Anda di halaman 1dari 24

○ LUKA BAKAR


Rizky Adinda Nurhidayah Marpaung (2106111048)

Aldek Pibra (71210891026)

Rayya Trianda (2106111067)

Muhira Dewi (2106112001)

1
Pembimbing : dr. Doaris Ingrid Marbun, M. Ked(For), Sp.F
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu jenis luka,
dimana terjadi kerusakan jaringan/
diskontinuitas jaringan yang diakibatkan sumber
panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber
listrik, bahan kimiawi, cahaya, dan radiasi. Jenis
luka dapat beraneka ragam dan memiliki
penanganan yang berbeda tergantung jenis
jaringan yang terkena luka bakar, tingkat
keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat
luka tersebut. Luka bakar dapat merusak
jaringan otot, tulang, pembuluh darah, jaringan
epidermal dan jaringan lainnya.

Luka bakar merupakan penyebab


kematian ketiga terbanyak akibat
kecelakaan pada semua kelompok umur. 3
Prevalensi Luka Bakar Menurut WHO Tahun
2018

Secara keseluruhan, kurang


lebih 60% kejadian luka bakar
yang bersifat fatal terjadi di
Asia Tenggara

Di Amerika Serikat, kurang


lebih 250.000 orang mengalami luka
bakar setiap tahunnya, dengan
120.000 penderita luka bakar
membutuhkan tindakan penanganan
4
emergensi.
2
Tinjauan
Pustaka
Definisi
Luka bakar adalah cedera dan/atau kerusakan
terhadap jaringan yang disebabkan nyala api,
benda-benda panas, radiasi, listrik dan sinar tembus
(X-ray). Luka bakar bisa juga disebabkan oleh zat-
zat kimia yang korosif (chemical burns) seperti
asam sulfat, asam nitrat, asam karbol dan lain-lain.
Luka bakar yang disebabkan oleh cairan atau uap
panas disebut “scalds”

6
Etiologi
Termal/suhu

• Penyebab tersering
• Api, permukaan benda yang panas dan air panas/menddih

Kimia

• Senyawa asam kuat dan basa kuat


• Sering dijumpai dalam rumah tangga, seperti pembersih cat dan desinfektan

Listrik

• Percikan atau arus listrik yang menyalur ke tubuh


• Contoh : tersambar petir atau kesetrum listrik

Radiasi

• Terpapar dengan sumber radioaktif


7
Klasifikasi Berdasarkan Kedalaman Luka
Derajat 1 • luka bakar hanya mengenai area
(Superficia epidermis, ditandai dengan kulit yang
l berwarna merah dan timbulnya rasa
nyeri.
Thickness)

• Superficial partial thickness, luka bakar mengenai


Derajat 2 keseluruhan bagian epidermis dan stratum papilare
dermis ditandai dengan kulit yang berwarna merah,
(Partial rasa nyeri, dan timbulnya bula.
•Deep partial thickness, luka bakar mengenai
Thickness keseluruhan epidermis dan stratum reticulare
dermis ditandai dengan kulit berwarna kemerahan
) atau putih, berkurangnya rasa nyeri dan sensasi,
dengan atau tanpa disertai bula.

• luka bakar meluas hingga ke bagian


Derajat 3 subkutan bahkan bisa mengenai otot
(Full dan juga tulang ditandai dengan kulit
Thickness) yang berwarna kehitaman, kering, dan
hilangnya rasa nyeri serta sensasi 8
Klasifikasi Menurut Dupuytren

Tingkat III: Kerusakan jaringan kulit yang


superficial
Tingkat I: Eritema Tingkat II: Vesikula Dalam hal ini cutis dan sebagian cutis vera
Eritema ini disebabkan dilatasi dari pembuluh Terjadi edema vesikula yang berisi albumin dan mengalami Tingkat III destruksi, tetapi folikel
darah dan terjadi sedikit eksudasi, dengan khlorida, tepi vesikula berwarna merah. Sel-sel rambut dan kelenjar keringat tidak mengalami
vesikula berwarna putih karena ber dari jaringan lebih banyak rusak. Luka bakar ini dapat destruksi. Epitel-epitel baru akan terbentuk dari
epidermis. Luka ini tidak menimbulkan menimbulkan bahaya toksemia. Vesikula ini permukaan yang rusak dan dapat terbentuk
jaringan parut setelah sembuh, dan bila terjadi antara cutis dan cutis vera. Jaringan epitel jaringan parut yang tipis dan elastis. Semua
kasus bersangkutan meninggal maka eritema dengan cepat terbentuk lagi dari jaringan cutis elemen kulit bisa didapati pada jaringan parut ini.
ini dapat menghilang. Luka bakar tingkat I ini vera. Pada penyembuhan belum ada jaringan Di sini tidak terjadi kontraktur atau kelainan
dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat. parut. bentuk Ujung saraf sensoris tidak ikut terbakar
tetapi rangsangan panasnya dapat menimbulkan
rasa sakit yang hebat

Tingkat V dan VI: Kerusakan sampai ke


Tingkat IV: Kerusakan seluruh lapisan kulit
jaringan otot dan Terbakar hangus
Seluruh lapisan kulit terbakar, juga folikel rambut
Dijumpai kerusakan kulit, sub-cutis, otot-otot,
dan kelenjar keringat. Pada penyembuhan
tulang dan saraf Bila saraf turut terbakar maka
terjadi jaringan parut yang tidak mengandung
perasaan sakit turut hilang Infeksi di daerah
elemen kulit. Bisa terjadi kelainan bentuk dan
tersebut cepat terjadi, penyembuhan luka
kelainan fungsi akibat terjadi kontraktur. Luka
memerlukan waktu yang lama. Keadaan ini
tingkat IV ini tidak menimbulkan sakit seperti
sering diikuti dengan syok yang biasanya timbul
luka bakar tingkat I, II dan III, karena ujung-
dalam waktu 24-72 jam. Itu sebabnya prognosa
ujung saraf sensoris juga ikut mengalami
sukar ditentukan sebelum 72 jam, sebab syok
kerusakan
ini dapat mengakibatkan kematian.

9
Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka

Luka bakar juga dapat dibagi berdasarkan luasnya luka yang


terjadi. Untuk menghitung luasnya luka bakar, ada tiga metode yang
dapat digunakan, yaitu penghitungan dengan menggunakan
permukaan palmar, Rule of Nine atau Rule of Wallace, dan Lund
and Browder chart.

10
METODE MENENTUKAN LUAS LUKA BAKAR

“Palmar surface”

Metode ini menggunakan telapak tangan


pasien, luas satu telapak tangan pasien setara
dengan 1% luas permukaan tubuh yang
terkena luka bakar.

11
sambungan……

“Wallace rule of nines”

• Metode yang termudah dan tercepat.


• Tubuh akan dibagi menjadi beberapa bagian yang
luasnya setara dengan 9% luas permukaan tubuh
yang terkena luka bakar, namun cara ini kurang
akurat jika diterapkan pada pasien anak.

12
Tabel Persentase luas luka bakar berdasarkan Wallace Rule of
Nine

Bagian tubuh Persentase (%)


Kepala dan leher 9%
Toraks anterior 9%
Toraks posterior 9%
Abdominal anterior 9%
Abdominal posterior 9%
Lengan dan tangan kanan 9%
Lengan dan tangan kiri 9%
Tungkai atas kanan 9%
Tungkai bawah kanan 9%
Tungkai atas kiri 9%
Tungkai bawah kiri 9%
Genital 1%
TOTAL 100%

13
sambungan……

“Lund and Browder chart”

Metode ini adalah metode yang


paling akurat untuk menghitung
luas luka bakar pada permukaan
tubuh karena dapat mengikuti
perubahan permukaan tubuh
sesuai dengan usia sehingga dapat
menghasilkan penghitungan yang
akurat pada anak-anak dan bayi.

14
Berdasarkan dalam, luas dan lokasi luka bakar

Ringan Sedang Berat


• Luka bakar • Luka bakar • Luka bakar
tingkat I meliputi < tingkat I meliputi tingkat I meliputi
10% luas 15-30% luas wajah, tangan,
permukaan tubuh. permukaan tubuh kaki dan daerah
• Luka bakar • Luka bakar perineum/kelamin
tingkat II meliputi tingkat II meliputi .
< 5% luas 10-15% luas • Luka bakar
permukaan tubuh. permukaan tubuh tingkat II meliputi
• Luka bakar • Luka bakar > 30% luas
tingkat III meliputi tingkat III 5-10% permukaan tubuh.
hanya 2% dari mengenai wajah, • Luka bakar
luas permukaan tangan atau kaki. tingkat III meliputi
tubuh. 20%, mengenai
saluran nafas,
luka bakar
dengan 15
komplikasi fraktur.
Luka Bakar Ante Mortem Dan Post Mortem

Karakteristik Luka bakar antemortem Luka bakar postmortem

 Warna sekitarnya hiperemis


 Warna sekitarnya tidak
 Cairan banyak mengandung
hiperemis
albumin
 Cairan tidak mengandung
 Dasarnya mengalami inflamasi
Vesikel dan bula albumin
 Tidak ada udara pada dasarnya
 Dasarnya kering dan keras
 Terdapat udara di dalam
vesikel/bula

 Ada jelaga  Tidak ada jelaga


Paru dan saluran nafas  Ada reaksi inflamasi pada epitel  Tidak ada reaksi inflamasi pada
saluran nafas epitel saluran nafas
Gambaran mikroskopis Terdapat sedikit atau tidak
Terdapat serbukan sel PMN
terdapat serbukan sel PMN
16
Tiga poin utama untuk membedakan luka bakar antemortem dan
postmortem

Vesikasi yang timbul akibat luka bakar antemortem mengandung


Pada kasus luka bakar antemortem, terdapat
cairan serosa yang berisi albumin, klorida, sedikit PMN, memiliki
eritema yang disebabkan oleh distensi kapiler
daerah yang berwarna kemerahan, dan dasarnya inflamasi dengan
yang sifatnya sementara, menghilang akibat
papilla yang meninggi. Kulit yang mengelilingi vesikasi tersebut
tekanan saat masih hidup, kemudian memudar
berwarna merah cerah atau berwarna tembaga.
setelah mati.

Proses perbaikan, seperti tanda-tanda inflamasi, pembentukan jaringan


granulasi, pus, dan pengelupasan, menunjukkan bahwa luka bakar tersebut
terjadi saat korban masih hidup. Luka bakar yang disebabkan setelah mati
menunjukkan tidak ada reaksi vital dan memiliki tampakan dull white dengan
membukanya kelenjar pada kulit yang berwarna abu-abu.

17
Gambaran Post-mortem

Pemeriksaan luar

Pada pemeriksaan post-mortem, Pakaian harus diperiksa


teliti, apakah ada minyak tanah, bensin dan sebagainya.
Distribusi kebakaran pada pakaian dapat menunjukkan cara
pembakaran itu mulai dan dapat pula menentukan posisi
korban sewaktu terbakar.

Tubuh biasanya mengerut, tangan terangkat


seperti posisi petinju sewaktu mempertahankan
diri atau disebut "Puguilistic attitude"

18
Pada pemeriksaan luar, warna kulit tergantung pada bahan
yang dipakai untuk pembakaran

1. Kulit berwarna putih akibat radiasi panas.

2. Panas tinggi akibat bahan bakar padat seperti logam panas.

a. Bila kontak sebentar saja dapat menimbulkan eritema.

b. Bila kontak dalam waktu lama akan timbul adaan seperti daging dipanggang.

3. Terbakar karena ledakan, daerah luka terbakar luas dan hitam.

4. Minyak tanah, ada penghitaman dan bau minyak tanah

19
Pemeriksaan Dalam

1. Tulang tengkorak bisa fraktur atau pecah akibat panas yang tinggi. Di atas duramater bisa
dijumpai darah berwarna coklat kemerahan atau merah bata dan disebut dengan hematom
epidural semu (pseudo epidural haematome).

2. Kongesti saluran pernafasan karena sekresi lendir bertambah.

3. Kongesti pleura dan kongesti paru-paru.

4. Bila korban mati sesudah beberapa hari dirawat bisa didapati ulkus pada duodenum (Curling's
ulcer), limpa membesar dengan konsistensi lembek

5. Glandula suprarenalis bengkak dan hiperemis.

20
Identifikasi Korban Luka Bakar

Pemeriksaan sidik jari


•Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan sidik jari pada jenazah dengan data sidik
jari antemortem.

Pemeriksaan gigi
•Pemeriksaan gigi meliputi pencatatan gigi (odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar X, dan pencetakan gigi- rahang.

Pemeriksaan DNA
•Untuk membandingkan profil DNA korban dengan DNA pembanding, sehingga didapatkan
hasil DNA yang cocok atau tidak cocok
•Pengambilan DNA pada jaringan tubuh yang melekat pada tulang paha
korban

21
Contoh Kasus Luka Bakar

22
23
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai