Anda di halaman 1dari 51

Demam berdarah

dengue grade II

Oleh : Dimas Ismail

Pembimbing : dr. Halimah, Sp.A


Pendahuluan
• Infeksi virus dengue merupakan salah satu penyakit dengan
vektor nyamuk (”mosquito borne disease) terutama di daerah
tropis dan subtropis.
• Penyakit ini mempunyai spektrum klinis dari asimptomatis,
undifferentiated febrile illness, demam dengue (DD) dan
demam berdarah dengue (DBD), mencakup manifestasi paling
berat yaitu sindrom syok dengue.
Kasus
IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medik : 54.59.88
Tanggal Masuk : 4 November 2017 Pukul 00:20 WIB

Nama Pasien : N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 6 tahun 6 Bulan
Agama : Islam
Alamat : Pemulutan Ogan Ilir, Sumatera Selatan
Nama Ibu : Ny. T
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Pemulutan Ogan Ilir, Sumatera Selatan

Nama Ayah : Tn. N


Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Pemulutan Ogan Ilir, Sumatera Selatan
ANAMNESIS
Anamnesis : Alloanamnesis dengan keluarga pasien tanggal 6
November 2017 Pkl. 10.00 WIB

Keluhan Utama
Demam tinggi dan terus menerus ±7 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit
• Enam hari SMRS os mengalami demam tinggi dan terus
menerus tanpa disertai menggigil dan berkeringat. Keluhan
disertai mual dan muntah serta batuk. Selain itu os juga
mengeluh nyeri saat BAK sedangkan BAB normal.
• Keluhan lain berupa nyeri kepala, pilek, ruam, nyeri kepala,
nyeri belakang bola mata, nyeri otot/sendi, nyeri perut,
mencret dan sakit tenggorokan tidak ada.
• Os lalu diberi obat oleh dukun dilingkungan tempat tinggalnya
namun keluhan-keluhan os tidak berkurang.
• Satu hari SMRS os mengeluh badan terasa lemah, demam,
BAK sedikit dan nafsu makan menurun. Kemudian os dibawa
orang tuanya ke IGD RSUD Palembang Bari dengan keluhan
demam tidak terlalu tinggi, disertai badan lemas.
• Keluhan berupa nyeri kepala ada, sedangkan nyeri belakang
bola mata, nyeri otot/sendi, nyeri perut, dan sakit
tenggorokan tidak ada. Mimisan tidak ada, perdarahan gusi
tidak ada, mual dan muntah tidak ada, BAB normal namun
BAK sedikit.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya tidak pernah mengeluh dengan keluhan yang
sama.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), Asma (-), alergi (-)
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa (-)

Riwayat pribadi/ sosial/ lingkungan


Ekonomi menengah kebawah, tinggal di daerah pedesaan, tidak
ditemukan penderita DBD di daerah setempat. Mandi
menggunakan air bak.
Riwayat pengobatan
Pasien sebelumnya mengonsumsi ramuan obat dari dukun.

Riwayat Imunisasi
< 7 hari : Hepatitis B, polio 1
1 bulan : BCG
2 bulan : DPT1, Polio2, Hepatitis B 1 (belum)
3 bulan : DPT2, Polio3, Hepatitis B 2 (belum)
4 bulan : DPT3, Polio4, Hepatitis B 3 (belum)
9 bulan : Campak (belum)
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
Riwayat persalinan
Bayi lahir cukup bulan, BB : tidak diukur, PB: tidak diukur, LP :
tidak diukur, lahir di dukun beranak.
Keadaan saat lahir tidak segera menangis
Riwayat Gizi
Asi eksklusif : sampai 6 bulan, frekuensi 12x sehari
Asi : sampai 4 tahun, frekuensi 12x sehari
Susu Formula : tidak pernah
Bubur Susu : sejak 3 tahun, frekuensi 1x sehari
Nasi : sejak 4 tahun sampai sekarang, frekuensi 3x sehari
Sayuran, buah : sering
Ikan : kadang-kadang
Telur : sering
Ayam , daging : kadang-kadang
Tahu dan Tempe : kadang-kadang
Susu : sering

Kesan : Secara kualitatif, asupan gizi cukup, secara kuantitatif asupan


memenuhi gizi seimbang yaitu makanan pokok 2-3 porsi, sayuran 3-5
porsi, buah 2-3 porsi, protein hewani 2-3 porsi, dan protein nabati 2-3
porsi.
Riwayat Tumbuh kembang
3 bulan : menegakkan kepala
4 bulan : tengkurap dan terlentang sendiri
7 bulan : duduk
8 bulan : merangkak
11 bulan : berdiri
13 bulan : berjalan
14 bulan : berbicara

Kesan : Tumbuh kembang dalam batas normal


PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital
TD : 90/50 mmHg
Nadi : 132 x/menit, isi dan tegangan cukup.
Pernapasan : 32 x/menit, thorakoabdominal.
Suhu : 39,0 0C
Saturasi : 92 %
Berat Badan : 14 kg
Tinggi Badan : 109 cm

Status gizi
Berat badan pasien yaitu 14 kg dan tinggi badan pasien yaitu
109 cm. Didapatkan berat badan ideal yaitu 23 kg, dilakukan
perhitungan status gizi yaitu berat badan aktual dibagi berat
badan dikalikan 100% ideal didapatkan hasil 73% maka
interpretasi status gizi pasien : gizi kurang
Kepala

Bentuk : normosefali, simetris


Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : lagoftalmus (-/-), palpebra edema (-/-), CA(-),
SI(-), pupil isokor, d = 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+).
Hidung : dismorfik (-), NCH (-), sekret (-/-)
Mulut : sianosis (-), mukosa mulut dan bibir kering (-)
Telinga : dismorfik (-), cairan (-)
Gigi : karies (-), gusi berdarah (-)
Lidah : atrofi papil (-), hiperemis (-), selaput (-),
THT
Faring : hiperemis (-), edema (-), selaput (-)
Tonsil : simetris, ukuran T1-T1, uvula ditengah, hiperemis (-), edema
(-), selaput (-), detritus (-)

Leher
Inspeksi : dismorfik (-), pembesaran KGB (-), parotitis (-)
Palpasi : kaku kuduk (-), pergerakan luas, pembesaran KGB (-)

Thoraks
Inspeksi : dismorfik, efloresensi primer dan sekunder (-)
simetris kanan = kiri saat statis dan dinamis, pernapasan regular, tipe
pernapasan thorakoabdominal, retraksi (-/-), iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : nyeri tekan (-), thrill tidak teraba, stemfremitus normal kiri =
kanan
Paru
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung
Perkusi
Batas kiri : ICS IV linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, irama reguler,
murmur (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, lemas, dismorfik (-), massa (-), efloresensi
primer dan sekunder (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar teraba 1 cm bawah
arcus costa, lien dan ginjal tidak teraba, nyeri tekan suprapubik
(+)
Perkusi : timpani, nyeri ketuk (-)

Ekstremitas
Akral hangat (+) , CRT < 2”, rumple leed (-), petechiae spontan
(+)
HASIL LABORATORIUM (Tanggal 4 November 2017)

Darah Rutin
Hb : 10 g/dl
Leukosit : 2.000/ ul
Trombosit : 74.000/ ul
Hematokrit : 29 %
Hitung Jenis : 0/2/4/24/60/10
Urin Rutin

Warna : kuning tua Darah : (-)


Kejernihan : jernih Nitrit : (-)
Ph : 7,5 Keton : (++)
Sedimen :
Berat jenis : 1,015 Eritrosit : 2-3/LPB
Glukosa : (-) Leukosit : 2-3/LPB
Epitel : (+)
Protein : (-) Silinder : (-)
Bilirubin : (-) Kristal : (-)

Urobilinogen : (+)
DIAGNOSIS BANDING
TDBD grade II
Demam tifoid
Malaria

DIAGNOSIS KERJA
TDBD grade II
RENCANA TERAPI
Non medikamentosa :
• Bedrest (tirah baring).
• Pengobatan utama adalah cairan
• Monitor tanda kegawatan dan tanda-tanda vital
• Mengedukasi keluarga pasien untuk melakukan kegiatan
pencegahan DBD dengan 3M.
• Mengidentifikasi gejala serupa pada daerah sekitar

Medikamentosa :
• IVFD RL 48 cc/jam
• Paracetamol syrup 3 x 1,5 cth
• Ambroxol 3 x ½ cth
• Observasi tanda vital dan pendarahan
• Cek Hb,Ht,Trombosit/24 jam
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad functionam : bonam
• Quo ad sanationam : bonam
Follow up
Tinjauan pustaka
Definisi
Demam dengue (DD) merupakan sindrom benigna yang
disebabkan oleh ”arthropod borne viruses” dengan ciri demam
bifasik, mialgia atau atralgia, rash, leukopeni dan limfadenopati.
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam
akibat virus dengue yang berat dan sering kali fatal.

Etiologi
• Virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes dari subgenus
Stegomya.
• Hingga saat ini dikenal empat serotipe yaitu DEN-1,DEN-
2,DEN-3 dan DEN-4.
Epidemiologi
• Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di
seluruh wilayahnya. Insiden DBD di di Indonesia antara 6
hingga 15 per 100.000 penduduk (1989-1995) dan pernah
meningkat tajam hingga 35 per 100.000 tahun 1998
• sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga
mencapai 2% pada tahun 1999.
• Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan
transmisi virus dengue yaitu:
1) vektor
2) pejamu
3) lingkungan
Patogenesis
• Mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya
demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium
• Parameter laboratorium yang dapat diperiksa antara lain:
Leukosit, trombosit, hematokrit, protein/albumin, SGOT/SGPT,
ureum, kreatinin, elektrolit, golongan darah dan uji cocok
serasi serta pemeriksaan IgG dan IgM.

Pemeriksaan radiologi
• Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada
hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma
hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks.
Asites pada efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG.
Diagnosis
• Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari
• Terdapat minimal satu dari manifesatsi hemoragik seperti
petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, melena,
hemetemesis, dll
• Trombositopenia (<100.000/ul)
• Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran
plasma)
• Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar umur dan
jenis kelamin
• Penurunan hematokrit >20% setelah terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
• Efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia
Penatalaksanaan
• Sedangkan menurut WHO, berdasarkan manifestasi klinis dan
kondisi lainnya, pasien dapat dibagi tiga kategori:
• rawat jalan (kelompok A), membutuhkan penanganan di
rumah sakit/rawat inap (kelompok B), dan membutuhkan
penanganan emergensi atau urgensi (kelompok C).
Pencegahan
• Pemberantasan Sarang Nyamuk
• Foging Fokus dan Foging Masal
• Penyelidikan Epidemiologi
• Penyuluhan perorangan/kelompok untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat.
• Kemitraan untuk sosialisasi penanggulangan DBD.
Komplikasi
• Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan maupun
tanpa syok
• kelainan Ginjal akibat syok berkepanjangan
• Edema paru, akibat over loading cairan.

Prognosis
• Prognosis umumnya bonam jika ditatalaksana dengan baik dan
tepat.
Analisa kasus
• Pasien, anak perempuan, usia 6 tahun 6 bulan datang ke IGD
RSUD Palembang Bari dengan keluhan demam tinggi dan terus
menerus sejak 7 hari SMRS. Pasien juga mengeluh badan
lemas, mual dan muntah serta batuk.
• Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami demam
tinggi terus menerus dan dirasakan tidak turun-turun selama 7
hari. Pasien juga mengeluh adanya badan lemas, mual dan
muntah serta batuk. Sebelumnya pasien diberi obat oleh
dukun ditempat tinggalnya namun keluhan tidak berkurang.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya petekie spontan.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 2.000/ul,
trombosit 74.000/ul serta hematokrit 29%.
• Dari hasil anamnesis, pemerikasaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium, semakin mengarahkan diagnosis bahwa pasien
mengalami demam berdarah dengue grade II.
• Diagnosa banding demam berdarah salah satunya adalah
demam tifoid. Hal ini dapat disingkirkan karena siklus demam
tifoid yaitu lama demam 7 hari dengan karakteristik demam
yaitu terus menerus, meningkat pada malam hari namun
turun di siang hari. Namun untuk lebih memastikan dapat
dilakukan pemeriksaan widal.
• Kemungkinan diagnosis banding lainnya yaitu malaria. Hal ini
dapat disingkirkan karena pola demam malaria yang bersifat
intermitten yaitu naik dan turun sampai tidak demam namun
naik lagi, serta tidak ditemukan keluhan menggigil dan tidak
ada riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria tidak
ditemukan.
• Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien yaitu non
farmakologis dan farmakologis. Terapi non farmakologis
berupa tirah baring serta edukasi pada anak untuk minum
yang banyak agar balans cairan dan diuresis tidak kurang.
Terapi farmakologis yang diberikan pada pasien ini pada
tanggal adalah IVFD RL 48cc/jam gtt 20x/m. Pemberian
paracetamol juga diperlukan untuk menghilangkan keluhan
simptomatisnya yaitu demam dengan dosis 3 x 1,5 cth.
• Bila monitoring tanda vital, diuresis, balans cairan,
pendarahan ditemukan perbaikan dan cek laboratorium
ditemukan trombosit berangsur naik dan Ht turun, maka
pasien direncanakan pulang. Selain itu indikator lain berupa
pasien bebas demam 24 jam tanpa antipiretik, kembalinya
nafsu makan, perbaikan klinis, produksi urin cukup, tidak
ditemukan distress pernapasam, tidak muntah dan tidak nyeri
perut dan mulai timbul ruam penyembuhan.
• Prognosis pada pasien ini adalah dubia at bonam, dikarenakan
pasien mengalami proses perbaikan dari hari ke hari, disertai
tidak ditemukan gejala komplikasi yang dapat memperberat
keadaan pasien. Selain itu pemilihan tatalaksana yang tepat
dan edukasi yang baik dapat mempercepat proses
penyembuhan pada pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai