Hipertensi Emergensi
Glomerulonefiritis akut pasca streptokokus
Nama : An. M. Y. S
Tanggal Lahir : 13 Januari 2015
Usia : 7 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Caringin 03/09 Mekarsari
No. RM : 00.99.74.XX
Tanggal Masuk RS : 28 November 2022
Tanggal Keluar RS : 03 Desember 2022
ANAMNESIS
Keluhan utama : Penurunan kesadaran
Usia 1 tahun 7 bulan 1 Minggu SMRS 2 Hari SMRS 1 Hari SMRS MRS
RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi dasar lengkap
TUMBUH KEMBANG
Tumbuh kembang sesuai dengan usia sebayanya
SOSIAL EKONOMI
Ayah bekerja sebagai wiraswasta, penghasilan per bulan tidak tetap namun
dirasa cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ibu adalah ibu rumah
tangga. Pasien anak ke-2 dari 2 bersaudara
LINGKUNGAN
Tinggal bersama kedua orangtua dan kakak kandung di rumah sendiri,
ventilasi dan penerangan dirasa cukup. Pasien sehar-hari aktif dalam
berkegiatan sekolah dan bermain bersama teman-temannya
Keadaan umum : tampak sakit berat Status Antropometri
Kesadaran : E4M4V3 ~ 12 BB : 20 kg
Tekanan Darah : 170/120 mmHg TB : 113 cm
Nadi : 112 x/menit BMI : 15,66 kg/m²
Respirasi : 24 x/menit TB/U : < P3 (perawakan
Suhu : 37 ⁰C pendek)
SpO2 : 90% udara ruangan, 99% BMI/U : P10-P25
O2 3 lpm nasal kanul
CRT < 2 Detik
PEMERIKSAAN FISIK
• Kepala : • Ekstremitas :
Konjungtiva anemis -/- Akral hangat, CRT <2 detik, edema
Sklera ikterik -/- tidak ada
Pernapasan cuping hidung -/-
Perioral sianosis -/-
• Status Neurologis
• Thoraks : Rangsang meningen : Kaku kuduk (-)
Bentuk dan gerak simetris Brudzinski I/II/III :-/-/-
Retraksi tidak ada CN II, III : pupil bulat isokor, RC +/+
Pulmo : VBS kanan=kiri, ronkhi -/-, CN III,IV, VI : sulit dinilai
wheezing -/- Motorik : sulit dinilai
Cor : S1 S2 normal, gallop (-) R. Fisiologis : APR +/+ KPR +/+
R. Patologis : Babinski -/-, chaddock -/-
• Abdomen :
Datar lembut, BU (+)
Hepar dan lien tidak teraba membesar
LABORATORIUM
Parameter 28/11/2022 Nilai normal
Hb (g/dL) 10,5 11,5-15,5
Anemia sedang
Ht (%) 30,3 32,0-42,0
Eritrosit (juta/uL) 4,05 4,0-5,2
Leukosit (103/uL) 21,4 4500-10500
Leukositosis
Trombosit (ribu/uL) 360 150000-450000
MCV (fL) 74,8 80-94
MCH (pg) 26,0 27-31
MCHC (%) 34,8 33-37
Basofil 0,3 <1
Eosinofil 0,7 1-3
Neutrofil 76,7 47-62
Monosit 5,9 4-8
Limfosit 16,4 26-36
Glukosa Sewaktu (mg/dL) 121 < 140
Natrium (mEq/L) 137,5 135-148
Kalium (mEq/L) 4,16 3,5-5,3
Kalsium (mg/dL) 1,16 1,15-1,29
DIAGNOSIS BANDING
• Hipertensi emergensi dengan Ensefalopati hipertensi +
Retinopati Hipertensi + Perawakan Pendek
• Epilepsi + Perawakan Pendek
• Meningitis ensefalopati + Perawakan pendek
DIAGNOSIS KERJA
• Hipertensi emergensi dengan target organ damage
ensefalopati hipertensi dan retinopati hipertensi
• Perawakan pendek
TATALAKSANA
• O2 3 lpm nasal kanul
• Pasang DC
• Ceftriaxone 1x2 gram IV
• Furosemide 2x20 mg IV
• Nidefipine 5 mg SL
• Amlodipine 1x5 mg PO
• Skrining TB (-)
• Rontgen thorax (-)
Follow up Harian
Hari ke-1, 28/11/2022 Hari ke-2, 29/11/2022 29/11/2022 Hari ke-3, 30/11/2022
S: S: HASIL KONSUL MATA S:
Penurunan kesadaran (+) Penglihatan Kabur S : penglihatan buram Pasien sadar
Kejang 2 kali, ±15 menit Demam (-) (+) Kejang (-) Demam (-)
Demam (+) Muntah (-) Penglihatan buram (+)
O : sakit berat, somnolen O : sakit berat, somnolen O : Pemeriksaan mata O : sakit sedang, compos mentis
TD : 130/100 mmHg TD : 127/80 mmHg RC +/+, RAPD (-) TD : 100/70 mmHg
N : 112 kali/menit N : 84 kali/menit Funduscopy : dalam N : 86 kali/menit
