Anda di halaman 1dari 54

MINILECTURE ANEMIA &POLICITEMIA

Disusun Oleh:
Geraldi Christian Chandra (1815102)
Arida Siti Agustin Izul Fatah (1815108)
Ivan Pratama Gartika (1815092)
Pavita Callista Angie Prabowo (1815114)
Jeldita Pali (1815158)
Putu Angga Krisna Artha (1815119)
Elizabeth Angelina Maharani Chandra (1815176)
Yenny (1815152)
Yoana Angeline (1815111)
Cindy Nathalia Giovanni (1815097)
Pembimbing: dr. Hary Gustian, Sp. PD-KHOM FINASIM
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM SUB BAGIAN HEMATO-ONKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA RS
IMMANUEL BANDUNG 2020
Hematopoiesis dan Fisiologi Produksi Sel
Darah Merah
• Hematopoiesis adalah proses produksi pembentuk elemen darah.
• Proses tersebut dimulai dari hematopoiesis stem sel. Hematopoiesis
stem sel dapat membentuk eritrosit, granulosit, monosit, trombosit
dan sel sistem imun.
• Pada produksi eritrosit, eritropoietin (EPO) dibutuhkan untuk menjaga
eritroid, apabila tidak ada EPO maka eritroid akan mengalami
apoptosis.
• Eritrosit matang, berdiameter 8 μm, anucleate, konkaf pada bagian
tengahnya.
• Bersifat sangat elastis, dapat melewati pembuluh darah kapiler
• Integritas membrane dipertahankan oleh ATP intraseluler
• Pergantian sel darah merah per hari adalah 0,8-1% dari total sel darah
merah dalam sirkulasi. Usia eritrosit 100-120 hari
• Jumlah normal eritrosit 4,4-6,0 juta per mikroliter
• Ginjal (lapisan sel kapiler peritubuler) 
EPO, sebagian kecil oleh hepatosit.
• Produksi EPO dipengaruhi oleh adanya
konsumsi O2, pembuluh darah, kadar O2,
paru-paru dan jantung.
• EPO akan berikatan dengan spesifik
reseptor pada eritroid sumsum tulang,
menginduksi proliferasi dan pematangan.
• Dengan adanya stimulasi EPO, produksi
eritrosit akan meningkat 4-5x dalam 1-2
minggu, hanya dengan nutrisi yang
adekuat khususnya besi.
• Dengan suplai nutrisi yang adekuat juga
akan meningkatkan konsentrasi
hemoglobin.
• Kadar EPO normal adalah 9-26mU/mL
yang dapat diukur menggunakan sensitive
immunoassay.
• Pada kadar Hb< 12 g/dl, maka tingkat EPO
plasma akan meningkat. HIF 1 alfa
sebagai gen regulasi EPO di ginjal akan
meningkatkan produksi EPO pada saat Hb
turun.
• Pada keadaan chronic kidney disease atau
inflamasi kronis, tingkat EPO akan lebih
rendah dari keadaan anemia.
Defek Anemia
Definisi
• Suatu keadaan dimana adanya penurunan 1 atau lebih parameter sel darah merah
(hemoglobin, hematokrit, atau jumlah sel darah merah) sehingga sel darah merah
tidak dapat memenuhi kebutuhan fisiologis tergantung usia, jenis kelamin, status
kehamilan, ketinggian, ada atau tidak adanya kebiasaan merokok.

• Kriteria Hb Anemia (WHO)


• Wanita : <12 g/dL
• Wanita hamil : <11 g/dL
• Pria : <13 g/dL
• Anak-anak : 12-16 g/dL
• Bayi : 10-15 g/dL
• Neonatus : 16-25 g/dL
Etiologi dan Klasifikasi
• Penyebab anemia
• Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang (hipoproliferasi)
• Eritropoiesis tidak efektif
• Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya
(hemolisis/kehilangan darah)
Klasifikasi Berdasarkan Morfologi
• Anemia makrositik
• Anemia mikrositik
• Anemia normositik
Anemia Makrositik
• MCV > 100 fL
• Penyebab
• Peningkatan retikulosit
• Metabolisme abnormal asam nukleat (defisiensi asam folat/ B12, obat yang
menganggu sintesis asam nukleat (zidovudine, hidroksiurea))
• Gangguan maturase sel darah merah ( sindrom mielodisplasia, leukimia akut)
• Penggunaan alcohol
• Penyakit hati
• Hipotiroidisme
Anemia Mikrositik
• MCV < 80 fL
• Penurunan MCH dan MCV  mikrositik hipokrom
• Penyebab
• Berkurangnya Fe : def Fe, penyakit kronis/ inflames, def tembaga
• Berkuranganya sintesis Heme : keracunan logam, anemia sideroblastic
kongenital dan didapat
• Berkurangnya sintesis Globin : talasemia dan hemoglobinopati
Anemia Normositik
• MCV normal , 80-100 fL
• Penyebab
• Anemia pada penyakit ginjal kronik
• Sindrom anemia kardiorenal
• Anemia hemolitik
• Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik sel darah merah: Kelainan membran
(sferosito- sis herediter), kelainan enzim (defisiensi G6PD), kelainan hemoglobin
(penyakit sickle cell).
• Anemia hemolitik karena kelainan ekstrin- sik sel darah merah: imun, autoimun (obat,
virus, berhubungan dengan kelainan limfoid, idiopatik), alloimun (reaksi transfusi akut
dan lambat, anemia hemolitik neonatal), mikroangiopati (purpura trombositopenia
trombotik, sindrom hemolitik uremik), infeksi (malaria), dan zat kimia (bisa ular).
GK
Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor:
• Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
• Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif )

• Gejala umum :
• Sesak napas saat beraktivitas
• Sesak pada saat istirahat
• Fatigue
• Keadaan hiperdinamik (denyut
nadi kuat, jantung berdebar, dan
roaring in the ears).
• Letargi
• Konfusi
• Komplikasi yang mengancam jiwa
(gagal jantung, angina, aritmia
dan/ atau infark miokard).
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Hemolitik
Anemia Megaloblastik
• Anemia megaloblastik :
glositis,gangguan neurologik
pada defisiensi vit B12
PP anemia
• Hematologi rutin
• Pemeriksaan SADT
• Hitung retikulosit
• Serum Fe, TIBC, serum ferritin
• Bone marrow
SADT (hipokrom mikrositer)
SADT (makrositer)
Bone marrow
Fe serum, TIBC, Ferritin serum
• Fe serum = 70 to 200 mg/dl (13 to 36 mmol/L)
• TIBC : 340 mg/L (61 mmol/L)
• TIBC saturation (%) = (serum iron × 100)/TIBC. The normal value is
20% to 45%
Polisitemia
Definisi
• Polisitemia atau eritrositosis merupakan peningkatan jumlah sel darah
merah dalam sirkulasi. Peningkatan nilai hematokrit tersebut bersifat
persisten > 2 bulan
• Polisitemia adalah keadaan kadar hemoglobin lebih dari 16,5 g/dL atau
hematokrit lebih dari 49% pada lakilaki, sementara pada wanita yaitu kadar
hemogloblin lebih dari 16,0 g/dL atau hematorkrit lebih dari 48%
• Polycythemia vera (PV) adalah kelainan sel punca yang ditandai dengan
panhiperplastik, maligna, dan neoplastik sumsum tulang
• Ciri yang paling menonjol adalah peningkatan massa sel darah merah
absolut karena produksi sel darah merah yang tidak terkontrol disertai
dengan peningkatan produksi sel darah putih dan trombosit
Klasifikasi
• Polisitemia primer : polisitemia
vera
• Polisitemia sekunder :
• Kongenital •Didapat (dimediasi epo)
• Hemoglobin afinitas-oksigen tinggi • akibat hipoksia
• Defisiensi 2,3-bifosfogliserat mutase • produksi patologis epo (tumor)
• Dimediasi reseptor EPO • epo eksogen (obat)
• Chuvas erythrocytosis (mutasi VHL)
Epidemiologi
• Prevalensi polisitemia vera : 22 / 100.000 penduduk
• laki laki : perempuan → 2:1
• lebih sering pada eropa timur daripada eropa dan asia
• usia rata rata 60 tahun, jarang mengenai pasien usia <40 tahun
Etiologi
• Pada tahun 2005, peneliti menemukan adanya mutasi somatik pada
gen Janus kinase 2 (JAK2). Gen JAK2 memberi instruksi untuk
membuat protein yang berperan dalam proliferasi sel. Protein ini
berperan mengontrol produksi eritrosit, leukosit, dan trombosit pada
sel punca hematopoietik di dalam sumsum tulang belakang
• Mutasi gen JAK2 yang paling sering adalah mutasi di ekson 14 JAK2
(JAK2V617f) ditemukan pada lebih dari 90% PV
• Sebagian kecil pasien PV mengalami mutasi JAK2 di ekson 12
Tanda dan gejala predominan terbagi 3 fase:
• Gejala awal (early symptoms)
• Sangat minimal dan tidak selalu ada kelainan walaupun telah diketahui
melalui tes laboratorium

