Anda di halaman 1dari 36

BST - CBD

PAVITA CALLISTA ANGIE P - 1815114


PEMBIMBING : DR. HARY GUSTIAN, SP.PD-KHOM, FINASIM
• Nama : Nn. W
• Usia : 20 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Tempat Tinggal : Bandung
• Pekerjaan : Mahasiswa
• Suku Bangsa : Indonesia
• Agama : Islam
• Status Pernikahan : Belum Menikah
Keluhan Utama Lemas
Pasien datang dengan keluhan lemas sejak kurang lebih 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Lemas
dirasakan terus menerus dan semakin memberat, terutama 1 minggu terakhir ini. Pasien mengatakan
keluhan ini menganggu aktivitas sehari-harinya. Keluhan disertai adanya pusing, mata berkunang-kunang,
cepat lelah bila beraktivitas, dan jantung berdebar. Teman - teman pasien mengatakan muka dan kulit
pasien sering terlihat pucat.

Pasien menyangkal adanya demam, mual muntah darah, batuk lama, dan perubahan BAB maupun BAK.
Keluhan adanya gusi berdarah, mimisan, dan BAB hitam disangkal pasien.
• Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.

• Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu pasien sering menderita penyakit serupa dan sering harus berobat ke dokter
untuk keluhan tersebut namun sampai saat ini belum pernah sampai harus dirawat atau transfusi darah.

• Riwayat Berobat : Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

• Riwayat Kebiasaan : Pasien jarang makan daging, sayuran hijau maupun berolahraga.

• Riwayat Alergi : Tidak ada.

• Riwayat Menstruasi : Siklus menstruasi normal setiap bulan, durasi 7 hari dengan volume cukup banyak di hari
kedua sampai keempat, menghabiskan 3-5 pembalut per hari.
Keadaan Umum Tanda Vital
• Keadaan Umum : Tampak lemah, terlihat pucat • Tekanan Darah : 100/70 mmHg
• Kesadaran : CM • Nadi : 92 x/menit, reguler, isi cukup
• Kesan Sakit : Sedang • Respirasi : 23 x/menit
• BB : 50 kg • Suhu : 36,5oC
• TB : 152 cm • SpO2 : 98%
• BMI : 21,64
• Kulit : Pucat (+), sianosis (-), ikterus (-), petekie (-), ekimosis (-), purpura (-)
• Kepala : Normosefali, turgor dahi cukup
• Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
• Hidung : Bentuk normal, epistaksis (-/-)
• Mulut : Mukosa pucat (+), bibir pecah-pecah (+), lidah kotor (-), hipertrofi ginggiva (-), perdarahan
gusi (-), atrofi papil lidah (+), stomatitis (-)
• Leher : Trakea letak sentral, tidak terdapat pembesaran KGB
Thorax (Paru-Paru)
• Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris kanan = kiri
• Palpasi : Taktil fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)
• Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
• Auskultasi : VBS (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)

Thorax (Jantung)
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : Bunyi jantung S1=S2, mumur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Datar
• Auskultas : BU (+) normal
• Palpasi : Timpani di seluruh abdomen
• Perkusi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

Ekstremitas
• Akral tampak pucat
• CRT <2 detik
• Tidak ada sianosis
• Kuku terdapat spoon nail
Pemeriksaan SADT
• Eritrosit : Anisositosis ringan (mikrosit, normosit),
poikilositosis sedang (cigar-shape cell, tear drop
cell), hipokrom sedang, distribusi eritrosit ringan
• Leukositosis : Jumlah normal, tidak ada kelainan
morfologi
• Trombosit : Jumlah normal, bentuk dan ukuran
normal

Kesan : Anemia Hipokrom Mikrositik


Anemia Hipokrom Mikrositer

DD/ Anemia Defisiensi Fe


Anemia ec Penyakit Kronis
Non Medikamentosa Medikamentosa
• Tirah baring Tablet penambah darah 3x1 tab
• Diet nasi
• Monitoring keadaan umum dan tanda vital
• Edukasi kepada keluarga bahwa pasien ini
terkena anemia (kurang darah) sehingga
dianjurkan untuk bed rest dan kemungkinan
dilakukan transfusi darah jika tidak membaik
App 1

App 2

Quo ad Vitam : Ad bonam

Quo ad Fungsional : Ad bonam

Quo ad Sanationam : Ad bonam


• Anemia : Suatu keadaan dimana adanya penurunan 1 atau lebih parameter sel darah merah
(hemoglobin, hematokrit, atau jumlah sel darah merah) sehingga sel darah merah tidak dapat
memenuhi kebutuhan fisiologis tergantung usia, jenis kelamin, status kehamilan, ada atau tidanya
kebiasaan merokok.

• Kriteria Hb Anemia (WHO)


⚬ Wanita : < 12 g/dL
⚬ Wanita hamil : < 11 g/dL
⚬ Pria : < 13 d/dL

• Anemia defisiensi Fe : Anemia yang disebabkan kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga
kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoiesis berkurang karena cadangan besi kosong (depleted iron
store) yang mengakibatkan berkurangnya produksi hemoglobin. Ditandai dengan gambaran sel
darah merah hipokrom mikrositer, kadar besi (SI), persen saturasi, dan serum feritin menurun.
• Paling sering dijumpai di negara berkembang berhubungan dengan tingkat sosial ekonomi
masyarakat
• Banyak terjadi pada anak kecil dan wanita hamil

• Di Indonesia
⚬ 16-50% laki-laki
⚬ 25-48% wanita
⚬ 46-92% ibu hamil
⚬ 55,5% balita
• Bayi dengan berat badan lahir rendah atau lahir prematur
• Lansia > 65 tahun
• Ibu hamil
• Remaja wanita
• Sosio ekonomi rendah
• Vegetarian
• Gizi buruk
• Riwayat keluarga
• Terlalu sering donor darah
• Kebutuhan zat besi meningkat (anak dalam masa pertumbuhan, kehamilan, dan laktasi)
• Kehilangan zat besi karena perdarahan
⚬ GIT : pemakaian OAINS, kanker lambung, hemoroid, infeksi cacing tambang
⚬ Traktur Urinaria : Hematuria
⚬ Traktur Respiratorius : Hemoptoe
⚬ Organ Genital Wanita : Menoragia, Metroragia
• Kurangnya konsumsi zat besi
• Gangguan absorbsi zat besi (pasca gastrektomi, penyakit Crohn)
Deplesi Besi Eritropoiesis Defisiensi Besi Anemia Defisiensi Besi
• Iron Depleted Stage • Iron Deficient Erythropoiesis • Cadangan besi kosong, sudah
• Cadangan besi menurun, • Cadangan besi kosong, penyediaan mulai muncul anemia
penyediaan besi untuk besi untuk eritropoiesis terganggu defisiensi besi
eritropoiesis belum • Secara laboratoris belum muncul
terganggu anemia
• 3 Faktor
⚬ Gangguan sintesis akibat defisiensi cadangan besi
⚬ Defek sel
⚬ Usia hidup prekursor eritroid dan eritrosit berkurang

• Ketika saturasi transferin berkurang hingga <15% → zat besi untuk produksi hemoglobin menurun →
protoporphyrin eritrosit bebas meningkat → sintesis protein globin berkurang dan setiap sel yang diproduksi
mengandung lebih sedikit hemoglobin → eritrosit mikrositosis dan hipokromia

• Terganggunya proliferasi sel →pengurangan jumlah eritrosit matur yang terbentuk

• Defisiensi Fe menyebabkan penurunan alfa gliserofosfat di otot → glikolisis terganggu → > asam laktat → mudah
lelah
• Gejala Umum Anemia : lemah, cepat lelah, mata berkunang-kunang, pucat