R : 24 kali/menit R : 25 kali/menit batas normal R : 20 kali/menit
S : 38˚C S : 37˚C S : 36,7˚C
Lab : ASTO (+)
A : Tetap A : Hipertensi emergensi dengan A : Hipertensi retinopati A : Tetap
hipertensi ensefalopati dan hipertensi
retinopati ec GNAPS
P: P: P: P:
D51/4 NS 1000 ml/24 jam D51/4 NS 1000 ml/24 jam Observasi 2 hari untuk D51/4 NS 1000 ml/24 jam
Ceftriaxone 1x2 gram IV dalam Ceftriaxone 1x2 gram IV perbaikan visus karena Diet rendah garam 1300 kkal
NaCl 0,9% 100 ml Furosemide 2x20 mg IV tidak ada tanda-tanda (30%cair, 70% padat)
Dexamethasone 4x3 mg IV Amlodipine 1x5 mg PO kelainan CN II dan Ceftriaxone 1x2 gram IV
Paracetamol 4x250 mg IV Nifedipine 5 mg SL bila TD ≥ ocular Amlodipine stop
Diazepam 5 mg IV bolus lambat 130/100 mmHg Nifedipine 5 mg SL bila TD ≥
bila kejang Dexamethasone stop 130/100 mmHg
Rawat HCU Diazepam 5 mg IV bolus lambat bila Diazepam 5 mg IV bolus lambat
Cek Ur, Cr, urinalisis, ASTO, LED kejang bila kejang
Konsul TS Mata
Rencana CT scan kepala dengan
kontras (tidak dapat dilakukan)
Follow up Harian
30/11/2022 Hari ke-4, 01/12/2022 01/12/2022 Hari ke-6, 03/12/2022
FU MATA S: HASIL KONSUL MATA S:
S : penglihatan buram (+) Penglihatan sudah jelas S : Penglihatan sudah jelas Mata sudah bisa melihat
Demam (-) Tidak ada keluhan lain
Kejang (-)
O : Pemeriksaan mata O : sakit sedang, compos mentis O : Pemeriksaan mata O : sakit sedang, compos mentis
RC +/+ menurun TD : 90/60 mmHg RC +/+ menurun TD : 100/70 mmHg
Funduscopy : papil edema pada 2 N : 120 kali/menit Funduscopy : papil edema N : 98 kali/menit
kuadran R : 20 kali/menit R : 22 kali/menit
S : 36,5˚C S : 37˚C
A : Papil edema ec suspek inflamasi A : Hipertensi emergensi dengan A : Suspek bilateral atypical optic A : HT emergensi dengan TOD
dd/ hipertensi retinopati grade IV TOD ensefalopati dan retinopati neuritis ec suspek infeksi dd/ ensefalopati hipertensi ec GNAPS +
Hipertensi ec GNAPS hipertensi retinopati + HT Bilateral atypical optic neuritis
emergensi + GNAPS
P: P: P: P:
Metilprednisolone 4x125 mg IV Terapi dilanjutkan Terapi dilanjutkan BLPL
hingga dosis ke-12 Metilprednisolone 125 mg IV Obat pulang:
Furosemide 3x20 mg IV hingga dosis ke-12 MATA
Lansoprazole 1x30 mg IV Citicolin syr 1x1 cth PO
Citicolin 1x250 mg IV Konsul poli mata 1 minggu yang
Cek GDS pre dan post akan datang
metilprednisolone ANAK
CT scan kepala degan kontras jika Cefixime 2x100 mg PO
sudah dapat dilakukan Furosemide 2x20 mg PO
Metilprednisolone 2x4 mg PO
B complex syr 2x1 cth PO
Kontrol 1 minggu yang akan datang
LABORATORIUM
Parameter 28/11/2022 29/11/2022 30/11/2022 01/12/2022 Nilai normal
Hb (g/dL) 10,5 11,5-15,5
Ht (%) 30,3 32,0-42,0
Eritrosit (juta/uL) 4,05 4,0-5,2
Leukosit (103/uL) 21,4 4500-10500
Trombosit (ribu/uL) 360 150000-450000
MCV (fL) 74,8 80-94
MCH (pg) 26,0 27-31 Pemeriksaan GNAPS
MCHC (%) 34,8 33-37 - Leukositosis
Basofil 0,3 <1 - Peningkatan ureum
Eosinofil 0,7 1-3 - LED meningkat
Neutrofil 76,7 47-62
- ASTO (+)
Berbeda dengan orang dewasa, pada anak hipertensi sekunder merupakan bentuk
hipertensi yang sering ditemukan dan pada kebanyakan kasus penyebabnya
berhubungan dengan penyakit parenkim dan pembuluh darah ginjal
Teknik
Usahakan posisi manset
sejajar dengan jantung Pengukuran
Tekanan Darah
Duduk dengan
Posisi badan
tegak
Acromion
Olecranon
40 %
Perkiraan ukuran dari cuff sesuai dengan lingkar lengan atas
TB : 113 cm
Sesuaikan hasil pengukuran tekanan darah
dengan chart umur dan persentil tekanan
darah.
[Plot pada chart stature for-age (sesuaikan
dengan jenis kelamin anak)]
TD : 170/120
KRISIS
HIPERTENSI?
Sesuaikan persentil tinggi yang didapat dengan umur
anak. Lihat rentang tekanan darah normal anak.
Bandingkan dengan hasil pengukuran yang dilakukan.
(1) Pastikan chartnya sesuai dengan jenis kelamin
pasien.
(2) Cari umur anak di kolom paling kiri.
(3) Cari persentil tinggi anak di kolom mendatar atas.
Plot di bagian systole dan diastole.
(4) Sesuaikan dengan tekanan darah, cari persentil BP
yang sesuai.
AAP. 2019
Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut
American Academy of Pediatrics
(AAP)
Hipertensi emergensi
Hipertensi urgensi
(kerusakan organ target: +)
(kerusakan organ target: -)
Ensefalopati hipertensi
OTAK Hipertensi urgensi dapat
JANTUNG Stroke (infark serebral,
MATA progresif menjadi hipertensi
GINJAL perdarahan intrakranial) emergensi diturunkan dalam
Perdarahan retina atau 12-24 jam.
iskemia
Iskemia atau infark miokard
Disfungsi ventrikel kiri akut KASUS INI Termasuk kategori krisis
Edema paru akut hipertensi hipertensi emergensi
Diseksi aorta
Gagal
Pada ginjal
keadaan akutharus diturunkan
ini TD Pediatric Nephrology On The Go
dalam waktu satu jam Hari, P., & Sinha, A. Hypertensive Emergencies in Children. The Indian Journal of Pediatrics. 2011;78(5), 569–575.
Yuniarchan S, Prasetyo RV, Soemyarso NA, Noer MS. Risk factors for hypertensive crisis in children with acute glomerulonephritis.
Paediatrica Indonesia.2016
Etiologi
Krisis hipertensi
• 84% hipertensi urgensi
KASUS INI • 16% hipertensi emergensi
sesuai dengan
epidemiologi 78% pasien yang didiagnosis dengan krisis
• Usia pasien
>7 tahun hipertensi usianya >7 tahun
• Laki-laki 44% usia >13 tahun
Dominan pada laki-laki dibandingkan
perempuan 5:1
Wu HP, Yang WC, Wu YK, Zhao LL, Chen CY, Fu YC. Clinical significance of blood pressure ratios in hypertensive crisis in children. Arch Dis Child. 2012;97(3):200–205
Patogenesis
Krisis hipertensi:
Tidak ada gejala/gejala ringan - Sakit kepala KASUS INI
Sakit kepala, mual, muntah, penglihatan - Pusing Didapatkan tanda sakit
kabur, atau serangan kecemasan - Mual/muntah kepala, kejang dan
- Penurunan kesadaran penurunan kesadaran
- Kejang
Gejala berat
Ensefalopati hipertensi, infark serebral,
Inggris
perdarahan serebral, perdarahan retina - 25% Ensefalopati hipertensi
bilateral, edema papil, kelumpuhan saraf - 25% Kejang
wajah, cedera ginjal akut, gagal jantung - 12% Facial nerve palsy
akut, dan edema paru - 9% Hemiplegia
Seeman, T., Hamdani, G., & Mitsnefes, M. Hypertensive crisis in children and
adolescents. Pediatric Nephrology.2018
Williams KM, Shah AN, Morrison D, Sinha MD. Hypertensive retinopathy in
Wu HP, Yang WC, Wu YK, Zhao LL, Chen CY, Fu YC. Clinical significance of blood severely hypertensive children: demographic, clinical, and ophthalmoscopic
pressure ratios in hypertensive crisis in children. Arch Dis Child. 2012;97(3):200–205 findings from a 30-year British cohort. J Pediatr Ophthalmol Strabismus.
2013;50(4):222–228
Glomerulonefritis Akut Pasca-
Streptokokus (GNAPS)
Proliferasi & Inflamasi glomeruli - Merusak mikrosirkulasi,
Reaksi antigen-antibodi di
yang didahului oleh infeksi glomerulus - Mengurangi GFR
group A β-hemolytic streptococci - Meningkatkan BUN dan
(GABHS) Mediator inflamasi kreatinin
teraktivasi (kaskade
GNAPS didahului oleh infeksi
komplemen, faktor
koagulasi, sitokin, Retensi natrium dan air
GABHS melalui infeksi saluran
growth factor) volume berlebih
pernapasan akut (ISPA) atau
infeksi kulit (piodermi)
Beberapa anak berkembang
Peradangan glomerulus
menjadi krisis hipertensi
Ramadan, M. M, El-Sharawy S.A, Abozid H. M, Khalifa, N. A. Acute Post Streptococcal Glomerulonephritis in Pediatrics: An Updated Overview . European Journal of Molecular & Clinical Medicine. 2021
Penyakit yang dimediasi
kompleks imun (reaksi
Patogenesis GNAPS
hipersensitivitas tipe III)
Rodríguez-Iturbe, B., & Batsford, S. Pathogenesis of poststreptococcal glomerulonephritis a century after Clemens von Pirquet. Kidney International. 2007;71(11), 1094–1104.
Penyakit yang dimediasi
kompleks imun (reaksi
Patogenesis GNAPS
hipersensitivitas tipe III)
Rodríguez-Iturbe, B., & Batsford, S. Pathogenesis of poststreptococcal glomerulonephritis a century after Clemens von Pirquet. Kidney International. 2007;71(11), 1094–1104.
Manajemen GNAPS
Manajemen :
- Istirahat, diet rendah garam 0,5-1 g/hari, diet protein 0,5-1 g/kg/hari
Antibiotik:
- Pemberian dini penisilin dilaporkan dapat mencegah atau memperbaiki keparahan
glomerulonefritis akut dan setidaknya satu laporan menunjukkan bahwa pasien GNAPS yang
menerima pengobatan antibiotik memiliki perjalanan klinis yang lebih ringan
- Amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Jika terdapat alergi terhadap
golongan penisilin, dapat diberi eritromisin dosis 30 mg/kgbb/hari.
Kortikosteroid:
- Terapi steroid intravenous pulse jangka pendek direkomendasikan (500 mg hingga 1 gr/1,73 m2
metilprednison selama 3-5 hari)
Seeman, T., Hamdani, G., & Mitsnefes, M. Hypertensive crisis in children and adolescents. Pediatric Nephrology.2018
Posterior reversible encephalopathy syndrome (PRES)
Sebagai kondisi klinik-radiologis yang ditandai dengan tanda dan gejala seperti sakit
kepala, kejang, kelainan visual, gangguan kesadaran bersama dengan lesi yang
sangat intens di daerah parieto-oksipital posterior cerebral hemisfer.
Patologi utama PRES adalah edema vasogenik yang menyebabkan perubahan white
matter pada neuroimaging.
Penyebab paling umum dari hipertensi akut pada anak-anak adalah penyakit
parenkim ginjal seperti glomerolonefritis akut pada populasi anak.
Ghimire S, Shrestha SK, Bastola RC, Dahal A, Shakya P. Posterior Reversible Encephalopathy Syndrome in a Child with Post Streptococcal Glomerulonephritis- A Case Report. Medphoenix. 2021;6(1):50-52
Posterior reversible encephalopathy syndrome (PRES)
Teori hiperperfusi
Hipertensi berat melebihi batas autoregulasi serebrovaskular menyebabkan hiperperfusi
serebral permeabilitas vascular meningkat ekstravasasi cairan dan produk darah
ke parenkim otak (edema vasogenik)
Teori Sitotoksik
PRES adalah akibat dari edema sitotoksik yang terjadi akibat kerusakan endotel yang
disebabkan oleh sirkulasi atau agen toksik langsung
Ghimire S, Shrestha SK, Bastola RC, Dahal A, Shakya P. Posterior Reversible Encephalopathy Syndrome in a Child with Post Streptococcal Glomerulonephritis- A Case Report. Medphoenix. 2021;6(1):50-52
Posterior reversible encephalopathy syndrome (PRES)
Gejala
- Kejang (gejala paling umum) berkembang menjadi status epileptikus
- Ensefalopati
- Sakit kepala
- Gangguan penglihatan
- Defisit neurologis fokal
- Rasa kantuk
- Konfusi
- Kegelisahan
- Agitasi
- Stupor dan koma
Gejala visual PRES dapat bervariasi dari penglihatan kabur, hemianopsia homonim bahkan
kebutaan kortikal.
Ghimire S, Shrestha SK, Bastola RC, Dahal A, Shakya P. Posterior Reversible Encephalopathy Syndrome in a Child with Post Streptococcal Glomerulonephritis- A Case Report. Medphoenix. 2021;6(1):50-52
Posterior reversible encephalopathy syndrome (PRES)
Gold Standard
• T2weighted MRI daerah dengan intensitas sinyal tinggi yang menunjukkan edema
serebral
• Fluid-attenuated inversion recovery (FLAIR) mendeteksi lesi subkortikal dan kortikal
pada PRES
MRI dianggap lebih unggul daripada CT scan untuk diagnosis PRES dapat membedakan
edema vasogenik atau sitotoksik. CT scan dapat ditemukan hipodensitas bilateral white matter
serebral di lobus parietal dan oksipital, umumnya simetris di arteri serebral posterior sehingga
dapat dibedakan dari lesi atau stroke vaskular lokal.
Ghimire S, Shrestha SK, Bastola RC, Dahal A, Shakya P. Posterior Reversible Encephalopathy Syndrome in a Child with Post Streptococcal Glomerulonephritis- A Case Report. Medphoenix. 2021;6(1):50-52
Valverde, R.A.N. Hypertensive encephalopathy secondary to acute poststreptococcal glomerulonephritis. Bol Med Hosp Infant Mex. 2009.
1. 11 tahun, perempuan 2. 9 tahun, perempuan Kasus Ini
Gejala o Bengkak pada tubuh yang dimulai dari wajah o Riwayat demam selama 7 hari o Sakit kepala
o Sesak napas o Sakit kepala mendadak 2 hari o 4 episode kejang seluruh tubuh
o Sakit kepala di area temporal dan oksipital o Kejang tonik klonik : 3 episode o Penurunan kesadaran
o Penglihatan buram selama 30 menit o Penglihatan buram 12 jam o Penglihatan buram
o Kejang tonik klonik satu kali o Iritabel o Tidak ada mual muntah, demam.
o Riwayat urin warna merah
o Tidak ada oliguria, konsumsi obat, trauma
kepala, infeksi kulit, operasi, alergi obat
Pemeriksaan fisik o GCS 15 o TD : 136/100 mmHg o GCS 12-13
o Nadi 126 x/menit o Afebril o TD : 170/120 mmHg
o RR 30 x/menit o Bengkak sedikit pada wajah o RR : 24 kali/menit
o Bengkak pada wajah o Abdomen : agak cembung
o TD : 164/124 mmHg
Pemeriksaan neurologis o Tidak ada tanda meningeal dan deficit neuro o Tidak ada tanda meningeal dan deficit o Tidak ada tanda meningeal dan deficit
neuro neuro
Pemeriksaan mata o Pupil simetris isokhor, RC +/+ o Pupil simetris isokhor, RC +/+ o Pupil simetris isokhor, RC +/+
o Funduscopy : normal o Funduscopy : normal o Funduscopy : papiledema
Laboratorium o Leukosit : 15300/uL o Leukosit : 18500/uL o Hb : 10,5 gr/dL
o ASO + o LED : 9 mm, CRP : < 0,6 mg/dL o Leukosit : 21400/uL
o Serum C3 rendah o ASO +, C3 menurun o Ur/Cr : 60,7/0,9
o Urinalisis : hematuria & proteinuria o Kultur darah dan tenggorokan : steril o ASTO +
o Fungsi ginjal, hati, USG abdomen, renal o Ureum/kreatinin : 40/0,65 o Urinalisis : proteinuria, hematuria,
doppler normal o Urinalisis : hematuria, albuminuria leukosituria, keton
o USG abdomen ascites ringan
MRI dan CT SCAN MRI : Lesi hiperintens di area parietooccipital CT Scan : lesi hipodens oksipital simetris Tidak bisa dilakukan
bilateral sugestif PRES dengan edema serebral
Tatalaksana Labetalol infus selama 48 jam dengan amlodipine Sublingual nifedipine, restriksi cairan dan
dan furosemide oral normal dalam 48 jam garam, antiedema, antikonvulsan, pengobatan
setelah MRS suportif lainnya
Manitol mengurangi edema serebral
Diazepam untuk kejang
1. Ghimire S, Shrestha SK, Bastola RC, Dahal A, Shakya P. Posterior Reversible Encephalopathy Syndrome in a Child with Post Streptococcal Glomerulonephritis- A Case Report. Medphoenix. 2021;6(1):50-52
2. Kaarthigeyan, K., & Vijayalakshmi, A. Cortical blindness in a child with acute glomerulonephritis. Indian Journal of Nephrology. 2012;22(1), 42.