Hipertensi (72%) Gangguan daya ingat, susah


bernapas (26%)
Sakit kepala (48%) Gatal (pruritus) (43%)
Mudah lelah (47%) Rasa panas pada tangan dan kaki
(29%)
Telinga berdenging (43%) Hiperviskosistas  Perdarahan
dari hidung, lambung (stomach
ulcers) (24%)
Gangguan pengelihatan (31%) Sakit tulang/eritromelalgia (26%)
• Gejala akhir (later symptoms) dan komplikasi
• Perdarahan (hemorrhage) atau trombosis
• Komplikasi : peningkatan asam urat darah (10%)  berkembang menjadi
gout. Peningkatan resiko ulkus pepticum (10%)
• Fase splenomegali (spent phase)
• 30% gejala akhir berkembang menjadi fase splenomegali
• Biasanya terjadi kegagalan sumsum tulang dan asoen menjadi anemia berat,
kebutuhan transfusi meningkat, splenomegali dan hepatomegali
Pemeriksaan Penunjang
• Pada pem. Darah lengkap dapat
ditemukan:
• Neutrofilia (50% kasus)

• Peningkatan Hb dan Ht

• Pem. Ferritin/ zat besi dapat menurun

• Profil ginjal dan urinalisis dilakukan untuk


melihat apakah ada penyakit penyerta
ginjal yang mendasari
Penatalaksanaan
• Pada penatalaksaan polisitemia sekunder berdasarkan penyebabnya
• Sedangkan untuk polisitemia vera:
• Phlebotomy
• Hydroxyurea
• Ruxolitinib
• Low-Dose Aspirin
• Management of Pruritus: antihistamin / SSRIs
Phlebotomy
• Phlebotomy berulang terjadi sitoreduksi akan mengurangi hiperviskositas.
• Selain itu, itu akan menyebabkan keadaan kekurangan zat besi yang akan membantu
memperlambat proliferasi sel darah merah.
• Dalam praktiknya, sesi mingguan dilakukan, di mana sekitar 500 mL darah dikeluarkan
(hemodinamik baik). Ini dilanjutkan setiap minggu sampai diperoleh hematokrit target di bawah
45%. Target ini ditentukan berdasarkan temuan uji coba CYTO-PV yang dilakukan di Italia.
• Untuk polisitemia sekunder, proses mengeluarkan darah biasanya dilakukan untuk kondisi
berikut:
• Penyakit paru-paru kronis
• Penyakit jantung sianotik
• Pasien pasca transplantasi ginjal dengan hipertensi dan eritrositosis,
• tidak merespon dosis optimal dari angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI) / penghambat reseptor
angiotensin (ARB)
Hydroxyurea
• Hidroksiurea biasanya dianggap sebagai terapi lini kedua.
• Bukti manfaat datang dari, antara lain, sebuah penelitian oleh Kelompok Studi
Polycythemia Vera (PVSG)  tingkat trombosis yang lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok riwayat yang diobati dengan proses phlebotomy saja.
• Indikasi penggunaan meliputi:
• Akses vena yang buruk
• kebutuhan phlebotomy yang meningkat
• Ketika proses phlebotomy tidak memungkinkan karena alasan logistik
• Trombositosis parah
• Pruritus yang tidak bisa diatasi
• Dosis awal hidroksiurea 1000 mg per hari dibagi menjadi dua dosis.
Ruxolitinib
• Digunakan ketika pasien tidak toleran atau tidak responsif terhadap
hidroksiurea.
• Meskipun manfaatnya besar, penggunaan ruxolitinib dikaitkan dengan
peningkatan risiko anemia dan trombositopenia.
• Dosis standar yang direkomendasikan untuk polycythemia vera adalah
2x 10 mg/hari.
• Pengurangan dosis diperlukan jika hemoglobin turun hingga di bawah
12 mg / dl. Penurunan hemoglobin hingga di bawah 8 mg / dl
merupakan indikasi bahwa pemberian dosis dihentikan untuk
sementara.
Low Dose Aspirin
• Studi pada PVSG  peningkatan trombosis selama 3 tahun pertama
terapi phlebotomy  dipertimbangkan manfaat potensial pada
penggunaan antiplatelet atau agen antikoagulan secara bersamaan.
• Uji coba awal menggunakan dosis tinggi aspirin atau dipyridamole 
perdarahan gastrointestinal.
• Namun dosis rendah aspirin dapat digunakan dengan aman pada
studi selanjutnya.
• Aspirin, bila diindikasikan, dianjurkan untuk digunakan dengan dosis
rendah, berkisar antara 40 - 100 mg setiap hari.

Anda mungkin juga menyukai