Anda di halaman 1dari 33

KEJANG

DEMAM
Tristiani Utari

Pembimbing: dr. Kunto Budi Santosa


Identitas Pasien
No. RM 060709

Nama An. AS

Tanggal lahir 25-03-2022

Usia 5 bulan 26 hari

Jenis kelamin Laki-laki

Alamat Kemorosan 2, Piyaman, Wonosari, Gunung Kidul

Tanggal Masuk RS 20 September 2022


ANAMNESIS
ALOANAMNESIS

• Keluhan Utama: Kejang demam

• Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang dibawa oleh ibunya dengan keluhan kejang. Kejang terjadi
seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien kaku, mata melirik ke atas. Kejang
berlangsung 1 kali selama ± 5 menit. Setelah kejang berhenti, pasien lemas.
Sebelumnya pasien demam sejak pagi hari dan BAB cair >5x.
• Riwayat Penyakit Terdahulu:
Riwayat kejang disertai demam tidak ada

• Riwayat Pengobatan:
OS diberika obat penurun panas, namun demam hanya hilang sesaat

• Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada yang memiliki riwayat kejang demam dan epilepsi di keluarga
• Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
ibu pasien rutin melakukan ANC setiap bulan selama masa kehamilan.
Selama hamil ibu tidak sakit. Anak lahir cukup bulan 38 minggu,
kehamilan tunggal, spontan di bidan tanpa penyulit kehamilan. Langsung
menangis setelah lahir dengan BB 2800 gram dan PB 46 cm.

• Pola makan pasien:


Pasien masih diberikan ASI hingga sekarang

• Riwayat Alergi:
Pasien tidak memiliki alergi obat, debu maupun makanan.
Riwayat imunisasi:
Imunisasi di puskesmas

0 bulan: Hepatitis B
1 bulan: BCG, Polio 1
2 bulan: DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan: DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan: DPT-HB-Hib 3, Polio 4
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum: Lemas
• Kesadaran: Composmentis
• Tanda tanda vital:
o Nadi: 120 x/menit
o Respirasi: 24 x/ment
o Suhu: 39,2 °C
o SpO2: 98%
o BB: 7,5 kg
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Normocephal Telinga
Bentuk normal, sekret (-)

Mata
Conjungtiva anemi (-/-), Sklera ikterik (-/-),
mata cekung (-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor Mulut
Mukosa basah, sianosis (-),
Hidung oral hygiene baik
Bentuk normal, napas cuping hidung (-),
sekret (-)
Cor
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi: Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi: Bunyi jantung 1 dan 2 murni, reguler, murmur
(-), gallop (-)

Pulmo
Inspeksi: gerakan simetris kanan kiri, retraksi (-)
Palpasi: vokal fremitus simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi: sonor
Auskultasi: SDV (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi: cembung
Auskultasi: BU (+) normal
Palpasi: supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, NT (-), turgor
kembali cepat
Perkusi: tympani
PEMERIKSAAN FISIK
Genital
Tidak ada kelainan

Anus dan Rectum


Tidak ada kelainan

Ekstremitas
Akral hangat, CRT <2 detik, turgor kembali cepat, udem (-)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interpretasi

Hematologi

Hemoglobin 11.1 gr% P: 12-16gr%


L: 13-18gr% Pemeriksaan
Penunjang
Leukosit 7.1 x 103 /mm3 3.2-10.0 x 103 /mm3 N

Eritrosit 4,9 x 103 /mm6 P: 3.8-5.0 x 106 /mm3 N


L: 4.4-5.6 x 106 /mm3
Trombosit 388 x 103 /mm3 170-380 x 103 /mm3

Hematokrit 32% P: 35-45%


L: 40-50%
MCV 65 fl 80-100 fl

MCH 23 pg/sel 28-34 pg/sel

MCHC 35 g/dL 32-36 g/dL N

N. Segmen 56% 36-73% N

Limfosit 38% 15-45% N

Monosit 6& 0-11% N


FOTO
THORAX
Cor tidak membesar, sinuse dan
diafragma normal.
Pulmo hill normal, corana
bronkovaskular normal, tidak ada
tampak bercak lunak

Kesan: Tidak ada cardiomegali.


