Anda di halaman 1dari 60

Case Based Discussion

Yoana Angeline 1815111


Sella Rizki Zayditha 1915042

Pembimbing: dr. Desman Situmorang, Sp.A


Identitas
•Nama : An. B
•Usia : 3 tahun
•Jenis Kelamin : Laki-laki
•Alamat : Bandung
•Suku Bangsa : Sunda
•Agama : Islam
Anamnesis Seorang anak laki-laki, berusia 3 tahun, datang
dengan keluhan kejang didahului demam

2 hari SMRS 1 hari SMRS Saat masuk RS


● Demam mendadak ● Kejang terjadi sebanyak 1 ● Demam tinggi
kali ● Tidak ada kejang
tinggi, dirasakan
● Lama kejang sekitar 1 menit ● Tidak ada keluhan pada
sepanjang hari, ● Saat kejang kelojotan, mata BAK dan BAB
suhu tidak diukur mendelik keatas ● Tidak ada mual dan
● Bibir tergigit muntah
● Tidak keluar busa dari mulut
● Saat kejang pasien tidak
sadar, saat pasien sadar
badan menjadi lemas
● Pilek dengan warna sekret
putih, encer
● Hidung tersumbat
●Riwayat Penyakit Dahulu: Belum pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya. Tidak
ada riwayat kejang.

●Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu pasien mengalami pilek sejak 4 hari yang lalu. Tidak
ada riwayat demam dan kejang pada keluarga

●Riwayat Alergi: Tidak terdapat riwayat alergi obat dan makanan

●Riwayat Obat : sempat diberikan obat penurun panas yaitu paracetamol sirup 3x 1cth dan
sempat turun namun demam lagi.
Riwayat Obstetri

Pasien anak ke 1, P1A0 lahir normal, aterm

BBL: 3,3 kg

PBL: 52 cm

Selama kehamilan kontrol rutin ke bidan


Riwayat imunisasi
Riwayat tumbuh kembang

●Berbalik : normal
●Duduk : normal
●Berdiri : 10 bulan
●Berjalan : 12 bulan
●Berbicara : 24 bulan
●Membaca : -
●Menulis : -
Riwayat Asupan Gizi

ASI: eksklusif 6 bulan

MPASI: 6 bulan sampai sekarang


Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: sakit sedang

Kesadaran: Compos mentis (E4M6V5)

Tanda vital:
●Tekanan darah: 90/60 mmHg
●Nadi: 120x/menit, reguler equal isi cukup
●Respirasi: 24x/menit
●Suhu: 39 oC
●Saturasi oksigen: 98% tanpa oksigen
Status Antropometri
●Berat badan : 12 kg
●Panjang badan : 88 cm
●BMI : 15.49 kg/m2
●Lingkar kepala : normal
Status pertumbuhan berdasarkan WHO Growth Reference:
●Berat badan menurut usia berada di 0 s/d -2 SD (berat badan normal)
●Tinggi badan menurut usia berada di 0 s/d -2 SD (normal)
●Berat badan menurut tinggi badan berada di -1 s/d -2 SD (gizi normal)
●indeks massa tubuh menurut usia berada di -1s/d -2 (normal)
Pemeriksaan Fisik
Kepala: normocephal, UUB sudah tertutup

Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, reflek cahaya +/+, edema palpebra -/-

Hidung: Bentuk hidung normal, pernafasan cuping hidung (-), sekret (+) putih dan encer, tidak ada
perdarahan hidung

Mulut: Peri oral cyanosis (-), mukosa bibir basah, tonsil T1/T1 normal, faring tidak hiperemis

Telinga: Bentuk dan ukuran normal, sekret (-)

Leher: Retraksi suprasternal (-), KGB tidak teraba membesar


Paru-paru :
●Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris kanan = kiri, retraksi intercostalis -/-
●Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris kanan = kiri
●Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
●Auskultasi : VBS kanan=kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung :
●Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
●Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
●Perkusi : Dalam batas normal
●Auskultasi : Bunyi jantung S1=S2, murni, tidak ada murmur
Abdomen :
●Inspeksi : Datar, tidak ada retraksi epigastrium
●Auskultasi : Bising usus (+) normal
●Perkusi : Timpani, ruang traube kosong
●Palpasi : Soepel, nyeri tekan abdomen daerah epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : Akral hangat, Capillary refill time < 2 detik, oedem -/-, turgor kembali cepat, sianosis (-)
Status Neurologis

●Ransangan meningeal : tidak ada kaku kuduk


●Brudzinsky I/II/III : -/-/-
●Motorik : kesan parase -/-, tonus normal
●Sensorik : kesan dalam batas normal
●Refleks fisiologis :
○Knee Pess Reflex : +/+
○Achilles Pess Reflex : +/+
●Refleks patologis :
○Babinsky : -/-
○Chaddock : -/-
Pemeriksaan penunjang

