KEJANG DEMAM
oleh :
Dineva Noviani 1815166
Hendru Pradhana 1915015
● Riwayat Obat : diberikan obat tempra sirup lalu demam sempat turun namun
demam lagi.
Riwayat Obstetri
BBL: 3 kg
PBL: 50 cm
● Berbalik : normal
● Duduk : normal
● Berdiri : 10 bulan
● Berjalan : 12 Bulan
● Berbicara :
● Membaca :-
● Menulis :-
Riwayat Asupan Gizi
Tanda vital:
Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, reflek cahaya +/+, edema palpebra
-/-
Hidung: Bentuk hidung normal, pernafasan cuping hidung (-), sekret (+) putih dan kental, tidak ada
perdarahan hidung
Mulut: Peri oral cyanosis (-), mukosa bibir basah, tonsil T1/T1 normal, faring hiperemis, detritus (+)
Leher: Retraksi suprasternal (-), KGB membesar bilateral, teraba 0,5-2cm , tidak nyeri
Paru-paru :
● Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris kanan = kiri,
retraksi intercostalis -/-
● Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris kanan = kiri
● Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
● Auskultasi : Vesiculer breath sound kanan=kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-, slam +
Jantung :
● Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
● Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
● Perkusi : Dalam batas normal
● Auskultasi : Bunyi jantung S1=S2, murni, tidak ada murmur
Abdomen :
● Inspeksi : Datar, tidak ada retraksi epigastrium
● Auskultasi : Bising usus (+) normal
● Perkusi : Timpani, ruang traube kosong
● Palpasi : Soepel, nyeri tekan abdomen daerah epigastrium (-), hepar dan
lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : Akral hangat, Capillary refill time < 2 detik, oedem -/-, turgor
kembali cepat, sianosis (-)
Status Neurologis
● Ransangan meningeal : tidak ada kaku kuduk
● Brudzinsky I/II/III : -/-/-
● Motorik : kesan parase -/-, tonus normal
● Sensorik : kesan dalam batas normal
● Refleks fisiologis :
○ Knee Pess Reflex : +/+
○ Achilles Pess Reflex : +/+
● Refleks patologis :
○ Babinsky : -/-
○ Chaddock : -/-
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
● Hb : 11,5 g/dL (10,8-12,8 g/dL)
● Ht : 38 % (35-43%)
● Leukosit : 8.500/mm3 (4.000-13.500/mm3)
● Trombosit : 225.000/mm3 (150.000-450.000/mm3)
● Hitung jenis
○ Basofil : 0,0 (0,0-1,0%)
○ Eosinofil : 1,0 (1,0-5,0%)
○ Neutrofil : 60,0 (25,0-60,0%)
○ Limfosit : 30,0 (25.0-40.0%)
○ Monosit : 10,0 (2,0-10,0%)
Usulan Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Banding :
Diagnosis Kerja :
Non medikamentosa :
● Rawat Inap
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan
sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38oC, dengan
metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses
intrakranial. (konsensus kejang demam IDAI 2016)
Kejang demam adalah kejang pada anak >1 bulan, berhubungan dengan demam
yang tidak disebabkan oleh infeksi SSP, tanpa ada kejang neonatus
sebelumnya, atau kejang yang diprovokasi dan tidak memenuhi kriteria untuk
kejang simtomatik akut lainnya.
(Pedoman diagnosis dan terapi edisi ke V)
Epidemiologi
• Roseola infantum
• Paska imunisasi
...