Tidak tampak TB paru aktif
RESUME
• An, AS usia 5 bulan 26 hari

• Anamnesis
• Kejang disertai demam 1 kali selama ± 5 menit.
• Kejang terjadi seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien kaku, mata melirik ke atas.
• Kejang merupakan yang pertama kalinya
• Demam dan BAB cair >5 kali sejak pagi.

• Pemeriksaan fisik
• Suhu 39,2 °C

• Pemeriksaan Penunjang
• Trombositosis
• Penurunan hematokrit
Diagnosis
Kejang Demam Sederhana

Tatalaksana
• O2 3lpm
• Infus D5 ½ ns 15 tpm mikro
• Diazepam suppo 5 mg  keluar karena diare & masih kejang
• Inj. Diazepam 2,5mg iv pelan
• Zink syrup 1x1/2 cth
• Paracetamol drop 0,8 cc/4 jam
FOLLOW UP
20-09-2022 21-09-2022 22-09-2022
S: Kejang ± 5 menit, kejang 1x, setelah S: BAB cair >5x, demam (-), muntah (-), S: Demam (-), BAB lembek 2x, muntah (-),
kejang pasien lemas, BAB cair >5x makan minum masih mau makan minum mau

O: KU lemas, CM O: KU lemas, CM O: KU sedang, CM


BB: 7,5 kg BB: 7,5 kg BB: 7,5 kg
Suhu: 39,2 °C Suhu: 36,6 °C Suhu: 36,3 °C

A: KDS, DCA A: KDS, DCA tanpa dehidrasi A: KDS, DCA tanpa dehidrasi

P: - O2 3lpm P: - Infus D5 ½ ns 15 tpm mikro P: - Cefixime syrup 2x2 cc


- Infus D5 ½ ns 15 tpm mikro - Cefixime syrup 2x2 cc - Zink syrup 1x1/2 cth
- Diazepam suppo 5 mg  keluar karena - Zink syrup 1x1/2 cth - Paracetamol drop 0,8 cc/4 jam
diare & masih kejang - Paracetamol drop 0,8 cc/4 jam - Boleh pulang
- Inj. Diazepam 2,5mg iv pelan - Inj. Diazepam 2,5mg iv pelan jika
- Zink syrup 1x1/2 cth kejang
- Paracetamol drop 0,8 cc/4 jam
PROGNOSISI
ad Vitam
01 Ad bonam

ad Functionam
02 ad bonam

ad Sanationam
03 Dubia ad bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas
38 °C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat,
gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak berusia 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa
demam sebelumnya.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa barat,
kejadian kejang demam diperkirakan 2-3%. Di Asia
dilaporkan lebih tinggi

Kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam


kompleks

Kejang demam sedikit lebih sering terjadi pada laki-


laki

Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak 6


bulan sampai 5 tahun hampir 2-5%
ETIOLOGI
• Penyebab kejang demam belum diketahui dengan pasti
• Disebutkan penyebab utama kejang demam ialah demam yang tinggi.
Demam yang terjadi sering disebabkan oleh:
• Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
• Gangguan metabolik
• Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media,
bronchitis.
• Keracunan obat
• Faktor herediter
• Idiopatik
FAKTOR RESIKO
• Demam
• Riwayat kejang pada orang tua atau saudara kandung
• Perkembangan terlambat
• Faktor prenatal
• Pre-eklamsi  asfiksia  hipoksemia
• Bahan toksik  merusak otak janin
• Faktor perinatal
• BBLR  Asfiksia
• Partus lama  cedera mekanik/hipoksia
• Faktor paskanatal
• Infeksi SSP
PATOFISIOL
OGI
KLASIFIKASI
Kejang Demam Sederhana
01 • Durasi kurang dari 15 menit
• Kejang dapat umum, tonik dan atau klonik
• Tidak berulang dalam 24 jam

Kejang Demam Kompleks


02 • Durasi lebih dari 15 menit
• Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial
• Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam
MANIFESTASI KLINIS
• Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi tiba-tiba)
• Kejang tonik, klonik, tonik-klonik, atau fokal
• Postur tonik
• Gerakan klonik
• Lidah atau pipi tergigit
• Gigi atau rahang terkatup rapat
• inkontinensia
• Gangguan pernafasan
• Apneu
• Sianosis
DIAGNOSIS
Anamnesis:
• Adanya kejang, sifat kejang, bentuk kejang, kesadaran selama dan setalah kejang, durasi kejang, suhu
sebelum/saat kejang, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang, penyabab demam di luar SSP
• Riwayat demam sebelumnya (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik turun)
• Riwayat kejang sebelumnya ( kejang disertai demam maupun tidak disertai demam)
• Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)
• Riwayat trauma kepala
• Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
• Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik dan Neurologis:
• Pemeriksaan Fisik:
1. TTV terutama suhu tubuh
2. Manifestasi kejang yang terjadi
3. Pada kepala apakah ada fraktur, depresi atau molase kepala berlebihan
4. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasarai terjadinya demam
5. Tanda peningkatan tekanan intrakranial
6. Tanda infeksi di luar SSP

• Pemeriksaan Neurologis:
1. Tingkat kesadaran
2. Tanda rangsal meningeal
3. Tanda refleks patologis
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang:
a) Pemeriksaan Lab
darah lengkap, elektrolit, glukosa darah

b) Pungsi Lumbal
• Harus dilakukan pada semua anak kejang disertai demam dan memiliki gejala meningeal atau
ditemukan tanda-tanda meningitis

c) Electroencephalography (EEG)
• Tidak dapat memprediksi berulangnya kejang demam, ataupun memperkirakan kemungkinan
kejadian epilepsi di kemudia hari
• Dapat dilakukan pada keadaan kejang demam tidak khas misalnya kejang demam kompleks pada
anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal
TATALAKSANA
Pemberian Obat Rumatan
Indikasi :
• Kejang lama > 15 menit
• Kejang fokal
• Kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang (hemiparesis, cerebral palsy, hidrosefalus)

Jenis Antikonvulsan:
• Fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis atau
• Asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis

Pengobatan rumatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang


Edukasi Orang Tua
• Orang tua harus mengetahui pada suhu berapa anak mengalami kejang
• Sediakan termometer, ukur suhu tubuh setiap anak demam
• sediakan diazepam rektal. Berikan diazepam rektal bila suhu >38,5 °C atau pada
suhu anak dapat kejang.
• Bila anak kejang: miringkan posisi anak, longgarkan pakaian, perhatikan jalan
napas. Walaupun ada kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukan sesuatu ke
dalam mulut. Berikan diazepam rektal.
• Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung lebih dari 5 menit
FINDINGS
MERCURY
Mercury is the smallest one in
the Solar System

EARTH
Earth is the third planet from the
Sun

Follow the link in the graph to modify its data and then paste the new
one here. For more info, click here
Daftar Pustaka
● Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. hal 847. cetakan ke 9. 2000 bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
● Pudjiah, AH. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Hlm. 150-153. cetakan pertama. Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
● Mary Rudolf, Malcom Levene. Pediatric and Child Health. Edisi ke-2. Blackwell pulblishing,
2006.
● Lumbantobing, S.M. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007
● Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran No. 27. 2002
● Garna H & Nataprawira HM. 2012. Pedoman Diagmosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Ed.
4, hlm. 691-694. Departemen Ilmu Kesehatan anak FK UNPAD/RS Hasan Sadikin. Bandung.
● Staf Pengajar IKA FKUI. 2005. Kejang Demam. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian
IKA FKUI.
● Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai