KRONIS (PPOK)
Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease (GOLD)
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
penyakit paru yang ditandai dengan gejala
pernafasan persisten dan keterbatasan aliran
udara akibat saluran nafas tersumbat dan atau
kelainan alveolar yang disebabkan partikel atau
gas yang berbahaya
Dijumpai pada tahun 2021 sebanyak 33,8 % dari 65,7 Juta penduduk Indonesia
adalah perokok aktif. Status pekerjaan yang paling banyak menderita PPOK adalah
pekerjaan petani, nelayan, dan buruh sebesar 4,7 %
Penyakit Paru
Obstruktif Kronik
DEFIN
ISI
American College of Chest
Physicians/American Society
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
sekolompok penyakit paru menahun yang
berlangsung lama dan disertai dengan
peningkatan resistensi terhadap aliran udara.
The Burden of Obstructive Lung
Disease (BOLD) angka prevalensi PPOK
global adalah 10.1%. Pria ditemukan
memiliki prevalensi 8.5% dan wanita 8.5%.
EPIDEMIO
Menyerang usia > 40 tahun. LOGI
PPOK merupakan penyebab kematian
ketiga di Amerika Serikat dengan angka
kematian mencapai 120000 orang per tahun
Riwayat Riwayat
terpajan infeksi
Kebiasaan polusi di saluran Defisiensi alfa
Hiperaktivitas
Merokok lingkugan & pernapasan antitrypsin-1
Bronkus
tempat kerja bawah
berulang
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics & images
by Freepik and illustrations by Stories
PATOGEN
ESIS
Pemeriksaan Fisik 02
DIAGNO
• Inspeksi Pursed - lips breathing, Barrel chest,
penggunaan otot bantu napas, sela iga melebar,
Anamnesis SIS
01
clubbing finger
• Palpasi fremitus meningkat
• Perkusi hipersonor
• Auskultasi Terdapat ronki dan atau mengi
• Terkait faktor risiko ada pada waktu bernapas, ekspirasi memanjang
history merokok, infeksi
saluran pernapasan bawah
berulang, terpajan
bahan/debu iritan,
pekerjaan.
• Dyspneua kronis dan
progresif
• Batuk berdahak
DIAGNO
Pemeriksaan Penunjang 03
SIS • Spirometri GOLD STANDARD
Gold 2022
PENILA COPD Assessment Test (CAT)
IAN
Modified British Medical Research Council (mMRC)
Questionnaire
PENILA
IAN Interpretasi skor CAT
• 10-20 : sedang. PPOK mengganggu aktivitas sehari-hari pasien, hampir setiap hari
pasien mengeluhkan batuk berdahak, dan terdapat satu kali serangan dalam
•
setahun.
• >30 : sangat berat. PPOK membuat semua aktifitas harian pasien terhenti.
Gold 2022
TATALAK
SANA
Gold 2022
TATALAK • Bronkodilator golongan agonis β2,
antikolinergik (antagonis muskarinik).
LABA SABA
Kejadian akut ditandai dengan perburukan gejala
Akut 1.
2.
Sesak bertambah
Produksi sputum meningkat
3. Perubahan warna sputum
Diklasifikasi menjadi 3 :
1. Eksaserbasi berat memiliki 3 gejala di atas. Membutuhkan evaluasi di
Rumah sakit.
2. Eksaserbasi sedang memiliki 2 gejala di atas. Butuh pengobatan dengan
kortikosteroid sistemik atau antibiotik.
3. Eksaserbasi ringan memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran
napas atas lebih dari 5 hari, demam tanpa
sebab lain, ↑ batuk, ↑ mengi / ↑ frekuensi pernapasan >
20% basal, /frekuensi nadi >20% basal. Dikontrol dengan
meningkatkan dosis bronkodilator.
Penatalaksanaan di rumah
TATALAK
(eksaserbasi ringan) SANA
1. Edukasi pasien menambah dosis Penatalaksanaan di rumah sakit
bronkodilator atau dengan 1. Diagnosis beratnya eksaserbasi
mengubah bentuk bronkodilator 2. Terapi oksigen adekuat
yang digunakan dari bentuk inhaler 3. Pemberian obat maksimal:
atau oral ke bentuk nebuliser
a. Antibiotik
2. Menggunakan oksigen bila b. Bronkodilator, ditingkatan dosis dan
aktivitas dan selama tidur (dosis frekuensi pemberian.
oksigen tidak lebih dari 2 liter) c. Kortikosteroid tidak selalu diberikan.
3. Menambah mukolitik 4. Nutrisi adekuat
5. Ventilasi mekanik (diusahanan Non-invasive
4. Menambah eksperktoran
Positif Pressure Ventilation/NIPPV, bila tidak
5. Bila dalam 2 hari tidak ada berhasil maka gunakan ventilasi mekanik
perubahan maka harus segera ke dengan intubasi).
dokter
PROGNOSI
S
• Prognosis PPOK bergantung pada penatalaksanaan dan
komorbidnya. Komorbid biasanya muncul bersamaan atau tidak
dengan PPOK.
• Studi klinis telah menunjukan bahwa terapi medikamentosa rutin
dapat menurunkan frekuensi terjadinya eksaserbasi. Rehabilitasi
paru segera dilakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit serta
mempertahankan aktivitas fisik guna meningkatkan exercise capacity
dan status kesehatan pasien
TERIM
A
KASIH