Anda di halaman 1dari 48

Typhoid Fever

Pembimbing : dr. Desman Situmorang, Sp.A

Elizabeth Angelina - 1815176


Identitas Pasien
●Nama : An. N
●Jenis Kelamin : Perempuan
●Tanggal Lahir : 21 Oktober 2012
●Umur : 8 tahun 4 bulan
●Alamat : Bandung
●Nama ibu : Ny. L
●Usia : 34 tahun
●Pekerjan : Ibu rumah tangga
●Tanggal mulai dirawat : 2 Maret 2021
●Tanggal pemeriksaan : 4 Maret 2021
Anamnesis (Heteroanamnesis)
5 hari SMRS 2 hari SMRS Saat masuk RS

● Demam terus-menerus,
siang=malam, kejang (-)
● Demam naik turun
● Demam timbul perlahan- ● Mual (+), muntah (-)
(terutama saat malam
lahan, awalnya tidak begitu ● Nyeri perut disertai rasa
hingga subuh), tidak ada
tinggi tapi semakin hari melilit setelah makan
periode bebas demam
semakin tinggi terutama ● Lemas badan
● Mual (+), muntah (-)
pada malam hari ● Menyangkal keluhan batuk,
● Nafsu makan menurun
● Tidak disertai menggigil
● Sudah 3 hari tidak BAB sesak, pilek, penurunan
● Nyeri perut yang hilang
kesadaran, kejang,
timbul setelah makan
perdarahan di hidung, gusi,
maupun tempat lainnya
● Belum BAB hingga saat
masuk RS, BAK tidak ada
keluhan
● Riwayat penyakit dahulu : saat usia 5 tahun pernah terkena
TB, berobat hingga tuntas
● Riwayat Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang sedang
sakit saat ini, ayah penderita dulu terkena TB tapi saat ini sudah
sembuh.
● Riwayat Lingkungan : sering jajan dipinggir jalan, dan suka
lupa cuci tangan. Riwayat adanya penderita DBD disangkal.
Riwayat adanya kontak dengan penderita batuk lama disangkal.
● Riwayat alergi: tidak ada
● Riwayat Pengobatan: H-2 SMRS ibu sempat memberi obat
penurun panas untuk anak sebanyak 3x1 namun tak ada
perbaikan
Riwayat Persalinan
P1A0, lahir secara spontan ditolong bidan, aterm

BBL : 3000 g

PBL : 52 cm

Status dalam keluarga : Anak ke-1 dari 1

ANC : kontrol rutin kehamilan ke bidan


Riwayat Asupan Gizi

ASI eksklusif sampai 6 bulan

Mulai susu formula sejak usia 6 bulan

MPASI sejak 8 bulan

Makanan sehari-hari : 3x sehari, asupan baik


Riwayat Imunisasi
Dasar Ulangan

BCG v

Hep B v v v v v

Polio v v v v v

HiB v v v v

DTP v v v v v

MR v v
Riwayat Tumbuh Kembang
Berbalik : 4 bulan

Duduk : 7 bulan

Berdiri : 11 bulan

Berjalan : 15 bulan

Bicara : 18 bulan

Membaca: 5 tahun

Menulis : 6 tahun
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

● Kesadaran penderita : E4M6V5 → compos mentis


● Keadaan sakit : sedang, tampak gelisah

Tanda vital

● Nadi : 98x / menit, regular, ekual, isi cukup


● Respirasi : 24x / menit
● Suhu : 36,6oC
● SpO2 : 97% tanpa O2
Kepala : normocephal

● Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik


● Hidung : tidak ada PCH, tidak ada sekret hidung
● Telinga : tidak ada sekret
● Mulut :
○ mukosa mulut dan bibir basah, tidak pucat
○ tonsil T1/T1, faring tidak hiperemis
○ lidah kotor (-)

Leher : trakea letak sentral, KGB tidak membesar, retraksi suprasternal (-)
Thorax
Dinding thorax
Jantung
● Inspeksi : bentuk dan gerak simetris
● Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada ● Inspeksi : ictus kordis tidak
benjolan
terlihat
Paru-paru ● Palpasi : ictus kordis

● Inspeksi: gerakan simetris kanan = kiri, teraba di ICS IV LMCS

retraksi intercostal (-) ● Auskultasi : bunyi jantung

● Palpasi : pergerakan simetris kanan = kiri murni, reguler, murmur(-)

● Perkusi : sonor kedua lapang paru


● Auskultasi: VBS +/+ kanan = kiri, ronkhi-/-,
wheezing -/-
Abdomen

● Inspeksi : cembung
● Auskultasi : bising usus (+) normal
● Perkusi : tympani
● Palpasi : soepel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Kulit : Turgor kembali cepat, kulit tidak pucat, rose spot (-), petekie (-)

Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik


Status Antropometri
Umur : 8 tahun 4 bulan

Berat badan : 22 kg

Tinggi badan : 117 cm

Status pertumbuhan berdasarkan WHO:

BB/U : -1 s.d 0 SD → BB baik

TB/U : -2 s.d -1 SD→ TB cukup

BB/TB : 0 SD → Gizi baik


Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Rutin MCV : 76,1 fL (68 – 97 fL)
Hemoglobin : 10 gr/dl (12,5-16,1) MCH : 27 pg/ml (24 – 32 pg/ml)
Hematokrit : 31% (36-47) MCHC : 35,5 g/ dl (29 – 37 g/dl)
Leukosit : 3800/mm 3 (4.000- Hitung Jenis: 0/0/55/45/5
10.500) → leukopenia (eo0-3/ba0-1/st0-11/sgm36-64/ly25-
45/mo4-10)
Trombosit : 160.000/mm3 (150.000-
300.000) Foto Thorax : tidak ada gambaran
spesifik proses aktif
3
Eritrosit : 4.11 juta/mm (3.6-5.2)
Diagnosis Banding
❏ Demam Tifoid
❏ Demam Tifoid + susp TB
Skor TB

Skor total : 2

skor total ≥ 6 :
diagnosis TB dan obati
dengan OAT
Usulan Pemeriksaan Penunjang
Mencari etiologi :
● Serologi salmonella typhi: tubex TF/ Typhidot IgM IgG
● Kultur darah dan sensitivitas antibiotik
● Kadar glukosa darah
● Kadar elektrolit (Natrium, Kalium, Calcium, Magnesium)
● Retikulosit production indexà anemia
● Index eritrosit (morfologi eritrosit)/SADT
Hasil Laboratorium (hari ke -2)
Hematologi Rutin
Hemoglobin : 10.8 gr/dl (12,5-16,1)
Hematokrit : 33 % (36-47)

Leukosit : 3700/mm 3 (4.000-10.500) → leukopenia


Trombosit : 175.000/mm3 (150.000-300.000)
3
Eritrosit : 4.25 juta/mm (3.6-5.2)
Typhidot → igM Salmonella Typhii : positif
Kultur sessitivitas Antibiotik : menunggu hasil
Diagnosis Kerja
Demam Tifoid
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
❏ Tirah baring
❏ Edukasi makanan tinggi Fe, asam folat, B12.
❏ Diet tinggi kalori dan protein
❏ Perbaiki personal hygine untuk memutus penularan
❏ Infus maintenance: (sesuikan dengan hasil elektrolit) NaCl 0.9%, 62
ml/jam → 31 gtt/menit
❏ Observasi TTV, pantau urine output

Pedoman Diagnosis dan terapi Ilmu Kesehatan Anak 2014. Ed.5


WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Paracetamol syr 10-15 mg/kgBB/kali → 220-330mg = 4 dd cth II PO
Kloramfenikol PO 50-75 mg/hari → 1100-1650 mg/hari → 4x275-412.5mg
= 4x500 mg PO selama 14-21 hari
Sesuaikan AB setelah kultur dan sensitivitas AB keluar.

Pedoman Diagnosis dan terapi Ilmu Kesehatan Anak 2014. Ed.5


WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.
Prognosis
▪Quo ad vitam : Ad Bonam
▪Quo ad functionam : Ad Bonam
▪Quo ad sanationam : Dubia Ad Bonam
Demam Tifoid
Definisi

Demam tifoid 🡪 penyakit sistemik disebabkan bakteri genus Salmonella.

Kasus terkonfirmasi

Pasien demam (38oC atau lebih) minimal 3 hari + kultur positif S. typhi (darah, sumsum tulang, cairan GIT)

Kasus Probable

Pasien dengan demam (38oC atau lebih) minimal 3 hari + positif serologis atau tes deteksi antigen tanpa isolasi
kuman.

Kasus Karier Kronis

S. typhi di urin atau feses (+) / kultur (+) dari kantung epedu > 1 tahun setelah onset akut.

Garna H, Nataprawira. HM, editors. Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Ilmu Kesehatan Anak. 5th ed. Departemen/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad/ RSHS 2014
WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.
Epidemiologi

Secara global: Indonesia:

● Diperkirakan lebih dari 26,9 juta kasus ● Salah satu negara endemis demam tifoid
demam tifoid terjadi setiap tahun, 1% di ● Insidensi: 91% mengenai usia 3-19 tahun dengan
antaranya mengakibatkan kematian. angka kematian 0,6-5%
● Prevalensi per tahun : 358 - 810 / 100.000
● Di sebagian besar negara maju, kejadian penduduk di Indonesia
demam tifoid <15 kasus per 100.000 ● Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di
penduduk, dengan kasus terbanyak terjadi Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000
pada travelers. penduduk, dengan insidensi usia:
○ 0,0 / 100.000 penduduk (2-4 tahun)
○ 180,3 / 100.000 penduduk (5-15 tahun)
○ 51,2 / 100.000 penduduk (≥ 16 tahun)

Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 21th ed. [ e –
book ]. Philadelphia: Elsevier. 2019.
KemenkesRI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Nomor 364/MENKES/SK/V/2006
https://www.vaxcorpindo.com/typhoid-fever-indonesia-favorite-disease/
Etiologi
Bakteri Salmonella typhi
● Bakteri batang gram negatif
● Memiliki flagella
● Motil
● Berkapsul
● Tidak memiliki spora
● Fakultatif anaerob

Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 21th ed. [ e – book ]. Philadelphia: Elsevier. 2019.
Salmonella typhi memiliki 3 macam antigen, yaitu:
● Antigen O : antigen somatik (komponen dinding sel bakteri: lipopolisakarida)
● Antigen H : terdapat pada flagella
● Antigen Vi : kapsul yang meliputi tubuh bakteri dan melindungi antigen O dari fagositosis

https://www.mpi.govt.nz/dmsdocument/24323/direct
Cara
Penularan
5F

Manusia 🡪 natural host dan ● Food (makanan)


reservoir. ● Fingers (jari tangan/kuku)
Transmisi secara fekal oral ● Fomites (penggunaan alat
(menelan makanan atau
makan yang sama dengan
minuman terkontaminasi feses):
penderita)
● Fly (lalat)
● Feses (tinja)

https://www.mpi.govt.nz/dmsdocument/24323/direct
https://www.vaxcorpindo.com/typhoid-fever-indonesia-favorite-disease/
Patogenesis

https://issuu.com/urvitrivedi/docs/01_infection/65
Manifestasi Klinis

Masa inkubasi : 7 - 14 hari

● Demam sampai hari ke-4 : remiten, terutama sore hari (stepwise fashion), hari ke 5
s/d akhir minggu 1 🡪 kontinua
● Diare (hari-hari pertama sakit), selanjutnya konstipasi
● Mual dan muntah
● Malaise, anoreksia, mialgia, sakit kepala, sakit daerah abdomen, keluhan ↑ pada
minggu kedua sakit
● Pada minggu kedua dapat terjadi disorientasi, letargi, delirium, stupor

Garna H, Nataprawira. HM, Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Ilmu Kesehatan Anak. 5th ed. Departemen/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad/ RSHS 2014
Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 21th ed. [ e – book ]. Philadelphia: Elsevier. 2019.
Pemeriksan Fisik :

● Bradikardia relatif
● Hepatomegali, splenomegali, distensi
abdomen.
● Rose spot (daerah dada bawah atau
abdomen atas)
● Lidah tifoid (typhoid tongue) 🡪 tengah
kotor, pinggir hiperemis, tremor.
● Meteorismus

Garna H, Nataprawira. HM, Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Ilmu Kesehatan Anak. 5th ed. Departemen/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad/ RSHS 2014
Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 21th ed. [ e – book ]. Philadelphia: Elsevier. 2019.
Faktor yang mempengaruhi berat penyakit dan gejala klinis:

● Durasi penyakit sampai menerima pengobatan adekuat.


● Pemilihan antibiotic kurang tepat
● Virulensi mikroorganisme
● Kuantitas jumlah inoculum yang tertelan
● Usia
● Faktor penjamu/ host (immunocompetent / immunocompromize)
● Individu konsumsi antasida atau H2 blocker.
● HIV meningkatkan risiko infeksi S. typhi dan S. paratyphii
● Infeksi H. pylori meningkatkan infeksi S. typhi.

WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.


Pemeriksaan Penunjang

IDAI. Rekomendasi Pemeriksaan Penunjang Demam Tifoid. 2016.


Penatalaksanaan
Non farmakologi :
● Tirah baring

Istirahat → mencegah komplikasi perdarahan atau perforasi →


kesembuhan ↑
● Diet kalori dan nutrisi yang baik
Tingkat kecukupan asupan gizi dan protein mempengaruhi
imunitas.
▫ Rendah serat : diet cair → diet bubur

WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.


Penatalaksanaan
Farmakologi :
○ Oral / intravenous rehydration
○ Antipiretik
○ Antibiotik
○ Gizi yang baik dan transfusi darah jika diperlukan
Kriteria rawat inap dan terapi parenteral
○ Persisten vomiting
○ Diare hebat
○ Abdominal distention
○ (terjadi komplikasi)

WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.


Fluoroquinolone → ofloxacin, ciprofloxacin, fleroxacin,
perfloxacin.
Manajemen komplikasi

WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.


Manajemen Komplikasi
Derilium, penurunan kesadaran, stupor → pemeriksaan
CSF → jika normal dan masih curiga tifoid meningitis →
berikan Highdose IV dexamethasone

Intestinal hemorrhage → intensive care, monitoring,


transfuse darah pada significant blood loss, konsul ke
bedah.

WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.


Karier Tifoid
❏ Karier → asimtomatik
❏ 1- 5% pasien menjadi karier
❏ Faktor Risiko:
❏ Perempuan
❏ Usia > 50 th
❏ Pasien dengan kolelitiasis atau schistosomiasis.

WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.


Pencegahan
❏ Penyediaan air bersih untuk minum, mandi,
mencuci
❏ Food hygine & safety:
❏ Mencuci tangan sebelum makan dan menyiapkan
makanan
❏ Hindari buah terkontaminasi, kerang, es batu
❏ Masak dan makan makanan dengan baik
❏ Vaksinasi
WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.
Sanitasi Lingkungan
❏ Penyediaan kakus, jamban bersih.
❏ Pengolahan air limbah dengan baik, terutama
musim hujan.
❏ Hindari penggunaan pupuk berbasis feses.

WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.


Edukasi Kesehatan
❏ Personal hygine di kantor, sekolah, atau tempat
umum lain
❏ Kebersihan fasilitas
❏ Penggunaan disinfektan
❏ Isolasi penderita
Rekomendasi Vaksinasi WHO
● Vaksin pada usia anak sekolah harus diberikan.
● Daerah endemis : usia > 2 tahun harus diberikan
vaksin, boleh vaksin Vi atau Ty21a
Prognosis
● Pemberian dexametason pada tifoid meningitis
dapat mengurangi mortalitas 80-90%
● Intervensi oprasi yang awal dan cepat akan
mengurangi mortalitas pada kasus perforasi. angka
mortalitas 10-32%
● Angka relaps pada tifoid yang di terapi dengan baik
adalah 5-20%.

WHO. Diagnosis, Treatment, and Prevention Typhoid Fever. 2003. Geneva.

Anda mungkin juga menyukai