Anda di halaman 1dari 100

CASE BASE DISCUSSION

KEJANG DEMAM

oleh :
Dineva Noviani 1815166
Hendru Pradhana 1915015

Pembimbing : dr. Desman Situmorang, Sp.A


seorang anak laki-laki, berusia 3 tahun, datang dengan
Anamnesis keluhan kejang didahului demam

2 hari SMRS 1 hari SMRS saat masuk RS

Demam mendadak Kejang terjadi sebanyak 1 Demam tinggi


tinggi kali.
Demam dirasakan lamanya kejang sekitar 1 Tidak ada kejang,
sepanjang hari menit. tidak ada keluhan
pada BAK BAB, dan
Demam tidak diukur saat kejang kelojotan, mata
tidak ada mual
mendelik keatas. muntah.
bibir tergigit.
tidak keluar busa dari mulut
Pilek dengan warna sekret
putih, kental
● Riwayat Penyakit Dahulu: Belum pernah menderita sakit seperti ini
sebelumnya. Tidak ada riwayat kejang.

● Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada keluarga yang pernah mengalami


keluhan seperti ini sebelumnya, tidak ada riwayat demam pada keluarga.

● Riwayat Alergi: Tidak terdapat riwayat alergi obat dan makanan

● Riwayat Obat : diberikan obat tempra sirup lalu demam sempat turun
namun demam lagi.
Riwayat Obstetri

Pasien anak ke 1, P1A0 lahir normal, aterm

BBL: 3 kg

PBL: 50 cm

Selama kehamilan kontrol rutin ke bidan


Riwayat imunisasi
Riwayat Tumbuh Kembang

● Berbalik : normal
● Duduk : normal
● Berdiri : 10 bulan
● Berjalan : 12 Bulan
● Berbicara :

● Membaca :-

● Menulis :-
Riwayat Asupan Gizi

ASI: eksklusif 6 bulan

MPASI: 6 bulan sampai sekarang


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: sakit sedang

Kesadaran: Composmentis (E4M6V5)

Tanda vital:

● Tekanan darah: 90/60 mmHg


● Nadi: 120x/menit, reguler equal isi cukup
● Respirasi: 24x/menit
● Suhu: 39 oC
● Saturasi oksigen: 98% tanpa oksigen
Status Antropometri
● Berat badan : 11 kg
● Panjang badan : 88 cm
● BMI : 14 kg/m2
● Lingkar kepala : normal

Status pertumbuhan berdasarkan WHO Growth Reference:

● Berat badan menurut usia berada di 0 s/d -2 SD (berat badan normal)


● Tinggi badan menurut usia berada di 0 s/d -2 SD (normal)
● Berat badan menurut tinggi badan berada di -1 s/d -2 SD (gizi normal)
● indeks massa tubuh menurut usia berada di -1s/d -2 (normal)
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala: normocephal, UUB sudah tertutup

Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, reflek cahaya +/+, edema
palpebra -/-

Hidung: Bentuk hidung normal, pernafasan cuping hidung (-), sekret (+) putih dan kental,
tidak ada perdarahan hidung

Mulut: Peri oral cyanosis (-), mukosa bibir basah, tonsil T1/T1 normal, faring hiperemis,
detritus (+)

Telinga: Bentuk dan ukuran normal, sekret (-)

Leher: Retraksi suprasternal (-), KGB membesar bilateral, teraba 0,5-2cm , tidak nyeri
Paru-paru :
● Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris kanan = kiri,
retraksi intercostalis -/-
● Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris kanan = kiri
● Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
● Auskultasi : Vesiculer breath sound kanan=kiri, ronkhi -/-, wheezing
-/-, slam +
Jantung :
● Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
● Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
● Perkusi : Dalam batas normal
● Auskultasi : Bunyi jantung S1=S2, murni, tidak ada murmur
Abdomen :
● Inspeksi : Datar, tidak ada retraksi epigastrium
● Auskultasi : Bising usus (+) normal
● Perkusi : Timpani, ruang traube kosong
● Palpasi : Soepel, nyeri tekan abdomen daerah epigastrium
(-), hepar dan lien tidak teraba membesar

Ekstremitas : Akral hangat, Capillary refill time < 2 detik, oedem


-/-, turgor kembali cepat, sianosis (-)
Status Neurologis
● Ransangan meningeal : tidak ada kaku kuduk
● Brudzinsky I/II/III : -/-/-
● Motorik : kesan parase -/-, tonus normal
● Sensorik : kesan dalam batas normal
● Refleks fisiologis :
○ Knee Pess Reflex : +/+
○ Achilles Pess Reflex : +/+
● Refleks patologis :
○ Babinsky : -/-
○ Chaddock : -/-
Pemeriksaan Penunjang

Hematologi
● Hb : 11,5 g/dL (10,8-12,8 g/dL)
● Ht : 38 % (35-43%)
● Leukosit : 8.500/mm3 (4.000-13.500/mm3)
● Trombosit : 225.000/mm3 (150.000-450.000/mm3)
● Hitung jenis
○ Basofil : 0,0 (0,0-1,0%)
○ Eosinofil : 1,0 (1,0-5,0%)
○ Neutrofil : 60,0 (25,0-60,0%)
○ Limfosit : 30,0 (25.0-40.0%)
○ Monosit : 10,0 (2,0-10,0%)
Usulan Pemeriksaan Penunjang

- kadar gula darah

- kadar elektrolit : Na,K, Cl

- kultur apus tenggorok

- rapid antigen GAS


Diagnosis

Diagnosis Banding :

- kejang demam sederhana dengan rhinofaringitis bakterialis

- kejang demam sederhana dengan rhinofaringitis viral

Diagnosis Kerja :

kejang demam sederhana dengan rhinofaringitis bakterialis


Penatalaksanaan

Non medikamentosa :

● Rawat Inap

● Konseling: jelaskan bahwa kejang demam sebagian besar tidak


berbahaya dan jelaskan menangani kejang demam di rumah
(diazepam per rektal saat dirumah, lalu dapat diulang satu kali
dengan interval 5 menit jika kejang belum berhenti dibawa ke rumah
sakit)
Penatalaksanaan
Medikamentosa : kebutuhan nutrisi
BBI x RDA = 11 x 100 = 1100 kkal/hari (bubur)
Kebutuhan Cairan

- Maintenance ● Paracetamol syr 120mg/5ml → dosis 10-15


100ml x 10kg + 50ml x 1kg = 1050ml mg/KgBB → 3dd 1cth
● Amoksisilin syr 125mg/5ml → dosis
demam : 12% x 1 x 1050 = 126
25-40mg/kgBB → 275 s/d 440 mg per hari→
1050 ml + 126 = 1176 ml dalam 24 jam 3dd 1cth, diberikan selama 10 hari
→ 500ml/24 jam dari infus ● Diazepam syr 2mg/5ml → dosis 0,3 mg/kg/kali
→ 676ml/24 jam dari cairan per oral → 3,3 mg per kali → 3 x 1 1/2 cth dalam 48
(banyak minum air putih) jam pertama demam.
Infus KAEN3B 500ml/24 jam 21 gtt/menit
mikrodrip
Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam


KEJANG DEMAM
Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak


berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu
tubuh (suhu di atas 38oC, dengan metode pengukuran suhu apa
pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial. (konsensus
kejang demam IDAI 2016)

Kejang demam adalah kejang pada anak >1 bulan, berhubungan


dengan demam yang tidak disebabkan oleh infeksi SSP, tanpa ada
kejang neonatus sebelumnya, atau kejang yang diprovokasi dan
tidak memenuhi kriteria untuk kejang simtomatik akut lainnya.
(Pedoman diagnosis dan terapi edisi ke V)
Epidemiologi

● 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun

● 80% merupakan kejang demam simpleks

● sedikit lebih banyak laki-laki > perempuan

● jarang pada usia <1 bulan dan >7tahun

● menjadi status epileptikus 5%

● berulang dalam 24 jam: 16% kasus


Pedoman Diagnosis dan Terapi edisi ke V
Kapita Selekta UI edisi ke IV 2014
Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)

2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)

Karakteristik Kejang Demam Kompleks Kejang Demam Sederhana

Durasi >= 15 menit <15 menit

Bentuk bangkitan Fokal/kejang umum Umum


didahului fokal

Rekurensi dalam 24 jam Ada Tidak ada

Gejala fokal pascaiktal Ada Tidak ada

Pedoman Diagnosis dan Terapi edisi ke V


Faktor Risiko
a. Demam

1. Demam yang berperan pada KD, akibat:


2. Derajat demam:
• Infeksi saluran pernafasan
• 75% dari anak dengan demam ≥
39oC
• Infeksi saluran pencernaan
• 25% dari anak dengan demam >
• Infeksi saluran air seni
40oC
• Roseola infantum

• Paska imunisasi
...
b. Usia

1. Umumnya terjadi pada usia 6 bulan – 6 tahun

2. Puncak tertinggi pada usia 17 – 23 bulan

3. Kejang demam sebelum 5 – 6 bulan mungkin disebabkan oleh infeksi SSP

4. Kejang demam diatas umur 6 tahun, perlu dipertimbangkan febrile seizure plus
(FS+).

c. Gen

1. Risiko meningkat 2 – 3x bila saudara kejang demam

2. Risiko meningkat 5% bila orang tua menderita kejang demam

Permenkes no 5 tahun 2014


Manifestasi klinis

Pedoman Diagnosis dan Terapi


Ilmu Kesehatan Anak . Edisi ke-5
Diagnosis

Pedoman Diagnosis dan Terapi


Ilmu Kesehatan Anak . Edisi ke-5
Diagnosis banding

●Meningitis
●Ensefalitis
●Epilepsi
●Gangguan metabolik, seperti gangguan elektrolit

Permenkes 5 tahun 2014


Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium
●Pemeriksaan darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit,
morfologi sel
●Kadar elektrolit : Na, K, Chlorida,
●Kadar glukosa darah

Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Pungsi Lumbal Elektroensefalografi (EEG)
● Tujuan : Pemeriksaan cairan ● Tujuan : untuk menentukan adanya
serebrospinal dilakukan untuk fokus kejang di otak yang
menegakkan atau menyingkirkan membutuhkan evaluasi lebih
kemungkinan meningitis. lanjut.
● Indikasi pungsi lumbal ● Indikasi pemeriksaan EEG:
1. Terdapat tanda dan gejala Kejang demam dengan bangkitan
rangsang meningeal bersifat fokal.
2. Terdapat kecurigaan adanya
infeksi SSP berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan
klinis
3. Dipertimbangkan pada anak
dengan kejang disertai demam
yang sebelumnya telah
mendapat antibiotik dan
pemberian antibiotik dapat
mengaburkan tanda dan gejala
meningitis
Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Pemeriksaan neuroimaging
(CT scan atau MRI kepala)
● Indikasi : kelainan neurologis
fokal yang menetap, misalnya
hemiparesis atau paresis
nervus kranialis

Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Penatalaksanaan

● Non medikamentosa :
1. Edukasi dan konseling orang tua
● Mempunyai prognosis baik.
● Cara penanganan kejang.
● informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
● Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang
memiliki efek samping obat.

Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Hal yang harus dilakukan saat anak kejang

1. Tetap tenang dan tidak panik. 7. Berikan diazepam rektal bila


2. Longgarkan pakaian yang ketat kejang masih berlangsung lebih dari
terutama di sekitar leher. 5 menit. Jangan berikan bila kejang
telah berhenti.
3. Bila anak tidak sadar, posisikan 8. Bawa ke dokter atau rumah sakit
anak miring. Bila terdapat bila kejang
muntah, bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. - berlangsung 5 menit atau lebih
4. Walaupun terdapat - suhu tubuh lebih dari 40 derajat
kemungkinan lidah tergigit, Celsius
jangan memasukkan sesuatu - Kejang tidak berhenti dengan
kedalam mulut. diazepam rektal
5. Ukur suhu, observasi, dan catat - kejang fokal
bentuk dan lama kejang.
6. Tetap bersama anak selama dan - setelah kejang anak tidak sadar,
sesudah kejang. atau terdapat kelumpuhan.

Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Penatalaksaan

Tatalaksana saat kejang :


● Pre hospital
- Diazepam rektal
- Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg
- Diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan BB<12 kg dan 10
mg untuk BB > 12 kg.
- Dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan
interval waktu 5 menit.
- Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap
kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
● Hospital
- Diazepam intravena
- Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg
perlahan-lahan
- kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
dosis maksimal 10 mg.
- Jika kejang masih berlanjut, algoritme status epileptikus.

Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Permenkes 5 tahun 2014
Penatalaksanaan

● Pemberian obat saat demam


1. Anti piretik
● Dosis parasetamol adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6
jam.
● Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.

rekomendasi tatalaksana kejang


demam. IDAI 2016
2. Anti konvulsan intermitten
Indikasi profilaksis intermitten, yaitu :
• Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
• Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
• Usia <6 bulan
• Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat
Celsius
• Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh
meningkat dengan cepat.

rekomendasi tatalaksana kejang


demam. IDAI 2016
● Jenis obat :
○ Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau
○ Diazepam rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12
kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg)
● Sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5
mg/kali.
● diberikan selama 48 jam pertama demam.
● Efek samping: ataksia, iritabilitas, serta sedasi.

rekomendasi tatalaksana kejang


demam. IDAI 2016
Antikonvulsan Rumatan
Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis
Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat
● Fenobarbital
- ES : gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus.
- Dosis fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.
● Asam valproat.
- ES : <2 tahun → gangguan fungsi hati.
- Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis,
Lama pengobatan rumat
● Pengobatan diberikan selama 1 tahun
● penghentian pengobatan rumat untuk kejang demam tidak
membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada saat anak tidak
sedang demam.
Komplikasi

● Kerusakan sel otak


● Risiko kejang atipikal apabila kejang demam sering berulang

Permenkes 5 tahun 2014


Prognosis

● secara umum sangat baik.


● Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal.
● Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau
kejang berulang, baik umum maupun fokal.

Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Faktor risiko berulangnya kejang demam
1. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang
4. Interval waktu yang singkat antara awal demam dengan
terjadinya kejang.
5. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam
kompleks

Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
Faktor risiko menjadi epilepsi
1. Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas
sebelum kejang demam pertama
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung
4. Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih
dalam satu tahun.

Rekomendasi penatalaksanaan
kejang demam IDAI 2016
RHINITI
S
Definisi

Rhinitis akut adalah peradangan pada mukosa hidung yang


berlangsung akut (<12 minggu).

nama lain : common cold, coryza, cold

Permenkes 5 tahun 2014


Epidemiologi

●Infeksi respiatory akut tersering pada anak


●Terjadi sepanjang tahun, insidensi tergantung musim
●anak -anak mengalami rata-rata 6-8 kali per tahun
●Timbulnya penyakit menurun seiring bertambahnya usia

Nelson textbook of pediatric


20th edition
Klasifikasi

Berdasarkan etiologi
a. Rhinitis virus
1. Rhinitis simplek
-Virus :Rhinovirus (30–50%), Coronavirus (10–15%), Respiratory
syncytial virus/RSV (5%), Adenovirus (5%)
-Penularan : droplet di udara
-Masa inkubasi 1-4 hari dan berakhir dalam 2-3minggu
1. Rhinitis influenza
-Virus : Virus influenza (5–15%), Virus parainfluenza (5%)
Permenkes 5 tahun 2014
3. Rhinitis eksantematous
-Yang berhubungan : morbili, varisela, pertusis
-Didahului dengan eksantema sekitar 2-3 hari

Permenkes 5 tahun 2014


b. Rhinitis Bakteri
1. Infeksi non spesifik
●Rhinitis bakteri primer
○ Etiologi : pneumococcus, streptococcus, staphylococcus
●Rhinitis bakteri sekunder
○ Akibat dari infeksi bakteri pada rhinitis viral akut

Permenkes 5 tahun 2014


2. Rhinitis difteri
●Penyebab : Corynebacterium diphteriae
●Berbentuk akut dan kronik, bersifat primer pd hidung, sekunder
pada tenggorokan
●FR : riwayat imunisasi tidak lengkap

c. Rhinitis Iritan
●Penyebab : paparan debu, asap, gas (ammonia, formalin, gas
asam) Permenkes 5 tahun 2014
Faktor risiko

●Penurunan daya tahan tubuh


● Papaan debu, asap atau gas yang iritatif

Permenkes 5 tahun 2014


Pathogenesis

3 mekanisme penularan :
1. kontak langsung inokulasi → angsung pd mukosa hidung atau
konjungtivae setelah menyentuh orang atau objek yang
terkontaminasi
2. Menghirup partikel virus dari batuk
3. Deposisi aerosol partikel besar yang dikeluarkan selama bersin

Nelson textbook of pediatric


20th edition
Pathogenesis

Respon imunitas yang bertanggung jawab atas timbulnya gejala


dan bukan karena kerusakan langsung pada saluran pernapasan.

Nelson textbook of pediatric 20th edition


Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak
edisi 5
terdeposit pada melekat pada
3 mekanisme mukosa hidung/ reseptor di
penularan konjungtiva nasofaring

konjungtiva menuju
hidung melalui replikasi dan
duktus lakrimalis menginfeksi

peradangan
luas ke tuba reaksi
eustachius dan inflamasi akut
ostium sinus
sel terinfeksi
melepas sitokin
(IL-8)& sel PMN

permeabilitas
sekresi nasal ↑ vaskular ↑,
dan hidung vasodilatasi dan
tersumbat cairan plasma
(bradikinin, albumin)
keluar

Nelson textbook of pediatric 20th


edition
Kriteria Diagnosis dan Gejala Klinis
● Anamnesis: ● Pemeriksaan Fisik
○ Bersin ○ Hidung: sekret hidung (+)
○ Hidung tersumbat jernih encer (mengental dan
○ Pilek kekuningan setelah beberapa
○ Nyeri tenggorokan hari), edema dan hiperemis
○ Batuk mukosa
○ Demam tidak begitu tinggi ○ Demam tidak begitu tinggi,
○ Sakit kepala ringan Limfadenopati servikal
anteriors (jarang)
○ Mata berair
○ Malaise

Pedoman Diagnosis dan Terapi IKA 2014


Pemeriksaan Penunjang
P.Lab tidak terlalu membantu diagnosis atau manajemen

Untuk indikasi tertentu bisa dilakukan: PCR, Kultur, Deteksi antigen, serologic
methods.

Nelson Pediatric 20th Edition


Penatalaksanaan

Nonmedikamentosa:
● Supportif: Makanan minuman bergizi cukup
● Edukasi: penyakit dan terapi
Medikamentosa
● Antipiretik jika demam: Paracetamol syr 120mg/5ml → dosis
10-15 mg/KgBB
● Antiviral hanya untuk severe RSV, dan influenza

Pedoman Diagnosis dan Terapi IKA 2014


Nelson Pediatric 20th edition
Pencegahan: Komplikasi:

● Cuci tangan teratur ● Otitis Media Akut


● Tidak menyentuh mulut, ● Sinusitis
hidung dan mata ● Infeksi Respiratori Bawah
sembarangan ● Eksaserbasi asma (jarang)
● Imunisasi
● Disinfeksi/disinfektan
● Probiotik Prognosis: baik
QAV: ad bonam
QAF: ad bonam
QAS: dubia ad bonam
Pedoman Diagnosis dan Terapi IKA 2014
Permenkes no 5 th 2014
Nelson Pediatric 20th edition
FARINGITIS
Definisi

Faringitis adalah peradangan dinding faring yang disebabkan oleh


virus, bakteri, alergi, trauma, iritan, dll.

Epidemiologi

● ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan


kesehatan karena faringitis tiap tahun
● Didominasi oleh faringitis viral.
● Anak dan dewasa umumnya mengalami 3-5 kali IRA
atas, salahsatunya faringitis Permenkes no 5 tahun 2014
...
ISPA-atas tersering pada anak, selain rhinitis.

Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, mencapai puncaknya


pada usia 4−7 tahun, dan berlanjut hingga dewasa.

Jarang pada anak < 1 tahun

Faringitis Viral bisa mencapai 90% kasus (Kapita Selekta UI), 40-60%
(Permenkes)

Faringitis Streptococcus tertinggi pada usia 5−18 tahun, jarang pada usia di
bawah 3 tahun, dan sebanding antara laki-laki dan perempuan.
Jurnal Rinotonsilofaringitis UNAIR
Kapita Selekta UI 2014
Permenkes no 5 tahun 2014
Etiologi

virus (adenovirus, influenza virus


tipe A dan B, parainfluenza virus,
enterovirus) dan bakteri (Group A
Beta Hemolytic Streptococci/
GABHS)

Pedoman Diagnosis dan Terapi IKA 2014


Jurnal Rinotonsilofaringitis UNAIR
Faktor Risiko

a. Paparan udara yang dingin.


b. Menurunnya daya tahan tubuh.
c. Konsumsi makanan yang kurang gizi.
d. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks asam
lambung, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring.

Jurnal Rinotonsilofaringitis UNAIR


Klasifikasi
a. Faringitis Akut
i. Faringitis Viral
ii. Faringitis Bakterial
iii. Faringitis Fungal
iv. Faringitis Gonorea
b. Faringitis Kronik
c. Faringitis Spesifik
i. Faringitis Tuberkulosis
ii. Faringitis Luetika

Permenkes no 5 tahun 2014


Faringitis Viral
sering diawali dengan Rhinitis.
Dapat disebabkan oleh rinovirus, adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV), virus
influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus, dan lain-lain.

Pada adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak.

coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapular rash.
Signalling cytokine
Virus port d’entry (ICAM-1 dan LDLR)
pathway

endositosis

Berubah menjadi subviral A di lumen


endosom

Berubah menjadi poliprotein Sitokin (IL1beta, TNF, IL8, IL6, IL11)


Kemokin (Rantes, MCP1, MP10)
Vasoactive protein (bradikinin)
Growth Factor (VEGF)
RNA Replikasi oleh viral polymerase

Infectious progeny dilepaskan ke kavitas


nasal (menyebar) RHINITIS AKUT VIRAL

Blass and Fuchs “mechanism of human rhinovirus infection” 2016


Faringitis Bakterial
Infeksi grup A stereptokokus beta hemolitikus merupakan penyebab faringitis akut pada
orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).

Modified Centor Scoring System


KRITERIA SKOR

Demam (suhu > 38) 1

Batuk (-) 1

Nodus kenyal, nyeri pada servikal anterior 1

Pembesaran Tonsil 1

Usia

3 - <15 th 1

15 - <45 th 0

>= 45 th -1
Pedoman Diagnosis dan
Terapi IKA 2014
Skor 0-1 = 1-2,5%; Skor 1: 5-10%; Skor 2: 11-17%; Skor 3: 28-35%; Skor 4: 51-53%
Manifestasi klinis

anamnesis
● gejala dan tanda yang ditimbulkan tergantung mikroorganisme
yang menginfeksi
● gejala khas :
a. Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan
gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis.
● Gejala lain demam disertai rinorea dan mual
a. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang
disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai
batuk.

permenkes 5 tahun 2014


Pemeriksaan Fisik
a. Faringitis viral : tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat
b. Faringitis bakterial : tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis
dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul
bercak petechiae pada palatum dan faring. Kadang ditemukan kelenjar
limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan.

permenkes 5 tahun 2014


gejalan khas faringitis bakteri streptokokus :
● nyeri tenggorokan
● awitan mendadak
● disfagia
● demam mencapai suhu 40
● gejala dan tanda lain : mual dan muntah, faring hiperemis, tonsil
bengkak dengan eksudasi, KGB leher anterior membesar dan nyeri,
uvula bengkak dan merah, ptekie palatum mole

buku ajar respiratori anak IDAI 2008


Diagnosis

● berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


laboratorium.
● gold standar untuk penegakan diagnostik faringitis bakteri atau
virus melalui pemeriksaan kultur
Pemeriksaan Penunjang

pemeriksaan diagnostik untuk streptococcus


● Rapid antigen detection
● Kultur apus tenggorok (Gold Standar)
pemeriksaan untuk epstein barr virus
● darah lengkap → limfosit atipikal
● aglutination test mononucleosis → (+)

nelson textbook of pediatric edisi 20


Penatalaksanaan
Non medikamentosa

1.konseling dan edukasi pada keluarga

a. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi


b. Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
c. Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
d. Selalu menjaga kebersihan mulut
e. Mencuci tangan secara teratur

2. istirahat yang cukup, berkumur dengan air hangat

3. asupan cairan yang cukup

permenkes 5 tahun 2014


buku ajar respirologi anak. IDAI 2008
medikamentosa :

● pemberian terapi suportif seperti analgetik : parasetamol atau


ibuprofen
● obat kumur antiseptik
● infeksi virus diberikan :
○ anti virus metisoprinol 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6x/hari pada anak <5
tahun

permenkes 5 tahun 2014


Update on the management of acute pharyngitis
in children. italian jounal of pdiatic .2011
Penatalaksanaan
•Antibiotik pada infeksi GAHBS
1.Penisilin V dosis 40 mg/kgBB/hr p.o. selama 10 hr, atau
2.Amoksisilin oral 20 mg/kgBB/hr 2×/hr diberikan selama 10 hr atau 50
mg/kgBB/hr 1×/hr (maks. 1 g) selama 10 hr.
-keadaan ringan 12,5 mg/kgBB/dosis, 2×/hr atau 10 mg/kgBB/dosis 3×/hr.
-Keadaan berat 22,5 mg/kgBB/dosis, 2×/hr atau 13,3 mg/kgBB/dosis 3×/hr
3. Sefadroksil 30 mg/kgBB/hr 1×/hr selama 10 hr

Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu


Kesehatan Anak edisi 5
Antibiotik untuk anak yang alergi penisilin:
•Eritromisin estolate 20–40 mg/kgBB/hr selama 10 hr
•Klindamisin 30 mg/kgBB/hr 2×/hr (maks. 1,8 g/hr) selama 10 hr
•Azitromisin 12 mg/kgBB/hr 1×/hr (maks. 500 mg) selama 5 hr
•Klaritromisin 15 mg/kgBB/hr dibagi 2 dosis (maks. 250 mg) selama 10 hr
•Amoksisilin klavulanat 40 mg/kgBB/hr, 3×/hr selama 10 hr

Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu


Kesehatan Anak edisi 5
Penatalaksanaan
kriteria rujukan

● Faringitis luetika.
● Timbul komplikasi
komplikasi
•Infeksi virus : Otitis media dan bacterial sinusitis
•GAS pharyngitis :
•Parapharyngeal abscess, Limfadenitis servikal

•Abses peritonsiler, abses retrofaringeal

•Acute renal failure

•Acute poststreptococcal glomerulonephritis

•Poststreptococcal reactive arthritis

•Demam rematik akut


prognosis
Prognosis pada umumnya baik, namun hal ini bergantung pada jenis dan
komplikasinya
Methisoprinol (isoprinosine or inosine
pranobex)
● Mekanisme kerja :
1. meningkatkan proliferasi limfosit sel-T dan aktivitas natural killer
cells, meningkatkan sitokin pro-inflamasi, dengan cara :
a. Menginduksi respons sel Th1 → meningkatan sitokin
pro-inflamasi (misalnya, IL-2, IFN-γ) dan maturasi &
diferensiasi T-limfosit.
b. iFN-γ → menghambat produksi IL-10 sehingga IP menurunkan
produksi IL-10 dan sitokin anti-inflamasi lainnya.
c. meningkatkan jumlah dan aktivtas NK, Neutrofil, monocyte dan
macrophage chemotaxis dan phagocytosis.
→ memodulasi efek penekanan sitokin pada innate dan adaptif
immunity
Inosine Pranobex: A Key Player in the Game Against a Wide Range of Viral Infections and Non-Infectious
Diseases. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6822865
2. RNA seluler dan sintesis protein tersupresi setelah infeksi virus, namun IP
meningkatkan RNA pd sel host, serta menurunkan sintesis RNA virus →
menghambat replikasi virus.

kesimpulan :

● Mengembalikan fungsi limfosit-T yang tersupresi untuk kembali normal dengan


meningkatkan produksi limfokin (senyawa aktif yg dikeluarkan karena limfosit T
yg tersensitasi yaitu nuetrofil, basofil, makrofag)
● Menghambat penggunaan RNA ribosom untuk replikasi virus

Inosine Pranobex: A Key Player in the Game Against a Wide Range of Viral Infections and Non-Infectious
Diseases. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6822865/
● indikasi : subacute sclerosis panencephalitis, herpes simplex virus,
human papilloma virus, human immunodeficiency virus, influenza
and acute respiratory infections, cytomegalovirus and Epstein–Barr
virus infections.
● dosis : 50mg/kg/hari dibagi 3-4, diberikan selama 7-10 hari
● efek samping : peningkatan kadar asam urat dan urin, gatal, mual,
muntah, diare, malaise

MIMS
Dosis: mcg/kg/menit
RUMUS: BB: kg
Pengenceran: berapa mg obat diencerin
dalam berapa cc (mcg/cc)

Pengerjaan:

1. Tentukan obat
2. Tiap ampul brp cc
3. Diencerin jadi brp
4. Dosis yg diminta
5. Tentuin BB
= 0,22 cc/jam
1. Midazolam
2. 15mg/3cc
3. 5cc
4. 100mcg/kg/jam
5. 11 kg
Midazolam
1. bolus : 100mcg/ kg IV → 100 x 11 kg = 1100mcg = 1,1 mg
2. kontinu : dosis 100 mcg/kg/jam

sediaan : 5mg dlm spuit 5cc

1 amp : 1cc (5mg) → diencerkan perbandingan 1:1 dengan NacL 4cc → 5cc

dosis per jam : 5mg/5cc x 1000mcg = 1000mcg

untuk syringe pump = 100mcg x 11 x 1(jam) / 1000mcg = 1,1 ml/jam

Anda mungkin juga menyukai