• Gejala Khas Anemia def Fe


⚬ Koilonikia (spoon-shaped) : hilangnya konveksitas longitudinal dan lateral pada kuku, dengan penebalan pada
ujung distal menyerupai sendok
⚬ Atrofi papil lidah : kondisi dimana tidak terdapat atau menumpuknya papil filiformis pada lidah
⚬ Stomatitis angularis : lesi makulopapular dan vesikular pada kulit sudut bibir dan perbatasan mukokutaneus
⚬ Disfagia : akibat adanya kerusakan pada epitel hipofaring
⚬ Pica : perilaku memakan bahan-bahan non-nutrisi → akibat hilangnya sensasi pengecapan dan gangguan
neurologis
• Hematologi rutin
⚬ Anemia ringan - berat : Hb 8 g/dL - 12 g/ dL
⚬ Anemia → KU, Hb 8 g/dL
⚬ Anisositosis → tanda awal dari anemia defisiensi besi, ditandai dengan peningkatan RDW (red cell distribution
width)
⚬ Jika disebabkan oleh infeksi cacing tambang → eosinofilia, trombositosis

• Indeks Eritrosit
⚬ MCV dan MCHC menurun, MCV < 70fL

• Apusan darah tepi


⚬ Hipokromik Mikrositer, anisositosis, poikilositosis
⚬ Jika berat → Sel cincin (ring cell), pencil sell/ cigar cell, sel target
• Fe Serum dan TIBC (Total Iron Binding Capacity)
⚬ Fe Serum menurun <50 µg/dL
⚬ TIBC meningkat >350 µg/dL, menggambarkan jumlah total besi yang dapat dibawa oleh protein transferin

• Feritin Serum
⚬ Indikator cadangan besi yang sangat baik
⚬ <12 µg/dL → sebagai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi

• Protoporfin
⚬ Merupakan bahan antara pada pembentukan heme. Jika sintesis heme terganggu maka protoporfirin akan
menumpuk dalam eritrosit
⚬ Normal <30µg/dL
⚬ Untuk defisiensi Fe >100 µg/dL
• Sumsum Tulang
⚬ Menunjukkan hiperplasia normoblastik ringan sampai sedang
⚬ Pengecatan Fe sumsum tulang dengan biru prusia (Perl's stain) → menunjukkan cadangan besi (-) / butir
hemosiderin (-)
⚬ Normal : 40% - 60% normoblast mengandung granula feritin dalam sitoplasmanya --> sideroblast
⚬ Sideroblast negatif pada defisiensi besi
Non Farmakologi
• Konseling dan Edukasi
• Diet tinggi Fe

Farmakologi
• Transfusi sel darah merah
• Terapi Fe per-oral
⚬ Ferrous Sulfat 325mg/ hari, sebelum makan
⚬ Pada pasien yang memiliki gangguan GIT seperti mual, muntah, konstipasi, pemberian ferrous sulfat diberikan saat makan
dosis 100mg/hari
⚬ Diberikan selama 3-6 bulan
⚬ Preparat vit C 3x100mg → meningkatkan penyerapan Fe
• Terapi Fe parenteral
⚬ Iron Dextran Complex 50mg/mL subkutan/IV
⚬ Dosis Kebutuhan Fe (mg) = [(15-Hb pasien) x BB x 2,4] + (500-1000mg)]
⚬ Indikasi : intoleransi terhadap Fe oral, kepatuhan konsumsi buruk, gangguan pencernaan (kolitis ulseratif), penyerapan Fe
oral terganggu (gastrektomi), kehilangan darah dalam jumlah besar, kebutuhan besi besar (sebelum operasi), defisiensi
fungsional ec pemberian eritropoietin pada gagal ginjal kronis
• Diet yang mengandung cukup zat besi, seperti daging, ikan, sayur hijau tua, dll
• Batasi diet yang menghambat absorpsi zat besi dalam tubuh, seperti kopi dan teh
• Perbanyak diet yang membantu absorbsi zat besi dalam tubuh, seperti buah yang tinggi vitamin C
• Menjaga pola hidup bersih dan sehat
• Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
• Gagal jantung
• Hipoksia
• Gangguan fungsi kognitif
• Gangguan tumbuh kembang
• Gangguan imunitas tubuh
• Respon pengobatan baik
⚬ Retikulosit naik pada minggu pertama dan mencapai puncak pada hari ke-10 dan kembali normal setelah
hari ke-14
⚬ Kenaikan Hb 0,15 g/dL per hari atau 2 g/dL setelah 3-4 minggu, Hb akan kembali normal setelah 4-10
minggu
• Prognosis baik bila penangannya adekuat dan ditemukan penyebab anemianya

Anda mungkin juga menyukai