Identitas Pasien
Nama : Tn. U
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 46 tahun
MRS : 9 Mei 2022
Keluhan Utama
Kesan : Trombositosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM
Enzim Hepar dan Elektrolit
Tanggal Tanggal Tanggal
Parameter Nilai Rujukan
10/05/2022 15/05/2021 20/05/2021
SGOT L<37; P<31 U/L 653 U/L 36 U/L 20 U/L
Tanggal
Parameter Nilai Rujukan
09/05/2022
Natrium 135-148 mmol/L 138 mmol/L
Kalium 3,5-5,3 mmol/L 3,8 mmol/L
Chlorida 98-106 mmol/L -
Calcium 0,98-1,2 mmol/L 1,16 mmol/L
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis ; Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di indonesia. Jakarta; 2020
Mikrobiologi
• M. TB berbentuk batang lurus warna merah, tidak berspora dan
tidak berkapsul.
• L: 0,3 – 0,6 µm, p: 1–4 µm. Dinding M.TB sangat kompleks,
tdd lapisan lemak (60%). Penyusun utama dinding sel: asam
mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat
yang disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang
berperan dalam virulensi.
• Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup
dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai -70°C.
• Sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar UV.
Paparan langsung terhadap sinar UV, sebagian besar kuman
akan mati beberapa menit. Dalam dahak pada suhu 30-37°C
akan mati dalam waktu ± 1 minggu.
• Kuman dapat bersifat dorman.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis ; Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di indonesia. Jakarta; 2020
Cara penularan
• Tuberkulosis biasanya menular dari manusia ke manusia lain lewat udara melalui
percik renik atau droplet nuclei (<5 microns) yang keluar ketika seorang yang
terinfeksi TB paru atau TB laring batuk, bersin, atau bicara.
• Di Indonesia tahun 2019: 845.000 (770.000 – 923.000) kasus baru, 19.000 di antaranya kasus TB-HIV
positif, 92.000 kematian pada kasus TB-HIV negative, 4.700 kematian pada TB-HIV positif
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Tatalaksana Tuberkulosis. Jakarta; 2020
Klasifikasi
2. Gejala sistemik :
Demam
Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.
3. Gejala TB ekstraparu
Pemeriksaan Fisik
• Dapat ditemukan: suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-
tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
• Pleuritis TB: tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi:
redup/pekak, auskultasi suara napas melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat
cairan.
• BTA
• BIAKAN
• UJI INDENTIFIKASI DAN KEPEKAAN
RADIOLOGI
Gambaran radiologi yang dicurigai
sebagai lesi TB aktif adalah:
Fase intensif:
• Setiap hari dan diberikan selama 2 bulan
Fase lanjutan:
• Untuk membunuh sisa kuman yang masih ada dalam tubuh
• Mencegah terjadinya kekambuhan
Obat Anti Tuberkulosis Kemasan
(OAT) Obat yang dipakai: Obat tunggal, disajikan secara terpisah. Masing-masing
1. Jenis obat lini pertama: INH, rifampisin, pirazinamid dan etambutol.
Isoniazid (H) Obat kombinasi dosis tetap/KDT (Fixed Dose
Rifampisin (R) Combination/FDC) tdd 2-4 obat dalam satu tablet
Pirazinamid (Z)
Etambutol (E)
Streptomisin (S)
2. Jenis obat lini kedua:
Kanamisin
Kapreomisin
Amikasin
Kuinolon
Sikloserin
Etionamid/Protionamid
Lanjutan Intensif
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan.
EFEK
SAMPING
RINGA
N
BERA
T
PEMANTAUAN TB
-Kadar ALT > 120 IU/L dan simtomatik (mual, muntah, nyeri abdomen, jaundice), atau
-Kadar ALT > 200 IU/L dan asimtomatik, atau Konsentrasi bilirubin total > 40 µmol/L
Tipe DILI
Drug Induced Liver Injury
• Pasien dengan/Riwayat hepatitis, serta konsumsi alcohol berlebihan: dapat diberi OAT
standar BILA tidak terdapat bukti penyakit hati kronik dan fungsi hati normal
• Pasien hepatitis akut dan/klinis ikterik: OAT tunda hingga perbaikan. Jika sangat perlu: S + E
maksimal 3 bulan, atau OAT standar jika perbaikan
• Penyakit hepar kronik: pemeriksaan fungsi hati harus dilakukan sebelum mulai pengobatan
• SGPT >3x dari normal, paduan obat berikut perlu dipertimbangkan:
• 2 obat Hepatotoksik:
9RHE atau 2HRES/6HR atau 6-9 RZE
• 1 obat Hepatotoksik:
2 SHE/10HE
• Tanpa obat Hepatotoksik
18-24 SEQ
TB dengan Drug Induced Liver Injury
*Jika gejala klinis (-), dan SGOT/PT ≥3x: OAT dilanjutkan, dengan pengawasan
PEMBAHASAN
Laki-laki usia 46 tahun
Diagnosis : TB Paru terkonfirmasi TCM Status HIV Non
Reaktif dalam terapi OAT fase intensif dengan Drug Induced
Liver Injury
• Diagnosis
• Tatalaksana
• Prognosis
SECARA TEORI
PEMBAHASAN Gejala klinis TB paru ada 2: respiratorik dan
sistemik.
Tuberculosis Paru Gejala Respiratorik: batuk > 2 minggu, batuk
Ditemukan pada pasien: darah, sesak nafas, nyeri dada.
- Sesak nafas Gejala sistemik: demam, malaise, keringat
- Batuk berdahak, darah (+) sejak 1 bulan
- Nyeri dada malam, anoreksia, BB turun
- Keringat malam Kelainan paru umumnya pada lobus superior:
- Demam apex. Pada pemfis dapat ditemukan suara nafas
- Penurunan nafsu makan bronkial, amforik, suara nafas melemah, rhonki
- Penurunan BB
basah.
PF:
- Underweight
- Takipnea Dari radiologis: Bayangan berawan/nodular di
- Retraksi intercostae segmen apical dan segmen superior lobus bawah
- Vesikuler menurun • Kaviti, terutama lebih dari satu di kelilingi oleh
- Rhonki (+/+)
Radiologi:
bayangan opak berawan atau nodular
Multipel cavitas dan bercak opasitas • Bayangan bercak milier
TCM: MTB detected medium, Rif resistence not
detected TCM: MTB detected
SECARA TEORI
PEMBAHASAN
• Gejala klinis DILI: ikterik, nausea, vomiting,
Drug Induced Liver Injury lemas, demam, nyeri perut, anoreksia.
Ditemukan pada pasien:
- Usia 46 tahun • Faktor Risiko : Riwayat konsumsi alcohol lama,
- Mual dan muntah riwayat penyakit hepar, konsumsi obat
- Demam
hepatotoksik, infeksi HIV, usia >35 tahun,
- Lemas
- Penurunan nafsu makan
malnutrisi, dan hypoalbuminemia.
- Riwayat konsumsi alkohol
- Riwayat pengobatan OAT lini 1 (4 FDC 3x1 • Dicurigai jika kenaikan ALT > 3x batas atas
tab) bulan pertama normal / ALP > 2x batas atas normal