GNAPS dan Hipertensi Ensefalopati
Seeman, T., Hamdani, G., & Mitsnefes, M. Hypertensive crisis in children and adolescents. Pediatric Nephrology.2018
Tatalaksana Krisis
Hipertensi
Tujuan utama pengobatan krisis hipertensi adalah pencegahan atau
pengobatan komplikasi yang mengancam jiwa akibat disfungsi organ
akibat hipertensi, terutama neurologis, oftalmologis, ginjal, dan
jantung.
Rute administrasi?
Seberapa cepat tekanan darah diturunkan?
Target pengobatan?
Pilihan obat?
Belsh CW. Management of hypertensive emergencies. In: Flynn JT, Ingelfinger JR, Portman RJ (eds) Pediatric hypertension. Humana Press, New York. 2013;pp 557–571
Rute Administrasi
Deal JE, Barratt TM, Dillon MJ . Management of hypertensive emergencies. Arch Dis Child. 1992;67(9):1089–1092
Algoritma Tatalaksana Hipertensi Urgensi dan
Emergensi
Jika sadar:
Nifedipine oral/SL 0,25-0,5 mg/kg setiap 30 menit
Jika tidak ada kontraindikasi (asma, penyakit Naikkan dosis bila tidak efektif (maksimum dosis 10 mg
jantung, alergi):
Labetalol IV 0,2 mg/kg selama 2 menit
Jika tidak ada respon 5-10 menit, tingkatkan 0,4- Jika glomerulonephritis akut atau overload cairan:
1,0 mg/lg (maksimum bolus 20 mg) furosemide IV 1-5 mg/kg/dosis 6H (maksimum 240
Lanjutkan dengan infus IV 0,4-1,0 mg/kg/jam mg)
(maks 3 mg/kg/jam) Atau infus IV 0,1-1 mg/kg/jam
Dosis tinggi dibutuhkan bila ada gangguan ginjal
Atau IV bumetanide 0,02-0,1 mg/kg/dosis 6H
(maksimum 3 mg 8H atau 10 mg/hari)
Jika respon tidak adekuat, pertimbangkan obat lain
seperti nitroprusside IV dan hydralazine IV
Seeman, T., Hamdani, G., & Mitsnefes, M. Hypertensive crisis in children and adolescents. Pediatric Nephrology.2018
Hari, P., & Sinha, A. Hypertensive Emergencies in Children. The Indian Journal of Pediatrics. 2011;78(5), 569–575.
Pemilihan Obat
Studi saat ini menunjukkan bahwa konsentrasi nicardipine setinggi 3,6
mg/mL dapat diinfus dengan aman dengan jalur sentral.
Tenney, F., & Sakarcan, A. Nicardipine is a safe and effective agent in pediatric hypertensive emergencies.
American Journal of Kidney Diseases. 2000;35(5), e20.1–e20.3.
Prognosis Krisis Hipertensi
Prognosis tergantung pada durasinya, tingkat disfungsi organ
akhir pada saat presentasi, terapi yang tidak tepat (konsekuensi
iatrogenik), dan sejauh mana tekanan darah dikendalikan secara
kronis setelah mengelola krisis hipertensi
Seeman, T., Hamdani, G., & Mitsnefes, M. Hypertensive crisis in children and adolescents. Pediatric Nephrology.2018
KESIMPULAN