Anda di halaman 1dari 8

FORMAT TUGAS STUDI KASUS MAHASISWA

NAMA LENGKAP : Kevin Kanaka Swargoputra


NPM : 1806144784
KASUS : ANAK
SETTING : UGD

1. Analisis kasus
a. Kerangka Berpikir

b. Data Tambahan
- Anamnesis
o Riwayat penyakit sekarang – kejang:
▪ Pre-iktal: apakah kejang terjadi mendadak atau ada pemicu
sepertk trauma, konsumsi obat-obatan, atau menderita
penyakit lain?
Apakah kejang dulu atau demam dulu?
Sebelum kejang apakah pasien ada muntah-muntah?
Muntah menyemprot? diare? sakit kepala? kelemahan satu
sisi? Sulit berbicara? Gangguan keseimbangan? Gaduh
gelisah?
▪ Iktal: Apakah kejang mulai dengan seluruh tubuh atau
dimulak dari satu sisi terlebih dahulu? Apakah mata pasien
melirik ke satu sisi atau ke atas? Berapa lama kejang
berlangsung?
Apakah pasien sadar saat kejang?
Apakah kejang polanya sama dengan yang dulu?
▪ Post-iktal: apakah pasien sadar setelah kejang?
Apakah pasien sadar tiba-tiba atau ada pemicu? Apakah ada
kelumpuhan, gangguan bicara, penurunan kesadaran,
gangguan melihat atau mendengar yang menetap?
o Riwayat penyakit sekarang – demam, batuk, dan pilek
▪ Apakah demam langsung tinggi atau perlahan naik, atau ada
waktu tertentu demam naik, dan apakah demam naik turun
atau demam dirasakan memberat? Berapa suhu demam
tertinggi?
▪ Sudah berapa lama mengalami batuk?
▪ Berapa kali batuk sehari? Apakah diperberat waktu-waktu
tertentu?
▪ Apakah ada faktor pencetus batuk?
▪ Apakah batuk disertai dahak? Bagaimana warna dan
konsistensi dahaknya? Berapa banyak?
▪ Apakah pilek muncul pada waktu-waktu tertentu?
o Riwayat penyakit dahulu
▪ Riwayat rhinitis alergi
▪ Riwayat asma
▪ Riwayat kejang sebelumnya
▪ Riwayat kelahiran dan kehamilan, apakah ada trauma
selama kelahiran? Apakah ada gangguan neurologis selama
kelahiran? Apakah saat lahir langsung menangis atau
pernah dirawat di PICU?
o Riwayat penyakit keluarga
▪ Apakah terdapat keluhan serupa pada keluarga?
o Riwayat imunisasi
▪ Mencari imunisasi yang kurang dari buku KIA, jika tidak
ketemu imunisasi ulang.
o Riwayat nutrisi
▪ berapa porsi makanan diberikan sekali makan? Berapa kali
makan dalam sehari? Apa saja komposisinya?
▪ Apakah makanan terjamin kenersihannya?
o Riwayat sosial-ekonomi dan kebiasaan keluarga
▪ Mengapa tidak menggunakan BPJS?
▪ Bapak:
● Bagaimana keinginan dan harapan ayah pasien
untuk berhenti merokok?
● Apakah ayah pasien menggunakan APD yang sesuai
saat bekerja?
● Apakah saat mengangkat barang ayah pasien sudah
melakukannya dengan benar?
▪ Ibu:
● Kapan serangan asma terakhir ibu pasien ?
● Apakah sudah menggunakan obat?
● Apakah terkontrol?

- Pemeriksaan fisik:
o Plot kurva WHO TB/U, BB/U, TB/BB
o Pemeriksaan tekanan darah
o Pemeriksaan status neurologis
▪ tanda rangsang meningeal
▪ saraf kranial
▪ kekuatan motorik dan sensorik
▪ refleks patologis dan fisiologis
▪ Gangguan melihat dan mendengar
▪ Gangguan keseimbangan
o Funduskopi
- Pemeriksaan penunjang:
o Darah rutin
o Pemeriksaan GDS
o Pemeriksaan elektrolit
o Pemeriksaan COVID-19
o Foto toraks

2. Identifikasi masalah dan penyebab masalah


a. Prioritas kegawatdaruratan
- Anamnesis singkat
o Keluhan utama : kejang demam sejak 3 jam sebelum masuk UGD
- Triase: kuning
- Pediatric Assessment Triangle (PAT)
o Appearance (TICKLES)
▪ Tonus
▪ Interactiveness
▪ Consolability
▪ Look: tampak lemas
▪ Speech/cry
o Work of breathing
▪ Tidak ada napas cuping hidung, retraksi dan penggunaan
otot bantu napas
o Circulation
▪ Tidak ada pallor, mottled skin, dan sianosis
- Primary survey
o Airway: paten 🡪 memastikan jalan napas bebas
o Breathing: RR 28x/menit, teratur, saturasi oksigen 95% 🡪 nasal
kanul 2 lpm target >96%
o Circulation: Nadi 120x/menit, akral hangat, CRT <2s 🡪 pasang akses
vena
o Disability: GCS 15 🡪 pemeriksaan neurologis sederhana
o Exposure: suhu 38.8°C 🡪 anti-piretik berupa paracetamol 150 mg
- Secondary survey
o SAMPLE
▪ Symptoms: kejang demam 3 jam sebelum masuk UGD
▪ Allergies: apakah memiliki alergi terhadap obat atau
makanan?
▪ Medication: apakah selama ini mengkonsumsi obat-obatan
tertentu?
▪ Past medical history: riwayat kejang saat pasien berusia 8
bulan, bagaimana kejadiannya? pencetus? pola? apakah
langsung sadar?
▪ Last meal: terakhir kali pasien makan?
▪ Event: Sesuai RPS
o Head to toe examination
▪ Pemeriksaan antropometri
▪ Pemeriksaan generalis
▪ Pemeriksaan neurologis
o Pemeriksaan penunjang
▪ Darah rutin
▪ Urinalisis
▪ Pemeriksaan GDS
▪ Pemeriksaan elektrolit
▪ Pemeriksaan COVID-19
▪ Foto toraks
- Diagnosis kerja:
o Kejang demam simpleks
o CAP dd pneumonia COVID-19
- Masalah aktual:
o Batuk, pilek disertai demam
o Kejang demam
o Riwayat ASI tidak eksklusif
o Riwayat imunisasi dasar lupa
- Masalah potensial
o Status epilepticus
o Kejang demam kompleks
o Gagal napas
o ARDS
o Sepsis
o Berbagai infeksi yang bisa dicegah dengan vaksin
- Masalah kesehatan lain/risiko komplikasi yang dapat terjadi jika
pengelolaan kasus tidak adekuat:
o Jangka pendek: status epilepticus, kenjang demam kompleks, gagal
napas, ARDS, sepsis
o Jangka panjang: epilepsi, infeks yang bisa dicegah dengan vaksin,
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

3. Intervensi/Pengelolaan masalah dan indikator keberhasilan


a. Tindakan intervensional
- Diagnosis: Kejang demam sederhana (SKDI 4)
o Pemeriksaan darah rutin
o Pemeriksaan hitung jenis
o Pemeriksaan elektrolit dan GDS
o Pemeriksaan COVID-19
o Foto thorax
- Terapeutik: Kejang demam sederhana (SKDI 4)
o Penanganan pasien kejang:
▪ Memastikan jalur napas paten
▪ Memastikan pernapasan dan ventilasi adekuat
▪ Memastikan akses vena terpasang
▪ Penanganan demam
● Anti-piretik: Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali
▪ Pemberian anti-konvulsan sesuai dengan Konsesus Kejang
Demam dan Rekomendasi Penatalaksanaan Status
Epilepticus jika pasien kembali kerjang
● Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan
dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu
3-5 menit dengan dosis maksimal 20 mg
● Dibekali obat diazepam rektal 10 mg

▪ Penanganan pneumonia
● Antibiotik amoksisilin-klavulanat 250 mg (3x1)
▪ Imunisasi susulan/diulang

b. Alur konsultasi situasi kegawatdaruratan


- Dokter umum menangani kondisi kegawatdaruratan
- Konsultasi dan rujuk dokter spesialis anak apabila ada kejang demam
kompleks atau adanya defisit neurologis menetap
c. Indikator keberhasilan (SMART)
- Target 1 :
o Spesific: kejang demam tidak berulang, dan jika terjadi kembali
segera tertangani di rumah, demam mereda
o Measurable: suhu <37.5°C, kejang tidak muncul kembali (0 kali)
o Achievable: pemberian antipiretik dan antikonvulsan untuk di
rumah, melakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari
penyebab demam
o Realiable : keluarga dapat menangani kejang demam secara
mandiri di rumah dengan benar, memberikan asi eksklusif dan
imunisasi adekuat
o Time: target waktu tercapai sesuai algoritma kejang
d. Edukasi dan tatalaksana pada masa pandemic COVID-19
- Melaksanakan protokol 5M
- Vaksinasi COVID-19
- Imunisasi susulan/diulang
- Menjaga gizi seimbang dan aktivitas fisik rutin
- Merekomendasikan untuk menggunakan BPJS

4. Follow up
a. Rencana tindak lanjut untuk monitoring pasien
- Edukasi kepada keluarga pasien apabila kejang terjadi kembali di rumah:
o Tetap tenang, jangan panik
o Longgarkan pakaian pasien dan miringkan pasien ke satu sisi
o Pemberian dan edukasi tata cara penggunaan diazepam rektal
o Tidak memasukkan apapun ke dalam mulut
o Bila dua kali pemberian obat rektal tidak mempan, segera bawa ke
UGD
- Edukasi protokol kesehatan 5M
- Edukasi terkait PHBS, ventilasi yang baik
- Edukasi cara mengangkat beban yang benar
b. Kriteria pemindahan pasien
- Penimbang kondisi pasien saat ini pasien dapat dipulangkan dengan
peresepan antipiretik, antibiotik, dan antikejang
5. Integrasi/Kerjasama/Kolaborasi
a. Faktor pendukung
- Pasien
o kejang demam sederhana dan berhenti spontan
- Keluarga
o Bapak memiliki pekerjaan untuk mendukung ekonomi keluarga
o Ibu sebagai ibu rumah tangga yang aktif di lingkungan sekitar
o Tinggal bersama kakek dan nenek di rumah yang dapat membantu
perawatan pasien
- Lingkungan
o Rumah dekat dengan rumah sakit tipe C
b. Faktor penghambat
- Pasien
o Tidak mendapat ASI eksklusif
o Imunisasi dasar lupa
o Pernah kejang di usia 8 bulan
- Keluarga
o Pengetahuan keluarga tentang kesehatan kurang
o Ayah adalah seorang perokok aktif
o Ibu memiliki asma
o Pembiayaan fasilitas kesehatan secara mandiri
- Lingkungan
o Luas rumah sempit dan lingkungan sekitar padat penduduk

c. Pihak yang terlibat


- Keluarga pasien
o Memberikan perawatan kepada pasien
o Memberi obat kepada pasien saat kejang kembali
o Membantu mengoptimalkan perkembangan dan pertumbuhan
pasien
- Kader lingkungan pasien
o Membantu promosi PHBS
o Membantu program sosialisasi imunisasi dasar dan ASI eksklusif
o Membantu edukasi tentang kegawatan pada anak seperti kejang
demam
- Dokter umum
o Memberikan tatalaksana kepada pasien
o Melakukan perencanaan dan pemberian nutrisi yang tepat kepada
pasien
o Memberikan imunisasi dasar lengkap kepada pasien
o Melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan pasien
- Posyandu dan puskemas
o Memfasilitasi imunisasi dasar lengkap
o Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan pasien
- Rumah sakit/fasilitas kesehatan lainnya
o Memberikan pelayanan medis rawat jalan dan UGD
- BPJS kesehatan
o Membiayai pengobatan pasien

6. Program kesehatan
a. Peran fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dalam tatalaksana penyakit
yang dimiliki pasien
- Menentukan diagnosis dan tatalaksana pasien
- Memberikan edukasi penanganan kejang di rumah
- Edukasi imunisasi, nutrisi, perkembangan dan pertumbuhan anak
b. Strategi yang diperlukan untuk pengelolaan penyakit tersebut di masa
pandemi COVID-19
- Menggunakan APD
- Mematuhi 5 M
- Edukasi risiko penularan COVID-19
- Edukasi protokol kesehatan 5M
- Edukasi vaksinasi COVID-19
- Mengadakan swab antigen gratis untuk pasien dan keluarga untuk skrining
COVID-19
- Edukasi terkait gejala COVID-19 dan mekanisme isolasi mandiri bagi pasien
COVID-19

Referensi:
1. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus penatalaksanaan kejang demam.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2006.
2. Unit Kerja Koordinasi (UKK) Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi
penatalaksanaan status epileptikus. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2016.

Anda mungkin juga menyukai