b. Usia
4. Kejang demam diatas umur 6 tahun, perlu dipertimbangkan febrile seizure plus (FS+).
c. Gen
● Meningitis
● Ensefalitis
● Epilepsi
● Gangguan metabolik, seperti gangguan elektrolit
Pemeriksaan laboratorium
● Pemeriksaan darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, morfologi sel
● Kadar elektrolit : Na, K, Chlorida,
● Kadar glukosa darah
Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Pungsi Lumbal Elektroensefalografi (EEG)
● Tujuan : Pemeriksaan cairan ● Tujuan : untuk menentukan adanya
serebrospinal dilakukan untuk fokus kejang di otak yang
menegakkan atau menyingkirkan membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
kemungkinan meningitis. ● Indikasi pemeriksaan EEG:
● Indikasi pungsi lumbal
Kejang demam dengan bangkitan
1. Terdapat tanda dan gejala rangsang bersifat fokal.
meningeal
2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi
SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis
3. Dipertimbangkan pada anak dengan
kejang disertai demam yang
sebelumnya telah mendapat
antibiotik dan pemberian antibiotik
dapat mengaburkan tanda dan gejala
meningitis
Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Pemeriksaan neuroimaging
(CT scan atau MRI kepala)
● Indikasi : kelainan neurologis
fokal yang menetap, misalnya
hemiparesis atau paresis nervus
kranialis
Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Penatalaksanaan
● Non medikamentosa :
1. Edukasi dan konseling orang tua
● Mempunyai prognosis baik.
● Cara penanganan kejang.
● informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
● Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memiliki
efek samping obat.
Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Hal yang harus dilakukan saat anak kejang
1. Tetap tenang dan tidak panik. 7. Berikan diazepam rektal bila kejang
2. Longgarkan pakaian yang ketat masih berlangsung lebih dari 5 menit.
terutama di sekitar leher. Jangan berikan bila kejang telah
berhenti.
3. Bila anak tidak sadar, posisikan 8. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila
anak miring. Bila terdapat muntah, kejang
bersihkan muntahan atau lendir di
mulut atau hidung. - berlangsung 5 menit atau lebih
4. Walaupun terdapat kemungkinan - suhu tubuh lebih dari 40 derajat
lidah tergigit, jangan memasukkan Celsius
sesuatu kedalam mulut. - Kejang tidak berhenti dengan
5. Ukur suhu, observasi, dan catat diazepam rektal
bentuk dan lama kejang. - kejang fokal
6. Tetap bersama anak selama dan - setelah kejang anak tidak sadar, atau
sesudah kejang. terdapat kelumpuhan.
Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Penatalaksaan
Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Permenkes 5 tahun 2014
Penatalaksanaan
Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Faktor risiko berulangnya kejang demam
1. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang
4. Interval waktu yang singkat antara awal demam dengan terjadinya
kejang.
5. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks
Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Faktor risiko menjadi epilepsi
1. Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum
kejang demam pertama
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung
4. Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam
satu tahun.
Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
RHINITIS
Definisi
Berdasarkan etiologi
a. Rhinitis virus
1. Rhinitis simplek
- Virus : Rhinovirus (30–50%), Coronavirus (10–15%), Respiratory syncytial
virus/RSV (5%), Adenovirus (5%)
- Penularan : droplet di udara
- Masa inkubasi 1-4 hari dan berakhir dalam 2-3minggu
1. Rhinitis influenza
- Virus : Virus influenza (5–15%), Virus parainfluenza (5%)
c. Rhinitis Iritan
● Penyebab : paparan debu, asap, gas (ammonia, formalin, gas asam)
3 mekanisme penularan :
1. kontak langsung inokulasi → angsung pd mukosa hidung atau
konjungtivae setelah menyentuh orang atau objek yang terkontaminasi
2. Menghirup partikel virus dari batuk
3. Deposisi aerosol partikel besar yang dikeluarkan selama bersin
Respon imunitas yang bertanggung jawab atas timbulnya gejala dan bukan
karena kerusakan langsung pada saluran pernapasan.
konjungtiva menuju
hidung melalui replikasi dan
duktus lakrimalis menginfeksi
peradangan
luas ke tuba reaksi
eustachius dan inflamasi akut
ostium sinus
sel terinfeksi
melepas sitokin
(IL-8)& sel PMN
permeabilitas
sekresi nasal ↑ vaskular ↑,
dan hidung vasodilatasi dan
tersumbat cairan plasma
(bradikinin, albumin)
keluar
Untuk indikasi tertentu bisa dilakukan: PCR, Kultur, Deteksi antigen, serologic methods.
Nonmedikamentosa:
● Supportif: Makanan minuman bergizi cukup
● Edukasi: penyakit dan terapi
Medikamentosa
● Antipiretik jika demam: Paracetamol syr 120mg/5ml → dosis 10-15
mg/KgBB
● Antiviral hanya untuk severe RSV, dan influenza
Epidemiologi
Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, mencapai puncaknya pada usia
4−7 tahun, dan berlanjut hingga dewasa.
Faringitis Viral bisa mencapai 90% kasus (Kapita Selekta UI), 40-60% (Permenkes)
Faringitis Streptococcus tertinggi pada usia 5−18 tahun, jarang pada usia di bawah 3
tahun, dan sebanding antara laki-laki dan perempuan.
coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapular rash.
Signalling cytokine
Virus port d’entry (ICAM-1 dan LDLR)
pathway
endositosis
Batuk (-) 1
Pembesaran Tonsil 1
Usia
3 - <15 th 1
15 - <45 th 0
>= 45 th -1
Pedoman Diagnosis dan
Terapi IKA 2014
Skor 0-1 = 1-2,5%; Skor 1: 5-10%; Skor 2: 11-17%; Skor 3: 28-35%; Skor 4: 51-53%
Manifestasi klinis
anamnesis
● gejala dan tanda yang ditimbulkan tergantung mikroorganisme yang
menginfeksi
● gejala khas :
a. Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan gejala
rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis.
● Gejala lain demam disertai rinorea dan mual
a. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.
Prognosis pada umumnya baik, namun hal ini bergantung pada jenis dan
komplikasinya
Methisoprinol (isoprinosine or inosine pranobex)
● Mekanisme kerja :
1. meningkatkan proliferasi limfosit sel-T dan aktivitas natural killer cells,
meningkatkan sitokin pro-inflamasi, dengan cara :
a. Menginduksi respons sel Th1 → meningkatan sitokin pro-inflamasi
(misalnya, IL-2, IFN-γ) dan maturasi & diferensiasi T-limfosit.
b. iFN-γ → menghambat produksi IL-10 sehingga IP menurunkan
produksi IL-10 dan sitokin anti-inflamasi lainnya.
c. meningkatkan jumlah dan aktivtas NK, Neutrofil, monocyte dan
macrophage chemotaxis dan phagocytosis.
→ memodulasi efek penekanan sitokin pada innate dan adaptif immunity
Inosine Pranobex: A Key Player in the Game Against a Wide Range of Viral Infections and
Non-Infectious Diseases. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6822865/
2. RNA seluler dan sintesis protein tersupresi setelah infeksi virus, namun IP meningkatkan
RNA pd sel host, serta menurunkan sintesis RNA virus → menghambat replikasi virus.
kesimpulan :
Inosine Pranobex: A Key Player in the Game Against a Wide Range of Viral Infections and Non-Infectious
Diseases. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6822865/
● indikasi : subacute sclerosis panencephalitis, herpes simplex virus,
human papilloma virus, human immunodeficiency virus, influenza
and acute respiratory infections, cytomegalovirus and Epstein–Barr
virus infections.
● dosis : 50mg/kg/hari dibagi 3-4, diberikan selama 7-10 hari
● efek samping : peningkatan kadar asam urat dan urin, gatal, mual,
muntah, diare, malaise
MIMS
Dosis: mcg/kg/menit
RUMUS: BB: kg
Pengenceran: berapa mg obat diencerin dalam
berapa cc (mcg/cc)
Pengerjaan:
1. Tentukan obat
2. Tiap ampul brp cc
3. Diencerin jadi brp
4. Dosis yg diminta
5. Tentuin BB
= 0,22 cc/jam
1. Midazolam
2. 15mg/3cc
3. 5cc
4. 100mcg/kg/jam
5. 11 kg
Midazolam
1. bolus : 100mcg/ kg IV → 100 x 11 kg = 1100mcg = 1,1 mg
2. kontinu : dosis 100 mcg/kg/jam
1 amp : 1cc (5mg) → diencerkan perbandingan 1:1 dengan NacL 4cc → 5cc