nomor HK.01.07/MENKES/755/2019.
ANALISIS PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Teori
• Foto thorax  tehnik pencitraan yang cepat dan salah
Kasus
satu alat utama yang memiliki sensitifitas tinggi untuk
mendiagnosis TB paru. Temuan radiologis yang paling A d ap u n pemeriksaan yang diusulkan
umum yaitu infiltrat, kavitas. Bayangan awan dan yaitu:
bercak yakni infiltrate merupakan kelainan radiologi 1. X-Ray Toraks
yang memang ditemukan pada kasus TB paru. Yang
2. Kultur sputum
ditemukan di bagian lapangan paru tetapi paling sering
terdapat di apeks paru. Infiltrat sering ditemukan
berdasarkan lesi awal pada penderita TB paru adalah
lesi yang berbentuk patchy dan nodular yang
menunjukkan proses penyakit yang sedang aktif setelah
10 minggu terjadi infeksi.

• Kultur sputum  pemeriksaan diagnostik yang sangat


sensitif untuk mengisolasi Mycobacterium dan
mendeteksi minimal 10 hingga 100 basil. Spesifisitas
kultur sputum mencapai >99% dalam mendiagnosis
tuberkulosis paru, sehingga kultur merupakan
pemeriksaan baku emas. Akan tetapi, pemeriksaan ini Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.
memerlukan waktu yang lama (hingga >2 minggu) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor
untuk mendapatkan hasil. HK.01.07/MENKES/755/2019.
ANALISIS PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Teori
Terdapat beberapa efek samping
Kasus
dari penggunaan OAT

Review of sistem
Pasien mengalami BAK berwarna merah

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Nomor HK.01.07/MENKES/755/2019.
ANALISIS PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Teori
Kasus
ISPA
Gejala ISPA berlangsung antara 1–2 minggu. Pada
sebagian besar kasus, penderita gejala akan mereda
setelah minggu pertama.
Anamnesis: Pasien mengeluh pilek dan hidung tersumbat
Gejala infeksi saluran pernapasan akut di saluran sejak 2 hari yang lalu dan tidak ada demam.
pernapasan atas dan bawah bisa berbeda. Pada penderita
ISPA yang terjadi di saluran pernapasan atas, gejala yang
dapat timbul adalah:
Batuk, bersin, hidung tersumbat, pilek, demam, mudah
lelah, sakit kepala, nyeri telan, mengi, pembesaran
kelenjar getah bening.

Sementara itu, gejala ISPA yang terjadi di saluran


pernapasan bawah antara lain:
• Batuk berdahak
• Sesak napas
• Demam

Nabovati, E., et al. (2021). Information Technology Interventions to Improve Antibiotic Prescribing for Patients
with Acute Respiratory Infection: A Systematic Review. Clinical Microbiology and Infection, 27(6), pp. 838–45.
Definisi Hipertensi

Hypertension according to the Ministry of


Health Republic of Indonesia in 2013 is an
increase in systolic blood pressure greater than
140 mmHg and diastolic blood pressure over
90 mmHg
ANALISIS PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Teori Kasus

HIPERTENSI Anamnesis:
RPD: Pasien mempunyai riwayat Hipertensi
terkontrol namun pasien lupa sejak kapan
terdiagnosis Hipertensi.
Faktor Risiko:
Pasien jarang berolahrga, memiliki faktor risiko
obesitas, dan perokok berat.
Pemeriksaan Fisik: (20 Maret 2023 di PKM
Dinoyo)
TD: 154/101 mmHg
TD:155/101 mmHg (25 Maret 2023 follow up)
TD = 152/102 mmHg (5 April 2023 follow up)
ANALISIS PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Teori
Kasus

Anamnesis:
RPD: Pasien mempunyai riwayat Hipertensi
terkontrol namun pasien lupa sejak kapan
terdiagnosis Hipertensi.
Faktor Risiko:
Pasien jarang berolahrga, memiliki faktor risiko
obesitas, dan perokok berat.
Pemeriksaan Fisik: (20 Maret 2023 di PKM
Dinoyo)
TD: 154/101 mmHg
TD:155/101 mmHg (25 Maret 2023 follow up)
TD = 152/102 mmHg (5 April 2023 follow up)
ANALISIS PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Teori
Kasus
Pemberian obat-obatan Hipertensi
Selain melakukan perubahan gaya hidup, penderita
hipertensi juga memerlukan obat untuk mengontrol 18 Maret 2023  Pasien diberikan Amlodipin 5
tekanan darahnya. Obat antihipertensi ini umumnya perlu mg 0-0-1.
dikonsumsi seumur hidup dengan dosis yang secara
berkala akan diturunkan atau dinaikkan sesuai kondisi
pasien. Namun, perubahan dosis obat darah tinggi harus
berdasarkan pertimbangan dokter.

Beberapa jenis obat antihipertensi yang sering diresepkan


dokter adalah:
• ACE inhibitor, seperti captopril dan ramipril
• Angiotensin-2 receptor blocker (ARB), seperti
irbesartan, losartan, eprosartan, dan valsartan
• CCB, seperti amlodipine dan nifedipine
• Diuretik, seperti hydrochlorothiazide atau indapamide
Al-Makki, A., et al. (2022). Hypertension Pharmacological Treatment in Adults: A
• Penghambat beta, seperti atenolol dan bisoprolol
World Health Organization Guideline Executive Summary. Hypertension, 79(1),
• Diuretik hemat kalium, seperti spironolactone pp. 293–301.
HASIL HOME
Waktu Keluhan
VISIT Hasil temuan Saran intervensi
(hari / tanggal)
Sabtu, 25 Maret 2023 Pasien mengatakan keluhan batuk • KU: pasien tampak sehat • Menyarankan pasien untuk tetap
sudah membaik, namun pasien • GCS: 456 melanjutkan OAT yang sudah diberikan
sesekali masih batuk-batuk kecil. • TTV: dengan patuh dan tepat waktu.
• TD = 155/101 mmHg • Menyarankan pasien untuk tetap
• N: 85 bpm melanjutkan minum obat hipertensi secara
• RR: 18 rpm rutin.
• SpO2: 98% on RA
• Rh -/- Wh -/-
HASIL HOME
VISIT
Waktu Keluhan Hasil temuan Saran intervensi
(hari / tanggal)
Rabu, 5 April • Pasien mengatakan keluhan KU: pasien tampak • Menyarankan pasien untuk tetap melanjutkan OAT seperi
2023 batuk sudah membaik. sehat biasa dan menjelaskan bahwa pipis berwarna merah itu
• Pasien mengeluhkan pipisnya GCS: 456 merupakan salah satu efek samping dari OAT sehingga
berwarna merah OAT tidak perlu dihentikan.
• Memberitahu pasien bahwa Vit. B6 yang diberikan
• Pasien mengeluhkan kedua kaki TTV: bersamaan dengan OAT merupakan vitamin untuk
sering kesemutan TD = 152/102 mmHg mengobati efek samping kebas, kesemutan dan rasa
N: 85 bpm terbakar di kaki, sehingga vitaminnya harus selalu
RR: 18 rpm dikonsumsi.
SpO2: 99% on RA • Menenangkan pasien agar tidak perlu khawatir, karena TB
Rh -/- Wh -/- bukanlah penyakit kutukan dan dapat sembuh dengan
pengobatan teratur.
• Menyarankan pasien untuk tetap melanjutkan minum obat
hipertensi secara rutin.
LAMPIRA
N
LAMPIRA
N
LAMPIRA
N
LAMPIRA
N
DAFTAR
PUSTAKA
Adigun R, Singh R. Tuberculosis. [Updated 2023 Jan 2]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441916/
Boudville DA, Joshi R, Rijkers GT. Migration and tuberculosis in Europe. J Clin Tuberc Other Mycobact Dis. 2020
Feb;18:100143.
Dharmadhikari AS, Mphahlele M, Venter K, Stoltz A, Mathebula R, Masotla T, et al. Rapid impact of effective
treatment on transmission of multidrug-resistant tuberculosis. The International Journal of Tuberculosis and
Lung Disease. 2014;18(9):1019–1025.
Escombe AR, Moore DA, Gilman RH, Pan W, Navincopa M, Ticona E, et al. The infectiousness of tuberculosis patients
coinfected with HIV. PLoS Medical. 2008;5(9):e188.
Heemskerk D, Caws M, Marais B, et al. Tuberculosis in Adults and Children. London: Springer; 2015. Chapter 2,
Pathogenesis. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK344406/
Mbuh TP, Ane-Anyangwe I, Adeline W, Thumamo Pokam BD, Meriki HD, Mbacham WF. Bacteriologically confirmed
extra pulmonary tuberculosis and treatment outcome of patients consulted and treated under program
conditions in the littoral region of Cameroon. BMC Pulm Med. 2019 Jan 17;19(1):17.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran., 2020. Tatalaksana Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. 2021. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Pan Z, Zhang J, Bu Q, He H, Bai L, Yang J, Liu Q, Lyu J. The Gap Between Global Tuberculosis Incidence and
the First Milestone of the WHO End Tuberculosis Strategy: An Analysis Based on the Global Burden of Disease
2017 Database. Infect Drug Resist. 2020;13:1281-1286.
Singh M, Mynak ML, Kumar L, Mathew JL, Jindal SK. Prevalence and risk factors for transmission of infection among
children in household contact with adults having pulmonary tuberculosis. Archives of Disease in
Childhood. 2005;90(6):624–628.
DAFTAR
PUSTAKA
Sri, Wahyuni Deni., Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Karakteristik Individu Dengan Kejadian Tuberkulosis
Paru BTA Positif di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2012, Jurnal Berkala
Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (BIMKMI) Vol.1.
Terracciano E, Amadori F, Zaratti L, Franco E. [Tuberculosis: an ever present disease but difficult to prevent].
Ig Sanita Pubbl. 2020 Jan-Feb;76(1):59-66.
Telly Rosalina Paat, Yozua Toar Kawatu, Anselmus Kabuhung. Faktor Risiko Kondisi Fisik Rumah Dengan
Kejadian Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Tikala Baru Kota Manado. 2013. JKL Volume 3 No. 1
Oktober 2013.
McAdam AJ, Milner DA, Sharpe AH. Infectious diseases. In: Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins and Cotran
pathologic basis of disease. 9th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015. p. 371–6.
Raviglione MC. Tuberculosis. In: Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J, eds.
Harrison’s principles of internal medicine. 20th ed. New York: McGraw-Hill; 2019. p. 1236–59.
Fitzgerald DW, Sterling TR, Haas DW. Mycobacterium tuberculosis. In: Bennett JE, Dolin R, Blaser MJ, eds.
Mandell, Douglas, and Bennett’s principles and practice of infectious diseases. 9th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2019. p. 2985–3005.
Murray PR, Rosenthal KS, Pfaller MA. Medical microbiology. 8th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016. p. 218–25.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Nomor HK.01.07/MENKES/755/2019.
M. Laghari, S. A. S. Sulaiman, A. H. Khan, and N. Memon, “A prospective study of socio- demographic,
clinical characteristics and treatment outcomes of children with tuberculosis in Sindh, Pakistan,” BMC
Infect. Dis., vol. 19, no. 1, pp. 1–11, 2019, doi: 10.1186/s12879-019-3702-3.
A. Nurwitasari and C. U. Wahyuni, “Pengaruh Status Gizi dan Riwayat Kontak terhadap kejadian Tuberkulosis
Anak di Kabupaten Jember,” Berk. Epidemiol., vol. 3, no. 2, pp. 158–169, 2015.
DAFTAR
PUSTAKA
N. Hajarsjah, R. M. Daulay, O. R. Ramayani, W. Dalimunthe, R. S. Daulay, and F. Meirina, “Tuberculosis risk
factors in children with smear-positive tuberculosis adult as household contact,” Paediatr.
Indones., vol. 58, no. 2, pp. 66–70, 2018, doi: 10.14238/pi58.2.2018.66-70.
D. I. Yani, N. A. Fauzia, and Witdiawati, “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan TBC Pada Anak Di
Kabupaten Garut,” J. Keperawatan BSI, vol. 6, no. 2, pp. 105–112, 2018.
M. A. Febrian, “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru anak di wilayah Puskesmas
Garuda Kota Bandung,” J. Ilmu Keperawatan Unversitas BSI Bandung, vol. III, no. 2, pp. 64– 79, 2015.
Nabovati, E., et al. (2021). Information Technology Interventions to Improve Antibiotic Prescribing for
Patients with Acute Respiratory Infection: A Systematic Review. Clinical Microbiology and Infection,
27(6), pp. 838–45.
Al-Makki, A., et al. (2022). Hypertension Pharmacological Treatment in Adults: A World Health Organization
Guideline Executive Summary. Hypertension, 79(1), pp. 293–301.
Oparil, S., et al. (2018). Hypertension. Nature Reviews Disease Primers, 4, pp. 18014.
World Health Organization (2023). Newsroom. Hypertension.
National Health Service UK (2023). Health A to Z. High blood pressure (Hypertension).
National Institutes of Health (2020). MedlinePlus. High Blood Pressure.
Cleveland Clinic (2023). Diseases & Conditions. High Blood Pressure (Hypertension).
Mayo Clinic (2022). Diseases & Conditions. High Blood Pressure (Hypertension).
Medscape (2022). Hypertension Guidelines. WebMD (2021). Tests for High Blood Pressure.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai