Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Rumah Sakit Jiwa Aceh Banda Aceh
Oleh:
Nadira Salsabila Putri
2207501010074
Pembimbing :
dr. Subhan Rio Pamungkas, Sp.KJ (K)
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan referat ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpah ke haribaan Nabi Muhammad SAW
yang telah membuka wawasan umat manusia dari jaman jahiliyah ke jaman islamiyah
yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Adapun referat
ini berjudul “Anti Psikotik Pada Ibu Hamil” sebagai salah satu tugas dalam
menjalankan kepaniteraan klinik senior pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Rumah Sakit Jiwa Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada dr. Subhan Rio Pamungkas, Sp.KJ(K) yang telah meluangkan waktunya
untuk memberi arahan, bantuan dan bimbingan serta motivasi dalam menyelesaikan
tugas ini.
Penulis menyadari dalam penulisan referat ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kelemahan, baik dari segala penyajian, bahasa maupun dari segi materi. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari berbagai pihak, sehingga memberikan suatu informasi yang
berguna untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Tabel 2.1 Pedoman Pemilihan Antipsikotik Atipikal Selama Kehamilan . 10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dikenali tetapi tidak dapat diperkirakan secara akurat karena bergantung pada
dosis, jenis obat, dan kondisi individual pasien. Sindrom ekstrapiramidal
menyebabkan penurunan kognitif terutama dalam berkonsentrasi dan
memproses atau mengolah informasi.4
Pengobatan tipikal mempunyai afinitas lebih tinggi dalam menghambat
dopamin 2. Kategori pengobatan tunggal antipsikotik yang paling banyak
adalah penggunaan obat tipikal. Berikut obat antipsikotik yang termasuk pada
golongan generasi pertama:
1. Haloperidol
Haloperidol merupakan obat antipsikotik yang termasuk dalam
kelas butiroferon. Haloperidol merupkana antipsikotik yang bersifat
antagonis D2 yang sangat poten, serta efektif memblok reseptor sistem
limbik otak, dopaminergik diblokir pada jalur nigrostriatal sehingga dapat
memicu terjadinya efek samping berupa sindrom ekstrapiramidal dan
gangguan gerak yang lebih dominan. Dosis anjuran haloperidol untuk
skizofrenia yaitu, dosis oral : 5-15 mg/hari.5
2. Klorpromazin
Klorpromazin termasuk dalam kelas fenitoin. Klorpromazin
memiliki potensi tinggi untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala
dominan apatis, hipoaktif, waham dan halusinasi. Klorpromazin
merupakan antagonis reseptor dopamin dan alfa adrenergik bloker yang
tidak selektif. Mekanisme kerja klorpromazin sebagai alfa adrenergik
bloker yang menimbulkan efek hipotensi otrhostatik yang menghambat
vasokontriksi refleks ketika naik ke posisi duduk atau berdiri. Efek
samping dari klorpromazin yaitu sedatif kuat yang digunakan terhadap
sindrom psikosis dengan gejala gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur,
kekacauan pikiran, perasaan dan perilaku. Dosis awal oral klorpromazin
adalah 20-100 mg/hari.5
4
3. Flufenazin
Flufenazin termasuk obat anti psikosis long acting parenteral (25
mg/cc untuk 2-4 minggu) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau
sulit teratur mengkonsumsi obat ataupun yang tidak efektif terhadap
medikasi oral. Dosis awal flufenazin adalah 5 mg/hari dengan rentang dosis
5-15 mg/hari dan injeksi 25 mg (IM) tiap 2-4 minggu.5
4. Prefenazin
Prefenazin merupakan turunan piperazin. Turunan piperazin lebih
poten (efektif pada dosis rendah), perfenazin sama efektifnya seperti obat
antipsikotik atipikal, dengan pengecualian olanzapin. Prefenazin bekerja
terutama pada reseptor D2, efek pada reseptor 5-HT2 dan α1. Dosis awal
prefenazin adalah 4-25 mg/hari dengan rentang dosis 16-64 mg/hari.5
5. Triheksilfenidil
Triheksilfenidil merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi
efek samping obat antipsikotik tipikal/ generasi pertama yaitu gejala
sindrom ekstrapiramidal. Obat ini terdiri dari senyawa pepiridin yang
bekerja melalui neuron dopaminergik dan tergolong dalam obat jenis
antikolinergik. Obat ini spesifik menekan dan menghambat reseptor
muskarinik sehingga dapat menghambat sistem saraf parasimpatik. Dosis
yang digunakan untuk dewasa awali dengan sehari 1mg. Kemudian
tingkatkan sebesar 5-15 dengan penambahan 2mg tiap 3-5 hari.5
5
Antipsikotik generasi kedua/ atipikal efektif untuk terapi psikosis akut
dan kronis seperti skizofrenia dan skizoafektif pada orang dewasa dan remaja.
Antipsikotik atipik juga efektif untuk terapi depresi psikotik serta untuk
psikotik akibat trauma kepala dan demensia. Antipsikotik atipikal berguna
untuk pengendalian awal agitasi selama epsiode manik. Antipsikotik generasi
kedua (atipikal) sedikit atau bahkan tidak memiliki efek samping EPS pada
dosis rendah. Antipsikotik atipikal ini berhubungan dengan risiko peningkatan
berat badan, gangguan kardiovaskular, dan diabetes melitus yang lebih besar
dan risiko terjadinya gejala ekstrapiramidal yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan antipsikotik tipikal. Antipsikotik atipikal dengan gejala
ekstrapiramidal yang lebih rendah antara lain aripiprazol, quetiapin, dan
clozapin.4
Berikut obat antipsikotik yang termasuk pada golongan generasi kedua :
1. Klozapin
Klozapin termasuk kelas dibenzodiazepin, merupakan neuroleptik
atipikal dengan afinitas tinggi untuk reseptor dopamin D4 dan afinitas rendah
untuk subtipe lain, antagonis alpha-adrenoseptor, reseptor 5-HT2A, reseptor
muskarinik, dan reseptor histamin H1. Klozapin harus diberikan pada pasien
skizofrenia yang mengalami resisten terhadap pengobatan. Selain itu, clozapin
memiliki aksi yang cepat dan efektif diberikan pada pasien skizofrenia dengan
gejala yang tidak terkontrol dan terkontrol. Klozapin harus diberikan ketika dua
antipsikotik tidak mampu berespon dalam menangani gejala psikotik. Dosis
awal klozapin adalah 12,5 mg 1-2 kali/hari pada hari ke-1, selanjutnya dosis
dapat ditingkatkan secara perlahan 25-50 mg hingga 300 mg/hari dalam waktu
2-3 minggu. Selanjutnya dosis dapat ditingkatkan hingga 50-100 mg tiap ½
minggu.5
2. Risperidon
Risperidon merupakan derivat dari benzisoksazol yang diindikasikan
untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala negatif maupun positif. Risperidon
bekerja pada reseptor serotonin dan histamin yang bisa mempengaruhi berat
6
badan. Riperidon dan metabolit aktif 9-OH-risperidone di metabolisme oleh
CYP2D6. Dosis risperidon yang sering digunakan berkisar antara 2-6 mg/hari.5
3. Olanzapin
Olanzapin memiliki kemampuan memblok 5-HT delapan kali lebih kuat
dibandikan dengan kemampuannya memblok reseptor dopamin. Kemampuan
memblok D2 di mesolimbik lebih besar dibandingkan dengan kemampuan
memblok D2 di striatum, sehingga efek samping hanya terasa pada pasien yang
sangat rentan. Olanzapin bersifat agonis terhadap 5-HT1A, efek ini berkaitan
dengan efek antiansietas serta antidepresan. Dosis awal olanzapin adalah 5-10
mg/hari dengan rentang dosis 10-20 mg/hari.5
4. Quetiapin
Quetiapin merupakan dibenzothiazepin dengan potensi memblok 5-
HT2 lebih kuat dari pada D2. Waktu untuk konsentrasi maksimum setelah
pemberian oral sekitar 2 jam. Waktu paruh berkisar 3-5 jam. Dosis awal
quetiapin adalah 50 mg/hari dengan rentang dosis 50-400 mg/hari. Efek
samping yang sering akibat penggunaan quetiapine adalah somnolen,
kelemahan bagian kaki bawah dan dizziness. Obat ini juga terbukti bermanfaat
dalam penanganan gejala psikotik yang muncul akibat penggunaan obat agonis
dopamin pada pasien parkinson.5
7
seperti aminoglikosida dan obat dengan volume distribusi yang rendah.
Peningkatan cairan tubuh juga menyebabkan pengenceran albumin serum
(hipoalbuminemia) yang menyebabkan penurunan ikatan obat-albumin. Steroid
dan hormon yang dilepas plasenta serta obat-obat lain yang ikatan protein
plasmanya tinggi akan menjadi lebih banyak dalam bentuk tidak terikat. Tetapi
hal ini tidak bermakna secara klinik karena bertambahnya kadar obat dalam
bentuk bebas juga akan menyebabkan bertambahnya kecepatan metabolisme
obat tersebut.6
Hingga saat ini hanya sedikit pengetahuan terkait dengan efek pemberian
obat selama kehamilan. Kondisi ini terjadi karena ibu hamil sangat jarang
dilibatkan pada penelitian untuk menentukan keamanan suatu obat baru sebelum
obat tersebut beredar dipasaran. Beberapa obat diketahui berbahay ketika
dikonsumsi selama kehamilan. Risiko ini juga bergantung pada berbagai faktor,
seperti:
• Berapa dosis obat yang dikonsumsi
• Usia kehamilan saat obat tersebut dikonsumsi
• Kondisi kesehatan lainnya yang menyertai ibu hamil
• Interaksinya dengan obat lain yang sedang dikonsumsi ibu hamil7
8
Sindrom perinatal yang berhubungan dengan antipsikotik tipikal yaitu
depresi nafas, kesulitan untuk asupan makanan, sindrom bayi dengan
ekstremitas yang terkulai, peningkatan tonus, kelambatan reflex primitive,
ekstrapiramidal symptoms, tremor, pergerakan abnormal, iritabilitas, agitasi dan
transient heart block.3
Antipsikotik atipikal banyak diresepkan untuk kehamilan. Tidak ada
bukti yang cukup menunjukkan hubungan antara penggunaan antipsikotik
atipikal yang menyebabkan efek teratogenik pada neonatus. Efek yang paling
sering terjadi adalah hiperglikemia dan penambahan berat badan. Paparan
terhadap antipsikotik generasi kedua selama trimester satu mungkin tidak
berhubungan dengan peningkatan risiko malformasi kongenital. Berat bayi lahir
rendah dengan antipsikotik generasi kedua kurang umum jika dibandingkan
dengan penggunaan antipsikotik generasi pertama. Obat APG II yang umum
digunakan adalah aripiprazol olanzapine, quetiapien, risperidone dan
clozapin.7,8
Antipsikotik atipikal seperti olanzapine, risperidone, quetiapien
diindikasikan pada penatalaksanaan psikosis akut, bipolar mania, dan
skizofrenia. Dosis aman pemberian olanzapine adalah 2,5-20 mg perhari,
risperidone 2-6mg perhari, quetiapine 25-700 mg perhari, ziprazidone 20-80 mg
dua kali sehari. Efek samping yang muncul adalah somnolens, mulut kering,
akatisia, dan peningkatan kadar transaminase hepar. Hiperprolaktinemia juga
sering didapatkan pada penggunaan risperidone (88%).3
9
Gambar 2.1 Pedoman Pemilihan Antipsikotik Atipikal Selama
Kehamilan10
10
tanpa pengobatan. Hal ini yang tampaknya berlaku pada pasien di mana selama
kehamilan tetap mengkonsumsi obat antipsikotik.11
Pedoman anti psikotik pada kehamilan sesuai guidelines Miller :
1. Dihentikan 4-10 minggu pascakonsepsi
2. Dihentikan 2 minggu sebelum kelahiran
3. Menggunakan obat yang kuat
4. Dihentikan jika muncul sindroma neuroleptik maligna
5. Segera dilanjutkan pasca persalinan
6. Hindari obat antiparkinson11
11
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13
12. Oktaria D, Amir N. Tatalaksana Gangguan Afektif Bipolar pada Ibu Hamil.
Cdk-272. 2019;46(1):25-29.
14