Oleh :
dr. Riswan Chaerul
C015211012
MAKASSAR
2022
LAPORAN KASUS KEMATIAN
Anamnesis (Alloanamnesis) :
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran
• Riwayat nyeri pada perut bagian bawah dialami sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit
setelah pasien melahirkan. Muntah tidak ada.
• Demam ada dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, terus menerus, turun dengan
obat penurun demam, menggigil tidak ada. Riwayat batuk tidak ada, riwayat sesak napas tidak
ada, riwayat nyeri dada tidak ada.
• Buang air kecil per kateter volume kesan berkurang sejak 3 hari terakhir, sekitar 300 cc dalam
24 jam, warna kuning pekat. Riwayat buang air kecil bercampur darah disertai pasir tidak ada.
• Buang air besar kesan normal, frekuensi 1x per hari warna coklat, konsistensi lunak. Riwayat
buang air besar warna hitam tidak ada, riwayat buang air besar disertai darah tidak ada.
• Pasien merupakan rujukan dari rumah sakit Mamuju. Pasien dirawat selama 2 hari dengan
diagnosis Akut Kidney Injury dan trombositopenia dan mendapatkan terapi ceftriaxone 2 gr,
metilprednisolon 125 mg, omeprazole 40 mg, paracetamol 1 gr dan transfusi PRC 2 bag dan
TC 3 bag.
1
• Riwayat melahirkan anak pertama melalui persalinan normal pada 13 juli 2022 (P1A0) di
puskesmas dan ditolong oleh bidan. Riwayat penyulit selama persalinan tidak ada. Plasenta
lahir kesan lengkap tidak diketahui. Riwayat hipertensi dan diabetes selama kehamilan tidak
ada. Pasien sebelumnya rutin kontrol kehamilan di bidan puskesmas..
Riwayat Psikososial :
• Pasien seorang ibu rumah tangga
• Riwayat mengkonsumsi alkohol tidak ada
• Riwayat merokok tidak ada
• Riwayat konsumsi obat-obat herbal atau jamu-jamuaan tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Deskripsi Umum : Sakit Berat
Status Gizi : Gizi Baik
Kesadaran : Samnolen (GCS 10) E3M5V2
TANDA VITAL
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 108 x/menit regular
Pernapasan : 26 x/menit, thoracoabdominal
Suhu : 37,7 oC ( Axilla)
SpO2 : 96% dengan 10 lpm
Berat Badan : (LILA/26,3 ) x ( TB – 100 ) = 55 kg
2
Tinggi Lutut : 50 cm
: 84,88 – ( 0,24 x usia ( tahun ) + ( 1,83 x Tinggi lutut )
: 170,05 cm
Tinggi Badan : 170,05 cm
IMT : 19,01 m2/kg
Periksaan Fisis
Kepala : Normocephal, rambut hitam bergelombang, tidak mudah tercabut.
Mata : Pupil isokor diameter 2,5 mm/ 2,5 mm, konjungtiva pucat ada ,
sklera tidak kterik, edema palpebral tidak ada, refleks cahaya +/+
Telinga : Hiperemis auricular tidak ada, tidak tampak adanya secret
Hidung : Bentuk normal, tidak ada sekret,epistaksis tidak ada
Mulut : Bibir tidak sianosis, perdarahan gusi ada tidak ada, atrofi papil
lidah tidak ada, tidak hiperemis, oral ulcer tidak ada.
Leher : Kaku kuduk tidak ada, DVS R +0, trakhea di tengah, pembesaran
kelenjar getah bening tidak ada
Thoraks Inspeksi : Simetris kiri dan kanan saat statis maupun dinamis
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada, sela iga kesan
normal
Perkusi : Sonor pada hemithoraks kiri dan kanan
Auskultasi : Bunyi pernapasan bronchovesikuler, rhonki dan wheezing tidak
ada
3
Perkusi : Timpani
Ekstremitas Atas : Akral hangat, hematom regio antebrachium bilateral, edema
tidak ada, CRT < 2 detik
Bawah : Akral hangat, edema tidak ada, CRT < 2 detik, lateralisasi tidak
ada
Status Regio Tampak luka jahitan perenium arah jam 5 yang telah kering,
lokalis vagina bekuan darah ada pada vagina dan lipatan paha, pus tidak
ada.
Pemeriksaan Laboratorium
4
Laktat darah 2,4 Darah areteri 0.5- mmol/l
1.5
PT 13,5 10 – 14 detik
INR 1,26 -
APTT 20,3 22,0 – 30,0 detik
Bil. Total 0,89 < 1,1 mg/dl
Bil. Direk 0,33 < 0,30 mg/dl
Urinalisa 1-8-2022
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Warna Kuning tua kuning muda
pH 5,0 4.5 - 8.0
Bj 1,047 1.005 - 1.035
Protein Negatif Negatif mg/dl
Glukosa Negatif Negatif mg/dl
Bilirubine Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Normal mg/dl
Keton Negatif Negatif mg/dl
Nitrit Negatif Negatif mg/dl
Blood Negatif Negatif RBC/ul
Lekosit Negatif Negatif WBC/ul
Sedimen Lekosit 4 <5 Lpd
Sedimen 2 <5 Lpd
Eritrosit
Sedimen Torak 4 Lpd
Sedimen Kristal 0 Lpd
Sedimen Epitel 82 Lpd
Sel
Sedimen Lain- BACT = 8 ul
lain
Elektrokardiogram ( 01 - 8– 2022 )
Irama : Sinus
HR : 112 x/ menit
Regularitas : Reguler
Aksis : Normoaksis
Gelombang p : Normal
PR Interval : < 20 ms
Kompleks QRS : Normal
Gelombang T : Normal
Segmen ST : Isoelektrik
Kesan : Sinus takikardi, HR 112x/ menit , normoaxis, reguler
6
Foto Thoraks RS Mamuju ( 31-7- 2022 )
• Uterus : Posisi anteflexi, ukuran membesar. Tidak tampak lesi hipo/ hiperechoic pada
parenkim uterus. Endometrial line menebal, dengan color Dopller tidak tampak
hipervaskularisasi.
• Kedua adenexa : Tidak tampak lesi hipo/ hyperechoic
7
• VU : Dinding tidak menebal, dinding regular
• Kedua ginjal : Ukuran dalam batas normal, echo parenkim normal dan diferensiasi
corticomedullary normal. Tidak tampak echo batu/mass
• Tidak tampak echo cairan bebas pada cavum douglasi
Kesan
• Uteromegaly disertai penebalan endometrial line
Daftar Masalah :
1. Kesadaran menurun et causa suspek ensefalopati sepsis dd/ uremikum
2. Sepsis SOFA skor 10
3. Endometritis
4. AKI pre renal AKIN tahap 3
5. Trombositopenia ec suspek Disseminated Intravascular Coagulation
6. Hipoalbuminemia
7. Anemia normositik normokrom ec perdarahan pervaginam
Plan Diagnostik : -
Plan Terapi :
- Kebutuhan oksigen
PaO2 new = 391,1
8
FiO2 = PaO2 new + ( PaCo2 x 1,25 )
713
= 0,57 > oksigen 7 lpm simple mask
- IVFD Natrium Clorida 0,9% 1500-2000 cc per 24 jam
- Atasi penyakit dasar
Plan Monitoring :
- Awasi jalan napas, pantau tanda vital, kesadaran dan klinis pasien
Plan edukasi :
- Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien
kemungkinan penyebab kesadaran menurun dan rencana tatalaksana.
Plan Diagnostik :
Plan Terapi :
9
- IVFD Natrium Clorida 0,9% 1500-2000 cc per 24 jam
- Meropenam 1 gram/ 12jam/ intravena ( renal dose )
Plan Monitoring :
3. Endometritis
Dipikirkan atas dasar adanya riwayat demam disertai dengan riwayat nyeri perut bawah dan
riwayat persalinan 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pada permeriksaan fisik didapatkan
nyeri tekan suprapubik dan regio vagina didapatkan adanya perdarahan pada regio vagina. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC 16.000 µL, Neutrofil 85,4 %. Pada pemeriksaan
USG abdomen didapatkan uteromegaly disertai penebalan endometrial line.
Plan Diagnostik : -
Plan Terapi :
Plan Diagnostik :
10
Plan Terapi :
Plan Monitoring :
Plan Diagnostik :
Plan Diagnostik :
Plan Terapi :
Plan monitoring :
- Awasi klinis dan tanda vital
- Awasi tanda perdarahan
Plan edukasi :
- Edukasi mengenai penyakit pasien, rencana pemeriksaan penunjang dan
menjelaskan anemia pasien dapat dipikirkan karena adanya riwayat
persalinan.
FOLLOW UP
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
INTERNA S : Kesadaran menurun disertai sesak napas dan Plan terapi :
1/8/2022 demam - Oksigen via simple mask 7
06.00 O : KU : Sakit berat lpm
WITA Kesadaran : E3M5V2 (GCS 10) - IVFD Nacl 0,9% 1500 -
TD : 100/60 mmHg 2000 cc/ 24jam/ intravena
N : 110x/menit, - Meropenem 1 gr/ 12jam/
RR : 26x/menit intravena (H-I)
S : 37,80 C - Paracetamol 1 gr /8jam/
SpO2 95% dengan simple mask 7 lpm intravena
- Transfusi TC 8 bag ( masih
Mata : Konjungtiva pucat ada, sclera ikterik tidak
mencari )
ada, Reflex Cahaya +/+, Pupil isokor diameter
- Human albumin 25% 100
2,5/2,5mm
ml / intravena ( Tidak ACC
Thoraks : Bunyi pernapasan vesikuler, Rhonki dan
casemix )
wheezing tidak ada
- Konsul Ts. HOM, Ts. GH
dan Ts. Obgyn
Abdomen : Datar, peristaltik kesan normal, hepar
Plan diagnostik :
dan lien tidak teraba, uterus 2 jari dibawah
- Kultur darah dan sensitivitas
umbilicus
antibiotik
Ekstremitas : akral hangat, edema tidak ada,
13
hematoma pada antebrachium bilateral, lateralisasi - Cek D dimer dan fibrinogen
tidak ada Plan Monitoring :
- Awasi tanda vital dan
A:
kesadaran pasien
1. Kesadaran menurun ec suspek
- Awasi saturasi oksigen
Ensephalopathy sepsis dd/ uremikum
dengan target >95%
2. Sepsis SOFA skor 10 - Monitoring perdarahan
3. Endometritis - Cek DR post transfusi
4. AKI pre renal AKIN tahap 3 - Monitoring urine output/
5. Trombositopenia ec suspek disseminated 24 jam
intravascular coagulation skor 2 - Balance cairan/ 24 jam
6. Hipoalbuminemia - Kontrol ur,cr tiap 48 jam
7. Anemia normositik normokrom ec
perdarahan pervaginam
3. Endometritis casemix )
6. Hipoalbuminemia
14
7. Anemia normositik normokrom ec - Kultur darah dan sensitivitas
perdarahan pervaginam antibiotik
- Cek D dimer dan fibrinogen
Plan Monitoring :
- Awasi tanda vital dan
kesadaran pasien
- Awasi saturasi oksigen
dengan target >95%
- Monitoring perdarahan
- Cek DR post transfusi
- Monitoring urine output/
24 jam
- Balance cairan/ 24 jam
- Kontrol ur,cr tiap 48 jam
Div. GH S : Penurunan kesadaran Plan terapi :
1/8/ 2022 O : Sakit berat/ GCS E3M5V2 (GCS 10) - Rehidrasi adekuat Nacl 0,9
07.00 TD : 100/60 mmHg % 1500 - 2000 cc/ 24jam/
N : 110x/menit intravena
P : 26x/menit - Antibiotik sesuai Ts Introp
S : 37.70 C - Edukasi kemungkinan
SpO2 95% dengan simple mask 7 lpm dialysis bila tidak ada
perbaikan
Lab :28/7 > 1/8 Plan monitoring :
Ur : 215 à 247 - Monitoring tanda vital
Cr : 9.4 à 3.41 - Monitoring urine output/
24 jam
A: - Balance cairan/ 24 jam
1. AKI pre renal AKIN tahap 3 - Cek ur,cr tiap 48 jam
2. Kesadaran menurun ec suspek
Ensephalopathy sepsis dd/ uremikum
15
5. Trombositopenia ec suspek disseminated
intravascular coagulation skor 2
6. Hipoalbuminemia
7. Anemia normositik normokrom ec
perdarahan pervaginam
A:
1. Trombositopenia ec suspek disseminated
intravascular coagulation skor 2
2. Kesadaran menurun ec suspek
Ensephalopathy sepsis dd/ uremikum
16
08.00 ada. - Observasi tanda vital ,
WITA O : Ku: Sakit berat/GCS E3M5V2 (GCS 10) kesadaran pasien dan
TD : 100/60 mmHg tanda perdarahan
N : 108x/menit
P : 26x/menit
S : 37.70 C
SpO2 95% dengan nasal kanula 10 lpm
A:
- Endometritis
- Post partum H-16
PH-2 S : Kesadaran semakin menurun disertai sesak Plan terapi :
INTERNA napas yang semakin bertambah - Oksigen via NRM 15 lpm
2/8/ 2022 BAK per kateter 1200 cc/24jam - Guyur Nacl 0,9% 30
06.00 O : KU : Sakit berat cc/kgbb > 1500 cc habis
WITA Kesadaran : E2M3V2 (GCS 7) dalam 3 jam dilanjutkan 30
TD : 80/50 mmHg tpm
N : 112x/menit, - Norepinefrin 0,5 mcg/
RR : 26x/menit jam/ sp uptitrasi target
Balance S : 36, 80 C MAP > 65 mmHg
Input :
SpO2 93% dengan NRM 15 lpm - Meropenem 1 gr/ 12jam/
2310
Output : Intravena (H-2)
1200 + 750 Mata : Konjungtiva pucat ada, sclera ikterik tidak
- Paracetamol 1 gr/ 8jam/
= + 350
ada, Reflex Cahaya +/+, Pupil isokor diameter
intravena (kp)
17
2,5/2,5mm - Transfusi TC 8 bag (
Thoraks : Bunyi pernapasan vesikuler, Rhonki dan selesai 6 bag )
wheezing tidak ada - Edukasi kelurga pasien
bahwa kondisi pasien
Abdomen : Datar, peristaltik kesan normal, hepar
mengalami perburukan
dan lien tidak teraba, uterus 2 jari dibawah umbilicus
Plan diagnostik :
Ekstremitas : akral dingin, edema tidak ada,
- Kultur darah dan sensitivitas
hematoma pada antebrachium dextra lateralisasi
antibiotik (menunggu hasil)
tidak ada
- Fibrinogen dan D-dimer (
A:
darah lisis )
1. Syok Sepsis SOFA skor 14
18
- Guyur Nacl 0,9% 30 cc/kgbb habis dalam 3 jam
- Norepinefrin 0,5 mcg/kgBB/menit/syringe pump uptitrasi
Plan Monitoring :
Plan edukasi :
- Edukasi kepada keluarga terjadi perburukan kondisi pasien saat ini yang diakibatkan dari
komplikasi dari penyakit yang dialami oleh pasien.
A:
1. Endometritis
2. Post partum H-17
19
Div. Introp S : Kesadaran semakin menurun disertai sesak Plan terapi :
2/8/ 2022 napas yang semakin bertambah - Oksigen via NRM 15 lpm
07.00 BAK per kateter 1200 cc/24jam - IVFD Nacl 0,9% 30 tpm
O : KU : Sakit berat - Norepinefrin 0,5 mcg/
Kesadaran : E2M3V2 (GCS 7) jam/ sp uptitrasi target
TD : 90/50 mmHg MAP > 65 mmHg
N : 112x/menit, - Meropenem 1 gr/ 12jam/
RR : 26x/menit Intravena (H-2)
S : 36, 80 C - Paracetamol 1 gr/ 8jam/
SpO2 93% dengan NRM 15 lpm intravena (kp)
1. Syok Sepsis SOFA skor 14 - Transfusi TC 8 bag (
A:
1. Trombositopenia ec suspek disseminated
intravascular coagulation skor 2
2. Syok Sepsis SOFA skor 14
4. Endometritis
5. AKI pre renal AKIN tahap 3
6. Hipoalbuminemia
7. Anemia normositik normokrom ec
perdarahan pervaginam
21
Balance A: Plan monitoring :
Input :
1. AKI pre renal AKIN tahap 3 - Monitoring tanda vital
2310
Output : 2. Syok Sepsis SOFA skor 14 - Monitoring urine output/
1200 + 750
3. Kesadaran menurun ec suspek 24 jam
= + 350
Ensephalopathy sepsis dd/ uremikum - Balance cairan/ 24 jam
- Cek ur,cr tiap 48 jam
4. Endometritis
5. Trombositopenia ec suspek disseminated
intravascular coagulation skor 2
6. Hipoalbuminemia
7. Anemia normositik normokrom ec
perdarahan pervaginam
PH-2 S : Kesadaran menurun diserati sesak napas yang - Oksigen via NRM 15 lpm
INTERNA semakin bertambah - IVFD Nacl 0,9 % 1500 –
2/8/ 2022 O : KU : Sakit berat 2000 cc/ 24jam/ intravena
09.00 Kesadaran : E2M2V1 (GCS 5) - Norepinefrin 0,1 mcg/
WITA TD : 75/55 mmHg jam/ sp uptitrasi target
N : 98x/menit, MAP > 65 mmHg
RR : 16x/menit - Meropenem 1 gr/ 12jam/
S : 36, 80 C intravena (H-2)
SpO2 91% dengan NRM 15 lpm - Paracetamol 1 gr/ 8jam/
A: intravena (kp)
1. Syok Sepsis SOFA skor 16 - Konsul Rawat ICU (
22
- Target TD MAP > 65 mmHg
PH-2 S : Kesadaran menurun diserati sesak napas yang Plan Terapi :
INTERNA semakin bertambah - Oksigen via NRM 15 lpm
2/8/ 2022 O : KU : Sakit berat - IVFD Nacl 0,9% 1500 –
11.00 Kesadaran : E1M2V1 (GCS 4) 2000 cc/ 24jam/ intravena
WITA TD : 70/50 mmHg - Norepinefrin 0,15 mcg/
N : 88x/menit, jam/ sp uptitrasi target
RR : 14x/menit MAP > 65 mmHg
S : 36, 80 C - Meropenem 1 gr/ 12jam/
SpO2 88% dengan NRM 15 lpm intravena (H-2)
A: - Paracetamol 1 gr/ 8jam/
1. Syok Sepsis SOFA skor 16 intravena (kp)
23
2. Kesadaran menurun ec suspek Plan Monitoring :
Ensephalopathy sepsis dd/ uremikum - Awasi tanda vital dan
6. Hipoalbuminemia
7. Anemia normositik normokrom ec
perdarahan pervaginam
24
RESUME
Pasien wanita, 22 tahun masuk dengan penurunan kesadaran, riwayat nyeri perut, demam
dan post partum hari ke 16. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pasien dirawat dengan kesadaran menurun ec suspek ensephalopathy sepsis dd/
uremikum, sepsis SOFA skor 10, Endometritis, AKI pre renal AKIN tahap 3,
trombositopenia ec suspek DIC skor 2 (tanpa D dimer dan fibrinogen), hipoalbuminemia
dan anemia normositik normokrom ec perdarahan pervaginam. Pasien telah mendapatkan
penanganan dan perawatan di HCU namun pada perawatan hari ke-2 pasien mengalami
perburukan dan sempat dilakukan RJP sebanyak 5 siklus namun pasien tidak mengalami
ROSC dan akhirnya dinyatakan meninggal pada pukul 13.02 WITA.
25
KERANGKA KONSEP
Kesadaran menurun
Intra Ekstra
kranial kranial
Multiple Organ
Failure
Kematian
26
DISKUSI
Seorang Wanita 22 tahun masuk dengan keluhan penurunan kesadaran yang dialami sejak
4 hari seelum masuk rumah. Penyebab penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh kelainan
intrakranial dan ekstrakranial yang disebabkan oleh gangguan metabolik seperti keadaan gangguan
asam basa, metabolism glukosa, uremikum, hepatic encephalopathy, sepsis. [1] Berdasarkan
alloanamnesis dan pemeriksaan fisis tidak ditemukan tanda kelainan intracranial seperti penurunan
kesadaran secara tiba – tiba yang didahului dengan nyeri kepala dan muntah proyektil dan tidak
ditemukan adanya defisit neurologis serta tidak adanya lateralisasi. Pada pasien ini penurunan
kesadaran terjadi secara perlahan yang didahului dengan nyeri perut bawah dan demam, pada
pemeriksaan fisis didapatkan GCS 10 (E3M5V2) dan suhu 37.7. Berdasarkan pemeriksaan
penunjang didapatkan WBC 16.000 µL, PLT 3.000 µL, kreatinin 3,41 mg/dl, bilirubin total 0,89
mg/dl, prokalsitonin 32,60 mg/ml, laktat darah 2,4 mmol/L, analisa gas darah kesan alkalosis
respiratorik terkompensasi Sebagian dan usg abdomen didapatkan uteromegaly disertai penebalan
endometrial line, sehingga penurunan kesadaran dipikirkan disebabkan oleh adanya suatu keadaan
sepsis namun keadaan ensefalopati uremikum belum dapat disingkirkan. Keadaan ensefalopati
uremikum ini menyebabkan penurunan aktivitas metabolik dan konsumsi oksigen di otak.
Manifestasi klinis ensefalopati uremikum dapat berupa penurunan kesadaran, gangguan
emosional, psikosis, kejang, koma dan kematian yang disebabkan oleh akumulasi toksin uremik,
keadaan ini ditandai dengan adanya manifestasi klinis yang membaik dengan terapi yang adekuat
[2].
Sepsis merupakan keadaan disfungsi organ yang mengancam nyawa yang disebabkan oleh
disregulasi tubuh untuk merespon kondisi infeksi. Pada pasien ini kami melakukan perhitungan
SOFA skor untuk melihat kegagalan organ yaitu adanya penurunan kesadaran, peningkatan
kreatinin dan penurunan trombosit, dimana didapatkan skor 10 dengan mortality 30%. Kemudian
dilakukan one hour bundle of sepsis dengan mengukur laktat darah, kultur darah, guyur cairan
kristaloid 30ml/kgBB, memberikan antibiotik spektrum luas, dan mempertahankan MAP ≥
65mmHg. Berdasarkan perhitungan SOFA score 10 (Tabel 1). [3, 4]
27
Tabel 1. Skoring Sequential [Sepsis-Related] Organ Failure Assessment (SOFA) [3]
Sumber infeksi penyebab sepsis pada pasien ini dipikirkan suatu keadaan endometritis
yang merupakan suatu inflamasi pada uterus yang dapat disebabkan oleh adanya migrasi mikroba
dengan faktor resiko infeksi postpartum yang disebabkan oleh persalinan lama, chorioamnionitis,
pemeriksaan vaginal toucher multiple. [5] Pada pasien ini didapatkan adanya riwayat persalinan
sebelumnya dan adanya riwayat nyeri perut bawah disertai demam .
Keadaan sepsis yang merupakan keadaan inflamasi sistemik dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti keadaan. Dimana pada pasien ini adanya keadaan Acute Kidney Injury dapat
menjadi salah satu komplikasi sepsis yang terjadi akibat adanya keadaan vasodilatasi sisetemik
yang menurunkan aliran darah ke ginjal, nekrosis nefron dan mikrotroumbus pada kapiler dengan
penatalaksanaan AKI terkait sepsis mencakup terapi cairan , vasopresorm, antibiotic dan renal
replacement therapy sesuai indikasi. [6]
Keadaan sepsis dapat menjadi seuatu faktor resiko terjadinya gangguan koagulasi. Pada
pasien ini terjadi trombositopenia yang kami curigai terjadi suatu Disseminated intravascular
coagulation (DIC) yang merupakan sindrom oleh adanya aktivasi koagulasi darah yang
menyebabkan tidak terkontrolnya pembentukan fibrin intravaskular. Menurut International
Society of Thrombosis and Haemostasis scientific subcommittee, pathogenesis terjadinya DIC
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : (1) pembentukan thrombin yang berlebihan yang dipicu
28
oleh ekspresi tissue factor (TF) terkait dengan proses penyakit yang mendasarinya, (2) aktivitas
trombosit, (3) jalur antikoagulan yang rusak, termasuk tissue factor pathway inhibitor (TFPI),
antithrombin (AT), dan protein C (PC), (4) degradasi fibrin yang tidak mencukupi disebabkan
karena gangguan fibrinolysis atau degradasi fibrin yang berlebihan, (5) aktivasi bersamaan dari
proses inflamasi. [7]
Pada pasien sepsis, Inflamasi terjadi secara sistemik yang mengaktivasi sistem koagulasi
dengan menggunakan faktor pembekuan yang menyebabkan terjadinya DIC dengan
penatalaksanaan dilakukan dengan mengatasi penyakit dasar sepsis. [8, 9]
Hipoalbuminemia merupakan akibat dari suatu kondisi sepsis yang terjadi akibat reaksi inflamasi
yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler dan menyebabkan serum albumin
mengalami expansi ke jaringan interstisial, secara simultan keadaan albumin dapat menjadi faktor
prognostic pada keadaan sepsis, keadaan hypoalbuminemia dikaitkan dengan prognostik yang
kurang baik pada keadaan sepsis [10, 11]
Pada perawatan hari kedua, keadaan pasien semakin memburuk, dengan kesadaran GCS 7
(E2M3V2) dan penurunan tekanan darah 80/50 mmHg dengan MAP <65 mmHg. Dipikirkan atas
dasar terjadi penurunan tekanan darah walaupun telah di berikan cairan adekuat dan pasien dirawat
dengan sepsis SOFA score 14, maka pasien kami asses dengan syok sepsis. Syok sepsis merupakan
keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah (tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg
atau penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 40 mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi,
29
meskipun telah dilakukan resusitasi cairan secara adekuat atau memerlukan vasopressor untuk
mempertahankan tekanan darah dan perfusi jaringan.
Pada syok sepsis endotoksik yang dilepaskan oleh mikroba menyebabkan proses inflamasi
yang melibatkan berbagai mediator inflamasi. Proses inflamasi yang melebihi kemampuan
hemostasis, maka akan terjadi proses inflamasi yang maladaptif. Gangguan pada tingkat sel
menyebabkan disfungsi endotel, vasodilatasi akibat pengaruh NO menyebabkan terjadinya
maldistribusi volume darah sehingga terjadi hipoperfusi jaringan dan syok. Disfungsi miokard
akibat pengaruh berbagai mediator sehingga terjadi penurunan curah jantung mendasari terjadinya
hipotensi dan syok pada sepsis. [12]
Pasien dirawat selama 2 dua hari dan dilakukan penatalaksanaan terhadap keadaan sepsis,
namun pada hari perawatan kedua pasien semkain mengalami perburukan, dilakukan tindakan
resusitasi namun pasien tidak ROSC dan dinyatakan meninggal pada tanggal 02 februari 2022
pukul 13.02 WITA dengan penyebab kematian dipikirkan suatu kondisi syok sepsis disertai
dengan adanya disfungsi organ multipel.
30
References
[1] T. SC, "Level of Consciousness," in Clinical Methods: The History, Physical, and
Laboratory Examination. 3rd Edition, Boston, Butterworths.
[2] J. &. S. M. .. Seifter, "Uremic Encephalopathy and Other Brain Disorders Associated with
Renal Failure," Seminars in Neurology, vol. 31, no. 02, p. 139–143, 2011.
[4] E. J. Septimus, "Sepsis Perspective 2020," The Journal of Infectious Diseases, vol. 222, no.
2, pp. 71-73, 2020.
[6] T. A. R. &. M. T. T. Setyawati, "Sepsis Associated Acute Kidney Injury," Infections and
Sepsis Development, 2021.
[9] T. T. Kohji Okamoto, "Sepsis and Disseminated Intravascular," Journal of Intensive Care,
2016.
31
32
33
34