Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA

POPULASI PENYAKIT TIDAK MENULAR:


PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK
KELOMPOK 4B
1. Dian Puspita Sari 18031061
6. Tri Zulfiandi 18031078
2. M. Lizky Rinaldy 18031062
7. Mutia Sari 18031079
3. Serli Fitri 18031063
8. Rahmi Devid 18031092
4. Siti Nurasiah 18031064
9. M. Farezi Alfaneanda 18031095
5. Tengku Atika Rahmanisa 18031077

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS II
DEFINISI
DEFINISI PENYAKIT TIDAK MENULAR DEFINISI PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PP
Penyakit paru obstruksi kronik merupakan penyakit yang
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala
penyakit yang sering kali tidak terdeteksi respirasi dan hambatan aliran udara persisten yang progresif
karena tidak bergejala dan tidak ada keluhan. dan berhubungan dengan abnormalitas saluran nafas dan atau
Biasanya ditemukan dalam tahap lanjut alveolar yang disebabkan oleh paparan signifikan terhadap
sehingga sulit disembuhkan dan berakhir partikel atau gas yang berbahaya
dengan kecacatan atau kematian dini
Penyakit paru osbtruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit
yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas
yang tidak sepenuhnya reversibel. Penyakit paru obstruksi ini
umumnya disebabkan oleh polusi udara, radang akut saluran
pernafasan yang berkepanjangan, radang kronis saluran
pernapasan, gangguan sistem imunitas paru, sekret bronkus
yang berlebihan
KLASIFIKASI PARU OBSTRUKSI
KRONIK (PPOK)

DERAJAT 0 DERAJAT 1 DERAJAT 2

Memiliki satu atau lebih gejala batu Sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang
Batu kronis dan produksi dahak ada tetapi tidak ditemukan gejala batu dan produksi dahak. Pada
kronis, produksi dahak, dan sesak napas,
sering. Pada derajat ini pasien sering tidak derajat ini biasanya pasien mulai memeriksakan
terdapat paparan faktor resiko, sprirometri
menyadari bahwa menderita PPOK kesehatannya
: normal

DERAJAT 3 DERAJAT 4

Sesak lebih berat, penurunan aktivitas, pada derajat ini kualitas hidup pasien
rasa lelah dan serangan eksasernasi memburuk dan jika eksaserbasi dapat
semakin sering dan berdampak pada mengancam jiwa biasanya disertai gagal
kualitas hidup penderita nafas kronis
ETIOLOGI DAN MANIFESTASI KLINIS
Menurut P2PTM Kemenkes RI (2016) faktor risiko terjadinya
PPOK, yaitu:
1. Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal
PPOK dapat menimbulkan gejala sebagai berikut:
yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. 1. Sesak napas
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan tentang, 2. Batuk-batuk kronis (batuk 2 minggu)
riwayat merokok, Perokok Aktif, Perokok Pasif, Bekas perokok. 3. Sputum yang produktif (batuk berdahak) Pada
Bila merupakan bekas perokok harus dinilai derajat berat merokok PPOK eksaserbasi akut terdapat gejala yang
dengan menggunakan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian bertambah parah seperti:
jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama
merokok dalam tahun :
- Bertambahnya sesak napas
•Ringan : 0-200 - Kadang-kadang disertai mengi
•Sedang : 200-600 -Bertambahnya batuk disertai meningkatnya
•Berat : >600 sputum (dahak)
-Sputum menjadi lebih purulen dan berubah
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja warna
3. Hipereaktivitas bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
4. Gejala non-spesifik: lesu, lemas, susah tidur,
5/ Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di mudah lelah, depresi
Indonesia
Peran Perawat Komunitas Mengatasi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis

1. Asuhan keperawatan meliputi intervensi mandiri, kolaborasi, edukasi dan


monitoring. Dalam konteks komunitas perawat memiliki peran penting yaitu Care
Giver, Clien Advocate, Counselor, Educator, Collaborator, Coordinator, Change
Agent, Consultant. Manajemen penyakit kronis dalam pelayanan keperawatan
komunitas di dalam gedung sangat erat dengan peran educator yang mendominasi
dan peran caregiver. Dalam melaksanakan tugasnya, caring dipersepsikan secara
berbeda oleh setiap individu perawat

2. Edukasi merupakan peran penting bagi seorang perawat. Teaching didefinisikan


merupakan fungsi perawat dalam menolong pasien untuk bisa mengerti informasi
yang berkaitan dengan proses penyakit dan penyembuhannya sehingga mampu
meningkatkan efikasi diri dan kemampuan dalam mengatasi sesak nafas pada pasien
PPOK Pengobatan dan perawatan PPOK membutuhkan proses yang lama sehingga
pasien perlu pola untuk mengelola penyakit. Self management PPOK merupakan
peran aktif pasien untuk pengobatan dan perawatan penyakit berdasarkan koping
yang memadai, kepatuhan pengobatan, perhatian terhadap teknik pernafasan
Pencegahan Peyebaran Pada Populasi
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
Pencegahan pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) yaitu
1. Berhenti Merokok, Mencegah orang agar tidak mulai merokok adalah aspek utama dari
pencegahan PPOK. Kebijakan kebijakan dari pemerintah, badan kesehatan umum dan organisasi
anti rokok bisa menurunkan tingkat merokok dengan mencegah orang agar tidak mulai merokok
dan menganjurkan orang untuk berhenti merokok
2. Kesehatan kerja, Sejumlah tindakan sudah diambil untuk menurunkan kemungkinan pekerja di
industri industri yang berisiko seperti pertambangan batubara, konstruksi dan batu bata terserang
PPOK. Contoh dari tindakan pencegahan ini termasuk: pembuatan kebijakan umum, pendidikan
pekerja dan manajemen risiko, mempromosikan penghentian merokok, pemeriksaan pekerja
apakah ada tanda tanda awal PPOK, dan penggunaan respirator, dan pengontrolan debu
3. Rehabilitas paru untuk memperbaiki gejala, kualitas tidur, peartisipasi fisik dan emosi penderita
PPOK dalam aktivitas harian.
4. Terapi oksigen jangka panjang dapat memperbaiki tingkat kelangsungan hidup pasien
5. Program latihan pernapasan yang dapat diberikan pada pasien PPOK salah satunya ialah metode
pursed lips breathing exercise, teknik ini saangat mudah untuk dipraktekkan dalam keseharian
pasien. pursed lips breathing exercise merupakan program latihan yang diterapkan Pada pasien
PPOK yang bertujuan untuk mengatur dan memperbaiki pola dan frekuensi napas sehingga mampu
mengurangi penumpukan udara atau air trapping, mengurangi sesak napas serta mengkoordinasi
frekuensi napas dengan memperbaiki ventilasi alveoli dan pertukaran gas dalam paru-paru.
 
Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan
pada Populasi Penyakit Paru Obstruksi
Kronik (PPOK)
Kebijakan pada populasi penyakit paru obstruksi kronik Strategi promosi kesehatan pada populasi penyakit patu obstruksi
(PPOK) adalah: kronik (PPOK) yaitu:
1. Pengendalian PPOK didasari pada pendekatan pelayanan 1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam
komprehensif, terintregrasi, sepanjang hayat yang di pencegahan PPOK
dukung partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam 2. Memfasilitasi dan mendorong tumbuhnya gerakan dalam
pencegahan PPOK serta sesuai dengan kondisi ( local area mencegah PPOK di masyarakat
spesific) 3. Memfasilitasi kebijakan publik dalam pengendalian PPOK
2. Pengendalian PPOK dilaksanakan melalui pengembangan 4. Meningkatkan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam
kemitraan dan jejaring kerja secara multidisiplin pengendalian PPOK.
3. Pengendalian PPOK dilakukan secara profesional, 5. Meningkatkan sistem surveilans epidemiologi (kasus termasuk
kematian dan faktor risiko) PPOK.
berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat serta didukung
6. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
oleh sumber daya yang memadai.
(penemuan/deteksi dini, dan tatalaksana) PPOK yang berkualitas.
4. Peningkatan peran pemerintah daerah dalam pengendalian 7. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada Pemerintah Daerah,
PPOK legislatif dan stakeholder dalam memberikan dukungan
5. Pengembangan serta rujukan, surveilans epidemiologi dan pendanaan dan operasional.
sentinel penyakit tidak menular khususnya PPOK.
KASUS
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di desa melati terdapat 80% masyarakat
tidak mengetahui penyakit PPOK. Secara umum terdapat 35% masyarakat desa melati yang
berpengetahuan kurang tentang penyakit PPOK, terdapat 45% masyarakat desa melati
kurang terampil dalam menangani penyakit PPOK. Hasil wawancara didapatkan 55%
masyarakat desa melati mengalami sesak nafas dan batuk berdahak, 65% lansia laki laki
sudah merokok sekitar kurang lebih 30 tahun lamanya dan dalam sehari mampu
menghabiskan 10 batang rokok dan masyarakat desa melati cenderung untuk tidak berobat
ketika sakit dan menganggap sakit adalah hal yang sepele.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Data Diagnosa NOC NIC
(NANDA/INCP)
Hasil pengkajian : Domain 1: Promosi Kesehatan Prevensi Primer: Prevensi Primer:
- Terdapat 35% masyarakat desa melati Kelas 2: Manajemen Kesehatan Setelah dilakukan bimbingan antisipatif 5210: Bimbingan antisipatif (hal. 86)
yang berpengetahuan kurang tentang Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan diharapkan pengetahuan masyarakat Aktivitas:
penyakit PPOK (00099) meningkat mengenai penyakit PPOK. 1. Bantu klien mengidentifikasi
- Terdapat 45% masyarakat desa melati Domain IV: Pengetahuan kesehatan dan kemungkinan dampak yang akan terjadi
kurang terampil dalam menangani perilaku akibat perilakunya terhadap klien dan
penyakit PPOK. keluarga
Hasil wawancara : Kelas S: Pengetahuan kesehatan 2. Berikan informasi mengenai harapan
- 55% masyarakat desa melati mengalami 1805: Pengetahuan: Perilaku kesehatan yang ingin dicapai dengan perubahan
sesak nafas dan batuk berdahak, Indikator: perilaku
- 65% lansia laki laki sudah merokok 1. Mengetahui penyakit PPOK (2à5) 3. Pertimbangkan metode yang biasa
sekitar kurang lebih 30 tahun lamanya 2. Mengetahui faktor risiko terjadi digunakan klien dalam pemecahan
dan dalam sehari mampu menghabiskan penyakit PPOK (2à5) masalah
10 batang rokok 1823: Pengetahuan: Promosi kesehatan 4. Bantu klien untuk memutuskan
- Masyarakat desa melati cenderung untuk 3. Mengetahui perilaku untuk bagaimana masalah dipecahkan
tidak berobat ketika sakit dan meningkatkan kesehatan (2à5) 5. Gunakan contoh kasus untuk
menganggap sakit adalah hal yang sepele. 4. Mengetahui screening kesehatan yg meningkatkan kemampuan pemecahan
direkomendasikan (2à5) masalah klien dg cara yg tepat
5. Mengetahui cara pencegahan terjadinya 6. Bantu klien mengidentifikasi sumber yg
penyakit PPOK (2à5) tersedia terhadap tindakan yg akan
dilakukan
7. Latih teknik yg digunakan untuk
beradaptasi terhadap perubahan perilaku
8. Sediakan bahan rujukan untuk klien
(bahan pembelajaran, pamflet)
9. Libatkan keluarga maupun orang
terdekat klien jika memungkinkan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Data Diagnosa NOC NIC
(NANDA/INCP)
Hasil pengkajian : Domain 1: Promosi Kesehatan 1855: Pengetahuan: Gaya hidup sehat 5520: Fasilitasi pembelajaran (hal. 106)
- Terdapat 35% masyarakat desa melati Kelas 2: Manajemen Kesehatan 1. Mengetahui pentingnya melakukan Aktivitas:
yang berpengetahuan kurang tentang Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan latihan fisik teratur dan terapi kognitif 1. Pastikan klien siap menerima proses
penyakit PPOK (00099) (2à5) pembelajaran
- Terdapat 45% masyarakat desa melati   2. Tentukan dan tulis tujuan pembelajaran yg
kurang terampil dalam menangani Domain IV: Pengetahuan kesehatan jelas dan mudah dinilai
penyakit PPOK. dan perilaku 3. Sesuaikan pembelajaran dg tingkat
Hasil wawancara : Kelas R: Health beliefs pendidikan dan perkembangan klien
- 55% masyarakat desa melati mengalami Indikator: 4. Buat isi pembelajaran sesuai dg kemampuan
sesak nafas dan batuk berdahak, 1. Menerima pentingnya melakukan kognitif, psikomotor dan afektif klien
- 65% lansia laki laki sudah merokok latihan fisik dan Kognitif 5. Berikan informasi dg urutan yg logis, dg cara
sekitar kurang lebih 30 tahun lamanya 2. Menerima dampak apabila tidak yg tepat dan merangsang perubahan perilaku
dan dalam sehari mampu menghabiskan mempunyai latihan fisik dan 6. Sesuaikan informasi dg gaya hidup dan
10 batang rokok Kognitif. rutinitas klien sehingga dapat dipatuhi
- Masyarakat desa melati cenderung untuk 3. Menerima keuntungan dari tindakan 7. Gunakan alat bantu untuk
tidak berobat ketika sakit dan 4. Menerima kontrol internal dari menggambarkan materi yg penting dan
menganggap sakit adalah hal yang sepele. tindakan komplek
5. Menerima kontrol terhadap kesehatan 8. Gunakan metode yg sesuai dan bahasa yg
6. Memiliki kemampuan melakukan umum digunakan
latihan fisik dan kognitif 9. Gunakan animasi, pamflet, atau video dalam
7. Mengetahui hambatan dalam menyampaikan materi dari internet
melakukan latihan fisik dan kognitif 10. Dorong klien untuk berpartisipasi aktif dan
berbagi pengalaman dalam proses
. pembelajaran
11. Gunakan demonstrasi yg sesuai
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Data Diagnosa NOC NIC
(NANDA/INCP)
Hasil pengkajian : Domain 1: Promosi Kesehatan Prevensi Sekunder Prevensi sekunder:
- Terdapat 35% masyarakat desa melati Kelas 2: Manajemen Kesehatan Domain IV: Pengetahuan kesehatan dan perilaku 6520: Skrining kesehatan (hal.422)
yang berpengetahuan kurang tentang Ketidakefektifan Pemeliharaan Kelas T: Kontrol resiko dan keamanan 1. Promosikan pelayanan skrining kesehatan
penyakit PPOK Kesehatan (00099) 1908: Deteksi Resiko untuk meningkatkan kesadaran
- Terdapat 45% masyarakat desa melati Indikator: masyarakat terakit penyakit PPOK.
kurang terampil dalam menangani 1. Mengenali tanda dan gejala penyakit PPOK (1à4) 2. Berikan akses yang mudah untuk
penyakit PPOK. 2. Teridentifikasi faktor risiko yang berpotensi melakukan skrining baik waktu maupun
Hasil wawancara : menimbulkan penyakit PPOK (1à4) tempat
- 55% masyarakat desa melati mengalami 3. Berparstisipasi dalam skrining terkait faktor risiko 3. Lakukan pemeriksaan fisik pada
sesak nafas dan batuk berdahak, terjadinya penyakit PPOK (1à4) masyarakat
- 65% lansia laki laki sudah merokok 4. Menggunakan pelayanan kesehatan sesuai dengan 4. Rujuk masyarakat ke pelayanan
sekitar kurang lebih 30 tahun lamanya kebutuhan (1à4) kesehatan jika diperlukan.
dan dalam sehari mampu menghabiskan    
10 batang rokok Prevensi tersier: Prevensi tersier:
- Masyarakat desa melati cenderung untuk Domain IV: Pengetahuan kesehatan dan perilaku 4360: Modifikasi perilaku
tidak berobat ketika sakit dan Kelas Q: Perilaku kesehatan Aktivitas:
menganggap sakit adalah hal yang sepele. 1606: Partisipasi terhadap keputusan perawatan 5. Tentukan motivasi untuk berubah
kesehatan 6. Pastikan intervensi laithan fisik dan
Indikator: kognitif dapat dilakkan oleh masyarakat.
5. Mengemukakan pemecahan masalah terkait lansia 7. Gunakan periode waktu yang spesifik
dengan penyakit PPOK ketika mengukur unit perilaku
6. Mencari informasi yang benar terkait penyakit 8. Fasilitasi pelibatan keluarga dalam proses
PPOK. membentuk perilaku masyarakat terkait
7. Teridentifikasi hasil kesehatan prioritas laithan fisik dan kognitif
8. Teridentifikasi barier untuk meningkatkan fungsi
psikososial
9. Teridentifikasi dukungan yang tersedia untuk
melakukan kegiatan latihan fisik dan kognitif 
.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai