Anda di halaman 1dari 42

Demam

Tifoid
Budi Anugrah
2115008

Pembimbing : dr. Desman Situmorang, Sp.A


Identitas Pasien
Nama : An. AQ
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 8 tahun 7 bulan
Alamat : Bandung
Tanggal mulai dirawat : 20 September 2021
Tanggal pemeriksaan : 21 September 2021
Anamnesis (Heteroanamnesis)
Seorang anak perempuan datang bersama ibunya dengan keluhan demam.

12 hari SMRS 2 hari SMRS Saat masuk RS

● Demam timbul ● Demam naik turun, ● Demam terus menerus,


perlahan-lahan, awalnya sempat turun ke suhu terutama dini hari,
normal, menggigil (-), menggigil (-)
tidak begitu tinggi tapi
berkeringat (-) ● Mual (+), muntah (-)
semakin hari semakin ● Nyeri perut (+)
tinggi terutama pada ● Mual (+), muntah (-) ● Lemas badan
sore hari ● Menyangkal adanya
● Nyeri perut hilang kejang, batuk, sesak,
timbul pilek, penurunan
● Tidak disertai menggigil,
kesadaran, perdarahan di
berkeringat
● Nafsu makan hidung gusi, maupun
menurun tempat lainnya
● Nyeri perut yang hilang ● Belum BAB hingga saat
timbul setelah makan ● Belum BAB sejak 2 ini, BAK tidak ada
hari yl keluhan
Anamnesis lanjutan
• RPD : belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya
• RPK : tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala seperti ini
• RPO : minum obat penurun panas sirup 3x1 sendok teh namun tidak ada perbaikan
• R.Lingkungan : sering jajan dipinggir jalan dan jarang mencuci tangan. Riwayat adanya
penderita DBD di lingkungan tempat tinggal disangkal.
• R.Alergi : tidak ada
Riwayat Persalinan
P2A0, lahir secara spontan ditolong bidan, aterm

BBL : 2500 g

PBL : 48 cm

Status dalam keluarga : Anak ke 1 dari 2

ANC : kontrol rutin kehamilan ke bidan


Riwayat Asupan Gizi
Asi Eklusif sampai usia 24 bulan

MPASI mulai usia 6 bulan

Susu formula mulai usia 24 bulan

Makanan sehari-hari : 3x sehari, makanan menu keluarga


Riwayat Imunisasi

Dasar Ulangan

BCG v

Hep B v v v v v

Polio v v v v v

HiB v v v v

DTP v v v v

MR v v
Riwayat Tumbuh Kembang
Berbalik : 5 bulan
Duduk : 7 bulan
Berdiri : 12 bulan
Berjalan : 14 bulan
Bicara : 36 bulan
Membaca: 7 tahun
Menulis : 7 tahun
Status Antropometri
• Status Antropometri
• Berat badan : 22 kg
• Tinggi badan : 137 cm
• BMI : 11.7 kg/m2

• Status pertumbuhan berdasarkan WHO :


• Berat badan menurut usia : -1 s.d -2 SD (Gizi baik)
• Tinggi badan menurut usia : 1 s.d 2 SD (Normal)
• IMT menurut usia : dibawah -3 SD ( sangat kurus )
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

● Kesadaran penderita : E4V5M6 → compos mentis


● Keadaan sakit : ringan

Tanda vital

● TD : 120/80 mmHg
● Nadi : 80x / menit, regular, ekual, isi cukup
● Respirasi : 24x / menit
● Suhu : 37oC
● SpO2 : 99% tanpa O2
Kepala : normocephal

● Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik


● Hidung : tidak ada PCH, tidak ada sekret hidung
● Telinga : tidak ada sekret
● Mulut :
○ mukosa mulut dan bibir basah, tidak pucat
○ tonsil T1/T1, faring tidak hiperemis
○ lidah kotor (-), tremor (-)
Leher : trakea letak sentral, KGB tidak membesar, retraksi suprasternal (-)
Thorax
Dinding thorax
● Inspeksi : bentuk dan gerak simetris, retraksi intercostal -/-
● Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Paru-paru
● Inspeksi : gerakan simetris kanan = kiri, retraksi intercostal (-)
● Palpasi : pergerakan simetris kanan = kiri
● Perkusi : sonor kedua lapang paru
● Auskultasi : VBS +/+ kanan = kiri, ronkhi-/-, wheezing -/-
Jantung

● Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat


● Palpasi : ictus kordis teraba di ICS IV LMCS
● Auskultasi : bunyi jantung murni, reguler, murmur(-)
Abdomen

● Inspeksi : cembung
● Auskultasi : bising usus (+) normal
● Perkusi : tympani
● Palpasi : soepel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+)

Kulit : Turgor kembali cepat, kulit tidak pucat, rose spot (-), petekie (-)

Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik


Diagnosis Banding
● Demam Tifoid
● Demam Paratyphoid
● Infeksi COVID-19
Usulan Pemeriksaan Penunjang

• Hematologi rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Eritrosit)

• Serologi salmonella typhi: Tubex TF/ Typhidot IgM IgG

• Kultur darah dan sensitivitas antibiotik

• Kadar elektrolit (Natrium, Kalium)


• SARS-Cov2 PCR
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Rutin
Hemoglobin : 12,5 gr/dl (12,5-16,1)
Hematokrit : 38 % (36-47)
Leukosit : 8200/mm 3 (4.000-10.500)
Trombosit : 238.000/mm3 (150.000-300.000)
Eritrosit : 4.8 juta/mm 3 (3.6-5.2)
MCV : 79 fL (68 – 97 fL)
MCH : 26 pg/ml (24 – 32 pg/ml)
MCHC : 33 g/ dl (29 – 37 g/dl)
Hitung Jenis : 0,2/0/0/47,1/43,3/9,2
LED : 25
SARS-Cov2 Antigen (-)

Tubex TF → igM Salmonella Typhii : (+)


Diagnosis Kerja
Demam Tifoid
Penatalaksanaan
Non Farmakologis:
● Suportif : Tirah baring
● Diet makanan lunak, tinggi kalori, tinggi protein dan tidak berserat. Setelah
demam turun, dapat diberikan makanan yang lebih padat.
● Perbaiki personal hygiene
● Monitor TTV, pantau urine output
Penatalaksanaan
Farmakologis
● Terapi cairan IVFD : NaCl 0,9% → 1540 ml/24 jam → 62ml/jam
● Antibiotik : Kloramfenikol IV dosis 75mg/kgBB/hr → 412,5 mg (5 ml) 4x sehari IV
● Antipiretik : Paracetamol IV dosis 10-15 mg/kgBB/kali → 220 mg - 330 mg
(22-33 ml) 3x sehari IV
Prognosis
• Quo ad Vitam : ad Bonam

• Quo ad Functionam : ad Bonam

• Quo ad Sanationam : dubia ad Bonam


Demam Tifoid
Definisi
Penyakit infeksi bakteri gram negative akut yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotipe
typhi (S. typhi) dan paratyphi (S. paratyphi).
● Kasus terkonfirmasi
Pasien demam (38oC atau lebih) minimal 3 hari + kultur positif S. typhi (darah, sumsum
tulang, cairan GIT)
● Kasus Probable
Pasien dengan demam (38oC atau lebih) minimal 3 hari + positif serologis atau tes deteksi
antigen tanpa isolasi kuman.
● Kasus Karier Kronis
S. typhi di urin atau feses (+) / kultur (+) dari kantung empedu > 1 tahun setelah onset
akut.

Garna H, Nataprawira. HM, editors. Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Ilmu Kesehatan Anak. 5th ed. Departemen/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad/ RSHS 2014
WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.
Epidemiologi
Secara global: Indonesia:

● WHO 2018 → demam tifoid di dunia ● Insidensi: 91% mengenai usia 3-19
mencapai 11-20 juta kasus/tahun → tahun dengan angka kematian
sekitar 128.000 - 161.000 kematian 0,6-5%
● Prevalensi per tahun : 358 - 810 /
per tahun.
100.000 penduduk di Indonesia
● Kejadian demam tifoid <15 kasus per ● Merupakan salah satu negara
100.000 penduduk pada negara maju, endemis demam tifoid
→ kasus terbanyak terjadi pada ● Sekitar 95% kasus disebabkan oleh
travelers. S. typhi sementara sisanya
disebabkan oleh S. paratyphi

Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 21th ed. [ e – book ]. Philadelphia: Elsevier. 2019.
WHO 2018 Demam Tifoid
https://www.vaxcorpindo.com/typhoid-fever-indonesia-favorite-disease/
Etiologi
Bakteri Salmonella typhi
● Bakteri batang gram negatif
● Memiliki flagella
● Motil
● Berkapsul
● Tidak memiliki spora
● Fakultatif anaerob

Salmonella typhi memiliki 3 macam antigen, yaitu:


● Antigen O : antigen somatik (komponen dinding sel bakteri: lipopolisakarida)
● Antigen H : terdapat pada flagella
● Antigen Vi : kapsul yang meliputi tubuh bakteri dan melindungi antigen O dari fagositosis

Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 21th ed. [ e – book ]. Philadelphia: Elsevier. 2019.
Cara Penularan
5F

● Food (makanan)
● Fingers (jari tangan/kuku)
● Fomites (penggunaan alat makan yang sama dengan penderita)
● Fly (lalat)
● Feses (tinja)

Manusia 🡪 natural host dan reservoir.


Transmisi secara fekal oral (menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses)
Faktor Risiko
Higienitas perorangan buruk
● Tidak cuci tangan sebelum menyiapkan makanan.
● Tidak cuci tangan sebelum makan.
● Tidak cuci tangan setelah buang air.

Higienitas makanan dan minuman buruk


● Bahan makanan tidak dicuci bersih.
● Makanan dicuci dengan air terkontaminasi limbah.
● Makanan dan air minum tidak dimasak dengan benar (<60oC).
● Sayuran dipupuk dengan tinja manusia.
● Makanan tercemar debu, sampah, dihinggapi lalat.

KemenkesRI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Nomor 364/MENKES/SK/V/2006


Patogenesis
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi : 7 - 14 hari

● Demam sampai hari ke-4 : terutama sore


hari (stepladder pattern), hari ke 5 s/d akhir
minggu 1 → kontinua
● Gejala tersering → gastroenteritis : Mual,
muntah dan nyeri perut/kram mulai 6-72 jam
● Konstipasi terjadi pada anak yang lebih
besar dan cenderung lebih sering muncul
sedangkan diare lebih sering terjadi pada
anak yang lebih muda.
● Malaise, anoreksia, mialgia, sakit kepala,
sakit daerah abdomen, keluhan ↑ pada
minggu kedua sakit
● Pada minggu kedua dapat terjadi
disorientasi, letargi, delirium, stupor.
Garna H, Nataprawira. HM, Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Ilmu Kesehatan Anak. 5th ed. Departemen/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad/ RSHS 2014
Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 21th ed. [ e – book ]. Philadelphia: Elsevier. 2019.
Pemeriksaan Fisik
● Bradikardia relatif
● Hepatomegali, splenomegali, distensi abdomen.
● Rose spot (daerah dada bawah atau abdomen atas)
● Lidah tifoid (typhoid tongue) 🡪 tengah kotor, pinggir
hiperemis, tremor.
● Meteorismus

Garna H, Nataprawira. HM, Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Ilmu Kesehatan Anak. 5th ed. Departemen/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad/ RSHS 2014
Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 21th ed. [ e – book ]. Philadelphia: Elsevier. 2019.
Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 21th ed. [ e – book ]. Philadelphia: Elsevier. 2019.
IDAI. Rekomendasi Pemeriksaan Penunjang Demam Tifoid. 2016.
Penatalaksanaan
Non Farmakologi
● Tirah baring
● Istirahat → mencegah komplikasi perdarahan atau perforasi → meningkatkan
kesembuhan
● Diet dan nutrisi yang baik 🡪 Tingkat kecukupan asupan gizi dan protein mempengaruhi
imunitas tubuh.
● Diet Rendah Serat : diet cair atau diet bubur

WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.


Farmakologi :
○ Oral / intravenous rehydration
○ Antipiretik
○ Antibiotik
○ Gizi yang baik dan transfusi darah jika diperlukan
Kriteria rawat inap dan terapi parenteral
○ Persisten vomiting
○ Diare hebat
○ Abdominal distention
○ (terjadi komplikasi)

Cherry, James D., Gail J. Harrison, Sheldon L. Kaplan, William J. Steinbach, and Peter J. Hotez. 2019. Feigin and Cherry's textbook of pediatric infectious diseases.
WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.
● Antibiotik lini I : Kloramfenikol, amoksisilin, kotrimoksazol.
● Antibiotik lini II (Multidrug Resistan S. typhii) : Seftriakson, sefiksim,
● Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan kesadaran: deksametason
1-3 mg/KgBB/hari IV dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.
Penyulit
● Pada umumnya terjadi pada akhir minggu kedua atau awal minggu ketiga, berupa:
● Perforasi intestinal (0,5-3%), perdarahan intestinal (1-10%), hepatitis tifosa, kolesistitis,
pankreatitis, sepsis, pielonefritis, ensefalopati, pneumonia, dan lain-lain.
Kriteria Pulang
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Klinis terdapat perbaikan
4. Tidak dijumpai komplikasi

Buku Pedoman Pelayanan Medis. IDAI. 2009


Pencegahan
● Penyediaan air bersih untuk minum, mandi, mencuci
● Food hygine & safety:
● Mencuci tangan sebelum makan dan menyiapkan makanan
● Masak dan makan makanan dengan baik
● Vaksinasi

WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.


Komplikasi
1. Intraintestinal: perforasi usus (1 - 3%) atau perdarahan saluran cerna (10 -
20%): suhu menurun, nyeri abdomen, muntah, nyeri tekan pada palpasi,
bising usus menurun sampai menghilang, defence musculaire positif, dan
pekak hati menghilang.
2. Ekstraintestinal: tifoid ensefalopati (2 - 40%), hepatitis tifosa, meningitis,
pneumonia, syok septik, pielonefritis, endokarditis, osteomielitis, dll.

Buku Pedoman Pelayanan Medis. IDAI. 2009


Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-5 2014
Prognosis
● Intervensi operasi yang awal dan cepat akan mengurangi mortalitas pada kasus perforasi
(komplikasi dari tifoid), angka mortalitas 10-32%
● Angka relaps pada tifoid yang di terapi dengan baik adalah 5-20%.
● Risiko menjadi karier kronik meningkat seiring bertambahnya usia.

WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.

Anda mungkin juga menyukai