Hematologi
●Hb : 11,5 g/dL (10,8-12,8 g/dL)
●Ht : 38 % (35-43%)
●Leukosit : 7.500/mm3 (4.000-13.500/mm3)
●Trombosit : 315.000/mm3 (150.000-450.000/mm3)
●Hitung jenis
○Basofil : 0,0 (0,0-1,0%)
○Eosinofil : 1,0 (1,0-5,0%)
○Neutrofil : 60,0 (25,0-60,0%)
○Limfosit : 30,0 (25.0-40.0%)
○Monosit : 10,0 (2,0-10,0%)
Usulan Pemeriksaan Penunjang

-kadar gula darah


-kadar elektrolit : Na,K, Cl
Diagnosis

Diagnosis Banding :
-Kejang demam sederhana dengan rhinitis viral
-Kejang demam sederhana dengan rhinitis bakterialis

Diagnosis Kerja :

Kejang demam sederhana dengan rhintitis viral


Penatalaksanaan
Non medikamentosa :
•Rawat Inap
•Edukasi penyakit : jelaskan bahwa kejang demam sebagian besar tidak berbahaya dan jelaskan
menangani kejang demam di rumah (diazepam per rektal saat dirumah, lalu dapat diulang satu kali
dengan interval 5 menit jika kejang belum berhenti dibawa ke rumah sakit)
•Jika anak kejang baringkan di tempat yang aman, miringkan tubuh pada satu sisi, dan longgarkan
pakaian.
Medikamentosa : kebutuhan nutrisi
BB x RDA = 12 x 100 = 1200kkal/hari (bubur)
Kebutuhan Cairan
-Maintenance ● Paracetamol syr 120mg/5ml → dosis 10-15
mg/KgBB → 3dd 1cth
100ml x 10kg + 50ml x 2kg = 1100ml
● Pseudoefedrin syr 12mg/5ml → dosis 1
demam : 12% x 1 x 1100 = 132 mg/kgBB→ 3dd 1cth
1100 ml + 132 = 1232 ml dalam 24 jam ● Diazepam syr 2mg/5ml → dosis 0,3
mg/kg/kali → 3,6 mg per kali → 3dd 1 1/2 cth
→ 500ml/24 jam dari infus
dalam 48 jam pertama demam
→ 732ml/24 jam dari cairan per oral (banyak
minum air putih)
Infus KAEN3B 500ml/24 jam 21 gtt/menit mikrodrip
Prognosis

•Quo ad vitam : ad bonam


•Quo ad functionam : ad bonam
•Quo ad sanationam : dubia ad bonam
KEJANG DEMAM
Definisi

•ILAE (International League Against Epilepsy) 1983 : kejang pada anak usia
>1 bulan, berhubungan dengan demam yang tidak disebabkan oleh infeksi
SSP, tanpa ada kejang neonatus sebelumnya, atau kejang yang diprovokasi
dan tidak memenuhi kriteria untuk kejang simtomatik akut lainnya
•Bangkitan
kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun
yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 380 C, dengan metode
pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.
Konsensus kejang demam IDAI 2016
Pedoman diagnosis dan terapi edisi ke V
Epidemiologi

• Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun


• Sering terjadi pada usia 6 bulan–3 tahun dengan puncak usia 18 bulan.
• Sebagian besar kejang demam merupakan kejang demam sederhana
• Kejang demam kompleks hanya berkisar 35%
• Lama kejang yang berlangsung >15 mnt hanya ditemukan 9%,
• Terjadi status epileptikus hanya 5%
• Berulang dalam 24 jam: 16% kasus

Konsensus kejang demam IDAI 2016


Pedoman diagnosis dan terapi edisi ke V
Klasifikasi
● Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
● Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)

● Karakteristik :

Konsensus kejang demam IDAI 2016


Pedoman diagnosis dan terapi edisi ke V
Faktor risiko
● Usia
● Demam ○ Umumnya terjadi pada usia 6 bulan
○ Infeksi saluran pernafasan
– 6 tahun
○ Infeksi saluran pencernaan ○ Puncak tertinggi pada usia 17 – 23
○ Infeksi saluran air seni
bulan
○ Roseola infantum ○ Kejang demam sebelum 5 – 6
○ Paska imunisasi bulan mungkin disebabkan oleh
● Derajat demam: infeksi SSP
○ 75% dari anak dengan demam ≥ ○ Kejang demam diatas umur 6
39oC tahun, perlu dipertimbangkan febrile
○ 25% dari anak dengan demam > seizure plus (FS+).
40oC ● Gen
○ Risiko meningkat 2 – 3x bila
saudara kejang demam
○ Risiko meningkat 5% bila orang tua

