Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

GANGGUAN PSIKOTIK AKUT

Oleh :

Virena Audelia Rambang, S.Ked

206100802012

Pembimbing :

dr. Dina Elizabeth Sinaga, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

GANGGUAN PSIKOTIK AKUT

Virena Audelia Rambang, S.Ked

206100802012

Referat

Diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir di SMF

Ilmu Kesehatan Jiwa

Referat disahkan oleh :

Pembimbing,

dr. Dina Elizabeth Sinaga, Sp.KJ

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
“GANGGUAN PSIKOTIK AKUT” dengan tepat waktu. Referat ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Kesehatan
Jiwa tahun 2022 di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dina
Elizabeth Sinaga, Sp. KJ sebagai pembimbing yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian penyusunan Referat ini. Referat ini disusun dengan kemampuan penulis
yang terbatas, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan Referat ini dan semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Palangka Raya, Oktober 2022

Virena Audelia Rambang, S.Ked

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN……...………………………………………………..ii
KATA PENGANTAR…………..….……………………………………………….iii
DAFTAR ISI……...…………………………………………………………………iv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................5


1.2 Tujuan.................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………7
2.1 Definisi............................................................................................................7
2.2 Bentuk-bentuk gangguan psikotik akut..........................................................7
2.3 Epidemiologi...................................................................................................9
2.4 Etiologi............................................................................................................9
2.5 Patofisiologi..................................................................................................10
2.6 Gambaran Klinis...........................................................................................11
2.7 Diagnosis.......................................................................................................11
2.8 Diagnosis Banding........................................................................................15
2.9 Tatalaksana...................................................................................................17
2.10 Prognosis.......................................................................................................21
3.1 Kesimpulan................................................................................................22
3.2 Saran..........................................................................................................22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

2.7.1 Latar Belakang


Berdasarkan hasil penelitian epidemiologi berskala internasional, insidensi
gangguan psikotik akut lebih tinggi 10 kali lipat pada negara berkembang
dibandingkan negara industri. Beberapa ahli yakin bahwa gangguan ini paling sering
terjadi pada kelas sosial ekonomi rendah, pasien dengan gangguan kepribadian, dan
imigran. Gangguan paling umum pada pasien yang berusia 30-an akhir hingga awal
40-an. Insidensi wanita dikatakan 2 kali lipat dibandingkan laki-laki.4
Pasien dengan gangguan mirip dengan gangguan psikotik akut sebelumnya
telah diklasifikasikan sebagai menderita psikosis reaktif, histerikal, stress, dan
psikogenik. Psikosis reaktif seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia
berprognosis baik; diagnosis DSM-IV gangguan psikotik akut tidak berarti
menyatakan hubungan dengan skizofrenia.1,3 Di tahun 1913 Karl Jasper
menggambarkan sejumlah ciri penting untuk diagnosis psikosis reaktif, termasuk
adanya stresor traumatis berat yang dapat diidentifikasi, hubungan temporal yang erat
antara stresor dan perkembangan psikosis dan perjalanan episode psikotik yang
ringan.1 Di samping itu, isi psikosis sering kali mencerminkan sifat pengalaman
traumatis, dan perkembangan psikosis dihipotesiskan sebagai memuaskan tujuan
pasien, sering kali suatu tipe pelepasan diri dari suatu kondisi traumatis.1

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.7.2 Definisi
Psikotik adalah adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau/aneh. Sindrom psikosis ditandai dengan adanya hendaya berat dalam
kemampuan daya menilai realitas (reality testing ability), dan bermanifestasi dalam
gejala: kesadaran diri (awareness) yang terganggu, daya nilai norma social
(judgement) terganggu, dan daya tilikan diri (insight) terganggu.5 Sedangkan
gangguan psikotik akut sendiri, menurut DSM-V didefinisikan sebagai suatu
gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan
gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.6

2.7.3 Bentuk-bentuk gangguan psikotik akut

Bentuk-bentuk psikotik akut berdasarkan PPDGJ-III:7

1. Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia (F 23.0)


a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai
keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau
kurang);
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah
dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari
yang sama.
c. Harus ada keadaan emosional yang sama beranekaragamnya;
d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari
gejala itu ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria
skizofrenia atau episode manik atau episode depresif.

6
2. Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia (F 23.1)
a. Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) yang khas untuk gangguan
psikotik polimorfik akut;
b. Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu
sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas;
c. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1
bulan maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia.

3. Gangguan psikotik lir-skizofrenia (schizophrenia-like akut) (F 23.2)


a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari
nonpsikosis psikosis);
b. Memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi lamanya kurang dari 1
bulan;
c. Tidak memenuhi kriteria psikosis polimorfik akut.

4. Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham (F 23.3)


a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari
nonpsikosis psikosis);
b. Waham dan halusinasi;
c. Baik kriteria skizofrenia maupun gangguan psikotik polimorfik
akut tidak terpenuhi.

5. Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya (F 23.8)


Gangguan psikotik akut lain yang tidak dapat diklasifikasikan
ke dalam kategori manapun

6. Gangguan psikotik akut dan sementara YTT (F 23.9)

7
2.7.4 Epidemiologi
Berdasarkan studi epidemiologi internasional, bila dibandingkan dengan
skizofrenia, insidensi gangguan psikotik akut sepuluh kali lebih tinggi terjadi di
negara-negara berkembang daripada negara-negara industri. Beberapa klinisi
meyakini bahwa gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan kelas
sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian, dan imigran. Pada
negara-negara non industri, beberapa istilah lain sering digunakan untuk menjelaskan
bentuk psikosis yang dipicu oleh stress yang tinggi.2
Sebagaimana episode psikosis lainnya, risiko pasien menyakiti diri sendiri
dan/atau orang lain dapat meningkat. Pada jenis kelamin, menurut studi epidemiologi
internasional, insidensi dari gangguan ini dua kali lebih tinggi terjadi pada wanita
dibandingkan pria. Di Amerika Serikat, sebuah penelitian mengindikasikan adanya
insidensi yang lebih tinggi pada wanita.2
Gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan usia antara dekade ke tiga
hingga awal dekade ke empat. Beberapa klinisi meyakini bahwa pasien dengan
gangguan kepribadian (seperti narcissistic, paranoid, borderline, schizotypal) lebih
rentan berkembang menjadi gangguan psikosis pada situasi yang penuh tekanan.2

2.7.5 Etiologi
Etiologi gangguan psikotik akut tidak diketahui. Pasien dengan gangguan psikotik
akut yang pernah memiliki gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan
biologis atau psikologis ke arah perkembangan gejala psikotik. Walaupun pasien
dengan perkembangan psikotik akut sebagai suatu kelompok mungkin tidak memiliki
peninggian insidensi skizofren didalam keluarganya, beberapa data menyatakan
bahwa adanya suatu peninggian insidensi gangguan mood. 1 Secara psikodinamika
terdapat mekanisme menghadapi (coping mechanism) yang tidak adekuat dan
kemungkinan adanya tujuan sekunder pada pasien dengan gejala psikotik. Teori
psikodinamika yang lainnya adalah bahwa gejala psikotik adalah suatu pertahanan

8
terhadap fantasi yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak tercapai, atau suatu
pelepasan dari situasi psikosial tertentu.2

2.7.6 Patofisiologi
Hipotesis dopamin pada gangguan psikosis serupa dengan penderita skizofrenia
adalah yang paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari
banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia
disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Beberapa bukti yang
terkait hal tersebut yaitu:1,2,3,7
1. Kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di
dalam system saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal;
2. Obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa
(suatu precusor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine (suatu
agonis reseptor dopamine langsung), baik yang dapat mengakibatkan
skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien;
3. Densitas reseptor dopamin telah terbukti, postmortem, meningkat di otak
pasien skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis;
4. Positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas
reseptor dopamin pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak
dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang
tidak menderita skizofrenia; dan
5. Perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah
jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamin, di cairan
serebrospinal, plasma, dan urin.7
Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah
karena terlalu banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor
dopaminergik atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di dalam
jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak tengah ke
neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral.7

9
2.7.7 Gambaran Klinis
Pada penderita gangguan psikotik akut mengalami gejala psikotik dengan onset
akut yang timbul tanpa prodormal dan mencapai keparahan puncak dalam waktu 2
minggu. Gejala- gejala yang timbul seperti gangguan proses pikir, kebingungan, dan
ganguan afek dan mood. Gangguan psikomotor seperti katatonia mungkin dapat
ditemukan. Gejala bisa berubah dengan cepat, baik sifat maupun intensitas, dari hari
kehari bahkan dalam hari yang sama. Durasi episode gangguan ini berlangsung tidak
lebih dari 3 bulan, dan umumnya berakhir dalam beberapa hari hingga 1 bulan.
Gejala yang timbul bukan merupakan manifestasi kondisi medis lainnya (contoh
tumor otak) dan efek penggunaan zat atau obat pada SSP, termasuk withdrawal
(contoh efek withdrawal alcohol).8

2.7.8 Diagnosis
Sedangkan kriteria diagnostik gangguan psikotik akut menurut PPDGJ-III:
1. Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang
diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas
yang digunakan adalah:
a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang sama dengan
jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu
sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak
termasuk periode prodormal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai
ciri khas yang menentukan seluruh kelompok.
b) Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik = beraneka ragam dan
berubah cepat, atau schizophrenia-like = gejala skizofrenik yang khas)
c) Adanya stress akut yang berkaitan
d) Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung
2. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi criteria episode
manic atau episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-
gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.

10
3. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium atau
demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau obat-
obatan dari 1 bulan lamanya, maka diagnosis harus dirubah menjadi
skizofrenia (F20.-).
Gejala psikotik berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu
bulan. Diagnosis dapat dibuat sebelum periode waktu satu bulan, tetapi harus diterima
sebagai diagnosis sementara. Jika gejala menetap lebih dari satu bulan, diagnosis
berubah menjadi gangguan psikotik lainnya, seperti gangguan skizofreniform.
Terdapat beberapa instrumen penilaian pada gangguan psikotik, yaitu sebagai berikut:
 Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS)
Penilaian ini dikembangkan pada akhir tahun 1960-an berupa skala singkat
untuk menilai keparahan gejala psikiatri. Instrumen penilaian ini terdiri atas beberapa
indikator seperti gangguan berpikir, retardasi atau perubahan emosi, ansietas dan
depresi, permusuhan dan kecurigaan. Instrumen penilaian ini kurang digunakan pada
praktik klinis dikarenakan membutuhkan pelatihan khusus untuk dapat mencapai
reliabilitas (keandalan) yang cukup.
 Positive and Negative Syndrome Scale (PANS)
Instrumen yang dikembangkan pada akhir tahun 1980-an melengkapi
kekurangan instrumen sebelumnya yaitu BPRS. PANS membutuhkan penilaian
klinisi karena penyelidikan serta pertimbangan klinik (clinical judgement) yang
mendalam. PANS sudah menjadi alat standar penilaian dalam hasil jangka panjang
pengobatan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya.
 Scale for The Assessment of Positive Symptoms (SAPS) and Scale for the
Assessment of Negative Symptoms (SANS)
SAPS dan SANS didesain untuk menyediakan penilaian lebih detail terhadap
gejala positif dan negative dari skizofrenia, dapat digunakan masing-masing atau
secara bersamaan. SAPS digunakan untuk menilai halusinasi, waham, sikap bizarre,
dan gangguan berpikir dan SANS digunakan untuk menilai afek datar, kemiskinan isi

11
pikiran, apatis, dan anhedonia. SAPS dan SANS digunakan sebagai monitor efek
pengobatan pada penelitian klinis.9

2.7.9 Diagnosis Banding


Diagnosis lain yang dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah
gangguan buatan (factitious disorder) dengan tanda dan gejala psikologis yang
menonjol, berpura-pura (malingering), gangguan psikotik karena kondisi medis
umum, dan gangguan psikotik akibat zat. Seorang pasien mungkin tidak mau
mengakui penggunaan zat, dengan demikian membuat pemeriksaan intoksikasi zat
atau putus zat sulit tanpa menggunakan tes laboratorium. Pasien dengan epilepsi atau
delirium dapat juga datang dengan gejala psikotik dengan yang ditemukan pada
gangguan psikotik akut. Gangguan psikiatrik tambahan yang harus dipertimbangkan
di dalam diagnosis banding adalah gangguan identitas disosiatif dan episode psikotik
yang disertai dengan gangguan kepribadian ambang dan skizotipal.10
Gangguan psikotik singkat merupakan suatu gangguan psikotik dengan onset akut
yang dapat terjadi lebih dari 1 hari tetapi kurang dari satu bulan dengan penyebab
faktor psikososial yang dipendam. Gangguan skizofreniform berupa gejala psikotik
yang berlangsung dari 1 bulan dan berakhir sebelum 6 bulan. Skizofrenia juga
merupakan diagnosis banding gangguan psikotik akut dengan gejala psikotik yang
berlangsung 6 bulan atau lebih. 3,4 Berdasarkan PPDG-III, diagnosis skizofrenia
ditegakkan bila gejala berlangsung selama 1 bulan atau lebih. 5 Diagnosis lain yang
harus dipertimbangkan adalah gangguan psikotik primer yang disebabkan gangguan
medis umum atau penggunaan zat.9 Gangguan factitious (Munchaunsen syndrome)
dan malingering juga harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding gangguan
psikotik akut.3

12
Gambar 2.1 Diagnosis Banding Gangguan Psikotik Akut Diadaptasi dari ICD-1011

13
2.7.10 Tatalaksana
 Rawat Inap
Seorang pasien psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap yang singkat
baik untuk evaluasi maupun proteksi. Evaluasi memerlukan pemantauan gejala yang
ketat dan penilaian tingkat bahaya pasien terhadap diri sendiri dan orang lain. Selain
itu, rawat inap yang tenang dan terstruktur dapat membantu pasien mendapatkan
kembali kesadarannya terhadap realita. Sementara klinisi menunggu efek perawatan
atau obat-obatan, mungkin diperlukan pengasingan, pengendalian fisik, atau
pemantauan satu pasien oleh satu pemeriksa.1,2
 Psikoterapi
Meskipun rawat inap dan farmakoterapi cenderung mengendalikan situasi
jangka pendek, bagian pengobatan yang sulit adalah integrasi psikologis pengalaman
(dan kemungkinan trauma pemicu, jika ada) ke dalam kehidupan pasien dan
keluarganya. Psikoterapi digunakan untuk memberikan kesempatan membahas
stresor dan episode psikotik. Eksplorasi dan perkembangan strategi koping adalah
topik utama psikoterapi. Masalah terkait meliputi membantu pasien menangani rasa
harga dirinya yang hilang dan mendapatkan kembali rasa percaya diri. Setiap strategi
pengobatan didasarkan pada peningkatan keterampilan menyelesaikan masalah,
sementara memperkuat struktur ego melalui psikoterapi tampaknya merupakan cara
yang paling efektif. Keterlibatan keluarga dalam proses pengobatan mungkin penting
untuk mendapatkan keberhasilan.1,2,5
 Farmakoterapi
Dua kelas utama yang harus dipertimbangkan dalam pengobatan gangguan
psikotik akut adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan
benzodiazepine. Obat antipsikotik yang biasa digunakan adalah antipsikotik atipikal
seperti Risperidone. Khususnya pada pasien yang berada dalam risiko tinggi untuk
mengalami efek samping ekstrapiramidal, suatu antikolinergik kemungkinan harus
diberikan bersama-sama dengan antipsikotik. Pemakaian jangka panjang medikasi

14
harus dihindari dalam pengobatan gangguan ini, jika medikasi pemeliharaan
diperlukan, klinisi harus mempertimbangkan ulang diagnosis.5,12
Gejala psikotik akut membutuhkan terapi segera yang bertujuan meringankan
gejala psikotik berat. Pasien dengan gejala psikotik akut umumnya menunjukkan
gejala agitasi berat, keinginan menyakiti orang sekitar, bahkan bunuh diri.
Antipsikotik dan benzodiazepin dapat menjadi pilihan terapi bagi klinisi. Rute
pemberian antipsikotik sebaiknya diberikan secara oral, namun dalam fase akut dapat
juga diberikan secara intramuskular. Antipsikotik terbagi atas antipsikotik generasi
pertama (antipsikotik tipikal) dan antipsikotik generasi kedua (antipsikotik atipikal).
Yang termasuk golongan obat antipsikotik generasi satu yaitu klorpromazin,
haloperidol, perfenazin, dan trifluoperazin. Sementara golongan obat antipsikotik
generasi kedua yaitu aripriprazole, risperidone, paliperidone, quetiapine, klozapin,
olanzapin.9
Saat ini, pemberian antipsikotik atipikal lebih dianjurkan daripada antipsikotik
tipikal karena efek samping gangguan ekstrapiramidal yang lebih minimal.12 Berikut
rekomendasi jenis antipsikotik yang dianjurkan pada praktik klinis non-spesialis
berdasarkan mhGAP Intervention Guide version 2.0 yang dipublikasikan oleh
WHO.13

Tabel 2.1 Dosis, Efek Samping, Kontraindikasi Antipsikotik

Nama Obat Dosis Efek Samping Kontraindikasi/


Perhatian

15
Inisiasi: 1,5-3 mg Umum: Sedasi,Perhatian pada
Haloperidol Tingkatkan sesuai pusing, penglihatan penderita
kebutuhan. kabur, mulutgangguan
(dosis maks. 20 kering, retensi urin,
ginjal, hati,
mg) konstipasi. dan jantung.
Pasien dengan
Berbahaya: obat
hipotensi yang
ortostatik,efek menyebabkan
samping perpanjangan
ekstrapiramidal, interval QT.
perubahan EKG Evaluasi
(perpanjangan monitor
interval QT), EKG jika
peningkatan berat mungkin.
badan, galaktorea,
amenorea, sindrom
malignan
neuroleptik
Umum: Sedasi, Perhatian pada
Risperidon Inisiasi 1 mg per pusing, takikardi. pasien dengan
hari. Tingkatkan penyakit
hingga 2-6 mg per Berbahaya: jantung.
hari. (Dosis maks. Hipotensi
10mg) ortostatik, Interaksi obat:
gangguan Carbamazepin
Rute : Per oral metabolic e dapat
(hiperlipidemia, menurunkan
resistensi insulin, kadar
peningkatan berat risperidone,
badan), efek sementara
samping fluoxetine
ekstrapiramidal, dapat
peningkatan meningkatkan
prolaktin, disfungsi kadar
seksual, dan risperidon.
sindrom

16
Inisiasi 25-50 mg Umum: Sedasi, Kontraindikasi
Klorpromazin perhari pusing, penglihatan : Gangguan
Tingkatkan kabur, mulut
hingga 75-300 mg kering, retensi urin, kesadaran,
perhari konstipasi, depresi
(Hingga 1000 mg takikardi.
untuk kasus berat. sumsum
Berbahaya: tulang,feokro
Rute : Per oral Hipotensi mositoma
ortostatik, sinkop,
gejala Perhatian pada
ekstrapiramidal, pasien dengan
fotosensitivitas, gangguan
peningkatan berat respirasi,
badan, galaktorea, ginjal, liver,
amenore, disfungsi glaukoma,
seksual, retensi urin,
priapismus, penyakit
sindrom, jantung.
agranulositosis, Monitoring
jaundice EKG jika
mungkin.

Interaksiobat:
Meningkatkan
efek obat
antihipertensi,
penurun
tekanan darah
dengan
epinefrin,
kadar obat
meningkat
jika digunakan
bersamaan
dengan obat
antimalaria.

Pada laporan kasus yang terjadi di India, ditemukan suatu efek samping
risperidone yang sangat jarang yaitu terjadinya edema pada penggunaan risperidone
4 mg per hari pada penderita gangguan psikotik akut. 14 Antipsikotik generasi satu

17
sering menyebabkan efek samping ekstrapiramidal seperti parkinsonisme, distonia
akut, akatisia, tardive dyskinesia (TD). Terdapat beberapa cara dalam mengurangi
efek samping ini bagi para klinisi seperti mengurangi dosis obat antipsikotik,
menambahkan obat antiparkinson, atau mengubah jenis obat antipsikotik dengan
efek samping ekstrapiramidal yang lebih kecil. Obat antiparkinson yang paling
efektif adalah obat antikolinergik (Tabel 2.2)
Sedasi dan hipotensi postural juga merupakan efek samping yang sering timbul
dari penggunaan antipsikotik terutama generasi pertama. Semua antipsikotik dapat
meningkatkan kadar prolaktin yang menyebabkan galaktorea dan gangguan
menstruasi. Peningkatan kadar prolaktin dapat mensupresi gonadotropin releasing
hormone yang juga mensupresi hormon gonad. Hal ini mmicu terjadinya gangguan
fungsi seksual dan libido. Selain itu, hiperprolaktinemia juga memicu penurunan
densitas tulang yang mengarah terjadinya osteoporosis.15 Monitoring pada pasien
yang mengonsumsi antipsikotik wajib dilakukan. Penggunaan antipsikotik atipikal
dapat mengganggu metabolisme insulin. Oleh karena itu, para klinisi harus
memeriksa beberapa indikator kesehatan pasien seperti BMI, glukosa darah, dan juga
profil lipid pasien.15

2.7.11 Prognosis
Evolusi perkembangan jangka panjang gangguan psikotik akut sulit untuk dapat
diprediksi. Perkembangan gangguan ini dapat menjadi skizofrenia, gangguan afektif
bipolar, dan mengalami kesembuhan total tanpa rekurensi. Namun pasien yang
mengalami kesembuhan total hanya sedikit, sementara kebanyakan pasien dapat
mengalami relaps.

18
BAB III
RINGKASAN

Gangguan psikotik akut adalah gangguan yang berlangsung kurang dari satu
bulan tetapi sekurangnya satu hari; gejala mungkin memenuhi atau tidak memenuhi
kriteria diagnosis untuk skizofrenia. Insidensi psikosis reaktif singkat DSM-III-R
diperkirakan adalah 1,4 per 100.000 yang direkrut.
Gangguan psikotik akut penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis
kemungkinan termasuk kelompok gangguan yang heterogen. DSM-IV memiliki
rangkaian diagnosis untuk gangguan psikotik, didasarkan terutama atas lama gejala.
Untuk gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu
bulan dan tidak disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan berhubungan zat,
atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis psikosis akut
kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Pada umumnya pasien dengan
gangguan psikotik akut memiliki prognosis yang baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Gangguan Psikotik Singkat. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock,


Sinopsis Psikiatri - Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1.
Tanggerang : Binarupa Aksara Publisher. 2010:785-789.
2. Gangguan Psikotik Akut. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa.
Kaplan & Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC. 2014:179-181.
3. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:910-3.
4. Memon MA. Brief Psychotic Disorder. National Library of Medicine:
National Center of Biotechnology Information. 2017

5. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik


(Psychotropic Medication) Edisi 2014. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK-Unika Atma Jaya. 2014

6. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara : Schizophrenia like (F23.2). Editor :


Rusdi Maslim. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III
dan DSM-5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
2013:53-55

7. Skizofrenia dan Gangguan Waham (Paranoid). Editor : Husny Muttaqin dan


Frans Dany. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
2013:147-50

8. International Classification of Diseases 11th Revision. Acute and Transient


Psychotic Disorder. WHO;2020. Available from:
http://id.who.int/icd/entity/284410555

9. Sadock,B.J. Sadock,V.A.S., Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of


Psychiatry. 11th ed. Wolters Kluwer;2015.

10. Rajkumar, R.P. Correlates of Suicide-Related Ideations and Attempts in


Patients with Acute and Transient Psychotic Disorder. Clinical Schizophrenia
& Related Psychoses. 2018[cited 2021 April 5];12(1):42-47p. Available
from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26218238/

11. Castagnini,A.,Galeazzi,G.M. Acute and transient psychoses: clinical and


nosological issues. BJPsych Advances. 2016; 22:292–300p.

20
12. Obat Anti-psikosis. Editor : Rusdi Maslim. Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 3. Jakarta : Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya (PT. Nuh Jaya). 2007:14-22.

13. Mental Health Gap Action Programme [Internet]. WHO;2016. mhGAP


Intervention Guide Version 2.0 for mental, neurological and substance use
disordersin non-specialized health settings.[updated 2017; cited 2021 April 3].

14. Thakur,A., Niranjan,V., Rastogi,P., Razdan,R. Acute Oedema Associated


With Risperidone Use: A Report.

15. Boland,R.J., Verduin, M.L. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 12th
ed. Wolters Kluwer; 2021.

16. Soussia,R.B., Bouallagui,A., Younes,S., Marrag,I., Nasr,M. Acute psychotic


disorder:Which future? 25th European Congress of Psychiatry, April 2017.
Science Direct: 2017.S186p. Available from:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0924933817321223

21

Anda mungkin juga menyukai