1. Lebih murah
Dengan hanya meneliti sebagian populasi, maka biaya yang diperlukan untuk penelitian menjadi jauh
lebih murah dibandingkan apabila penelitian dilakukan pada seluruh populasi.
2. Lebih mudah
Dengan mengambil sebagian dari populasi, maka pelaksanaan penelitian menjadi lebih mudah.
3. Lebih cepat
Dengan meneliti lebih sedikit subyek, maka hasil yang diharapkan lebih sedikit diperoleh.
4. Lebih akurat
Dalam banyak hal pemeriksaan terhadap sedikit subyek penelitian akan memungkinkan pemeriksaan
yang lebih teliti bila dibandingkan dengan pemeriksaan terhadap seluruh populasi.
5. Mewakili populasi
Apabila dilakukan dengan baik, maka sampel dapat mewakili populasi, dan inferensi kesimpulan dapat
dengan tepat dilakukan dengan probabilitas.
6. Lebih spesifik
Sebagian penyakit mempunyai manivestasi yang amat bervariasi. Dengan seleksi sampel, maka
diperoleh pasien dengan karakteristik tertentu sehingga dapat diperoleh data pada kelompok pasien
yang lebih homogen daripada pemeriksaan pasien dengan manisfestasi klinis yang heterogen.
2. Cara random/acak.
Cara kedua dengan menggunakan tabel angka random . Gunakanlah tabel, di mana telah dikumpulkan
angka-angka secara random, yang dinamakan tabel angka random. Misalnya, dalam sebuah kampung
terdapat 900 petani. Kita ingin menarik sebuah sampel keperluan. Jika kita menggunakan sistem undian,
maka kita menyediakan 900 gulungan kertas dan masing-masing kertas kita tuliskan nama petani. Tentu
kerja ini melelahkan. Tapi jika digunakan tabel angka random, maka dapat menghemat waktu. Caranya;
karena N=900, maka bilangan harus terdiri dari tiga angka (digit). Pertama-tama nomorilah tiap satu
elementer populasi (petani) dari 001 sampai 900, yaitu;
001, 002, 003, 004, ......., 898, 899, 900
Kemudian bukalah tabel angka random. Dengan menutup mata tusuklah sebuah angka dengan pensil,
dan catatlah angka tersebut pada baris berapa dan kolom berapa.
b. Systematic sampling
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data
secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti
untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah
yang keberapa. Pada cara ini ditentukan bahwa tiap subyek nomor ke sekian dimasukkan dalam
sampel. Bila kita ingin mengambil 1/n dari populasi, maka setiap pasien nomor n dimasukkan ke dalam
sampel.
Contoh;
Ingin dipilih 20 dari 200 pasien yang ada dengan cara sampling sistematik. Dengan demikian diperlukan
20/200=1/10 bagian dari populasi yang akan diikutsertakan sebagai sampel, karenanya maka setiap
pasien nomor 10 akan dipilih. Mula-mula tiap subyek diberi nomor, dari 1 sampai dengan 200. Tiap
pasien ke-10 diambil sebagai sampel, sehingga pada akhirnya yang diikutsertakan dalam sampel adalah
pasien bernomor 10,20,30,40,s/d 200.
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat menentukan secara (a)
proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam
setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk
stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan
manajer tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah
sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9
manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau elemen di salah
satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I)
hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk
manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.
d. Cluster Sampling
Proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara
alamiah, misalnya berdasarkan wilayah (kodya, kecamatan, kelurahan, dst). Cara ini sangat efisien bila
populasi tersebar luas sehingga tidak mungkin untuk membuat daftar seluruh populasi tersebut.
Contohnya; Kita ingin meneliti karakteristik bayi dengan atresia billier di rumah sakit pendidikan
diseluruh Indonesia. Bila diinginkan hanya sebagian dari kasus yang terdaftar di rumah sakit tersebut,
dilakukan cluster sampling yaitu dengan melakukan random sampling pada tiap rumah sakit tanpa
berusaha menjumlahkan pasien yang terdaftar pada seluruh rumah sakit.
Contoh berikutnya; Dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen
terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat
pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi
yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk
mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja.
e. Area Sampling
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di
berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat
penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan
area sampling sangat tepat. Prosedurnya : Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah
(Jawa Barat) Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa. Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel
(Kabupaten ?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?). Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel
penelitiannya.. Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random. Kalau
ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih
ke dalam sub wilayah.
1. Convenience Sampling
Sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan.Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai
pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena
kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada
beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling tidak disengaja atau juga captive sample
(man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang
kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus
penelitian yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.
Contohnya:
Ingin diketahui kadar imunoglobulinpasien yang menderita penyakit jantung bawaan. Ditetapkan besar
sampel 40 kasus. Peneliti, demi mudahnya, suatu hari mengambil kasus di Poliklinik Jantung sebanyak 9
kasus. Kemudian peneliti cuti, dan waktu masuk kembali ia mengambil lagi sampai terkumpul pasien
sejumlah 40. Cara ini jelas sangat mudah, tidak memerlukan metode tertentu, namun sulit dapat
dikatakan bahwa subyek yang terkumpul dapat dianggap mewakili semua pasien Penyakit Jantung
Bawaan. Yang berobat di Poliklinik tersebut.
2. Consecutive sampling
Consecutive sampling ini merupakan jenis non probability terbaik, dan seringkali merupakan cara yang
paling mudah. Pada consecutive sampling, setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan
dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi. Agar
consecutive sampling dapat menyerupai probability sampling, maka jangka waktu pemilihan pasien
tidak terlalu pendek, khususnya apabila suatu penyakit bersifat musiman. Contohnya; pengambilan
pasien demam berdarah dengue selama bualn Agustus dan September mungkin tidak menggambarkan
karakteristik pasien demam berdarah secara keseluruhan, mengingat puncak insidens demam berdarah
dengue biasanya pada bulan April-Juni.
3. Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu
diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan
quota sampling.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan
sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi
direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa
memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi
sampel karena mereka mempunyai information rich.
Misalnya; untuk meneliti pendapat ibu tentang perbandingan pemberian ASI dan susu botol, dipilih ibu-
ibu yang pernah memberikan ASI dan pernah pula memberi susu formula kepada bayinya. Atau yang
pendidikannya cukup sehingga dapat memberikan keterangan yang akurat.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang dijadikan sampel adalah
karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk
baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik.
(Cooper dan Emory, 1992).
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai
jumlah (jatah) yang dikehendaki atau pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan tertentu dari peneliti atau bisa saja secara kebetulan
Misalnya; Peneliti ingin mengetahui informasi tentang penempatan karyawan yang tinggal di
perumahan Pondok Hijau, dalam kategori jabatan tertentu dan pendapatannya termasuk kelas tertentu
pula. Dalam pemilihan orangnya (pengambilan sampel) akan ditentukan pertimbangan oleh peneliti
sendiri atau petugas yang diserahkan mandat..
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti
ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel
pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik
pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.
Sumber
Nazir M. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia;Bogor;2005.
Budiarto E. Metodologi penelitian kedokteran. EGC; Jakarta;2004.
Riyanto Y. Metodologi penelitian pendidikan. SIC; Surabaya; 2001.
Riduwan. Metode dan teknik menyusun tesis. Alfabeta; Bandung;2008.
sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Binarupa aksara;Jakarta;1995.