PPOK akan berdampak negatif dengan kualitas hidup penderita, termasuk pasien
yang berumur > 40 tahun akan menyebabkan disabilitas. Padahal mereka masih
dalam kelompok usia produktif namun tidak dapat bekerja maksimal karena sesak
napas yang kronik.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sebagai penyakit respirasi kronis yang
dapat dicegah dan dapat diobati, ditandai adanya hambatan aliran udara yang
persisten dan biasanya bersifat progresif serta berhubungan dengan peningkatan
respons inflamasi kronis saluran napas yang disebabkan oleh gas atau partikel
iritan tertentu. Eksaserbasi dan komorbid berperan pada keseluruhan beratnya
penyakit pada seorang pasien.
PPOK merupakan penyebab kematian nomor 4 di dunia
PPOK diperkirakan menjadi penyebab kematian nomor 3 pada tahun 2020
Prevalensi di Indonesia menurut Riskesdas 2013 adalah 3,7% atau sekitar 9,2 juta
penduduk.
-TUMBUH KEMBANG PARU
Kecepatan maksimal penurunan fungsi paru
berhubungan dengan proses selama kehamilan,
kelahiran, dan pajanan waktu kecil
-GENETIK
Sering dijumpai origin Eropa Utara ditemukan pada
usia muda dengan kelainan emphysema panlobular
dengan penurunan fungsi paru karena kekurangan
alpha-1 antitrypsin sebagai inhibitor dari protease
serin.
Gejala Keterangan
Sesak Progresif (sesak bertambah berat seiring
berjalannya waktu)
Bertambah berat dengan aktivitas
Persistent (menetap sepanjang hari)
Dijelaskan oleh bahasa pasien sebagai
"Perlu usaha untuk bernapas,"
Pertimbangkan PPOK
Berat, sukar bernapas, terengah-engah
dan lakukan uji
Batuk Kronik Hilang timbul dan mungkin tidak berdahak.
spirometry
Batuk kronik berdahak: Setiap batuk kronik berdahak dapat
mengindikasikan PPOK.
Riwayat terpajan factor Asap rokok.
resiko, terutama Debu dan bahan kimia di tempat kerja
Asap dapur
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah
(BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Inspeksi
Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup /
mencucu)
Barrel chest (diameter antero-posterior dan
transversal sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat
denyut vena jugularis di leher dan edema
tungkai
Penampilan pink puffer atau blue bloater
Palpasi : Pada emfisema fremitus melemah, sela
iga melebar
Perkusi : Pada emfisema hipersonor dan batas
jantung mengecil, letak diafragma
Auskultasi
Suara napas vesikuler normal, atau
melemah
Terdapat ronki dan atau mengi pada
waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa
Ekspirasi memanjang
DERAJAT BERAT MEROKOK
Jumlah rata-rata batang rokok /hari x Lama merokok /tahun
• Ringan (0-200)
• Sedang (200-600)
• Berat (>600)
RIWAYAT MEROKOK
• Perokok aktif
• Perokok pasif
• Bekas perokok
GEJALA FAKTOR RISIKO
-sesak nafas -rokok
-batuk kronik -pekerjaan
-dahak -polutan dalam/
luar ruangan
SPIROMETRI
Diperlukan
untuk
menetapkan
diagnosis
Faal paru :
Spirometri ( tidak dilakukan saat eksaserbasi )
mMRC Grade 1 Napas saya menjadi pendek jika naik tangga dengan
bergegas atau berjalan ke tanjakan
mMRC Grade 3 Setelah berjalan 100 meter atau beberapa menit di tangga,
saya harus berhenti untuk mengambil napas
mMRC Grade 4 Saya tidak bisa keluar rumah karena susah bernapas atau
tidak bisa mengganti baju karena susah bernapas
Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil,
yaitu hasil analisis gas darah PCO2 < 45 mmHg dan PO2 > 60 mmHg
Dahak jernih tidak berwarna
Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil spirometri)
Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
Perburukan gejala pernapasan akut yang memerlukan terapi tambahan.
Eksaserbasi dapat dipicu oleh beberapa faktor, yang paling sering infeksi saluran
pernapasan. Penyebab lainnya adalah polusi udara, kelelahan, dan adanya
komplikasi.5,8
Gejala eksaserbasi akut PPOK:
Sesak napas bertambah
Produksi sputum meningkat
Perubahan warna sputum
Eksaserbasi PPOK didefinisikan sebagai perburukan gejala pernapasan akut yang memerlukan
terapi tambahan. Eksaserbasi dapat dipicu oleh beberapa faktor, yang paling sering infeksi
saluran pernapasan. Penyebab lainnya adalah polusi udara, kelelahan, dan adanya komplikasi
Gejala:
1. sesak nafas bertambah
2. produksi sputum meningkat
3. perubahan warna sputum
Eksaserbasi akut dibagi menjadi:8,9
Tipe I (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atas
Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di atas
Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran napas atas lebih
dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan
frekuensi pernapasan lebih dari 20% basal, atau frekuensi nadi lebih dari 20% basal
Spiorometri untuk Penilaian Penilasian gejala/
menegakkan hambatan aliran risiko
diagnosis udara eksaserbasi
Riwayat eksaserbasi
sedang atau berat
MENGURANGI GEJALA MENGURANGI RISIKO
• Teknik inhaler
REVIEW(Meninjau) dan kepatuhan
• Gejala: Dsypnea
(sesak napas) •Pendekatan
non-farmakologi
• Eksaserbasi (rehabilitasi paru dan
edukasi
ADJUST tatalaksan
(Menyesuaikan) a mandiri)
• Eskalasi
• Mengganti alat inhaler
atau molekul
• De-eskalasi
•
•
•
•
•
• •
•
• •
•
•
•
•
PPOK adalah penyakit respirasi kronik dengan adanya hambatan aliran udara progresif,
yang berhubungan dengan peningkatan respons inflamasi kronis saluran napas.
Hambatan jalan napas pada PPOK disebabkan oleh obstruksi saluran napas dan
kerusakan parenkim paru.
Rokok merupakan faktor risiko terpenting sehingga berhenti merokok merupakan cara
yang efektif untuk menurunkan risiko PPOK dan memperlambat progresivitasnya.
Tujuan terapi PPOK adalah untuk mengurangi gejala, menurunkan eksaserbasi,
memperbaiki kualitas hidup pasien dan kemungkinan menurunkan mortalitas.
Obat farmakologi utama untuk PPOK adalah bronkodilator seperti agonis β2 dan
antikolinergik (antagonis muskarinik). Bronkodilator kerja panjang lebih efektif
dibanding bronkodilator kerja singkat untuk terapi pemeliharaan PPOK. Kombinasi
bronkodilator (agonis β2 dan antikolinergik) atau kombinasi bronkodilator dengan
corticosteroid inhalasi lebih efektif memperbaiki fungsi paru.
Kombinasi 3 obat (LABA, LAMA, Dan ICS) dapat memperbaiki fungsi paru dan kualitas
hidup, serta menurunkan risiko eksaserbasi dibanding kombinasi LABA/ICS atau
LABA/LAMA.