Anda di halaman 1dari 16

Oleh:

Ns. T. Abdur Rasyid, M.Kep


PENDAHULUAN

 IGD adalah fasilitas khusus yg memberikan perawatan segera atau mendesak


(Chonde, Ashour, Nembhard, & Kremer, 2013)
 Kunjungan pasien ke IGD me↑ setiap tahunnya. Sebayak 30% dari semua
kunjungan ke IGD di AS adalah non-urgent (Uscher-Pines, Pines, Kellermann,
Gillen, & Mehrotra, 2013). Sebanyak 13,3 % dari total seluruh kunjungan ke
RSU adalah kunjungan pasien ke IGD (Kementerian Kesehatan RI, 2009).
 Meningkatkan kepadatan (overcrowding) pasien di IGD
 Butuh Metode triase yang sesuai
 Model Triase sangat banyak di Seluruh dunia: Triase 3 tingkat, 4 tingkat dan 5
tingkatan / kategori pasien
 Triase 5 tingkat adalah sistem triase yang paling banyak dipelajari dan
diadopsi diseluruh dunia
SEJARAH TRIASE

 Triase berasal dari kata "trier" (bahasa Prancis) berarti pemilahan.


 Sistem triase pertama kali diperkenalkan oleh dokter Prancis, Dominique Jean
Larrey pada tahun 1792 selama perang dunia pertama
 Sistem triase diterapkan di IGD rumah sakit sipil selama akhir 1970-an dan
awal 1980-an
 Saat itu sistem triase disusun menggunakan beberapa metode seperti angka,
warna, pita, balon, atau alfabet untuk menunjukkan urgensi pasien
 Saat ini sistem triase telah berkembang diseluruh dunia dan dibuat
berdasarkan populasi pasien tertentu (mis: traise dewasa, anak, kehamilan
dll)
DEFINISI TRIASE

 Proses pemilahan cepat pasien yang datang ke IGD untuk menentukan pasien
yang perlu diobati segera adan pasien yang dapat menunggu.
 Proses ini membutuhkan keterampilan perawat GD yang berpengalaman
 Tujuan triase adalah memberikan pertolongan kegawatdaruratan pada sesuai
dengan kedaruratan penyakitnya.
TRIASE KOMPREHENSIF

 Standar Praktik GD oleh Emergency Nurses Association (ENA) merekomendasikan


IGD mengunakan triase komprehensif  menentuan prioritas perawatan
berdasarkan pada kebutuhan fisik, perkembangan, dan psikososial pasien serta
faktor-faktor yang mempengaruhi akses ps thd perawatan kesehatan
 Keuntungan triase efektif:
 Triase dilakukan oleh perawat terlatih
 Identifikasi ps dgn cepat
 Kepastian dalam pertolongan
 Dapat memutuskan area perawatan yang tepat bagi ps di IGD
 Selama triase perawat dpt memberikan informasi pd ps dan keluarga
 Komunikasi yg kua antara perawat triase dgn perawat lainnya di IGD
 Jika ada protokol, obat untuk demam, pereda nyeri, dan profilaksis tetanus dapat
diberikan.
TRIASE KOMPREHENSIF (CONT’D)

 Sistem triase komprehensif memiliki kebijakan, prosedur, dan protokol (atau


standar) yg berfungsi sebagai pedoman.
 Tujuan triase komprehensif adalah untuk mengumpulkan informasi yang
memadai untuk mendukung keputusan penetuan tingkat keparahan triase.
 Proses penilaian triase komprehensif melibatkan pengumpulan keluhan
utama, informasi subjektif atau objektif lainnya yang relevan
 ENA merekomendasikan bahwa triase tidak lebih dari 5 menit dan jika
mungkin hanya 2 menit.
SISTEM TRIASE

Sistem Triase Kategori


2 Tingkat Sakit ATAU tidak sakit
3 Tingkat - Emergent (Gawat darrurat)
- Urgent (mendesak)
- Non-urgent (tidak gawat tidak darurat)

4 Tingkat - Life threatening (mengancam kehidupan


segera)
- Emergent (Gawat darrurat)
- Urgent
- Nonurgent
5 Tingkat - Sistem triase yang paling banyak diadopsi
dan dipelajari didunia
TRIASE 5 TINGKAT (INTERNATIONAL)

 Beberapa sistem triase modern telah dikembangkan diberbagai negara. Sistem


triase tersebut meliputi:
 Emergency Severity Index (ESI) di Amerika
 Australian Triage Scale (ATS) di Australia
 Manchester Triage System (MTS) di Inggris
 Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS) di Kanada

Penelitian literatur review oleh Rasyid, Kosasih & Mirwanti menunjukkan MTS memiliki
reliabilitas pd tingkat baik s.d sangat baik (0,61 – 0,91) dgn akurasi 49% dan ESI dgn
reliabilitas moderat s.d sangat baik dgn akurasi (59,6 – 72,5%).
Kebanyakan penelitian mengidentifikasi ESI sebagai triase yang paling baik (validitas dan
reliabilitas lebih tinggi dibandingkan sistem triase lain)  namun ESI kurang cocok
digunakan di negara berkembang
SISTEM TRIASE DI INDONESIA

 Depkes RI merekomendasikan triase warna: Merah, Kuning, hijau, hitam (PMK


no.47 tahun 2018).
 Sementara KARS merekomendasikan RS yang mnegikuti SNARS menggunakan
ATS sebagai sistem traise di IGD.
TRIASE WARNA (PMK no.47 tahun 2018)
KATEGORI KRITERIA RUANGAN PERAWATAN DI IGD

Merah: prioritas pertama (area Pasien cedera berat mengancam Resusitasi


resusitasi) jiwa yg kemungkinan besar
dapat hidup bila ditolong segera
Kuning: prioritas kedua (area Pasien memerlukan tindakan Ruang observasi
tindakan) defenitif tidak ada ancaman
jiwa segera
Hijau: prioritas ketiga (area Pasien degan cedera minimal, Dialihkan ke rawat jalan /
observasi) dapat berjalan dan menolong dipulangkan
diri sendiri atau mencari
pertolongan.
Hitam: prioritas nol Pasien meninggal atau cedera Ke kamar jenazah
fatal yg jelas dan tidak mungkin
diresusitasi.
AUSTRALASIAN TRIASE SCALE (ATS)

 Australasian Triage Scale (ATS) pada awalnya diresmikan dan distandarisasi


oleh Australasian College for Emergency Medicine (ACEM) pada tahun 2000.
ATS merupakan revisi dari National Triage Scale (NTS) yang dikembangkan
pada tahun 1993
 ATS memiliki pendekatan A, B, C dan D berserna nilai fisiologis dan riwayat
masalah kesehatan pasien saat datang ke IGD.
 Forero & Nugus (2014) mengetakan ATS adalah skala yang valid untuk
digunakan di IGD
 Penelitian Rasyid, Kosasih, Mirwanti (2020) ditemukan akurasi proses triase
pada ATS versi asli (distandarisasi oleh ACEM) sebesar 94% dengan under dan
over triage masing – masing sebesar 2% dan 4% dimana akurasi tertinggi
ditemukan pada ATS 1, 2, dan 3.
MASALAH DALAM ALOKASI TRIASE PASIEN

 Under-triage  alokasi kategori dibuat lebih rendah dari kondisi sebenarnya


 Over-triage  alokasi kategori dibuat tinggi rendah dari kondisi sebenarnya

Triase yang baik itu adalah Ecpexted triage (kategori triase seuai dgn kondisi
pasien yg sesungguhnya)
Oleh karena itu dibutuhkan pelatihan dan pengalaman  meningkatkan kualitas
triase.
KATEGORI AUSTRALASIAN TRIAGE SCALE (ATS)
Pemeriksaan Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3 Kategori 4 Kategori 5

LEMBAR
0 menit 10 menit 30 menit 60 menit 120 menit
Jalan nafas Sumbatan Sumbatan Bebas Bebas Bebas
parsial
Pernafasan Henti nafas Distress Sesak nafas (RR RR 12 – 24 RR 12 –

CHECKLIST ATS
RR <10 pernafasan 24 - 30 x/mnt) x/mnt 24 x/mnt
x/mnt) (RR >30 SaO2
x/mnt) 90 – 95%.
Sirkulasi Henti jantung Nadi teraba Takikardi (HR Nadi kuat Nadi kuat
TDS
mmHg
< 80 lemah
HR < 50
x/mnt
120 x/mnt
TDS >180
mmHg
HR 60 – 100
x/mnt
TDS 100-120
HR 60 –
100 x/mnt
TDS 100-
(Triase Pasien Dewasa)
HR > 150 TDD >120 mmHg 120 mmHg
x/mnt mmHg TDD 70-90 TDD 70-90
TDD < 90 Perdarahan mmHg mmHg
mmHg sedang Perdarahan
Pucat Muntah persisten ringan
Akral dingin Dehidrasi Muntah/
CRT> 2 detik diare tanpa
dehidrasi

Kesadaran GCS <9 GCS 9-12 GCS >12 GCS 15 GCS 15


Soporokoma Letargis Apatis Cedara kepala
Koma Somnolen Samnolen ringan.
Kejang Trauma kepala Riwayat
riwayat pingsan pingsan (-)
Paska Kejang
Gejala Nyeri dada Sepsis (stabil) Aspirasi tanpa Nyeri
Spesifik Nyeri hebat Demam pada sesak nafas ringan
Lainnya Sepsis imunosupresi Trauma dada Luka
GDS < 50 Nyeri sedang – tanpa nyeri / ringan
mg/dL berat tanpa sesak Pasien
Stroke akut Kolik abdomen nafas kontrol
Multiple Trauma tungkai/ Sulit menelan Imunisasi
trauma deformitas/ tanpa sesak Pasien
Trauma lokal laserasi nafas psikiatri
parah berat/crust Nyeri sedang kronis
Asam/basa Gangguan Mata radang (kondisi
kuat sensasi & nadi (tanpa tenang)
mengenai tidak teraba ganguan
mata (tungkai) penglihatan)
Keracunan/ Psikosis / resiko Trauma
bisa/ obat mencederai diri/ tungkai ringan
resiko tinggi lingkungan Radang sendi
Pasien Nyeri
psikiatrik abdomen tidak
mengamuk spesifik
pasien
psikitarik
tanpa resiko
menciderai
KEPUTUSAN TRIASE SEKUNDER

 Kegiatan ini meliputi melakukan pengkajian yang singkat dengan tidak


menghalangi atau memeperlambat pasien mendapatkan intervensi yang
diperlukan. Waktu yang diperlukan dalam triase sekitar 2 – 5 menit.
 Perawat harus memiliki kemampuan dalam menempatkan pasien sesuai
dengan area perawatan (misalnya pasien ATS 1 dan 2 ditempatkan pada area
resusitasi) dan pasien sama sekali tidak gawat dan darurat pada ruang tunggu
IGD.

Anda mungkin juga menyukai