Konsensus kejang demam IDAI 2016


menderita kejang demam
Manifestasi Klinis Dan Diagnosis
● Manifestasi Klinis : Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38 °C) yang disebabkan proses ekstra- kranium
● Diagnosis :

Konsensus kejang demam IDAI


2016
Pedoman diagnosis dan terapi
edisi ke V
Nelson Textbook of Pediatrics.
Edisi ke21
Diagnosis Banding
● Meningitis
● Encephalitis
● Epilepsi
● Gangguan metabolic/elektrolit

Konsensus kejang demam IDAI


2016
Pemeriksaan Penunjang
● Pungsi lumbal : Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis.
○ Indikasi pungsi lumbal
■ Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
■ Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis
■ Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang sebelumnya telah
mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut dapat mengaburkan tanda dan
gejala meningitis.

Konsensus kejang demam IDAI


2016
Pemeriksaan Penunjang (cont..)
● Elektroensefalografi
○ Indikasi pemeriksaan EEG : bangkitan bersifat fokal.

● CT scan atau MRI kepala : Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi: seperti kelainan
neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau paresis nervus kranialis, atau dari
riwayat anamnesis riwayat cedera kepala.

Konsensus kejang demam IDAI


2016
Penatalaksanaan
Edukasi Orangtua:
1. Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai prognosis baik.
2. Memberitahukan cara penanganan kejang.
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
4. Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang efektif, tetapi harus diingat
adanya efek samping obat.

Konsensus kejang demam IDAI


2016
Penatalaksanaan
● Tatalaksana kejang : 6. Tetap bersama anak selama dan sesudah
Dirumah: kejang.
1. Tetap tenang dan tidak panik. 7. Berikan diazepam rektal bila kejang masih
2. Longgarkan pakaian yang ketat terutama berlangsung lebih dari 5 menit. Jangan
di sekitar leher. berikan bila kejang telah berhenti.
3. Bila anak tidak sadar, posisikan anak Diazepam rektal hanya boleh diberikan
miring. Bila terdapat muntah, bersihkan satu kali oleh orangtua.
muntahan atau lendir di mulut atau 8. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila
hidung. kejang berlangsung 5 menit atau lebih,
4. Walaupun terdapat kemungkinan (yang suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius,
sesungguhnya sangat kecil) lidah tergigit, kejang tidak berhenti dengan diazepam
jangan memasukkan sesuatu kedalam rektal, kejang fokal, setelah kejang anak
mulut. tidak sadar, atau terdapat kelumpuhan.
5. Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk
dan lama kejang.
Konsensus kejang demam IDAI
2016
Pemberian obat pada saat demam
● Antipiretik
○ Dosis paracetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam.
○ Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
● Antikonvulsan intermitten:
○ Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan
12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali.
○ Diberikan selama 48 jam pertama demam.
○ Efek samping: ataksia, iritabilitas, serta sedasi

konsensus kejang demam IDAI 2016


Pedoman diagnosis dan terapi edisi ke V
● Antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat
demam.
○ Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor
risiko di bawah ini:
■ Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
■ Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
■ Usia <6 bulan
■ Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
■ Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat
dengan cepat.
Penanganan di rumah sakit
Jika anak masih kejang saat sampai di rumah sakit
-Diazepam intravena
- Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan
- kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
maksimal 10 mg.
Jika kejang masih berlanjut, algoritme status epileptikus.

Konsensus kejang demam IDAI 2016


Pedoman diagnosis dan terapi edisi ke V
konsensus kejang demam IDAI 2016
Pedoman diagnosis dan terapi edisi ke V
Antikonvulsan rumatan
● Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, atau fenobarbital 3-
4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis. Diberikan selama 1 tahun.
● Dengan Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
palsi serebral, hemiparesis.

konsensus kejang demam IDAI 2016


Komplikasi Prognosis
● Kerusakan sel otak ● Prognosis kejang demam secara umum
● Risiko kejang atipikal apabila kejang demam sangat baik.
sering berulang ● Kejadian kecacatan sebagai komplikasi
kejang demam tidak pernah dilaporkan.
● Perkembangan mental dan neurologis
umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal
● Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus
kejang lama atau kejang berulang, baik
umum maupun fokal.

konsensus kejang demam IDAI 2016


Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke21
Faktor risiko terjadi kejang berulang

Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke21


Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi Selanjutnya Setelah Kejang Demam

Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke21


Rhinitis
Definisi

Rhinitis akut adalah peradangan pada mukosa hidung yang


berlangsung akut (<12 minggu).

nama lain : common cold, coryza, cold

Permenkes 5 tahun 2014


Epidemiologi

-Infeksi respiatory akut tersering pada anak


-Terjadi sepanjang tahun, insidensi tergantung musim
-Anak -anak mengalami rata-rata 6-8 kali per tahun
-Timbulnya penyakit menurun seiring bertambahnya usia

Nelson textbook of pediatric


20th edition
Klasifikasi
Berdasarkan etiologi:
a. Rhinitis virus
1. Rhinitis simplek
-Virus : Rhinovirus (30–50%), Coronavirus (10–15%), Respiratory syncytial virus/RSV (5%), Adenovirus
(5%)
-Penularan : droplet di udara
-Masa inkubasi 1-4 hari dan berakhir dalam 2-3minggu

2. Rhinitis influenza
Virus : Virus influenza (5–15%), Virus parainfluenza (5%)

3. Rhinitis eksantematous
-Yang berhubungan : morbili, varisela, pertusis
-Didahului dengan eksantema sekitar 2-3 hari
Permenkes 5 tahun 2014
b. Rhinitis Bakteri

1. Infeksi non spesifik


-Rhinitis bakteri primer
Etiologi : pneumococcus, streptococcus, staphylococcus
-Rhinitis bakteri sekunder
Akibat dari infeksi bakteri pada rhinitis viral akut

2. Rhinitis difteri
● Penyebab : Corynebacterium diphteriae
● Berbentuk akut dan kronik, bersifat primer pd hidung, sekunder pada tenggorokan
● FR : riwayat imunisasi tidak lengkap

c. Rhinitis Iritan
● Penyebab : paparan debu, asap, gas (ammonia, formalin, gas asam)

Permenkes 5 tahun 2014


Faktor risiko

-Penurunan daya tahan tubuh


-Paparan debu, asap atau gas yang iritatif

Permenkes 5 tahun 2014


Pathogenesis

3 mekanisme penularan :
1. kontak langsung inokulasi → angsung pd mukosa hidung atau
konjungtivae setelah menyentuh orang atau objek yang terkontaminasi
2. Menghirup partikel virus dari batuk
3. Deposisi aerosol partikel besar yang dikeluarkan selama bersin

Respon imunitas yang bertanggung jawab atas timbulnya gejala dan bukan
karena kerusakan langsung pada saluran pernapasan.
Nelson textbook of pediatric 20th edition
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi 5
3 mekanisme Sekresi nasal ↑
penularan dan hidung
tersumbat

Terdeposit pada Sermeabilitas vaskular


mukosa hidung/ Peradangan luas ke ↑, vasodilatasi dan
konjungtiva (melalui tuba eustachius cairan plasma
duktus lakrimalis) dan ostium sinus (bradikinin, albumin)
keluar

Melekat pada
reseptor di Replikasi dan Sel terinfeksi
Reaksi inflamasi akut melepas sitokin
nasofaring menginfeksi
(IL-8)& sel PMN
Kriteria Diagnosis dan Gejala Klinis

● Anamnesis: ● Pemeriksaan Fisik


○ Bersin ○ Hidung: sekret hidung (+) jernih
○ Hidung tersumbat encer (mengental dan kekuningan
○ Pilek setelah beberapa hari), edema
○ Nyeri tenggorokan dan hiperemis mukosa
○ Batuk ○ Demam tidak begitu tinggi,
○ Demam tidak begitu tinggi Limfadenopati servikal anteriors
○ Sakit kepala ringan (jarang)
○ Mata berair
○ Malaise
Pedoman Diagnosis dan Terapi IKA 2014
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan lab tidak terlalu membantu diagnosis atau manajemen

Untuk indikasi tertentu bisa dilakukan: PCR, Kultur, Deteksi antigen, serologic
methods.

Nelson Pediatric 20th Edition


Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa:

● Supportif: Makanan minuman bergizi cukup


● Edukasi: penyakit dan terapi

Medikamentosa

● Antipiretik jika demam: Paracetamol syr 120mg/5ml → dosis 10-15 mg/KgBB


● Antiviral hanya untuk severe RSV, dan influenza

Pedoman Diagnosis dan Terapi IKA 2014


Nelson Pediatric 20th edition
Pencegahan

● Cuci tangan teratur


● Tidak menyentuh mulut, hidung dan mata sembarangan
● Imunisasi
● Disinfeksi/disinfektan
● Probiotik

Pedoman Diagnosis dan Terapi IKA 2014


Permenkes no 5 th 2014
Nelson Pediatric 20th edition
Komplikasi

● Otitis Media Akut


● Sinusitis
● Infeksi Respiratori Bawah
● Eksaserbasi asma (jarang)

Pedoman Diagnosis dan Terapi IKA 2014


Permenkes no 5 th 2014
Nelson Pediatric 20th edition
Prognosis

QAV: ad bonam
QAF: ad bonam
QAS: dubia ad bonam

Pedoman Diagnosis dan Terapi IKA 2014


Permenkes no 5 th 2014
Nelson Pediatric 20th edition
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai