Pencegahan Primer
a) Pendidikan mengenai PPOK Hal ini bertujuan untuk menginformasikan faktor
risiko PPOK dan faktor yang dapat memperparah penyakit kepada orang yang
berisiko dan keluarganya agar dapat menghindari faktor pencetus tersebut.
Kegiatan yang dapat dilakukan seperti penyuluhan di lingkungan masyarakat, di
lingkungan kerja terutama lingkungan yang memiliki risiko tinggi terhadap PPOK
seperti daerah industri yang mengandung banyak partikel berbahaya, dan
lingkungan sekolah untuk berupa pencegahan dini untuk tidak merokok karena
ini merupakan faktor pencetus yang paling utama.
b) Mengurangi paparan iritan lingkungan Iritan lingkungan tersebut antara lain asap
rokok, polutan tempat kerja, dan udara dingin. Rokok merupakan faktor utama
pencetus PPOK. Selain itu rokok juga dapat memperparah keadaan penderita.
Untuk itu rokok harus dihindari, sekitar 10%-15% perokok menderita PPOK.
Angka kematian PPOK pada perokok juga lebih tinggi dibanding yang bukan
perokok. Polutan juga dapat memperberat kondisi penderita PPOK, selain
bersifat iritan terhadap saluran pernapasan. Penggunaan alat pelindung diri
(APD) sangat penting dalam mengurangi paparan polutan. Udara dingin
berhubungan dengan peningkatan reaktivitas saluran napas pada penderita
asma bronkial.
c) Menjaga berat badan ideal Kondisi berat badan yang berlebih dapat
mengakibatkan otot-otot pernapasan harus bekerja lebih keras, diafragma
terdorong ke atas dan menekan paru bagian bawah, sehingga mengakibatkan
gangguan keseimbangan ventilasi perfusi. Menjaga berat badan agar tetap ideal
perlu dilakukan untuk mengurangi beban kerja paru, selain untuk menghindari
risiko timbulnya penyakit lainnya.
d) d. Predisposisi genetik Hal ini berkaitan dengan riwayat keluarga yang menderita
emfisema,mengingat adanya kelainan defisiensi antitripsin yang diturunkan
secara autosomal.Faktor risiko yang masih dapat dicegah seperti merokok,
polutan, dan yang lainnya untuk dihindari.
e) Nutrisi yang cukup Wanita hamil perlu mengonsumsi gizi yang cukup agar
pembentukan organ bayi dapat terbentuk dengan sempurna. Karena
pembentukan organ paru yang tidak sempurna sewaktu bayi menjadi salah satu
faktor risiko PPOK.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan diagnosa dini pada penderita agar dengan
cepat dapat ditangani sehingga tidak semakin buruk dan bahkan terkena komplikasi.
Bagi yang berada di lingkungan polutan tinggi agar mengurangi paparan polutan
maupun polusi udara. Penderita yang merupakan perokok untuk mengurangi
ataupun menghindari paparan rokok agar kondisi penderita tidak semakin parah.
Vaksinasi harus dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi
eksaserbasi.Diagnosa PPOK ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi
keterbatasan penderita PPOK. Hal- hal yang dapat dilakukan adalah:
1) Latihan fisik Latihan ini bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terutama otot pernapasan pada saat beraktivitas.
2) Terapi psikososial Terapi ini meliputi dukungan dari pihak keluarga kepada
penderita, konsultasi masalah yang dialami penderita, karena penderita PPOK
biasanya mengalami depresi dan kecemasan sehingga perlu diberikan motivasi
oleh orang-orang yang dekat dengan penderita.
3) Terapi nutrisi Penurunan berat badan dan pengecilan otot terjadi pada 20-35%
penderita PPOK. Pada tahap lanjut akan terjadi gangguan keseimbangan energi
dengan protein. Hal yang perlu dilakukan adalah pengaturan pola makan bagi
penderita. Akan tetapi harus diikuti dengan berolahraga.
Daftar Pustaka
https://123dok.com/document/dy4l4rrz-karakteristik-penderita-penyakit-obstruksi-kronis-dirawat-
medan-tahun.html